Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG PARIWISATA SEBAGAI SISTEM & PARIWISATA SEBAGAI INDUSTRI

Disusun oleh Kelompok 6:


1. Nadia Fitra Maulida ( A1B018110)
2. Neza azra dwiyaldi ( A1B018113)
3. Nopia Lestari (A1B018123)
4. Noorziana Amelia MS (A1B018122)
5. Nuraeni Muntari ( A1B018125)
6. Syafaatun Khaeroni( A1B018151)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Mataram


Program Studi Manajemen Regular Pagi
Tahun Ajaran 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT, sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “MAKALAH TENTANG PARIWISATA SEBAGAI SISTEM & PARIWISATA SEBAGAI
INDUSTRI” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait yang telah memberi bantuannya
dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya, kami sebagai penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, kami meminta maaf kepada pembaca atas
kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat mengharapkan saran, tanggapan, dan kritik dari
pembaca guna sebagai pedoman dan perbaikan ke masa yang akan datang. Kami mengharapkan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan senantiasa memberikan
petunjuk dan membimbing kita.

Pancasari, Oktober 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………….……………………………..
1.2 Rumusan Masalah……….……………………………….
1.3 Tujuan dan Manfaat…………….………………………..
BAB II PEMBAHASAN MATERI
2.1. Pariwisata Sebagai Sistem…………….………………………
2.1 Pariwisata Sebagai Produksi…………….………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan sektor yang ikut berperan penting dalam usaha peningkatan pendapatan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman budaya, sehingga
perlu adanya peningkatan sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan sektor yang
dianggap menguntungkan dan sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu aset yang
di gunakan sebagai sumber yang menghasilkan bagi Bangsa dan Negara. Pariwisata berasal dari dua
kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau
lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini
sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke
tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103). Sedangkan
menurut RG. Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan wisatawan. 2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata merupakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancong, turisme
(Departemen Pendidikan Nasional, 2005:830). Menurut Murphy (1985) pariwisata adalah
keseluruhan elemen-elemen terkait, seperti wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri
dan lain sebagainya. Pengembangan Suatu tempat yang dijadikan daerah pariwisata diharapkan
menjadi sumber dan potensi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan yang mampu menggalakkan
kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain sehingga lapangan pekerjaan, pendapatan
masyarakat, pendapatan daerah dan pendapatan negara, serta penerimaan devisa meningkat
melalui upaya pengembangan dan pembangunan berbagai potensi kepariwisataan nasional, dengan
tetap memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi serta mutu lingkungan hidup.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa yang dimaksud dengan pariwisata sebagai system?
B. Apa yang dimaksud dengan pariwisata sebagai industry?

1.3 Tujuan dan Manfaat


A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pariwisata sebagai system
B. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pariwista sebagai industri
A.PARIWISATA SEBAGAI SISTEM

Menurut Mill dan Morison (1985:xix) pariwisata terkait erat dengan aktivitas
perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem dimana bagian-bagian yang ada tidak
berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain seperti jaring laba-laba (spider’s web).
Sistem Pariwisata menurut Jordan (dalam Leiper, 2004:48) adalah tatanan komponen dalam
industri pariwisata dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan membentuk sesu

atu yang bersifat menyeluruh. Sedangkan Bertalanffy (dalam Leiper, 2004:48)


mendefinisikan sistem sebagai satu kesatuan elemen yang saling terkait satu sama lain
didalamnya dan dengan lingkungannya. Hall (2000:44) menggambarkan secara umum sistem
pariwisata mengandung 3 bagian penting yaitu (1) a set of element (entities), (2) the set of
reletionships betwen the elements, (3) the set relationship between those element and
environment. Bagian-bagian penting inilah yang akan menghasilkan suatu sistem yang saling
terkait satu sama lain.

