LAPORAN PRAKTIKUM
Asisten Pembimbing
Triwila Nindra Putra Perdana
Nindy Novianti Anggraeni
Rollinda Mustikaning Cahyo
Widia Enggar Saputri
Alivia Permatasari
Adinda Tissa Rachmasari Putri
Moh. Aji Prasetyo
Disusun Oleh
Golongan G/Kelompok 1
LAPORAN PRAKTIKUM
Asisten Pembimbing
Adinda Tissa Rachmasari Putri
Disusun Oleh
Golongan G/Kelompok 1
i
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK
ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN
Diterima Oleh:
Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian
Sebagai:
Laporan Praktek Lapang
Dipertahankan Pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Mengesahkan,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan Praktikum Analisis Kelayakan
Agribisnis dengan Judul “Analisis Kelayakan pada Agroindustri Jeruk di Desa
Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Laporan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat
dalam menempuh Mata Praktikum Analisis Kelayakan Agribisnis pada semester
genap tahun ajaran 2018/2019.
Penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini telah banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. M. Rondhi SP., MP., Ph.D. selaku koordinator Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP. selaku koordinator mata kuliah Analisis Kelayakan
Agribisnis dan tim dosen pengampu mata kuliah Analisis Kelayakan
Agribisnis.
4. Semua asisten pembimbing Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan
Pertanian yang telah memberikan bimbingan mulai awal hingga Mata
Praktikum Analisis Kelayakan Agribisnis.
5. Teman-teman kelompok 1 selaku tim penulis laporan penelitian Mata
Praktikum Analisis Kelayakan Agribisnis.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulisa harapkan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jember, 2019
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM................................................................................. i
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK.................................................. ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN.......................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
v
3.1 Metode Penentuan Lokasi ….................................................................. 33
3.2 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 33
3.3 Metode Analisis Data ….......................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional …........................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
vi
LAMPIRAN
- Dokumentasi
- Tabulasi
- Logo Agroindustri Jeruk
- Kartu Konsultasi
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun 2011-2015 (Milyar Rupiah)
Subsektor 2011 2012 2013 2014 2015
Pangan 250.787.40 263.076.20 268.268.20 268.426.90 277.773.10
Hortikultura 120.079.30 117.424.50 118.207.70 124.300.90 127.401.10
Perkebunan 281.465.00 301.019.50 319.532.60 338.502.20 350.490.30
Peternakan 113.603.30 119.249.80 125.302.30 132.221.10 136.312.60
Kehutanan 58.731.00 58.872.00 59.228.80 59.573.50 59.966.20
Perikanan 154.545.20 164.264.30 176.149.30 189.089.70 204.919.80
Sumber : Badan Pusat Statistik 2015
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, diketahui bahwa jumlah PDB mulai tahun
2011-2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibeberapa subsektor
kecuali subsektor hortikultura. Pada tahun 2011 tercatat subsektor hortikultura
berada ditingkat empat dengan penyumbang PDB sebesasr 120.079.00 milyar
setelah subsektor Perkebunan, Pangan, dan Perikanan. Pada tahun 2012 PDB
subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 117.424,50 milyar yang
kemudian pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 118.207,70 milyar. Pada
tahun 2014, subsektor tanaman hortikultura mengalami peningkatan secara
signifikan yaitu menjadi 124.300,90 milyar dan pada tahun 2015 terus meningkat
sebesar 127.401,10 milyar.
Tanaman hortikultura merupakan salah subsektor yang sangat berpotensi
dalam salah satu penyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) yang pada
dasarnya jumlah nilai tambah bruto pada tanaman hortikultura cukup tinggi di
berbagai aktivitas ekonomi salah satunya usaha pertanian. Hal ini bahwa tanaman
hortikultura mudah dibudidayakan dalam lingkup masyarakat dan menjadi
pengganti usahatani selain dibidang pangan. Data produksi buah jeruk siam pada
sentra produksi di beberapa provinsi di Indonesia dari tahun 2010-2014 dapat di
ketahui pada tabel 1.2.
3
Tabel 1.2 Produksi Tanaman Hortikultura Buah Jeruk Siam di Beberapa Provinsi di
Indonesia Tahun 2010-2014(Ton).
Produksi (Ton)
No Provinsi
2010 2011 2012 2013 2014
1 Sumatera Utara 781.513 573.980 350.354 326.322 500.243
2 Jawa Timur 267.061 315.133 362.680 514.855 568.774
3 Kalimantan Barat 145.671 109.335 171.558 154.304 187.015
4 Bali 96.868 98.743 129.265 140.582 98.524
5 Kalimantan Selatan 104.621 114.600 99.612 109.099 129.526
6 Lainnya 542.039 510.089 384.926 303.232 301.174
Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)
Berdasarkan tabel 1.2, diketahui bahwa produksi Jeruk siam paling banyak
ada di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar 781.513 ton, dan Jawa
Timur menempati posisi kedua untuk produksi jeruk siam sebesar 267.061 ton.
Produksi jeruk siam di Jawa Timur dari tahun 2011 mengalami peningkatan yang
cukup tinggi dimana pada tahun 2011 sebesar 315.133 ton, tahun 2012 sebesar
362.680, tahun 2014 melonjak lebih tinggi sebesar 514.855, dan pada tahun 2014
sebesar 568.774 ton. Produksi ini membuat provinsi Jawa Timur dari tahun 2012
sampai tahun 2014 menaiki peringkat pertama terhadap produksi jeruk siam
terbesar di Indonesia.
