Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN KAWASAN NENAS

KABUPATEN KUBU RAYA DAN KABUPATEN PONTIANAK


PROVINSI KALIMANTAN BARAT
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis dengan memiliki wilayah yang luas dan agroklimat yang
beragam mampu menghasilkan berbagai jenis buah-buahan termasuk nenas. Indonesia
saat ini merupakan negara ekportir nenas keempat terbesar di dunia setelah Thailnad,
Costa Rica dan Philipina. Sentra produksi nenas tersebar mulai dari Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Barat. Sebagai salah satu sentra nenas Provinsi Kalimantan Barat masih memiliki peluang
untuk dikembangkan mengingat potensi lahan yang dimiliki masih cukup luas yaitu
sekitar 1,6 juta ha lahan gambut yang sangat cocok untuk pengembangan nenas.
Pengembangan nenas di lahan gambut sebagai upaya
membantu daerah dalam
memanfaatkan potensi lahan yang belum dimanfaatkan dan sekaligus dapat berperan
dalam memberdayakan petani terutama dalam mengurangi Kabut Asap. Selama ini
lahan gambut tersebut lebih merupakan lahan tidur yang tidak tergarap dan sering
dituding sebagai salah satu penyebab terjadinya kabut asap di saat musim kemarau.
Dengan demikian pemanfaatan lahan gambut melalui pengembangan nenas selain untuk
mengurangi pencemaran lingkungan oleh asap akibat pembakaran lahan gambut, yang
utama dapat menjadi salah satu upaya penting dalam neningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani/masyarakat.
Di Kabupaten Kubu Raya telah dibangun pabrik pengolahan nenas menjadi konsentrat
PT. Agro Industri Saribumi Kalbar yang perlu pasokan bahan baku buah nenas segar
sekitar 300 ton per hari. Untuk memenuhi pasokan bahan baku tersebut perlu areal kebun
neneas yang cukup luas yang melibatkan petani nenas di sekitar pabrik.
Pengembangan nenas di Provinsi Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Pontianak
dan Kabupaten Kubu Raya yang sebagian untuk memasok bahan baku industri
pengolahan nenas mejadi konsentrat PT. Agro Industri Saribumi Kalbar, merupakan
terobosan dalam memanfaatkan potensi pasar dunia yang besar yang permintaannya terus
meningkat, disamping akan mengukuhkan peran Indonesia sebagai negara pengekspor
nenas yang saat ini menempati urutan keempat terbesar di dunia.

B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kawasan nenas di Kabupaten Pontianak
dan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat, adalah:

1. Mendorong produksi dan mutu nenas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pengolahan dan pasar regional
2. Meningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan pelaku usaha nenas dan
meningkatan devisa
C. Sasaran
Adapun sasaran yang akan dicapai dalam pengembangan kawasan nenas adalah:
1. Terbentuknya kawasan pengembangan nenas seluas 4.650 ha pada tahun 2010 untuk
memasok bahan baku industri pengolahan sebesar 300 ton per hari dan kebutuhan
pasar regional.
2. Peningkatan mutu dan produktivitas nenas.
3. Pengembangan aneka produk olahan nenas.

II. KONDISI SAAT INI


A. Luas Tanam dan Produksi
Luas tanam nenas yang ada di Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya seluas 1.380 ha dengan
produksi sekitar 10.863 ton dengan tingkat rata-rata hasil sekitar 7,9 ton/ha. Masa panen nenas di
Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya berlangsung sepanjang tahun, namun masa panen raya
nenas terjadi selama 3 (tiga) bulan yaitu antara bulan Maret sampai Mei dan panen biasa antara
bulan Juni sampai Februari.

B. Teknologi Budidaya.
Budidaya nenas yang dilakukan oleh petani pada umumnya masih bersifat tradisional dengan
nenas yang dikembangkan Queen dan Cayenne, belum menerapkan teknologi maju (belum
mengenal GAP) dan belum disusun SOP. Populasi perhektar rendah yaitu antara 10.000 20.000
rumpun sehingga hasil perhektarnya hanya 7 15 ton. Budidaya nenas dilakukan dilahan gambut,
memerlukan pengaturan permukaan air yang baik melalui pembuatan jaringan drainase. Di
lapang baru sebagian petani yang membuat jaringan drainase mengakibatkan rendahnya
produktivitas.
Sebagian besar petani belum menerapkan teknologi pengaturan pembungaan (penggunaan ethrel
atau karbit), sehingga produksinya berfluktuasi sesuai dengan musim. Hal ini berakibat pada
musim panen raya pasokan nenas melimpah namun pada waktu yang lain buah sedikit.
Pengaturan pembungaan mulai dilakukan oleh petani yang bermitra dengan PT. Agro Industri
Saribumi Kalbar.