Ada beberapa model sistem pariwisata yang dikenal. Mill dan Morison (1985:2)
mengembangkan sistem pariwisata model jaring laba-laba, dimana ada 4 subsistem yang
terkandung di dalamnya yaitu:

a. Pasar (market)

b.Perjalanan (travel)

c.Ppemasaran (marketing) dan

d. Tujuan wisata (destination)

dimana masing-masing komponen saling terkait satu sama lain. Pasar oleh Mill dan Morison
dianalogkan dengan konsumen yaitu bagian yang berkaitan erat dengan kegiatan perjalanan
karena konsumen/pasar adalah subyek atau pelaku perjalanan, dimana pasar sangat berperan
dalam melakukan pembelian perjalanan. Keputusan untuk melakukan perjalanan/menjadi
wisatawan atau tidak berkaitan erat dengan sistem segmentasi pasar yang merupakan sebuah
sistem tersendiri.

Sub sistem pasar terdiri dari komponen-komponen yang memiliki keterkaitan satu sama lain,
yaitu perilaku konsumen berupa kebutuhan, keinginan dan motif yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal.
Perjalanan adalah aktivitas yang akan dilakukan konsumen. Seorang individu memutuskan
melakukan perjalanan karena 3 hal;

(1) jika ia menganggap perjalanan yang dilakukan sebelumnya dapat memuaskan


keinginannya

;(2) menganggap perjalanan yang akan datang dapat memuaskan keinginannya

; (3) ada faktor di luar dirinya/eksternal yang mempengaruhi apakah teman, keluarga, media,
dan sebagainya. Kombinasi ketiga faktor itu yang akan menentukan perilaku individu dalam
membeli produk perjalanan.(Mill and Morrison, 1985:9).

Perjalanan berkaitan erat dengan pasar (konsumen). Ketika seseorang memutuskan akan
melakukan perjalanan ia pasti sudah menentukan tempat tujuan, kapan dan bagaimana cara
mencapainya. Oleh karena itu Miil dan Morison menyebut perjalanan adalah segmen sistem
pariwisata yang penting dan bertujuan mendistribusikan serta menganalisis pilihan-pilihan
wisatawan. Dengan demikian bisa diketahui keecenderungan dari variasi segmentasi
perjalanan. Atau dengan kata lain untuk mengetahui bentuk-bentuk permintaan perjalanan.
Data arus wisatawan domestik maupun internasional merupakan langkah awal untuk
mengetahui pergerakan wisatawan dalam melakukan perjalanan saat ini dan melakukan
prediksi pergerakan wisatawan yang akan datang. Dengan data tersebut bisa diketahui trend
dari perjalanan dan prospeknya dimasa datang. Bentuk perjalanan merupakan kombinasi dari
siapa yang melakukan perjalanan, dimana, kapan dan bagaimana perjalanan dilakukan.

Perjalanan juga terkait erat dengan cara menuju (mode accessibility) apakah melalui jalan
darat dengan kereta api, mobil, lewat udara (pesawat terbang) atau lewat laut (kapal, kapal
pesiar), cara merencanakan perjalanan (mode desain travel), cara mengoperasikan perjalan
(mode operation travel) dan cara memasarkan perjalanan (mode marketing travel). Obyek
wisata atau tujuan wisata merupakan subsistem pariwisata berikutnya. Tujuan wisata terdiri dari
atraksi wisata dan pelayanan dimana masing-masing bagian saling mempengaruhi untuk
mewujudkan kepuasan wisatawan. Karena kepuasan konsumen akan mempengaruhi sistem
penjualan perjalanan serta terkait erat dengan aspek pemasaran. Selanjutnya upaya untuk
memasarkan obyek wisata dikemas dalam strategi pemasaran dengan mempertimbangkan
pasar. Begitu seterusnya. Subsistem tujuan wisata memiliki tiga komponen komponen.
Pertama, kondisi fisik destinasi yang terkait dengan iklim, keragaman atraksi baik yang alami
maupun buatan. Ke dua, destinasi mix yaitu berupa komponen tipologi atraksi (scope,
kepemilikan, permanensi, serta kekuatan yang nampak), fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan
hospitality. Ke tiga, desain dan pembangunan destinasi wisata (Mill and Morrison, 1985:xviii).