Buah-buahan atau frutikultur termasuk kedalam jenis tanaman
hortikultura. Buah-buahan merupakan salah satu sumber serat dan satu-satunya
sumber vitamin yang tinggi dan baik bagi kesehatan tubuh manusia. Salah satu
buah yang memiliki banyak kandungan manfaat yang sangat tinggi bagi manusia
yaitu komoditas buah jeruk. Komoditas buah jeruk merupakan salah satu buah
yang sangat digemari oleh semua masyarakat serta dijadikan sebagai sumber
vitamin C yang penting untuk manusia. Komoditas buah jeruk menempati
peringkat produksi ketujuh setelah komoditas buah alpukat, komoditas buah
belimbing, komoditas buah duku, komoditas buah durian, komoditas buah jambu
biji, dan komoditas buah jambu air di Provinsi Jawa Timur (Claudina dkk., 2018).
Data produksi buah-buahan yang ada di Provinsi Jawa Timur diantaranya sebagai
berikut :
4
1.3.2 Manfaat
1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya
mengenai aspek pasar, teknis dan teknologi, serta manajemen dan organisasi
dalam kegiatan agroindustri jeruk.
2. Bagi petani dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk melakukan
kegiatan pengembangan agroindustri jeruk.
3. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan, dan
pemahaman mengenai agroindustri jeruk.
4. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan-
kebijakan yang terkait dengan komoditas perkebunan groindustri jeruk.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
8
9
Rp 5.485,1 per kg dan keuntungan pemasaran Rp 3.771,7 per kg. Pada saluran II
besarnya total biaya pemasaran Rp 1.582,8 per kg, marjin pemasarannya Rp
4.999,9 per kg dan untuk keuntungan pemasaran sebesar Rp 3.658,7 per kg. Pada
saluran III besarnya total biaya pemasaran Rp 1.405,9 per kg, marjin
pemasarannya Rp 4.000,00 per kg dan keuntungan pemasaran Rp 2.840,5 per kg.
Pada saluran IV besarnya biaya pemasaran Rp 1.550,2 per kg, marjin
pemasarannya Rp 5.267,8 per kg dan keuntungan pemasaran Rp 3.717,5 per kg.
Saluran pemasaran III adalah saluran pemasaran jeruk keprok siem yang paling
efisien karena mempunyai mempunyai nilai farmer’s share tertinggi yaitu untuk
grade super besar = 60%, super = 55,55%, king = 50%, bom = 42,85%, dan AA =
33,33%.
Hasil penelitian Armiaty (2013), dengan judul penelitian “Karakteristik
dan Kelayakan Finansial Usahatani Jeruk Keprok Selayar” menyatakan analisis
kelayakan usahatani jeruk keprok Selayar pada tingkat suku bunga 14% dinilai
layak dikembangkan karena diperoleh nilai net B/C 3,96; NPV Rp. 45.698.190
dan IRR 38,64%. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada lima kondisi yaitu,
kenaikan biaya produksi 25 %, suku bunga 14%, mengakibatkan perubahan nilai
B/C menjadi 3,15; NPV Rp. 45.507.487 dan IRR 36,91%. Penurunan harga
produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,99; NPV Rp. 30.642.790
dan IRR 36,57%. Penurunan produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C
menjadi 2,44; NPV Rp. 24.954.774 dan IRR 34,78%. Nilai nilai dari criteria
investasi menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk
dikembangkan. Peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan produksi 20%
dan penurunan harga 20% secara bersamaan mengakibatkan nilai B/C menjadi
1,44; NPV Rp.10.525.688 dan IRR 26,15%. Nilai nilai dari kriteria investasi
menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan.
Peningkatan biaya produksi 30%; produksi turun 30% dan penurunan harga 20%
mengakibatkan usahatani tidak layak lagi untuk di kembangkan karena nilai B/C
turun menjadi 0,795; NPV Rp-363.493 dan IRR 13,81%.
11
2. Morfologi Daun
Daun tanamam jeruk berwarna hijau tua dan hijau muda. Tanaman jeruk
memiliki dua jenis tipe daun, yaitu tipe daun yang bersayap dan tipe daun yang
tidak bersayap. Jenis jeruk medica merupakan jeruk yang termasuk ke dalam
kelompok daun tidak bersayap, sedangkan jenis jeruk Aurantium termasuk ke
dalam jeruk dengan daun yang bersayap. Bentuk daun tanaman jeruk adalah oval
dengan tulang daun yang menyirip tak beraturan.
3. Morfologi Batang
Batang tanaman jeruk memiliki mata tunas dengan bentuk batang yang
bulat. Tanaman jeruk memiliki tekstur batang yang bervariasi, kasar, halus dan
bahkan ada sebagian batang jeruk yang memiliki duri. Batang jeruk pada
umumnya dapat mencapai ketinggian 8 meter jika tidak dilakukan pemangkasan.
Batang tanaman jeruk bisa menopang buah jeruk kurang lebih 50 buah.
4. Morfologi Bunga
Bunga dari tanaman jeruk termasuk sebagai jenis bunga majemuk. Tanaman
jeruk memiliki bunga sempurna, yaitu bunga yang dilengkapi dengan putik dan
benang sari. Alat kelamin jantan dan betina buah jeruk terletak di bagian mahkota
bunga dengan jumlah 1 putik dan kurang lebih 5 - 20 benang sari. Tanaman jeruk
berbunga sepanjang tahun dan mengandung nektar.
5. Morfologi Buah dan Biji
Bentuk dari buah jeruk sangat bervariasi, seperti oval, bulat, ataupun
lonjong. Warna buah jeruk juga bermacam – macam, buah jeruk yang telah
matang sempurna pada umumnya berwarna oranye, sedangkan untuk buah jeruk
yang masih belum matang berwarna hijau tua tetapi buah jeruk memiliki
kematangan berbeda dan tidak sesuai dengan warna kulit buah. Kulit dari buah
jeruk memiliki berbagai macam tekstur yaitu kasar dan halus. Biji buah jeruk
sangat kecil dan pada umumnya menyatu dengan bulir buah jeruk. Buah jeruk
tidak semuanya memiliki biji. Warna biji buah jeruk adalah kuning ke abu –
abuan.
