Anda di halaman 1dari 3

1. Hospitality atau keramah-tamahan diaplikasikan berbeda di seluruh dunia.

Hal ini disebabkan


oleh perbedaan budaya yang dimiliki setiap Negara. Setiap masyarakat memiliki dan
menciptakan budaya yang berbeda-beda dalam norma kesopanan tersebut, terutama pula
dalam hal memberikan pelayanan yang hospitable. Contoh yang dapat diberikan adalah ketika
memberi salam atau hormat. Di Indonesia, sebagian besar masyarakat memberi hormat
dengan mencakupkan kedua tangan di depan dada, sambil membungkukkan badan sedikit,
kemudian memberikan senyum. Namun, di Jepang, rasa hormat yang diberikan adalah dengan
membungkukkan badan serendah-rendahnya sambil mengucapkan salam atau terima kasih.
Berbeda pula dengan di Eropa yang hanya mengucapkan salam dengan kata sandang formal
dan gestur tubuh kedua tangan di samping badan sambil sedikit membungkuk dan tersenyum.
Hal ini menandakan bahwa setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Bentuk
hospitality tersebut juga tidak dapat disalahkan karena bergantung dari aplikatif atau tidaknya,
serta menyesuaikan dengan tempat di mana dilakukannya.

2. Eropa memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan peradaban dunia. Hal ini
tidak hanya terlihat dari gaya hidup, tetapi lebih spesifik lagi tentang pola industri hospitality
yang diterapkan dan distandarisasikan di seluruh dunia. Faktor penyebab mengapa Eropa
mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan adalah karena masa kebangkitannya
yang dikenal dengan sebutan Renaissance pada tahun 1300an. Salah satu pola hospitality yang
dapat dijadikan ilustrasi adalah di Restoran Internasional yakni table manner. Pola ini berasal
dari Eropa, tepatnya Perancis. Penempatan sendok, garpu dan pisau pada satu meja pertama
kalinya dilakukan oleh Raja Louis XIV Perancis. Jauh sebelum Renaissance pula, anak-anak
kecil di Eropa sudah diajarkan untuk tidak berbicara saat makan dan tidak membuang sisa
makanan di piring. Table manner menjadi semakin berkembang pada tahun 1100 setelah
masyrakat menginginkan untuk makan dengan baik di Pengadilan. Bahkan, dibuat dalam
perundangan seperti tidak boleh makan dengan mulut penuh dan lain sebagainya. Bukti
lainnya yang masih dapat dilihat saat ini adalah kebanyakan pada fine dining restaurant
menggunakan istilah Perancis seperti table dhte, entre, a la carte dan lain-lain. Budaya ini
juga tentunya sampai menyentuh, diserap dan diaplikasikan di Indonesia.

3.
4. Menurut Schiffman dan Kanuk (200) komunikasi adalah the transmission of a message from a
sender to a receiver via a medium of transmission. Jadi terjadi transmisi sebuah pesan dari
pengirim kepada penerima melalui medium transmisi. Komunikasi bisa saja terjadi tidak
sesuai dangan yang diharapkan atau dengan kata lain terjadi ketidak-efektifan komunikasi
dikarenakan oleh hambatan dalam transmisi tersebut, seperi: gestur, sikap atau intonasi yang
diinterpretasikan keliru. Dengan demikian, komunikasi yang baik akan terjadi jika pesan yang
diterima tetap memiliki makna yang sama dengan yang dikirim, tanpa melalui adanya
perubahan akan perjalanan dari transmisi tersebut. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
beberapa hal dalam menghasilkan komunikasi yang baik, sebagai berikut:
a. Eye contact
Menjaga kontak mata yang sewajarnya. Selalu melihat lawan bicara, namun juga tidak
terlalu intensif yang justru akan menimbulkan ketidaknyamanan. Memberikan kontak mata
yang cukup akan menimbulkan kesan bahwa kita memperhatikan dengan baik lawan
bicara. Namun sesekali kita juga bisa mengalihkan ke arah lain. Bagi pemula, cara paling
efektif menjaga kontak mata jika tidak terbiasa melihat mata orang lain adalah dengan
melihat daerah dahi yang sejajar dengan mata.
b. Smile
Senyum merupakan hal paling sederhana yang dapat membahagiakan orang lain. Senyum
dapat membuat orang lain merasa lebih tenang dan menjadi sinyal persahabatan. Usahakan
selipkan senyum ketika berkomunikasi, namun bukan berarti senyum setiap saat.
Sebaiknya jangan memberikan senyum palsu atau hanya terdapat garis senyum di bibir
saja, tetapi juga memberikan lengkungan tipis pada mata sehingga akan terlihat lebih
ramah dan tulus dari hati.
c. Use persons name
Menggunakan nama asli seseorang menandakan kedekatan atau intimasi antara komunikan
dan komunikator. Namun, terkadanga poin ini juga sangat ditentukan oleh tradisi, sebab
budaya timur justru menghindari penggunaan nama seseorang ketika berbicara. Orang
timur selalu memberikan kata sandang atau menyebut posisi mereka dalam karir.
d. Hand shake
Berjabat tangan merupakan simbolik suatu pertemuan atau menyetujui bahwa kedua orang
tersebut berusaha untuk mengenali satu sama lainnya. Dalam berjabat tangan, sebaiknya
tidak terlalu bersemangat dengan hentakan yang keras dan cepat atau begitu pula terlalu
lembut dan lambat. Ayunan tangan sebaiknya beralur dengan tegas dan pasti sehingga
dapat menandakan kepribadian dan sikap kita pula.
e. Show interest and enthusiasm
Tujuan dalam berkomunikasi tidak hanya mendengarkan, tetapi juga dapat menimpalinya.
Untuk itu sangat diperlukan rasa ketertarikan dan antusiasme yang tinggi. Beberapa gesture
atau respon dapat kita lakukan seperti menganggukkan kepala atau mengulang dan
menanyakan kembali kalimat terakhir pembicara sehingga terkesan kita memiliki rasa
ingin tahu akan topik yang dibicarakan.
5.

Anda mungkin juga menyukai