Anda di halaman 1dari 7

KENDALA DALAM PENGEMBANGAN

PARIWISATA ALTERNATIF DAN


DEFINISI PARA AHLI

Oleh :
Ni Wayan Krisnawati
NIM. 1491061025

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
KENDALA DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA ALTERNATIF

Pariwisata alternatif adalah suatu bentuk pariwisata yang mengutamakan nilai-nilai


alam, sosial dan nilai-nilai masyarakat serta memungkinkan masyarakat lokal dan wisatawan
menikmati interaksi yang positif dan bermanfaat serta menikmati pengalaman secara
bersama-sama (Eadington & Smith, 1992:3)
Pariwisata alternatif dapat memberikan sesuatu yang berbeda dengan pariwisata
konvensional yang identik dengan pariwisata masal yang telah menyebabkan kebisingan,
polusi, dan hal-hal negatif lainnya. Kegiatan-kegiatan pariwisata alternatif dapat berupa:
mempelajari sosial budaya orang lokal seperti belajar menari, bahasa, memasak makanan
lokal, jalan-jalan menikmati keindahan suasana kehidupan alam pedesaan, dan kegiatan-
kegiatan lain yang jauh dari suasana bising dan polusi (Eadington &Smith, 1992:135 ).
Holden (1984:45 dalam Valene 2001) menyatakan bahwa variasi pariwisata alternatif
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Pariwisata Adventure
Merupakan suatu kegiatan pariwisata alternatif yang bernuansa petualangan
(adventure). Petualangan dalam skala kecil dapat terdiri dari bird watching, scuba diving,
dalam skala menengah terdiri dari kegiatan yang bernuansa olahraga seperi canoing dan
rafting sedangkan dalam skala besar kegiatan petualangan seperti taman safari.
2. Pariwisata Alam
Merupakan kegiatan pariwisata alternatif yang menfokuskan diri pada studi dan
observasi yang berkaitan dengan flora (tumbuhan) dan fauna (binatang) serta kegiatan
landscape.
3. Community Tourism
Community tourism atau pariwisata kerakyatan merupakan suatu kegiatan pariwisata
yang dijalankan oleh rakyat, baik dari segi perencanaan sampai evaluasi dan segala manfaat
yang diperoleh dari kegiatan tersebut sepenuhnya untuk rakyat yang bersangkutan.
Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pembangunan dan pengembangan
Pariwisata Alternatif di Indonesia khususnya di Bali diantaranya:
1. Faktor Sumber Daya Manusia,
2. Faktor infrastruktur pendukung aksesibilitas,
3. Faktor perencanaan,
4. Sistem informasi yang kurang memadahi,
5. Kurangnya modal dalam pengembangan daerah wisata
6. Kurangnya manajemen dan pemasaran
7. Belum meratanya arus penerimaan wisatawan
8. Kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya

1. Faktor Sumber Daya Manusia


Masalah Sumber Daya Manusia merupakan tantangan yang cukup berat bagi
pengembangan pariwisata alternatif, karena Sumber Daya Manusia sangat menentukan segala
sesuatu yang perhubungan dengan pariwisata. Pariwisata sangat mementingkan
profesionalisme baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang perhotelan,
transportasi, komunikasi dan informasi. Selain itu, belum lancarnya masyarakat desa dalam
berbahasa inggris menjadi kendala dalam berkomunikasi dengan para wisatawan, walaupun
pariwisata alternatif telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain, akibat dari
rendahnya Sumber Daya Manusia peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Sumber Daya Manusia yang rendah dapat menyebabkan mutu barang-barang kerajinan
menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat membaca trend pasar, dan lain-lain.
2. Faktor infrastruktur pendukung aksesibilitas

Selain terkendala pada Sumber Daya Manusia, pariwisata alternatif juga terkendala
pada aksesibilitas yang tidak memadai dari dan ke daerah tujuan wisata tersebut, baik akses
jalan darat maupun jalur udara yang juga sangat minim, infrastruktur hotel tidak tumbuh
normal, kedai suvenir tidak berkembang, tingkat kunjungan wisatawan tidak terdata, dan
keterlibatan masyarakat yang teramat kecil. Fasilitas penunjang pariwisata yang masih
terbatas, seperti misalnya akses jalan menuju dan dari objek wisata masih perlu diperhatikan
demi kelancaran wisatawan dalam menikmati daerah wisata tersebut.

3. Faktor perencanaan
Dalam mengembangkan pariwisata alternatif satu hal yang perlu diperhatikan adalah
pendekatan dalam perencanaan. Perencanaan yang dilakukan hendaknya jangan sampai tidak
mengikutsertakan pemuka adat atau kepala suku, alim – ulama, cerdik – pandai penduduk di
sekitar proyek yang akan dibangun. Bila hal itu diabaikan, proyek itu tidak akan sukses,
karena dalam perjalanannya bantuan masyarakat setempat sangat diperlukan.