14
diartikan pula sebagai suatu mekanisme yang terjadi antara pembeli dan penjual
atau tempat pertemuan antara kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran Yang
dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diminta
konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu (Pakpahan,
2018).
Pemasaran dalam dunia bisnis pada saat ini sangat perlu untuk diterapkan,
untuk mengetahui bagaimana memenangkan suatu persaingan di pasar. Banyak
kompetitor yang dihadapi dalam persaingan pasar, namun kehadiran para pesaing
ini tidak boleh dimatikan, terutama dalam system ekonomi pancasila diharuskan
adanya saling asuh antara pelaku bisnis kuat dan pelaku bisnis lemah. Karena
dalam realita penerapannya di pasar masing – masing mencoba untuk menjadi
penguasa pasar , oleh sebab itu perusahaan harus perlu betul untuk mengetahui
bagaimana strategi bersaing yang baik. Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya pasar dan pemasaran memiliki
tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi, dengan kata lain,
setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan
pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar (Hanafie, 2010).
Saluran pemasaran merupakan sebuah saluran yang digunakan untuk
produsen guna menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai kekonsumen
atau pemakai industri. Pengertian pada saluran pemasaran dapat disimpulkan
bahwa saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
dalam rangka proses penyaluran barang dari produsen kepada konsumen. Suatu
barang dapat berpindah melalui beberapa tangan sejak dari produsen sampai
kepada konsumen. Jenis saluran distribusi berdasarkan intensitasnya dibagi
menjadi tiga, yaitu: 1. Bentuk intensif, yaitu jenis saluran yang memanfaatkan
banyak pedagang besar dan kecil. 2. Bentuk selektif, yaitu jenis distribusi yang
hanya memanfaatkan beberapa grosir dan sejumlah kecil pengecer. 3. Bentuk
eksklusif, yaitu saluran distribusi yang hanya melibatkan satu perantara didalam
lingkungan masyarakat tertentu untuk menangani pemasaran produk hasil
agroindustri. Saluran yang saat ini kita jumpai dapat dibagi menjadi dua, yaitu
saluran langsung dan saluran tidak lansung. Saluran langsung dari produsen ke
18
mengetahui keadaan pasar nantinya agar proses pemasaran itu tepat sasaran.
Targeting terbagi 3 bagian yaitu: 1. Undifferentiated marketing, 2. Dufferetiated
marketing, 3. Concentrated marketing.
Positioning yaitu suatu langkah perusahaan dalam memperkenalkan
produknya kepada konsumen supaya dapat menciptakan kesan-kesan tertentu di
benak. Positioning itu adalah bagaimana sebuah produk dimata konsumen, apa
yang membedakan dengan produk pesaing atau suatu strategi dalam kegiatan
pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan perbedaan (differents), keuntungan
(advantages), manfaat (benefit) yang membuat konsumen selalu ingat dengan
suatu produk. Berikut langkah -langkah dalam positioning : mengenali
keunggulan -keunggulan yang dapat di tampilkan, memilih keunggulan yang
paling kuat dan menyampaikan keunggulan secara efektif pada targeting.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi dasar dalam manajemen dalam pembuatan
pemikiran menjadi satu keputusan dan menentukan program yang harus disusun
dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan diukur melalui rencana yang dibuat sesuai dengan apa yang
ditetapkan, semua kegiatan yang ada dalam daftar rencana dan anggaran keuangan
untuk setiap kegiatan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
2. Pengorganisasian
Pengornisasian adalah fungsi dari manajemen untuk pembagian tugas
kerja yang akan dilakukan oleh setiap anggota kelompok berdasarkan profesi
keahlian masing-masing anggota untuk mencapai tujuan. keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan
wewenang sedemikian rupa sehingga menciptakan suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di
tentukan menjadi hal yang diatur didalam fungsi pengorganisasian
3. Pengarahan
Pengarahan merupakan suatu kegiatan dalam mengarahkan semua tenaga
kerja sesuai dengan bidang keahian untuk dapat bekerja dengan baik. Pengarahan
tersebut telah memiliki tujuan agar tidak ada tenaga kerja yang salah dalam
melakukan kegiatannya, serta mengarahkan suatu pengkoordinasian terhadap
tenaga kerja lainnya.
4. Pengawasan
Pengawasan ialah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
5. Pengendalian
Pengendalian merupakan suatu kegiatan usaha yang terakhir dimana
kegiatan tersebut dapat memperbaiki suatu kesenjangan yang tidak sesuai dengan
tujuan awalnya. Pengendalian tersebut dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan yang terdapat didalam kegiatan usaha sebelum terjadinya masalah
yang ada diluar kegiatan usaha. Aspek manajemen dan organisasi dinilai dari para
24
pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Struktur organisasi merupakan
sistem yang harus dilaksanakan oleh manajer untuk menggerakkan aktivitas dalam
mewujudkan kesatuan tujuan. Proyek ini dijalankan akan berhasil apabila
dijalankan dengan orang-orang yang memiliki skill mulai dari perencanaan,
pelaksanaa hingga sampai pada tahap akhir yaitu evaluasi (Darwansyah, 2013).
Menurut Sultanto (2010), secara spesifik aspek manajemen dan organisasi
memiliki tujuan berikut ini: (1) Menganalisis penjadwalan pelaksanaan
pembangunan bisnis yang akan dilaksanakan ketika sebelum mulai beroperasi (2)
Menganalisis jenis-jenis pekerjaan yang akan diperlukan untuk pembangunan
bisnis yang dijalankan (3) Menganalisis waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan setiap jenis pekerjaan yang diperlukan untuk membangun bisnis (4)
Menganalisis metode pengadaan tenaga kerja sebagia sumber dau amanusia untuk
menjalankan bisnis (5) Menganalisis kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan
bisnis.