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan petani pada umumnya hanya penyiangan gulma yang
dilakukan dua kali selama masa pertumbuhan nenas, penjarangan anakan masih jarang dilakukan.
Dalam satu areal pemanenan dilakuan berulang kali karena pertanaman yang tidak seragam.
Pemanenan dilakukan dengan mematahkan tangkai buah, hal ini menyebabkan daya tahan dan
daya simpan buah menjadi rendah, disamping itu perlakuan buah ketika panen kurang hati-hati
yang menyebabkan tingkat kerusakan tinggi.
C. Perbenihan

Untuk penanaman nenas, petani menggunakan benih asalan (tidak berlabel) yang
sebagian kecil berasal dari tunas anakan, sedangkan sebagian besar menggunakan benih
yang berasal dari tunas batang, tunas tangkai, tunas buah bahkan tunas mahkota. Tunas
batang menghasilkan buah pada umur 15 18 bulan dari saat penanaman, sedangkan bila
dari tunas mahkota menghasilkan buah pada umur 22 24 bulan setelah tanam.
Sehingga bila menggunakan benih yang berasal dari tunas batang, tunas tangkai, tunas
buah atau mahkota memerlukan waktu panen yang lebih lama dibandingkan bila
menggunakan anakan (root sucker).
Dengan benih asalan, pertanaman nenas
pertumbuhannya tidak seragam yang menyebabkan pemeliharaan menjadi sulit dan
pemanenan menjadi mahal karena harus memilih sehingga untuk memanen satu areal
dilakukan pemanenan berulang kali.
D. Serapan Pasar

Produksi nenas yang dihasilkan oleh petani di sentra produksi selama ini dipasarkan
terutama untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang ada di sekitar Kota Pontianak. Hal
ini menyebabkan terbatasnya serapan pasar karena jumlah pasar yang sedikit sehingga
jaringan pasar untuk pemasaran nenas tidak berkembang. Faktor lain yang menyebabkan
rendahnya serapan pasar adalah belum berkembangnya secara optimal industri olahan
seperti industri rumah tangga. Pada saat musim panen raya harga nenas sangat rendah
sekitar Rp. 200,-/buah, bahkan di beberapa daerah yang akses jalannya sulit dijangkau
harganya lebih rendah lagi. Tigkat harga yang murah tersebut tidak dapat menutupi biaya
produksi.
E. Rantai Pasokan.
Pada umumnya buah nenas dipasarkan dalam bentuk segar dengan tujuan ke pabrik dan atau
pasar tradisional. Pola rantai pasokan yang berkembang pada pemasaran nenas sangat beragam
karena dipengaruhi oleh faktor geografis dan waktu, dan biasanya petani menjual kepada pembeli
yang menawarkan harga paling menguntungkan. Pada masa-masa tertentu seperti pada hari raya

keagamaan atau tahun baru China harga jual nenas tinggi sedangkan pada panen raya harga nenas
sangat rendah.
Secara umum rantai pemasaran nenas yang ada di kawasan pengembangan sebagai berikut:
(1) Petani - Konsumen : petani menjual hasil produksinya langsung ke konsumen, dengan cara
membuat kios buah di depan rumahnya/di pinggir jalan.
(2) Petani Pengecer Konsumen : petani menjual hasil produksinya langsung, kemudian
pedagang menjual nenas ke konsumen.
(3) Petani Pedagang Pengumpul Pedagang pengecer/Kios Buah - Konsumen : petani menjual
nenas ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual ke pedagang
pengecer/kios-kios buah yang selanjutnya dijual ke konsumen.
(4) Khusus untuk petani plasma rantai pasokannya : Petani Kelompok Tani - Perusahaan Inti
(pabrik) - Ekspor : pabrik pengolahan (PT. Agro Industri Saribumi Kalbar) melakukan
kontrak pembelian dengan Kelompok Tani, pabrik melakukan pengolahan kemudian produk
konsentratnya diekspor.
Harga nenas di tingkat petani yang tidak sebagai petani plasma, bervariasi antara Rp. 400,sampai Rp. 700,- per buah, tergantung dari jenis nenas yang dijual. Sedangkan harga ditingkat
pedagang pengumpul antara Rp. 1.000,- sampai Rp. 1.500,- per buah. Harga nenas di pengecer
/kios-kios buah yang terdapat di pinggir-pinggir jalan berkisar antara Rp. 1.000,- sampai Rp.
2.500,- perbuah. Pada saat panen raya, harga nenas cukup rendah berkisar Rp. 200/buah. Untuk
petani mitra, harga nenas di tingkat petani dibeli dengan harga Rp. 400,-/.kg dengan biaya angkut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pabrik pengolahan.

Diagram SCM Nenas Kab.


Kab. Kubu Raya dan Kab.
Kab. Pontianak
Konsumen

Industri Rumah Tangga


Volume : 30 40 %
Harga : Rp. 1.000,- s/d - Rp. 1.500,-/buah

Konsumen (Ekspor)

Volume : 60 - 70%
Harga : Rp. 1.000,- - Rp. 1.500,-/buah

Volume : 100%
Harga : Rp. 1.000,- - Rp. 2.500,-/buah

Pengecer / Pasar

Gerai Buah
(street vendor)

Volume : 10%
Harga : Rp. 1.000,- sd Rp.1.500,-/buah

Pabrik

Volume : 5-10%
Harga : Rp. 700,-/buah

Volume : 100%
Harga : Rp. 400,-/kg

Kelompok Tani

Pedagang Pengumpul
Desa
Kecamatan
Kabupaten

Volume : 100%
Harga : Rp. 400,-/kg

Petani Mitra

F.

Kelembagaan.