Spillane (1994: 63) menambahkan bahwa tujuan wisata juga harus memiliki lima unsur penting
yaitu (1) attraction yaitu hal-hal yang menarik perhatian wisatawan, (2) fasilities yaitu fasilitas-
fasilitas yang diperlukan, (3) infrastructure, (4) transportation atau jasa transportasi, dan (6)
hospitality atau keramahtamahan/kesediaan untuk menerima tamu. Mengingat kompleksnya
permasalahan pariwisata perlu dirumuskan perencanaan pembangunan yang memiliki
kerangka kerja berdasarkan sistem mengingat masing-masing subsistem tidak berdiri sendiri
melainkan saling mempengaruhi satu sama lain.

Berkaitan dengan itu, The Le Pelley and Law (dalam Hall, 2000: 51) membagi sistem
pariwisata menjadi:
1. a series of input (tourist expectation, entrpreneurial activity, employ skills, inverstor capital,
local authority planning, residents’ expectation and attitudes)
2. component of what was described the ‘Canterbury Destination System’ which included a
series of primary (cathedral and historic city centre) and secondary element (hotels, catering,
retailing, attractions, information service, parking and infrastucture), a long with external
influences (transport development, competition tasted, legislation and currency exchangerats)
3. outcomes in terms of impact (economic, community, environtment and ecology) and
stakholder outcomes.

Dari pandangan tersebut terlibat jelas bahwa sistem pariwisata memiliki sub-sistem-subsistem
di dalamnya, dimana masing-masing-masing sub sistem memiliki komponen-komponen yang
saling terkait di dalam maupun di luar, dimana masing-masing komponen juga merupakan
sistem tersendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Leiper bahwa sistem pariwisata secara
menyeluruh bisa bersifat open system dimana masing-masing komponen berinteraksi dengan
bagian di dalam dan di luar (lingkungan).
Untuk mempertajam analisis mengenai sistem pariwisata, Prosser (dalam Mason, 2004:12)
membagi sistem pariwisata dalam 4 subsistem yaitu pasar pariwisata, informasi, promosi dan
petunjuk, lingkungan tujuan wisata dan transportasi dan komunikasi. Menurut Prosser pasar
pariwisata terkait erat dengan karakteristik lokasi, pola-pola budaya, permintaan, kapasitas
pengeluaran, dan musim.
Pasar wisata dalam melakukan aktifitas pariwisata memerlukan transportasi dan komunikasi,
menuju tujuan wisata, menuju atraksi wisata serta dari dan ke atraksi wisata. Di tempat tujuan
wisata akan berhubungan dengan sub sistem lingkungan tujuan wisata yang terdiri dari interaksi
timbal balik atraksi dan pelayanan serta fasilitas wisata serta populasi dan budaya masyarakat
yang didatangai (tuan rumah). Persepsi wisatawan terhadap lingkungan daerah tujuan wisata
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sub sistem informasi, promosi dan petunjuk.
Sub-sistem ini berkaitan dengan pembentukan image dan persepsi wisatawan, promosi dan
penjualan, tersedinya pramuwisata dan penunjuk jalan yang jelas, serta informasi dan publikasi.

Sejalan dengan model sistem pariwisata dari Prosser, Leiper mencoba menjelaskan sistem
pariwisata secara menyeluruh (whole tourism system) dimulai dengan mendeskripsikan
perjalanan seorang wisatawan. Dari hasil analisisnya ia mencatat 5 elemen sebagai subsistem
dalam setiap sistem pariwisata yang menyeluruh, yaitu:
1. wisatawan (tourist) yang merupakan elemen manusia yaitu orang yang melakukan
perjalanan wisata
2. daerah asal wisatawan (traveller-generating regions), merupakan elemen geografi yaitu
tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri perjalanannya.
3. jalur pengangkutan (transit route) merupakan elemen geografi tempat dimana perjalanan
wisata utama berlangsung.
4. daerah tujuan wisata (tourist destination region) sebagai element geografi yaitu tempat
utama yang dikunjungi wisatawan .
5. industri pariwisata (tourist industry) sebagai elemen organisasi, yaitu kumpulan dari
organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerjasama dalam pemasaran pariwisata untuk
menyediakan barang, jasa dan fasilitas pariwisata.