Menurut Purnaya (2016), organisasi merupakan suatu kegiatan sosial
dimana pengorganisasian terhadap keseluruhan aspek manajemen untuk
menjalankan suatu kegiatan usaha. Kegiatan dalam membangun usaha untuk
dapat berjalan dengan baik dan lancar pastinya juga terdapat seorang manejer
selaku pemimpin perusahaan dan seorang karyawan yang sebagai pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut. Hubungan terhadap seorang manajer dengan karyawan
sendiri harus erat dimana manejer juga telah melakukan suatu pengorganisasian
terhadap karyawan-karyawannya untuk dapat mencapai tujuan yang telah
direncanakan bersama.
Menurut Saefrudin (2016), Pengorganisasian adalah proses membagi kerja
ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada
orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya,
serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan
organisasi. struktur diartikan sebagai pola hubungan komponen atau bagian suatu
organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang membagi dan
mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan.8Struktur itu
sifatnya relatif stabil, statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu untuk
25
(NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), Gross B/C, Profitability Ratio
(PR) dan Payback Period (PP) dan Analisis Sensitivitas. namun sebelum analisis
ini dilakukan, terlebih dahulu perhitungan Discount Factor (DF) dan Analysis
Trend. Perumusan dari ke tujuh kriteria tersebut yaitu :
1. NPV (Net Present Value)
Menurut Winarno (2014), NPV merupakan suatu kriteria analisis dengan
cara menghitung selisih antara nilai sekarang suatu investai dengan nilai sekarang
penerimaanpenerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung
nilai sekarang perlu ditentukan dulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Apabila
nilai sekarang penerimaan penerimaan kas yang akan datang lebih besar dari nilai
sekarang investasi, maka keadaan ini dikatakan menguntungkan/ diterima, namun
jika lebih kecil maka investasi tersebut ditolak
Dimana:
Bt = Benefit dalam usaha agroindustri tahu pada tahun ke-t (Rp/ tahun)
Ct = Biaya total yang dikeluarkan dalam usaha agroindustri tahu pada tahun ke-t
(Rp/ tahun)
n = Umur ekonomis usaha (10 tahun)
i = Compound rate atau tingkat suku bunga yang berlaku di daerah penelitian
t = Tahun (0,1,2,3,…)
Kriteria penilaian NPV terdiri dari beberapa macam sebagai berikut :
NPV>0 : Agroindustri tahu yang diusahakan layak/untung
NPV<0 : Agroindustri tahu yang diusahakan tidak layak/ rugi
NPV=0 : Agroindustri tahu yang dilaksanakan berada pada titik impas
total present value negatif. kriteria ini dibedakan tahun-tahun dimana terdapat net
benefit yang positif dan tahun-tahun dimana net benefit bersifat negatif.
Dimana:
NB = Net benefit usaha
Bt = Pendapatan kotor pada tahun i (Rp/ tahun)
Ct = Biaya usaha pada tahun i (Rp/ tahun)
i = Compound rate atau tingkat bunga yang berlaku di daerah penelitian
n = Umur usaha agroindustri tahu (10 tahun)
t = Tahun (0, 1, 2, 3)
Kriteria penilaian sebagai berikut:
Net B/C>1 : Usaha agroindustri tahu yang diusahakan layak/ untung
Net B/C<1 : Usaha agroindustri tahu yang diusahakan tidak layak/rugi
Net B/C=1 : Usaha agroindustri tahu yang diusahakan berada pada titik impas.
Dimana:
NPV1 = Nilai NPV positif
NPV2 = Nilai NPV negatif
28
Dimana:
PP = Payback Period
TP-1 = Tahun sebelum terdapat PP
I1 = Jumlah investasi yang telah di-discount
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiscount sebelum PP
B1 = Jumlah benefit pada Payback Period
Dimana :
Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i
Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-i
I = Suku bunga (%)n: umur proyek (tahun)
Kriteria penilaian sebagai berikut :
1) Jika Gross B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan.
2) Jika Gross B/C < 1, maka kegiatan usaha tidaklayak untuk dilaksanakan.
3) Jika Gross B/C = 1, maka kegiatan usaha dalamkeadaan impas.
7. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan perhitungan salah satu kemungkinan
seperti penurunan produksi, penurunan harga jual dan peningkatan biaya produksi
yang mungkin terjad, hal ini perlu dilakukan karena analisa proyek biasanya
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian dan
perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Laju kepekaan sensitivitas dapat
diukur dengan rumus :
Tanaman jeruk yang sering dan banyak sekali ditanam oleh petani adalah
jenis jeruk siam, hal tersebut terbukti karena dari peningkatan produksi mulai dari
tahun 2013 hingga tahun 2017. Produksi jeruk siam mengalami penurunan pada
tahun 2015, tetapi tidak dapat dikatakan menurun karena penurunan yang terjadi
tidak terlalu tampak dibandingkan dengan peningkatan yang hampir dua kali
lipatnya. Peningkatan ini sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga jual
dari produksi jeruk sendiri, dan perlu adanya keputusan dalam memasarkan hasil
produksi tersebut.
Kabupaten Jember merupakan salah satu sentra budidaya komoditas jeruk
siam yang paling banyak. Komoditas buah jeruk di Kabupaten Jember meningkat
dengan baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa daerah yang menjadi sentra
produksi dan ciri khas dari buah jeruk. Kecamatan Umbulsari merupakan
kecamatan yang menjadi sentra utama tanaman jeruk dengan jumlah tanaman
yaitu 1.049.000 pohon dengan produktifitas 0,56 kw/pohon dan produksi panen
yaitu 584.808 kw. Desa Sukoreno menjadi penghasil jeruk siam yang paling
banyak di Kabupaten Jember, di Desa Sukoreno juga terdapat pasar yang
menampung hasil produksi jeruk siam unggulan, hal tersebut yang menjadikan
pelaku usaha mendirikan perusahaan agroindustri sirup jeruk untuk menghasilkan
nilai tambah agroindustri jeruk yang berada di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember yaitu kelompok tani yang mengolah hasil dari
produksi jeruk menjadi beberapa produk diantaranya sirup jeruk.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, untuk mengetahui kelayakan
agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember
dapat di identifikasi dari beberapa aspek-aspek kelayakan baik secara finansial
maupun non-finansial. Aspek non-finansial yang dapat diidentifikasi dari usaha
agroindustri sirup jeruk di Desa Sukoreno antara lain yaitu, aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, serta aspek manajemen dan organisasi.