1.

Kelompok Tani

Volume : 90%
Harga : Rp. 1.000,- /buah

Volume : 90 - 95%
Harga : Rp. 400,- - Rp. 700,-/buah
Saat panen Raya Rp. 200/buah

Petani Non Mitra

Kelembagaan tani nenas yang sudajh dibentuk hanya pada petani yang bermitra (plasma) PT.
Agro Industri Saribumi Kalbar yang jumlah sekitar 75 kelompok yang tersebar 6 kecamatan yaitu
Kec. Sungai Raya, kec. Rasau Jaya, kec. Sungai Ambawang, kec. Kuala Dua, kec. Sungai Pinyuh
dan kec. Mempawah Hilir.
2.

Koordinator Lapang

Kelompok Tani-Kelompok Tani yang berdomisili dalam satu blok dikoordinir oleh seorang
Koordinator Lapang (Korlap). Tugas Koordinator Lapang sebagi penghubung antara Kelompok
Tani dengan perusahaan inti PT. Agro Industri Saribumi Kalbar. Koordinator Lapang yang ada di
kawasan nenas berjumlah 13 orang yang terdapat di 3 kecamatan yaitu kec. Sungai Raya
sebanyak 7 Korlap, kec. Rasau Jaya sebanyak 3 Korlap, dan kec. Sungai Pinyuh sebanyak 3
Korlap.
3.

Lembaga Mandiri yang Mengakar pada Masyarakat (LM3)

LM 3 di kawasan nenas yang sudah mendapat bantuan penguatan modal usaha dari Departemen
Pertanian sebanyak 1 buah yaitu Ponpes Darul Ulum yang terletak di Desa Rasau Jaya
Kecamatan Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya dengan usaha komoditas nenas 2,6 ha dan pisang 2

ha. LM3 yang sudah berbudidaya nenas namun belum mendapat bantuan penguatan modal usaha
yaitu Pesantren Asy-Syuro Desa Galang Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak dan
Ponpes Almithahul Ulum Desa Mekarsari Kecamatan Sungai Raya. Sedangkan yang berminat
untuk mengembangkan nenas Ponpes Parit Banjar Desa Bakau Kecil Kecamatan Sungai Pinyuh
Kabupaten Pontianak.

G. Sarana dan Prasarana.


Sarana dan prasarana yang ada di kawasan nenas Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten
Pontianak untuk menunjang pengembangan agribisnis nenas antara lain :
1. Terdapat pabrik pengolahan nenas PT. Agro Industri Saribumi Kalbar yang memiliki
kapasitas produksi 30 ton per jam.
2. Jaringan transportasi berupa jalan dan jembatan, cukup baik dan dapat dilalui kendaraan
seperti truck pengangkut dengan kapasitas 15 ton atau pick up dengan kapasitas antara 3 5
ton yang dapat mencapai kebun;
3. Jalan produksi di areal tertentu yang dekat dengan jalan utama
4. Tersedia sarana transportasi yang memadai untuk pengangkutan nenas;
5. Pasar terdekat dengan sentra nenas berjarak kurang lebih 10 km. Namun disamping dijual ke
pasar, banyak petani yang membuat kios-kios buah di pinggir-pinggir jalan utama untuk
memasarkan nenas secara langsung.
6. Dukungan perbankan seperti Bank Indonesia provinsi Kalimantan Barat yang
mengkoordinasikan program pengembangan komoditas nenas. Bank yang ikut dalam
penyediaan modal antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Kalbar, Pembiayaan
Nasional Madani dan BPR Central Kapuas;
7. Terdapat kios sarana produksi yang menjamin ketersediaan sarana produksi seperti alat
pertanian dan pestisida untuk pemeliharaan tanaman;
8. Terdapat industri rumah tangga yang mengolah nenas menjadi berbagai macam produk
olahan, seperti nastar, kue, juice, dan sebagainya.
H. Potensi Pengembangan
Dari total lahan gambut di Kalimantan Barat, yang potensial untuk pengembangan nenas di
kawasan Kabuapetn Pontianak dan Kubur Raya mencapai 9.500 ha. Lahan potensial tersebut
tersebar di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Raya, Rasau Jaya, Sungai Pinyuh dan
Kecamatan Mempawah Hilir. Potensi pengembangan nenas masing-masing kecamatan terlampir.

III. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kawasan nenas di Kabupaten
Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya antara lain:
1. Terbatasnya pasokan bahan baku untuk pabrik pengolahan nenas