Menurut Soekadijo menyatakan jika model pariwisata merupakan mobilitas spasial yang terkait
dengan aspek sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis dan sebagainya. Oleh karena itu
pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks yang menyangkut manusia
seutuhnya.Bagian yang terkait erat dengan sistem pariwisata sebagai mobilitas spasial terdiri
dari dua subsistem yaitu wisatawan dan daerah tujuan wisata. Informasi tentang daerah
tujuan wisata disampaikan kepada wisatawan melalaui pemasaran aktualisasi perjalanan.
Untuk memutuskan apakah akan membeli perjalanan atau tidak wisatawan akan dipengaruhi
oleh motif wisatanya dan seberapa menariknya obyek wisata. Semakin kuat motif dan
kebutuhan wisata maka akan menjadi faktor pendorong (push factor) bagi wisatawan,
sedangkan atraksi dan jasa wisata merupakan faktor penarik (pull factor). Sehingga hubungan
faktor pendorong dan penarik merupakan komplementaritas atau saling melengkapi. Apabila
memtuskan untuk melakukan perjalanan wisatawan akan melakukan mobilitas dengan
memanfaatkan angkutan menuju ke obyek wisata.

Secara lebih spesifik Soekardijo memaparkan sistem pariwisata sebagai industri terdiri dari
subsistem demand (permintaan) dan supply (penawaran). Produsen adalah bagian dari
sistem pariwisata yang berkaitan dengan supply (penawaran) untuk menghasilkan produk-
produk guna memenuhi permintaan konsumen (wisatawan) dan demand (permintaan) yang
berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan. Aspek penawaran wisata terkait erat
dengan penyediaan atraksi wisata, angkutan serta jasa wisata lain. Aspek ini sangat ditentukan
oleh permintaan terhadap produk wisata. Wisatawan datang karena digerakkan oleh motif
perjalanan, sehingga permintaan wisatawan diantaranya adalah atraksi wisata yang
komplementer dengan motif wisata, fasilitas lain yang berkaitan dengan kebutuhan selama
melakukan perjalanan berupa jasa wisata seperti guide, fasilitas hotel, restoran, dsb. Kebutuhan
yang lain adalah kondisi dan sarana transportasi untuk bergerak menuju obyek wisata.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan supply yang dihasilkan oleh produsen, serta
merupakan kesatuan yang harus diperoleh wisatawan bersama-sama. Dengan demikian
dikatakan bahwa produk wisata bersifat kompleks, produksi komponennya ditangani berbagai
badan baik negeri maupun swasta, individu maupun kelompok.
Murphy (1985:10) menggambarkan sistem pariwisata sebagai keterkaitan faktor demand
dan supply. Faktor demand terkait erat dengan pertama, motivasi (fisik, budaya, sosial dan
fantasi); kedua, persepsi yang dipengaruhi pengalaman wisata sebelumnya, kesukan dan
masukan yang diterima, dan ketiga, berkaitan dengan harapan konsumen

Sistem pariwisata menurut Hall (2000:51) terdiri dari 2 bagian besar yaitu supply dan
demand, dimana masing-masing bagian merupakan subsistem yang saling berinteraksi erat
satu sama lain. Sub sistem demand (permintaan) berkaitan dengan budaya wisatawan sebagai
individu. Latar belakang pola perilaku wisatawan dipengaruhi oleh motivasi baik fisik, sosial,
budaya, spiritual, fantasi dan pelarian serta didukung oleh informasi, pengalaman sebelumnya,
dan kesukaan yang akan membentuk harapan dan image. Motivasi, informasi, pengalaman
sebelumnya, kesukaan, harapan dan image wisatawan merupakan komponen dari subsistem
permintaan sebagai bagian dari sistem pariwisata. Supply sebagai subsistem dari sistem
pariwisata terdiri dari komponen seperti industri pariwisata yang berkembang, kebijakan
pemerintah baik nasional, bagian, regional maupun lokal, aspek sosial budaya serta sumber
daya alam, dimana masing-masing sub sistem dan sub-sub sistem sebenarnya juga merupakan
sistem tersendiri yang berinteraksi ke dalam dan ke luar. Baik supply maupun demand akan
mempengaruhi pengalaman yang terbentuk selama melakukan aktivitas wisata.
B.PARIWISATA SEBAGAI INDUSTRI

Pesatnya perkembangan industri pariwisata menyebabkan banyak negara di dunia yang


menganggap pariwisata sebagai satu di antara aspek terpenting dan integral dari strategi
pengembangan negara. Banyak literatur kepariwisataan yang memberikan ulasan bahwa sektor
pariwisata memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara yang bersangkutan. Keuntungan-
keuntungan ini biasanya diperoleh dari pendapatan nilai tukar mata uang asing, pendapatan
pemerintah, stimulasi pengembangan regional, dan penciptaan tenaga kerja serta peningkatan
pendapatannya.