Aspek finansial dari usaha agroindustri sirup jeruk di Desa Sukoreno yang dapat
diidentifikasi yaitu, NPV (Net Present Value), Net B/C (Netto Benefit Cost
Ratio), Gross B/C (Gross Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate Of Return), PR
(Profitability Ratio), PP (Payback Period) dan sensivitas.
32
Subsektor Hortikultura
33
34
maupun literatur lain yang menunjukkan data mengenai obyek penelitian yang
memiliki tujuan yang selaras dengan penelitian. Data yang digunakan dalam
penelitian akan diolah dengan menggunakan data yang berasal dari arsip wilayah
objek penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh objek penelitian secara tidak langsung.
Data sekunder dapat berupa sumber-sumber elektronik atau internet dan lain
sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari instasi seperti Badan
Pusat Statistik atau BPS, studi literatur beberapa skripsi, artikel, internet, jurnal
dan buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian. Data sekunder digunakan
untuk memberikan gambaran tambahan dan gambaran pelengkap yang berguna
untuk melancarkan proses penelitian.
Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit-Cost Ratio
(Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Ratio (PR) dan Payback
Periode (PP).
1. Net Present Value (NPV)
(Bt − Ct)
NPV = ∑ (1 + i)t
Keterangan:
Bt = Economic Benefit(penerimaan untuk agroindustri jeruk) pada tahun ke t
Ct = Cost (pengeluaran untuk agroindustri jeruk) pada tahun ke t
t = Tahun Investasi agroindustri jeruk (Jangka Waktu)
n = Umur investasi agroindustri jeruk (1,2,3,…,n)
i = Social Discount Rate (Tingkat Suku Bunga)
Kriteria penilaian:
a. Nilai NPV > 0 maka agroindustri tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Nilai NPV < 0 maka agroindustri tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
c. Nilai NPV = 0 maka agroindustri tersebut berada pada titik impas.
2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
∑ 𝑡=𝑛
𝑡=0
(NPV)(+)
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶 =
∑ 𝑡=𝑛
𝑡=0
(NPV)(−)
Keterangan:
NPV (+) = Jumlah NPV positif
NPV (-) = Jumlah NPV negatif
t = Tahun Investasi agroindustri (Jangka Waktu)
n = Umur investasi agroindustri (1,2,3,…,n)
Kriteria penilaian:
a. Nilai Net B/C > 1 maka agroindustri tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Nilai Net B/C < 1 maka agroindustri tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
c. Nilai Net B/C = 1 maka agroindustri tersebut berada pada titik impas.
3.Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)
36
∑ 𝑡=𝑛
𝑡=0
(PV)(B)
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝐵/𝐶 =
∑ 𝑡=𝑛
𝑡=0
(PV)(C)
Keterangan :
PV (B) = Present Value Benefit
PV (C) = Present Value Cost
t = Tahun Investasi agroindustri jeruk (Jangka Waktu)
n = Umur investasi agroindustri jeruk (1,2,3,…,n)
Kriteria pengambilan keputusan, yaitu:
a. Jika Gross B/C > 1, menunjukkan bahwa agroindustri jeruk di Desa Sukoreno
Kecamatan Umbulsaritersebut layak untuk dilanjutkan.
b. Jika Gross B/C < 1, menunjukkan bahwa agroindustri jeruk di Desa Sukoreno
Kecamatan Umbulsaritersebut tidak layak untuk dilanjutkan.
c. Jika Gross B/C = 1, menunjukkan bahwa agroindustri jeruk di Desa Sukoreno
Kecamatan Umbulsariyang dikerjakan berada dalam keadaan BEP (Break Event
Point).
4. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR menunjukkan bahwa pada tingkat bunga tersebut (senilai IRR-nya),
nilai PV (B) = PV (C), atau NPV = 0.
NPV
IRR i1 i2 i1
NPV NPV
Kriteria pengambilan keputusan, yaitu :
a. apabila nilai IRR lebih besar dari discount factor maka proyek usahatani karet
layak untuk dijalankan.
b. apabila nilai IRR lebih kecil dari discount factor maka proyek usahatani karet
tidak layak untuk dijalankan.
c. apabila nilai IRR sama dengan discount factor maka proyek usahatani karet
berada pada kondisi Break Even Point.
5. Profitability Ratio (PR)
Profitability Ratio (PR) adalah rasio perbandingan antara selisih benefit
dengan biaya operasi dan pemeliharaan dengan jumlah investasi.
