Anda di halaman 1dari 4

MENYAPA ALAM LEBIH DEKAT DI BAGUS AGRO PELAGA

Putu Devi Rosalina (1491061017)

Siang itu, tidak terasa terik, tetapi angin sejuk seakan berhembus pelan mengiri keriangan kami
di acara akhir matrikulasi untuk karyasiswa angkatan 2015/2016. Sama seperti tidak terasanya
satu tahun yang telah berlalu, saat saya sebagai angkatan 2014/2015 mengikuti kegiatan
penutupan matrikulasi di kawasan Jatiluwih. Kali ini, saya lebih bersemangat lagi karena kami
kembali mengunjungi destinasi wisata dengan konsep yang sangat menyatu dengan alam.

Desiran angin yang lembut, cantiknya bunga yang bermekaran menemani jejak langkah kami
menyusuri jalan menurun menuju agro wisata pelaga. Semakin lengkap ketika kami disapa
hangat oleh Bapak Bagus Sudibya beserta keluarganya yang memberi pengarahan singkat
tentang objek wisata ini. Agar tidak semakin penasaran, kami langsung bergegas mengikuti salah
satu tour leader yang dengan sabar mengarahkan, menjelaskan dan menjawab berbagai macam
pertanyaan yang kami ajukan.

Bercengkrama dengan alam


Kesan yang paling membekas adalah ketika pertama kalinya saya melihat berbagai sayur-sayuran
dan buah-buahan dengan wujud yang masih dalam bentuk tanaman. Kalau mungkin ketika kita
membeli buah dan sayur di pasar bahkan di swalayan, semuanya sudah dikemas cantik. Sekarang
saya paham, bagaimana buah dan sayuran yang ada di meja makan saya ini berasal dari kerja
keras dan jerih payah petani dalam merawat dan membesarkannya.

Gambar 1. Tanaman kol


Melalui Bagus Agro Pelaga ini, kami tidak hanya dimanjakan dengan teduhnya alam dan
sejuknya udara, tetapi juga pengetahuan secara langsung tentang bagaimana bercocok tanam.
Mulai dari pengembangan bibit, merawat, sampai panen pun harus memikirkan waktu yang
tepat. Saya teringat ketika kami menyusuri tanaman asparagus. Tour leader kami, Bapak Agung
Wijaya, menceritakan bahwa asparagus sebaiknya dan bahkan harus dipanen pada saat subuh. Ini
sangat berhubungan dengan hasil olahan makan nantinya. Asparagus yang dipetik pada saat
subuh, akan menghasilkan rasa yang lebih gurih dan lembut.

Gambar 2. Tanaman Asparagus

Dedikasi petani
Hal lain yang menarik sepulangnya berkunjung dari Bagus Agro Pelaga ini adalah begitu
besarnya dedikasi dan perhatian penuh petani kepada tanamannya. Mereka memikirkan tidak
hanya bagaimana menanam dan merawat tanaman tersebut, tetapi juga bagaimana menghindari
dari serangan hama. Di bagian tanaman stroberi, kami diberi penjelasan bahwa stroberi sengaja
dibuatkan kantong-kantong yang lumayan tinggi agar tidak cepat habis dimakan hama.
Kemudian, di bagian bunga mawar, saya melihat ada bekas gelas air mineral yang digantung-
gantung dan diberi semacam lem untuk perangkap lalat buah.

Gambar 3. Tanaman stroberi

Petani-petani di sana juga bekerja dengan sepenuh hati dan sangat riang. Saking ramahnya,
ketika kami berniat hanya untuk bertanya-tanya tentang proses penanamannya, kami diberikan
satu kol ungu dan seikat selada. Uniknya, petani yang diperkerjakan tidak hanya berasal dari Bali
atau penduduk lokal di daerah Pelaga, tetapi juga dari luar Bali, seperti Bandung.

Usai berkeliling, kami diberikan tambahan ilmu lagi lewat diskusi yang diawali oleh Pak Bagus.
Jadi, kalau di kelas, kami mendapatkan teorinya, melalui outing ke Bagus Agro Pelaga ini, kami
mendapatkan banyak kisah melalui praktek langsung dari seorang Pelaku Pariwisata ternama.
Pak Bagus juga banyak membahas tentang bagaimana mitos dan fakta pariwisata saat ini di Bali,
serta bagaimana kecenderungan arah pembangunan pariwisata yang dikhawatirkan justru dapat
menjauhkan kesejahteraan masyarakat. Yang paling membuat terkesan lagi adalah saat, tokoh
pariwisata Bali, Bapak Al Purwa bercerita tentang pembangunan kepariwisataan Bali yang tidak
merata dan cenderung sebagai pengikut, sehingga pemerataan tidak dapat berjalan sesuai
dengan harapan bersama.
Sepulangnya dari outing ini, kami tidak hanya dibekali dengan teori, praktek dan pengalaman,
tetapi juga diwariskan harapan sebagai anak bangsa yang selanjutnya berperan dalam
menentukan perkembangan kepariwisataan, khusunya Bali yang telah lama dikenal sebagai
tonggak pariwisata Indonesia. Pariwisata bergantung dengan alam, begitu juga alam yang sangat
rentan dari efek pariwisata. Outing ini seakan membiarkan alam membisikkan harapannya untuk
dapat lebih dijaga dan dikelola dengan baik, bukan untuk semata pariwisata tetapi lebih kepada
preservasnya. Lebih tepatnya adalah tentang bagaimana alam dan pariwisata selaras dalam
harmoni.

Anda mungkin juga menyukai