Pariwisata sebagai suatu industri baru di kenal di Indonesia setelah dikeluarkan Intruksi
Presiden R.I. No. 9 Tahun 1969 pada tanggal 6 Agustus 1969, di mana dalam BAB II pasal 3
disebutkan:

Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri


pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta
kesejahteraan masyarakat dan negara.

Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan pengembangan
pariwisata Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan


masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong
kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.
3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka jelaslah bahwa usaha-usaha yang berhubungan dengan
pariwisata merupakan usaha yang bersifat komersial dalam rangka untuk meningkatkan
penerimaan devisa negara.

a.Pengertian Industri Pariwisata

Pengertian industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam bidang usaha
yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa- jasa/pelayanan-
pelayanan yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh
wisatawan selama perjalanannya.

Industri pariwisata itu sendiri merupakan kumpulan dari macam-macam perusahaan yang
secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (good and services) yang
dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya selama dalam
perjalanannya. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu
industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang
berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga
dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk
organisasi yang mengelola dan metode atau cara pemasaranya.

Disebut sebagai suatu industri karena aktivitas rekreasi (pariwisata) tersebut secara ekonomi
telah menciptakan permintaan yang memerlukan pasar bagi produk barang dan jasa pelayanan
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang masing-masing terpisah sama sekali, namun
saling melengkapi.

Misalnya produk cindera mata, perhotelan, makanan, dan perjalanan. Industri pariwisata di
samping mendatangkan devisa bagi negara, juga dapat memperluas lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan masyarakat terutama yang berada di sekitar daerah tujuan wisata,
serta pendapatan daerah. Oleh karena itu, perkembangan pariwisata diharapkan dapat
berperan multi ganda (multiplier effect), yakni manfaat ekonomi melalui perolehan devisa
negara dan manfaat pada masyarakat setempat.

Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam industri pariwisata, yaitu :

1. Travel Agent atau Tour Operator. Perusahaan yang telah memberikan informasi dan
saran, melakukan reservasi, mengurus tiket dan vouchers, serta pengurusan dokumen
perjalanan sehubungan dengan perjalanan wisatawan.
2. Perusahaan Pengangkutan. Dapat berupa angkutan darat, laut maupun udara yang
akan membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata.
3. Akomodasi. Tempat di mana wisatawan akan menginap untuk sementara waktu selama
berada di daerah tujuan wisata.
4. Bar dan Restoran. Tempat di mana wisatawan dapat memesan makanan dan minuman
yang sesuai dengan seleranya.
5. Travel Agent atau Tour Operator Local. Perusahaan yang akan menyelenggarakan
sightseeing atau tour, entertaiment, dan atraksi wisata lainnya.
6. Souvenir-shop dan Handicraff . Tempat di mana wisatawan dapat berbelanja atau
membeli cinderamata sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang ke tempat asalnya.
7. Perusahaan-perusahaan yang Berkaitan dengan Aktivitas Wisatawan. Perusahaan
seperti yang menjual dan mencetakkan foto, kantor pos, money changer, bank, dan lain-
lain.
Perusahaan-perusahaan di atas bersifat saling melengkapi satu sama lain, sehingga
merupakan industri mandiri yang hasil produknya dikonsumsi oleh wisatawan dalam bentuk
paket wisata (package tour).

b.Pengertian Produk Industri Pariwisata


Pengertian produk industri pariwisata adalah suatu susunan produk yang terpadu, terdiri
dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi (jasa angkutan), akomodasi dan hiburan, di mana
setiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.
Terdapat tiga unsur yang membentuk produk pariwisata, yaitu :

1. Atraksi wisata (persepsi di benak wisatawan)


2. Fasilitas di daerah destinasi wisata (accommodation, catering, entertaiment, and
recreation),
3. Kemudahan mencapai daerah destinasi (Accessability of the destination).
Produk industri pariwisata tidak dapat berdiri sendiri dan tidak terpisahkan karena merupakan
serangkaian perusahaan yang menghasilkan bermacam-macam jasa. Jadi tidak hanya satu
macam jasa saja yang diperlukan dalam perjalanan wisata, tetapi diperlukan serangkaian jasa
yang merupakan produk dari industri pariwisata.