37
perhitungan biaya dan manfaat. Syarat dari analisis sensitivitas yaitu diasumsikan
komponen lain selain harga bahan baku dan volume penjualan tidak berubah
(ceteris paribus). Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya
variabel-variabel kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-
variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, B/C). Perubahan-
perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan usaha agroindustri jeruk
dikarenakan oleh:
a. Harga
Perubahan harga output disebabkan karena penawaran yang bertambah
dan berkurang sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Bila permintaan
rendah dan penawaran tinggi maka harga output akan turun. Produk sirup jeruk
cenderung mengalami perubahan yang signifikan sehingga perlu dilakukan
analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruhnya terhadap analisis kelayakan.
b. Kenaikan biaya produksi
Usaha biasanya cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya produksi oleh
karena itu diperlukan analisis sensitivitas terhadap biaya terutama jika terjadi
kenaikan biaya input. Kenaikan biaya dalam agroindustri jeruk bukan berasal dari
bahan baku utamanya. Kenaikan biaya produksi dalam agroindustri jeruk yaitu
berasal dari bahan pendukung pembuatan sirup yang berupa gula. Harga gula
memang cenderung fluktuatif.
c. Hasil Produksi
Hasil produksi perlu dilihat terutama bila ketersediaan bahan baku
menurun yang menyebabkan produksinya menurun sehingga perlu dilakukan
analisis terhadap penurunan produksi untuk mengetahui apa yang terjadi pada
analisis kelayakan usaha. Pada usaha agroindustri jeruk penurunan produksi
biasanya disebabkan oleh bahan baku jeruk yang sedikit sehingga perlu dilakukan
analisis sensitivitas.
14. Pasitioning adalah menentukan posisi yang kompetitif untuk produk sirup
jeruk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk
jeruk sirup.
15. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh produksi sirup
jeruk yang dinyatakan dalam rupiah.
16. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh produksi sirup
jeruk yang dinyatakan dalam rupiah.
17. Biaya total adalah semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
sirup jeruk meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
18. Penerimaan agroindustri siup jeruk adalah total unit penjualan sirup jeruk
dikalikan dengan harga sirup jeruk.
19. Pendapatan agroindustri sirup jeruk adalah hasil penjualan sirup jeruk setiap
botol yang dikurangi dengan total biaya setiap botol sirup jeruk yang
dinyatakan dalam satuan rupiah.
20. Aspek finansial adalah menentukan sebuah rencana penanaman modal atau
investasi pada agroindustri sirup jeruk melalui perhitungan biaya dan manfaat
produksi sirup jeruk.
21. Kriteria investasi adalah suatu indeks untuk mengukur dan membandingkan
keuntungan agroindustri sirup jeruk sehingga dapat dinilai apakah
agroindustri sirup jeruk menguntungkan atau tidak.
22. Kriteria investasi diukur menggunakan kriteria NPV, B/C Ratio, Gross B/C,
PR, IRR, dan PP.
23. Analisis sensitivitas merupakan indikator untuk melihat kepekaan komoditas
jeruk siam yang diperdagangkan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan Teknologi, Aspek
Manajemen dan Organisasi Agroindustri Jeruk di Desa Sukoreno
Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember
4.1.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Pemasaran merupakan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
memindahkan suatu produk dari tangan produsen ke konsumen. Aspek pasar dan
pemasaran merupakan salah satu aspek yang penting dan perlu diperhatikan
karena hal tersebut dapat menentukan suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk
diusahakan terutama pada agroindustri jeruk. Analisis pemasaran agroindustri
jeruk merupakan suatu hal yang memegang peranan penting untuk mengetahui
keberhasilan agroindustri jeruk dalam menghasilkan suatu produk yang dapat
memperoleh keuntungan yang lebih dan dapat diterima oleh pasar.
Pasar dari agroindustri jeruk yang ada di Desa Sukoreno adalah koperasi-
koperasi yang terdapat disekitar Desa Sukoreno. Alasan pemilihan koperasi
sebagai lokasi pasar dari agroindustri jeruk karena koperasi yang ada di Desa
Sukoreno merupakan salah satu pusat penjualan produk-produk kebutuhan
konsumsi masyarakat Desa Sukoreno sehingga setiap hari koperasi-koperasi
tesebut akan ramai oleh pelanggan yang merupakan masyarakat Desa Sukoreno
itu sendiri. Agroindustri jeruk yang berupa produk sirup jeruk tersebut di sasarkan
kepada pasar di koperasi tersebut yaitu masyarakat Desa Sukoreno.
Saluran pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang harus ada dalam
kegiatan pemasaran. Saluran pemasaran dibutuhkan untuk mempermudah
pemasaran produk dari agroindustri. Saluran pemasaran umumnya ditentukan oleh
pemilik agroindustri yang ingin memasarkan poroduknya. Saluran pemasaran
yang digunakan oleh pemilik agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember ada dua macam saluran pemasaran diantaranya,
yaitu adalah produsen – koperasi – konsumen dan produsen – konsumen. Berikut
bagan saluran pemasaran 1 pada agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember.
41
42
Produsen Konsumen
instan. Mereka akan cenderung memilih produk sirup yang sudah ada di pasar
tanpa perlu membuat sirup jeruk sendiri di rumah. Target pasar dari agroindustri
jeruk di Desa Sukoreno adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah dengan
gaya hidup konsumtif, akan tetapi hal tersebut tidak menutup beberapa
kemungkinan bahwa masyarakat kalangan atas juga membeli produk sirup jeruk.
3. Positioning atau Posisi Pasar
Posisi pasar merupakan strategi yang dilakukan dalam kegiatan pemasaran
dengan tujuan untukmengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang
dihasilkan dan dipasarkan kepada konsumen. Persaingan produk sudah biasa
terjadi dalam kegiatan usaha, karena masing-masing pemilik menginginkan
produknya menjadi nomor satu di kalangan konsumen. Pemilik agroindustri jeruk
di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari melakukan persaingan produk dengan
menampilkan beberapa keunggulan yang dimiliki produk sirup jeruk tersebut.
Keunggulan produk sirup jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari yaitu
jeruk yang digunakan adalah jeruk dengan kualitas yang paling baik, produk
dikemas dengan kemasan yang menarik. Tujuan menampilkan keunggulan produk
agar setiap konsumen mengetahui keunggulan apa saja yang dimiliki oleh sirup
jeruk sehingga hal tersebut dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk
sirup jeruk tersebut.
sudah ditunjang sejak lama, ketersediaan air dan listrik yang memadai, serta dekat
dengan pasar. Kegiatan untuk memproduksi sirup bisa menghasilkan sebanyak 32
botol jeruk. Berikut merupakan proses produksi sirup jeruk di Desa Sukerono
Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember :
1. Pengambilan Sari Buah
Buah jeruk yang akan diolah untuk menjadi sebuah produk minuman atau
bahkan makanan harus memiliki ketentuan atau syarat layak untuk digunakan.