2. Petani nenas pada umumnya mengelola tanaman nenas masih secara tradisional,
belum menerapkan teknologi anjuran (Good Agricultural Practices) dengan
produktivitas yang masih rendah.
3. Benih yang digunakan petani masih asalan dan jumlahnya terbatas.Di Kabupaten
Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya sampai saat ini belum ada penangkar benih
nenas. Selama ini pengembangan nenas hanya mengandalkan benih yang berasal
dari anakan pertanaman nenas yang ada.
4. Petani yang tidak/belum melakukan kemitraan dengan pabrik pengolahan nenas,
rantai pasokan/pemasarannya panjang dan belum tranparan dalam pembagian
keuntungan, petani nenas menikmati meuntungan yang paling kecil.
5. Kelembagaan petani nenas sebagian baru mulai terbentuk setelah melakukan
kemitraan dengan pabrik pengolahan nenas
6. Petani memiliki keterbatasan modal untuk mendukung pengembangan usahataninya.
7. Terbatasnya sarana jalan dan saluran drainase
IV. ALUR PIKIR
Prgram pengembangan kawasan nenas di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten
Pontianak disusun berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kawasan nenas yang
bersangkutan. Disamping permasalahan, di kawasan pengembangan nenas memiliki
potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
termasuk adanya jaminan pasar. Dengan memanfaatkan potensi yang ada untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi, disusun program pengembangan kawasan nenas
antara lain meliputi pengembangan areal produksi melalui perluasan areal tanam dan
optimalisasi kebun, pengembangan perbenihan, penerapan GAP/SOP, pengembangan
kelembagaan, penataan pengelolaan
rantai pasokan, fasilitasi terpadu investasi
pengembangan nenas dan fasilitasi sarana/prasarana. Produksi nenas yang dihasilkan
guna memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik pengolahan nenas (PT. Agro Industri
Saribumi Kalbar) dan pasokan untuk pasar tradisional dan industri rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan nenas tersebut harus dalam kerangka mencapai tujuan akhir yaitu
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani/pelaku usaha nenas, serta peningkatan
devisa dari ekspor konsentrat nenas.

FATIH

ALUR PIKIR
PERMASALAHAN

Kurangnya
pasokan bahan
baku pabrik
pengolahan
Belum
menerapkan
teknologi anjuran
(GAP/SOP)
Benih yang
digunakan masih
asalan dan
jumlahnya
terbatas

Rantai pasokan
panjang

Kelembagaan
petani sebagian
belum terbentuk

Modal terbatas
Terbatasnya
sarana jalan dan
saluran drainase

Potensi

- Lahan inti 3.600 ha


- Plasma 5.900 ha
- Pabrik kapasitas 30
ton/jam

FASILITASI
SARANA / PRASARANA

- Fasilitasi Jaringan Drainase


sekitar 200 m/ha

- Fasilitasi jalan produksi


- Fasilitasi keranjang panen
- Tempat pengumpul buah

Telah dibentuk Focus Group


koordinasi,

PENATAAN
RANTAI
PASOKAN

sosialisasi sumber permodalan,


pendampingan
penjaminan (avalis)

(petani
plasma dan

Sumber pembiayaan : BRI,


PNM, BPR Central Kapuas,
Bank Kalbar, KKP-E, KUR

non plasma)

PENINGKATAN
KONSUMSI &
EKSPOR

Pengembangan
Kawasan
Nenas

1. Bahan Baku
Industri cukup
2. Keb. pasar
regional
terpenuhi
3. Produk
olahan

Peningkatan
Devisa,
Peningkatan
Kesejahteraan
Petani /
pelaku Usaha

PENERAPAN GAP / SOP

KELEMBAGAAN
-Kelompok Tani
-Gapoktan
-Inisiasi Asosiasi
-Pelatihan
Manajemen

PENGEMBANGAN
PRODUK
OLAHAN

PENGEMBANGAN
PERBENIHAN
- Penumbuhan
Penangkar

-Penyusunan SOP nenas


-Penyempurnaan SOP Nenas
- Sosialisasi SOP
- Pelatihan petani dan

petugas
- Pendampingan

PENGEMBANGAN AREAL
PRODUKSI
-Perluasan Areal Tanam
-Optimalisasi Kebun

FATIH

ALUR PIKIR
PERMASALAHAN

Kurangnya
pasokan bahan
baku pabrik
pengolahan
Belum
menerapkan
teknologi anjuran
(GAP/SOP)
Benih yang
digunakan masih
asalan dan
jumlahnya
terbatas

Rantai pasokan
panjang

Kelembagaan
petani sebagian
belum terbentuk

Modal terbatas
Terbatasnya
sarana jalan dan
saluran drainase

Potensi

- Lahan inti 3.600 ha


- Plasma 5.900 ha
- Pabrik kapasitas 30
ton/jam

FASILITASI
SARANA / PRASARANA

- Fasilitasi Jaringan Drainase


sekitar 200 m/ha

- Fasilitasi jalan produksi


- Fasilitasi keranjang panen
- Tempat pengumpul buah

Telah dibentuk Focus Group


koordinasi,

PENATAAN
RANTAI
PASOKAN

sosialisasi sumber permodalan,


pendampingan

(petani
plasma dan

penjaminan (avalis)
Sumber pembiayaan : BRI,
PNM, BPR Central Kapuas,
Bank Kalbar, KKP-E, KUR

non plasma)