Hal ini lah yang menyebabkan timbulnya istilah paket wisata. Paket wisata merupakan rencana
perjalanan wisata yang disusun secara tetap atau pasti dengan biaya tertentu, di mana di
dalamnya sudah termasuk biaya untuk menginap, angkutan/transportasi, katering, dan lain-lain.

c.Karakteristik Produk Industri Pariwisata


Berikut ini adalah beberapa karakteristik atau ciri utama suatu produk industri pariwisata, yaitu :

1. Produk industri pariwisata tidak dapat dipindahkan. Oleh karena itu, dalam penjualannya
tidak mungkin produk itu sendiri di bawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (dalam
hal ini wisatawan) yang harus mendatangi tempat produk itu berada atau dihasilkan.
2. Pada dasarnya peranan perantara (middlemen) tidak diperlukan, karena proses
produksi terjadi pada waktu yang bersamaan dengan proses konsumsi. Satu-satunya
perantara yang merupakan saluran (channel) dalam penjualan jasa industri pariwisata
hanyalah travel agent atau tour operator saja.
3. Produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun seperti halnya yang terjadi pada industri
barang lainnya, di mana penimbunan hanya merupakan kebiasaan untuk meningkatkan
permintaan. Misalnya, hari raya Galungan di Bali tidak dapat disaksikan seminggu
kemudian. Begitu pula dengan pemandangan yang indah pada cuaca yang baik, tidak
dapat disajikan saat cuaca sedang buruk atau dalam keadaan hujan.
4. Produk industri pariwisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang objektif, seperti
halnya dengan industri manufaktur yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan lain-lain.
Patokan yang digunakan dalam industri pariwisata hanya berupa puas atau tidaknya
seorang wisatawan akan pelayanan yang diberikan.
5. Permintaan terhadap produk pariwisata bersifat tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor non-ekonomi. Peperangan, bencana alam, akan mengakibatkan permintaan
untuk berwisata berkurang. Sebaliknya, permintaan akan meningkat saat musim liburan
atau week ends tiba.
6. Calon wisatawan tidak dapat mencoba atau mencicipi produk wisata yang akan
dibelinya. Wisatawan hanya dapat melihat dari brosur, booklets, leaflets, TV, atau tayangan
film yang sengaja dibuat untuk mempromosikan suatu produk wisata tertentu.
7. Produk industri pariwisata sangat tergantung akan sumber daya manusia untuk
mengelolanya.
8. Dari segi kepemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan
membangun sarana kepariwisataan yang memakan biaya besar, mempunyai tingkat resiko
yang tinggi karena perubahan elastisitas permintaan sangat peka sekali.

KESIMPULAN

Pariwisata merupakan sektor yang ikut berperan penting dalam usaha peningkatan pendapatan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman budaya, sehingga
perlu adanya peningkatan sektor pariwisata.Melihat pariwisata sebagai suatu sistem, berartianalisis
mengenai kepariwisataan tidak dapatdilepaskan dari subsistem yang lain, sepertipolitik, budaya dst.
Sebagai sebuah sistem ,antar komponen dalam sistem tersebut menjadihubungan interdepedensi,
dimana perubahanpada salah satu subsistem menyebabkan perubahan pada subsistem lainnya
sampaiditemukan kembali harmoni yang baru. Menurut Undang-Undang Pariwisata no 10 tahun
2009, Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA

http://pariwisata-endah.blogspot.com/2011/10/sistem-pariwisata.html

https://www.lenterabisnis.com/pengertian-pariwisata-sebagai-suatu-industri

http://deddydebot.blogspot.com/2014/03/sistem-pariwisata_19.html

Anda mungkin juga menyukai