Syarat tersebut bisa berupa bentuk fisik jeruk yakni matang dengan sempurna,
tidak busuk, keadaan jeruk segar, tidak ada goresan luka dari serangan hama dan
lain sebagainya. Sari buah jeruk yang diambil memiliki beberapa tahapan yakni
tahapan sortasi, pencucian, dan penirisan serta pembelahan,pemerasan dan
penyaringan. Tahapan ini harus diperhatikan setiap langkah-langkahnya untuk
tetap menjaga kualitas sirup jeruk yang diproduksi.
2. Pemilihan atau Sortasi
Sortasi menjadi tahap paling awal dalam pengambilan sari buah karena
sortasi merupakan buah yang fresh yang masih belum dilakukan tahapan apapun.
Semakin teliti dalam menyortir buah jeruk semakin maksimal hasil produksi sirup
jeruk. Kegiatan sortasi memiliki tujuan berupa memisahkan buah berdasarkan
kualitasnya. Indra penglihatan menjadi indikator penting untuk melakukan
kegiatan sortasi karena masih dilakukan dengan tenaga manual. Kriteria buah
jeruk yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sirup pada agroindustri
di Desa Sukerono yaitu memiliki tingkat kematangan yang cukup dengan ditandai
warna dari keseluruhan buah jeruk dominan kuning dan kulitnya cenderung tipis.
Kulit jeruk yang tipis sangat penting untuk menentukan layak tidaknya dilakukan
proses sortasi karena dengan kulit buah jeruk yang tipis memiliki kandungan air
yang tinggi dan kulit yang tipis memudahkan proses pemerasan yang akan
dilakukan ditahap selanjutnya.
3. Pencucian dan Penirisan Buah Jeruk
Pencucian buah jeruk merupakan suatu tahapan setelah melakukan proses
sortasi dengan menggunakan air bersih dan mengalir. Proses pencucian buah jeruk
tidak akan cukup apabila dilakukan hanya sekali melainkan dilakukan sebanyak 3
47
kali agar dalam proses pengolahannya buah jeruk tetap segar bersih dari kotoran
dan jamur serta residu residu yang tersimpan di dalam buah jeruk akibat
pembasmian dari hama dan penyakit tanaman. Buah jeruk yang sudah dicuci ini
selanjutnya ditiriskan dalam rak-rak atau tempat terbuka air airnya tidak
tercampur dengan perasan jeruk.
4. Pemotongan, Pemerasan dan Penyaringan
Buah jeruk yang telah dicuci dan ditiriskan selanjutnya dipotong atau
dibelah menggunakan alat pemotong atau pisau,. Pemotongan jeruk dengan cara
membelah menjadi 2 bagian agar proses pemerasan menjadi lebih mudah. Buah
jeruk yang sudah dipotong selanjutnya diperas menggunakan mesin pemeras.
Hasil perasan air jeruk selanjutnya ditempatkan pada sebuah wadah atau mangkuk
selanjutnya dilakukan proses penyaringan, penyaringan dilakukan agar terpisah air
jeruk dengan kotoran ataupun biji buah jeruk.
5. Pembuatan Cairan Gula
Pembuatan cairan atau larutan gula merupakan prose kedua setelah
pengambilan sari buah jeruk. Pembuatan cairan gula pada umumnya dapat
dilakukan dengan cara merebus air menggunakan panci sebagai wadahnya dan
mendidihkannya hingga suhu maksimal yaitu 100 derajat celcius. Proses
selanjutnya yaitu mencampurkan gula pasir dan garam ke dalam air yang telah
mendidih, setelah dicampurkan diaduk hingga homogen sampai tercampur semua
dan dipastikan gula dan garam telah mencair. Proses selanjutnya yaitu
mendinginkannya, proses pendinginan dilakukan agar proses pencampuran air
jeruk dengan larutan gula menjadi lebih mudah dan agar vitamin C dalam jeruk
tidak rusak saat terkena panas.
6. Pencampuran Air Sari Jeruk dengan Larutan Gula
Sari buah jeruk yang telah diperas selanjutnya dicampurkan dengan larutan
cairan gula yang telah didinginkan. Proses selanjutnya yaitu mengaduknya kira-
kira selama 10-15 menit hingga tercampur merata dan homogen. Proses
selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan cara memasukkan larutan yang sudah
tercampur tersebut ke dalam alat tangki pendingin dan didiamkan selama kurang
lebih semalaman.
48
Manajer
Tabel 4.3 Nilai Gross B/C pada agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember
Kriteria Nilai (Rp) Keterangan
Gross B/C 1,13 Layak
Sumber: Data Sekunder (2019)
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa nilai Gross Benefit Cost Ratio
(Gross B/C) pada usaha agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember adalah Rp. 1,13 (Gross B/C > 1). Gross B/C lebih
dari 1 menunjukkan bahwa suatu usaha layak untuk dijalankan. Nilai Gross B/C
pada usaha agroindustri jeruk menunjukkan bahwa kegiatan agroindustri yang
dijalankan selama 5 tahun akan memberikan keuntungan sebesar 1,13 yang
artinya setiap Rp.1 uang yang diinvestasikan akan memberikan keuntungan
sebesar Rp.1,13, sehingga layak agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember layak untuk dijalankan.
discount factor (5%). Semakin rendah nilai IRR maka semakin tidak layak suatu
usaha untuk diusahakan. Nilai IRR tersebut menjelaskan bahwa usaha
agroindustri jeruk akan berpengaruh pada tingkat suku bunga sehingga semakin
tinggi tingkat suku bunga maka nilai produksi semakin rendah.
b. Jika PP lebih lama dari umur ekonomis usaha yang dijalankan, maka usaha
tersebut dapat dikatakan tidak layak untuk diteruskan.