PENINGKATAN
KONSUMSI &
EKSPOR

Pengembangan
Kawasan
Nenas

1. Bahan Baku
Industri cukup
2. Keb. pasar
regional
terpenuhi
3. Produk
olahan

Peningkatan
Devisa,
Peningkatan
Kesejahteraan
Petani /
pelaku Usaha

PENERAPAN GAP / SOP

KELEMBAGAAN
-Kelompok Tani
-Gapoktan
-Inisiasi Asosiasi
-Pelatihan
Manajemen

PENGEMBANGAN
PRODUK
OLAHAN

PENGEMBANGAN
PERBENIHAN
- Penumbuhan
Penangkar

-Penyusunan SOP nenas


-Penyempurnaan SOP Nenas
- Sosialisasi SOP
- Pelatihan petani dan

petugas
- Pendampingan

PENGEMBANGAN AREAL
PRODUKSI
-Perluasan Areal Tanam
-Optimalisasi Kebun

FATIH

ALUR PIKIR
PERMASALAHAN

Kurangnya
pasokan bahan
baku pabrik
pengolahan
Belum
menerapkan
teknologi anjuran
(GAP/SOP)
Benih yang
digunakan masih
asalan dan
jumlahnya
terbatas

Rantai pasokan
panjang

Kelembagaan
petani sebagian
belum terbentuk

Modal terbatas
Terbatasnya
sarana jalan dan
saluran drainase

Potensi

- Lahan inti 3.600 ha


- Plasma 5.900 ha
- Pabrik kapasitas 30
ton/jam

FASILITASI
SARANA / PRASARANA

- Fasilitasi Jaringan Drainase


sekitar 200 m/ha

- Fasilitasi jalan produksi


- Fasilitasi keranjang panen
- Tempat pengumpul buah

Telah dibentuk Focus Group


koordinasi,

PENATAAN
RANTAI
PASOKAN

sosialisasi sumber permodalan,


pendampingan

(petani
plasma dan
non plasma)

penjaminan (avalis)
Sumber pembiayaan : BRI,
PNM, BPR Central Kapuas,
Bank Kalbar, KKP-E, KUR

PENINGKATAN
KONSUMSI &
EKSPOR

Pengembangan
Kawasan
Nenas

Peningkatan
Devisa,
Peningkatan
Kesejahteraan
Petani /
pelaku Usaha

1. Bahan Baku
Industri cukup
2. Keb. pasar
regional
terpenuhi
3. Produk
olahan

PENERAPAN GAP / SOP

KELEMBAGAAN
-Kelompok Tani
-Gapoktan
-Inisiasi Asosiasi
-Pelatihan
Manajemen

PENGEMBANGAN
PRODUK
OLAHAN

PENGEMBANGAN
PERBENIHAN
- Penumbuhan
Penangkar

V.

PROGRAM PENGEMBANGAN

A.

Pengembangan Areal Produksi

-Penyusunan SOP nenas


-Penyempurnaan SOP Nenas
- Sosialisasi SOP
- Pelatihan petani dan

petugas
- Pendampingan

PENGEMBANGAN AREAL
PRODUKSI
-Perluasan Areal Tanam

-Optimalisasi Kebun

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik pengolahan konsentrat nenas (PT. Agro
Industri Saribumi Kalimantan Barat) sebesar 300 ton per hari dan pasar tradisional serta
industri pengolahan rumah tangga sekitar 10 ton per hari, dengan areal nenas yang ada
seluas 1.650 ha belum mencukupi. Untuk memasok pasar tradisional dan industri
pengolahan rumah tangga dapat dipenuhi dari areal pertanaman nenas yang tidak
bermitra dengan pabrik pengolahan konsentrat nenas. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku pabrik, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi melalui
perluasan areal tanam dan optimalisasi kebun

1. Perluasan Areal Tanam


Untuk memenuhi bahan baku pengolahan konsentrat nenas sebesar 300 ton per hari,
dibutuhkan areal panen 10 ha. Sehingga untuk satu tahun dengan 300 hari produksi

dibutuhkan areal tanam seluas 3.000 ha ditambah cadangan areal tanam seluas 1.000 ha,
maka total areal tanam dibutuhkan 4.000 ha. Luas areal tanaman nenas yang dikelola oleh
petani dan telah bermitra dengan perusahaan pengolahan konsentrat nenas saat ini seluas
750 ha disamping kebun nenas yang diusahakan oleh perusahaan pengolahan nenas
(sebagai inti) seluas 255 ha. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
industri pengolahan konsentrat diperlukan perluasan areal tanam sekitar 2.995 ha, untuk
kebun inti dan mitra selama 3 tahun. Total luas kebun inti yang akan dikembangkan
1.000 ha sedangkan kebun petani mitra totalnya 3.000 ha.
2. Optimalisasi Kebun
Kebun plasma yang sudah ada populasinya rata-rata antara 15.000 20.000 tanaman per
hektar. Untuk menutupi biaya produksi, dengan harga buah nenas Rp. 400/kg (sesuai
kontrak yang sudah ditandatangani), populasi tanaman per hektar minimal 13.000
tanaman, sehingga agar petani plasma menikmati keuntungan populasinya harus
ditingkatkan. Oleh karena itu perlu dilakukan optimalisasi kebun plasma dengan
menambah populasi/menyulam secara bertahap sehingga mencapai populasi ideal 40.000
tanaman/ha.
B. Pengembangan Perbenihan
Untuk perluasan areal dan optimalisasi kebun nenas dalam rangka memenuhi bahan baku
industri pengolahan diperlukan benih nenas yang cukup besar. Untuk penambahan areal
tanam baru diperlukan 119.800.000 (populasi 40.000/ha) dan untuk penyulaman dalam
rangka optimalisasi kebun nenas petani plasma diperlukan benih sekitar 15.600.000
tanaman (kebutuhan benih 20.000 tanaman/ha).
Kebutuhan benih nenas di Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya saat ini
sepenuhnya berasal dari anakan pertanaman nenas di kebun petani, belum ada penangkar
benih nenas. Benih nenas yang terbaik adalah yang berasal dari anakan (root sucker)
karena akan cepat menghasilkan pada umur 9 12 bulan dari saat tanam, namun anakan
ini jumlahnya sedikit sehingga tidak mencukupi. Yang banyak tersedia adalah benih
yang berasal dari tunas batang (sucker) yang akan menghasilkan setelah 15 18 bulan
ditanam dan tunas tangkai yang menghasilkan setelah 18 bulan ditanam, tunas buah
menghasilkan di atas 18 bulan dan mahkota yang baru menghasilkan setelah 24 bulan.
Untuk memperoleh benih bermutu dari tunas batang, tunas tangkai dan tunas buah serta
memperpendek umur panen, perlu ditumbuhkan penangkar atau pembesaran benih di
setiap blok pengembangan nenas. Tunas batang dan tunas tangkai akan dibesarkan
ditempat penangkar atau tempat pembesaran, sekaligus dilakukan seleksi guna
memperoleh benih yang seragam. Dengan demikian petani yang akan mengembangkan
nenas akan memperoleh benih yan g seragam sehingga aplikasi zat perangsang
pembungaan dapat dilakukan secara serempak dan waktunya panennya lebih cepat.