Membangun proyek ecotourism tidak mungkin tanpa mengikutsertakan penduduk


setempat. Alasannya, mereka lebih mengetahui sifat-sifat alam, binatang, tumbuhan (fauna
dan flora), dan kebiasaan hidup (the way of life) masyarakat sekitar proyek. Ada kebiasaan
dan tata cara hidup masyarakat setempat merupakan kekayaan (assets) ecotourism yang tidak
ternilai harganya. Oleh karena itu perlu dibina saling pengertian dengan mereka, sehingga
aktivitas mereka sehari-hari dapat dijadikan daya tarik bagi ecotourist berkunjung kekawasan
itu, (Hudiman, Lloyd and Donal-1989).

4. Sistem informasi yang kurang memadahi

Sistem informasi yang kurang memadahi juga tantangan yang perlu mendapat
perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata alternatif. Hal ini menjadi penting agar
pengalaman masa lalu tidak terulang. Akibat sistem informasi yang kurang memadahi
pandangan masyarakat terhadap wisata alternatif menjadi miring, Untuk itu maka diperlukan
suatu sistem informasi yang profesional, mantap visinya serta terampil dan cekatan dalam
gerak langkahnya. Sistem informasi ini antara lain bertugas untuk memberikan klarifikasi,
sekaligus secara proaktif menyiapkan dan memberikan informasi tentang obyek wisata
alternatif, kesiapan sarana, prasarana dan lain-lain. Selain itu, juga dapat dimanfaatkan untuk
mempromosikan pariwisata alternative ke negara-negara lain.

5. Kurangnya modal pengembangan daerah wisata.

Kurangnya modal dalam pengembangan daerah wisata alternatif akan membuka


kemungkinan bahwa pariwisata ini akan dikuasai oleh pihak asing yang lebih baik dan lebih
siap dari segi modal. Untuk itu dibutuhkan upaya-upaya khusus untuk menghindari hal
tersebut.

6. Kurangnya manajemen dan pemasaran

Ketika pariwisata alternatif itu didefinisikan sebagai industri maka tuntutan utamanya
selain sumber daya manusia adalah bagaimana menciptakan manajemen dan pola pemasaran
yang mendukung. Manajemen pariwisata berhubungan dengan sumberdaya manusia, namun
lebih dekat dengan upaya-upaya menjual pariwisata itu sendiri. Selama ini kebanyakan
masyarakat mancanegara atau bahkan masyarakat Indonesia sendiri, lebih banyak mengenal
obyek-obyek pariwisata di Indonesia Bagian Barat karena dari segi manajemen dan
pemasaran, dikuasai oleh manajemen pariwisata di Indonesia Bagian Barat karena jaringan
market pariwisata dengan sektor pendukung lainnya, seperti biro perjalanan, hotel dan lokasi
obyek wisata, selama ini telah dikuasai oleh jaringan yang ada di Indonesia Bagian Barat.

7. Belum meratanya arus penerimaan wisatawan


Pandangan parsial dari daerah kunjungan wisata tertentu merugikan daerah lain. Hal
ini mengakibatkan distribusi penyebaran wisatawan tidak merata dan lebih banyak dikuasai
oleh daerah-daerah kunjungan wisata yang telah maju seperti di Indonesia Bagian Barat.
Belum meratanya arus penerimaan wisatawan, di mana ada DTW tertentu sangat ramai
dikunjungi wisatawan sementara itu DTW yang lain sangat sepi. Peristiwa ini
mengindikasikan bahwa selain kurang menarik, dapat terjadi karena belum diketahui oleh
wisatawan. Tantangan ini perlu dihadapi antara lain dengan meningkatkan promosi dan
melakukan upaya-upaya tertentu agar DTW yang kurang menarik menjadi DTW yang
senangi oleh para wisatawan.

8. Kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya

Adanya kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya, seperti pergeseran nilai


upacara adat yang dapat mengarah kepada komersialisasi, terjadinya komersialisasi tempat
suci, kaburnya identitas dan nilai sejarah, tercemarnya tempat suci, munculnya gejala
hiperspiritualitas serta timbulnya industri seks, dan sebagainya. Komersialisasi tempat suci
juga dapat mengakibatkan menurunnya nilai-nilai religius tempat suci tersebut. Hal ini harus
diwaspadai agar keutuhan dan nilai-nilai budaya tetap diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarta, I Putu, 2012. “Pariwisata Alternatif : Pariwisata Bali Masa Depan”. Diakses dari:
https://www.madebayu.blogspot.com/2012/02/ Tanggal : 09 Maret 2015

Narottama, Nararya. 2011. “ Pengembangan Wisata Alternatif yang Berbasis Masyarakat


dan Ekologi di Desa Pekraman Muncan, Karangasem”. Diakses dari :
https://www.sangikankecil.blogspot.com/2011/12/ Tanggal 09 Maret 2015

Parma, I Putu Gede. 2010. “Kontribusi Pariwisata Alternatif dalam Kaitannya dengan
Kearifan Lokal dan Keberlangsungan Lingkungan Alam.” Diakses dari :
https://www.ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPL/article/download/415/360/
Tanggal : 09 Maret 2015