Penangkar atau pembesaran benih tersebut perlu difasilitasi dengan sarana shading net
yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan, pelatihan penangkaran/pembesaran benih
nenas dan penguatan modal penangkar
F.

Penerapan GAP (Good Agricultural Practices)/SOP

Untuk meningkatkan mutu dan produktivitas tanaman nenas di Kabupaten Kubu Raya
dan Kabupaten Pontianak untuk memenuhi permintaan bahan baku industri pengolahan
konsentrat, pasar tradisional dan industri rumah tangga, petani nenas didorong untuk
menerapkan teknologi budidaya anjuran (Good Agricultural Practices).
Untuk memfasilitasi petani plasma dan untuk diterapkan di kebun perusahaan inti, telah
disusun dan sedang disempurnakan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk nenas
Cayenne, sedangkan untuk jenis Queen akan segera disusun. Penyusunan SOP tersebut
melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pengembangan nenas di Kabupaten Kubu
Raya dan Kabupaten Pontianak termasuk dari kalangan perbankan.
Untuk menjamin mutu produksi nenas dengan tingkat kematangan yang sesuai dengan
kebutuhan, standar dan permintaan pasar, petani perlu dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan penentuan saat panen, termasuk pencatatan waktu panen yang tepat setelah
bunga terbentuk. Untuk menentukan tingkat kemanisan seperti permintaan pabrik
pengolahan nenas (minimal Brix 14o), Kelompok Tani perlu difasilitasi dengan alat
refractometer .
Untuk menjaga kontinyuitas produksi nenas, keterampilan petani tidak cukup pada cara
berbudidaya tanaman nenas saja, namun dapat melihat peluang pasar dengan
menggunakan teknik perangsangan pembungaan (inisiasi pembungaan) sehingga petani
dapat mengatur pembuahan nenas sesuai dengan.
Untuk mempercepat penerapan GAP/SOP, perlu dilakukan langkah-langkah antara lain
sebagai berikut:
1. Penyempurnaan SOP Nenas Cayenne
2. Penyusunan SOP Nenas Queen
3. Sosialisasi SOP kepada seluruh stakeholder
4. Pelatihan SOP untuk petani termasuk LM3 dan petugas (dinas, penyuluh,
pendamping, koordinator lapang)
5. Pendampingan/penyuluhan penerapan GAP/SOP
6. Sekolah Lapang GAP/SOP
7. Sekolah Lapang PHT
8. Fasilitasi alat pengukur tingkat kematangan buah
G.