Wibowo, Toni Ari. 2014. “Konsep Perencanaan dan pengembangan Destinasi Pariwisata”.
Diakses dari: https://www.pariwisata-alternatif-toni-blogspot.com/ Tanggal : 09
Maret 2015

DEFINISI PARIWISATA ALTERNATIF


MENURUT PARA AHLI

1. Pariwisata alternatif adalah suatu bentuk pariwisata yang mengutamakan nilai-nilai


alam, sosial dan nilai-nilai masyarakat,serta memungkinkan masyarakat local dan wisatawan
menikmati interaksi yang positif dan bermanfaat serta menikmati pengalaman secara
bersama-sama. (Eadington & Smith. “Tourism Alternatives Potentials and Problems in The
Development of Tourism”. 1992, )

2. Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk kegiatan kepariwisataan yang tidak


merusak lingkungan, berpihak pada ekologis dan menghindari dampak negatif dari
pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu
cepat pembangunannya. (Koslowski dan Travis. “Volunteer Tourism Experiences That Make
a Difference”. 1985)

3. Pariwisata alternatif adalah kegiatan kepariwisataan yang memiliki gagasan yang


mengandung arti sebagai suatu pembangunan yang berskala kecil atau juga sebagai suatu
kegiatan kepariwisataan yang disuguhkan kepada wisatawan, dimana segala aktivitasnya
turut melibatkan masyarakat. (Saglio: 1979 dan Gonsalves: 1984 dalam Smith.“Tourism
Alternatives Potentials and Problems in The Development of Tourism”. 1992).

4. Pariwisata alternatif secara luas adalah sebagai bentuk pariwisata yang konsisten
dengan nilai-nilai alam sosial dan nilai-nilai masyarakat serta memungkinkan bagi
masyarakat lokal maupun wisatawan untuk menikmati interaksi yang positif dan wajar serta
menikmati indahnya berbagai pengalaman (William RE & Valene LS. dalam Smith “Tourism
Alternativees Potentials and Problem in the Development of Tourism”. 1992).

5. Pariwisata alternatif adalah pariwisata yang hendaknya didukung dengan


pembangunan pariwisata yang memiliki skala kecil, meminimalkan dampak terhadap
lingkungan, budaya, memprioritaskan kepentingan masyarakat dan memberikan manfaat
kepada masyarakat di wilayahnya. (Regina Scheyvens. “Tourism For Development
Empowering Communities”. 2002).

6. Pariwisata alternatif / pariwisata berbasis komunitas adalah secara mengkhusus


menawarkan sekumpulan hospitality (keramahtamahan) dan fitur-fitur yang diberikan kepada
wisatawan oleh masyarakat perseorangan, keluarga, atau komunitas local. Tujuan utama
pariwisata alternatif / pariwisata berbasis komunitas adalah mendirikan sebuah komunitas
budaya secara langsung dan menjalin saling pengertian antara wisatawan (tamu) dan pihak
penyelenggara (masyarakat). (Dernoi. “Present Condition of Farm Tourism in Europe : A
Promising Stream of Many Faces Within the Family of Alternative Tourism”. 1983)

7. Pariwisata alternatif merupakan suatu kegiatan kepariwisataan yang tidak


merusak lingkungan, berpihak pada ekologi dan menghindari dari dampak negatif dari
pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu
cepat pembangunannya (Smith.“Current Issues in Hospitality and Tourism”. 2001)

8. Pariwisata alternatif bersumber dari dua pandangan ideology yang sejaman, yaitu
bahwa pariwisata alternatif merupakan reaksi atas konsumerisme modern, dan pariwisata
alternatif merupakan reaksi dari ekploitasi yang dilakukan Negara berkembang. (Cohen
(1987) dan Gartner (1996) dalam Smith .“Current Issues in Hospitality and Tourism”. 2001)

9. Pariwisata alternatif merupakan kecendrungan baru dari bentuk pariwisata yang


dikembangkan selama ini, yang memperhatikan kualitias pengalaman yang diperoleh
wisatawan, kualitas lingkungan, dan kualitas sosial budaya masyarakat setempat serta
kualitas lingkungan, dan kualitas pengalaman yang dikembangkan selama ini, yang
memperhatikan kualitas sosial budaya masyarakat setempat serta kualitas hidup masyarakat
lokal (host). (Wijaya. “Strategi Pengembangan Desa Wisata Tenganan Pegringsingan,
Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem” Tesis. Udayana University”. 2008)

10. Pariwisata alternatif merupakan suatu pergerakan yang memiliki jalan keluar untuk
“mengobati sakit” dari pariwisata massal (Mass Tourism). (Archer dan Cooper. Dalam
Smith.“Current Issues in Hospitality and Tourism”. 1993)

11. Pariwisata alternatif merupakan suatu proses yang mempromosikan suatu destinasi
yang kondisinya memang benar-benar layak dan pantas di antara komunitas yang berbeda-
beda, dimana diputuskan untuk memperoleh pemahaman, solidaritas dan kesamaan diantara
seluruh komponen. (Holden 1984:15 dalam Valene “Tourism Alternativees Potentials and
Problem in the Development of Tourism”. 2001)

Anda mungkin juga menyukai