Pengembangan Kelembagaan

Kelembagaan petani nenas di Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya saat ini
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu untuk kelembagaan
petani mitra PT. Agro Industri Saribumi Kalbar dan petani non mitra. Dengan kondisi
petani yang berbeda, maka program pengembangannya juga berbeda.
1. Petani Mitra
Petani mitra PT. Agro Industri Saribumi Kalbar telah membentuk Kelompok Tani.
Beberapa Kelompok Tani yang berdomisili dalam satu blok,
ditunjuk seorang
Koordinator Lapang yang mempunyai tugas sebagai penghubung antara perusahaan inti
dengan Ketua Kelompok Tani. Koordinator Lapang yang ditunjuk adalah petani maju
yang sekaligus berperan sebagai Champion. Semua urusan Kelompok Tani dengan
perusahaan inti yang menyangkut perencanaan produksi, pengiriman produk, pembayaran,
penyaluran benih, bahan stimulan pembungaan (karbit) dan biaya tenaga kerjanya
melalui Koordinator Lapang.
Untuk pengembangan kelembagaan tani, Kelompok Tani yang berdomisili dalam satu
blok didorong menjadi Gapoktan dengan ketua Gapoktan sekaligus berfungsi sebagai
Koordinator Lapang. Apabila Gapoktan sudah mampu mengirim 3 truk nenas per hari,
Gapoktan diupayakan menangani pengangkutan buah ke pabrik pengolahan dengan
modal kendaraan dari perbankan.
Gapoktan-Gapoktan plasma diinisiasi untuk membentuk asosiasi nenas yang nantinya
mampu menjamin kerjasama yang saling menguntungkan antara petani mitra dan
perusahaan inti. Untuk itu perlu pemeberdayaan dan peningkatan kemampuan Kelompok
Tani, Gabungan Kelompok Tani melalui pelatihan tentang enterpreunership maupun
dalam manajemen kebun serta manajemen usaha.
2. Petani Non Mitra
Petani nenas non plasma di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak pada
umumnya belum bergabung dalam Kelompok Tani Nenas, sehingga pemasaran dan
pengusahaan kebun nenasnya dilakukan secara individual. Kondisi merupakan salah satu
penyebab pembagian keuntungan dalam pemasaran produk nenas petani menikmati porsi
yang paling kecil, tidak sesuai dengan pengorbannya jika dibandingkan dengan para
pedagang yang dalam waktu singkat tapi menikmati keuntuungan paling besar. Untuk
meningkatkan posisi tawar petani sehingga tercipta rantai pasokan (Suppply Chain
Manajemen) yang transparan dan pembagian keuntungan yang adil, petani nenas
didorong untuk bergabung dalam Kelompok Tani, Gapoktan dan asosiasi petani nenas
non plasma. Untuk itu perlu pelatihan-pelatihan dan pembinaan yang intensif serta
pendampingan.

Disamping kelembagaan petani, perlu didorong terbentuknya Pusat Pendidikan dan


Pelatihan Pertanian Swakarsa (P4S) sebagai tempat berlatih dan magang petani nenas
yang ada disekitarnya, serta pemberdayaan Lembaga Mandiri Mengakar pada Masyarakat
(LM3) yang berusaha dibidang agribisnis nenas. Pembentukan P4S perlu difasilitasi
dengan pelatihan-pelatihan seperti manajemen sumberdaya manusia, penyiapan modul
dan sebagainya. Sedangkan untuk pemberdayaan LM3, difasilitasi dengan pelatihan serta
penguatan modal usaha.
E. Penataan Pengelolaan Rantai Pasokan
Dengan kondisi petani nenas ada yang sebagai petani plasma dan non plasma yang
masing-masing memiliki pola rantai pasokan yang bebeda, maka penataan rantai pasokan
nenas juga mempunyai penekanan yang berbeda.
1. Petani non Plasma
Petani nenas yang belum bermitra dengan PT. Agro Industri Saribumi Kalbar,
memasarkan produknya sendiri-sendiri dan sebagian besar melalui pedagang pengumpul
dengan harga yang relatih murah jika dibandingkan dengan harga yang harus dibayar
oleh konsumen. Bila saat panen raya harga nenas sangat rendah bahkan tidak laku dijual.
Untuk mengatsi kondisi tersebut perlu ditata rantai pasokannya sehingga pemasaran
produk dilakukan secara transparan dan pembagian keuntungan yang berkeadilan. Petani
perlu difasilitasi dengan inisiasi pembentukan kelompok, gapoktan serta asosiasi.
Diantara anggota Kelompok Tani/Gapoktan yang memiliki akses pasar berperan sebagai
champion, yang akan memberikan informasi pasar sekaligus memasarkan produk nenas
anggota kelompok yang lain. Disamping itu, untuk menghindari terjadinya kelebihan
pasokan pada waktu panen raya dan kekurangan pasokan pada waktu penen kecil,
kelompok tani harus merencanakan besarnya produksi per hari, dengan pengaturan waktu
aplikasi zat perangsang pembungaan.
2. Petani Plasma
Rantai pasokan petani plasma sudah tertata karena perusahaan inti melakukan kontrak
pembelian kepada kelompok yang diketahui oleh anggota. Yang masih perlu dilakukan
penataan antara lain adanya informasi yang transparan kepada petani plasma mengenai
harga konsentrat di pasar dunia oleh perusahaan inti, sehingga kalau dipasar dunia
mengalami peningkatan para petani nenas dapat menikmati kenaikan harga tersebut
dengan harga pembelian bahan baku yang lebih tinggi. Selain itu harga pembelian
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara inti dan plasma.
F. Fasilitasi Terpadu Investasi Pengembangan Nenas

Untuk menunjang pengembangan kawasan nenas di provinsi Kalimantan Barat,


khususnya di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak, telah dibentuk Focus
Group Pengembangan Nenas dengan Ketua Kasubdin Produksi Hortikultura Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Barat, sebagai anggota wakil dari
instansi terkait seperti Bank Indonesia, Bapeda Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya,
Dinas Pertanian Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya serta PT. Agro Industri Sari Bumi
Kalimantan Barat, Dinas Depnakertrans dan sebagainya. Melalui Focus Group tersebut,
fasilitasi oleh berbagai instansi dapat diberikan guna mendorong pengembangan nenas
Focus Group melalui divisi Fasilitasi Percepatan Pembangunan Daerah Bank Indonesia
telah memfasilitasi pembiayaan pengembangan nenas yang melibatkan 4 lembaga
keuangan yaitu Bank Rakyat Indonesia, Bank Kalimantan Barat, Pembiayaan Nasional
Madani dan Bank Perkreditan Rakyat Central Kapuas. Untuk merealisasikan pembiayaan
tersebut telah ditandatangani Memorandum of Understanding (MOU) antara keempat
lembaga keuangan tersebut dengan PT. Agro Industri Saribumi Kalbar pada tanggal 17
Mei 2008.
Untuk menunjang pembiayaan pengembangan nenas, sudah diusulkan agar komoditas
nenas dapat dibiayai dengan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan sedang
dalam proses untuk dibiayai melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Untuk mengoptimalkan fungsi Focus Group dalam memfasiliatsi pengembangan nenas
dan meningkatkan akses petani plasma pada sumber pembiayaan perlu dilakukan
koordinasi yang intensif, sosialisasi tentang sumber permodalan, pendampingan, dan
penjaminan (avalis).
G.

Peningkatan Konsumsi dan Ekspor

Untuk mengantisipasi terjadinya kelebihan pasokan paada saat panen raya, selain
dilakukan pengaturan produksi, juga perlu dilakukan upaya peningkatan serapan pasar
produk nenas,
Peningkatan serapan pasar di dalam negeri dilakukan dengan
meningkatkan konsumsi nenas masyarakat. Pemasyarakatan peningkatan konsumsi
nenas dapat dilakukan dengan bekerjasama berbagai pihak seperti kalangan pengusaha
hotel dan restoran, Dinas Pariwisata, dan Dinas Kesehatan.
Sedangkan untuk meningkatan serapan pasar di laur negeri, perlu dilakukan promosi
dagang dengan mengikuti pameran atau pengiriman misi dagang.

H.

Pengembangan Pasca Panen

Untuk mengatasi jatuhnya harga produk nenas pada saat musim panen raya dan pabrik
pengolahan konsentrat kelebihan pasokan, perlu diupayakan penumbuhan industri
pengolahan nenas berskala rumah tangga yang dapat menampung produk nenas yang

dihasilkan di daerah kawasan pengembangan nenas. Untuk mendorong tumbuhnya


insudtri rumah tangga perlu difasilitasi dengan alat pengolahan sederhana namun tetap
menjamin hasil olahannya higienis. Disamping itu, untuk menjamin mutu produk agar
tetap terjaga dalam waktu yang cukup lama serta menarik konsumen, perlu didukung
dengan penyediaan alat serta desain kemasan. Dengan demikian produk olahan nenas
higienis, bermutu dan kemasannya menarik konsumen.

I.

Fasilitasi Sarana/Prasarana

Salah satu kunci keberhasilan budidaya tanaman nenas di lahan gambut adalah mengatur
tinggi permukaan air agar tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam. Untuk mengatur
tinggi rendahnya permukaan air, petani nenas perlu fasilitasi pembangunan jaringan
drainase yang panjangnya sekitar 200 m per hektar.
Untuk pengangkutan produksi dan sarana produksi, jalan produksi mutlak diperlukan
agar sarana produksi sampai sampai dilapang tepat saat dibutuhkan dan produksi sampai
di pabrik dan konsumen tepat waktu dalam kondisi segar.
Oleh karena itu untuk
menunjang pengembangan nenas perlu difasilitasi dengan pembangunan jalan produksi
sehingga semua areal produksi dapat dijangkau dengan mudah.
Untuk menjamin buah sampai di pabrik atau konsumen dalam kondisi segar, perlu
penanganan panen yang memadai sebelum dilakukan pengangkutan. Sarana panen yang
dibutuhkan untuk menunjang pengembangan nenas adalah keranjang panen dan tempat
pengumpul buah. Keranjang panen digunakan untuk mengangkut buah dari kebun ke
tempat pengumpul buah. Tempat pengumpul buah berfungsi sebagai tempat pengumpul
buah sebelum buah diangkut ke pabrik pengolahan ataupun pasar. Penempatan tempat
pengumpul buah mempertimbangkan jarak kebun dari jalan yang dapat diakses dengan
alat pengangkut.

IV. WAKTU PELAKSANAAN


Program pengembangan kawasan nenas di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten
Pontianak mulai dilakukan tahun 2008 dan direncanakan sampai dengan tahun 2011,
yang melibatkan berbagai intansi. Jadwal ini disusun masih berifat tentatif dalam
pelaksanaannya tergantung kondisi lapang dan ketersediaan anggaran. Jadwal tentatif
pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan nenas di kabupaten Kubu Raya dan
Kabupaten Pontianak sebagaimana terlampir.
V.

PEMBIAYAAN

Sumber dana untuk pengembangan kawasan nenas di Kabupaten Kubu Raya dan
Kabupaten Pontianak berasal dari berbagai sumber seperti APBN, APBD Provinsi dan
APBD Kabupaten, Swasta (PT. Agro Industri Saribumi Kalbar), Perbankan dan
masyarakat dengan melibatkan berbagai instansi di tingkat pusat maupun daerah.

Anda mungkin juga menyukai