Kondisi kelayakan pada agroindustri buah jeruk dapat diukur dengan
menghitung nilai PP pada agroindustri buah jeruk di Desa Sukareno Kecamaan
Umbulsari Kabupaten Jember menunjukkan bahwa hasil dari perhitungan PP pada
agroindustri buah jeruk dapat dikatakan layak untuk dijalankan yang ditunjukkan
pada tabel 4.6 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Nilai PP pada agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember.
Net Benefit Awal Net Benefit Komulatif Payback Periode
Tahun Bulan Hari
-157.692.500,5 -157.692.501 3
61.378.918,5 -96.313.582
61.378.918,5 -34.934.664 6 bln
61.378.918,5 26.444.255 24 hari
60.933.918,5 87.378.174
54.742.918,5 142.121.092
Sumber: Data Sekunder (2019)
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai Payback Periode atau
PP yang dibutuhkan untuk melakukan agroindustri buah jeruk di Desa Sukoreno
Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember adalah 3 tahun 6 bulan dan 24 hari.
Perhitungan nilai PP untuk mengembalikan investasi yang dilakukan pada
agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember
dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian modal investasi
tersebut tidak terlalu lama. Hal ini disebabkan karena umur ekonomis buah jeruk
yakni 5 tahun sehingga semakin cepat semakin layak untuk dilanjutkan usahanya.
yang dibutuhkan menjadi terpengaruh oleh aspek kelayakan finansial lainnya, dan
diperlukan perhitungan kembali guna mendapatkan penilaian kembali terhadap
analisis kelayakan yang ada sehingga dapat terpenuhi adanya analisis sensitivitas
yang dapat diketahui. Berikut ini merupakan cara perhitungan analisis sensitivitas
yang digunakan pada usaha agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember.
Tabel 4.7 Analisis sensitivitas pada agroindustri jeruk di Desa Sukoreno
Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember.
Kriteria Perubahan Harga Jeruk
Investasi
Turun 8% Turun 10% Turun 12%
NPV 29.063.672,10 10.709.461,88 -7.644.748,34
Net B/C 1,18 1,07 0,95
Gross B/C 1,04 1,01 0,99
IRR 0,32 0,55 0,55
PR 1,18 1,07 0,95
PP 4 tahun 6 bulan 19 hari 4 tahun 11 bulan 6 5 tahun 5 bulan 26 hari
hari
Sumber : Data Sekunder (2019)
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai analisis kelayakan finansial yang
baru jika terjadi perubahan harga bahan baku jeruk sebesar 8%, nilai NPV dalam
usaha agroindustri sirup jeruk adalah sebesar 29.063.672,10; Net B/C sebesar
1,18; Gross B/C sebesar 1,04; IRR sebesar 0,32 ; PR sebesar 1,18; dan PP selama
4 tahun 6 bulan 19 hari. Terjadinya penurunan harga sirup jeruk sebesar 8% akan
menyebabkan perhitungan kriteria investasi NPV, Net B/C, Gross B/C, PR, dan
PP dikatakan usaha agroindustri jeruk layak dilakukan, tetapi pada perhitungan
IRR dikatakan tidak layak karena IRR yang dihasilkan pada perhitungan kurang
dari discount factor yang digunakan.
Nilai analisis kelayakan finansial yang baru jika terjadi perubahan harga
bahan baku jeruk sebesar 10%, nilai NPV dalam usaha agroindustri sirup jeruk
adalah sebesar 10.709.461,88; Net B/C sebesar 1,07; Gross B/C sebesar 1,01; IRR
sebesar 0,55 ; PR sebesar 1,07; dan PP selama 4 tahun 11 bulan 6 hari. Terjadinya
penurunan harga sirup jeruk sebesar 10% akan menyebabkan perhitungan kriteria
investasi NPV, Net B/C, Gross B/C, PR, dan PP dikatakan usaha agroindustri
60
jeruk layak dilakukan, tetapi pada perhitungan IRR dikatakan tidak layak karena
IRR yang dihasilkan pada perhitungan kurang dari discount factor yang digunaka
Nilai analisis kelayakan finansial yang baru jika terjadi perubahan harga bahan
baku jeruk sebesar 12%, nilai NPV dalam usaha agroindustri sirup jeruk adalah
sebesar -7.644.748,34; Net B/C sebesar 0,95; Gross B/C sebesar 0.99; IRR sebesar
0,55 ; PR sebesar 0,95; dan PP selama 5 tahun 5 bulan 26 hari. Terjadinya
penurunan harga sirup jeruk sebesar 12% akan menyebabkan perhitungan kriteria
investasi NPV, Net B/C, Gross B/C, PR, PP, dan IRR dikatakan usaha agroindustri
jeruk tidak layak diusahakan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan Teknologi, Aspek Manajemen
dan Organisasi Agroindustri Jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari
Kabupaten Jember :
a. Aspek pasar dan pemasaran pada usaha agroindustri Jeruk di Desa Sukoreno
Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember terletak pada pemilihan koperasi
yang ada disekitar Desa Sukoreno. Pemilihan koperasi sebagai lokasi pasar
dari agroindustri jeruk karena koperasi yang ada merupakan pusat penjualan
produk-produk kebutuhan konsumsi masyarakat. Saluran pemasaran ada
dua macam yakni saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II. Bauran
pemasaran Agroindustri Jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari
meliputi produk yang dihasilkan berupa sirup jeruk dengan botol ukuran
500ml dan harga sebesar Rp. 15.000. Lokasi pemasaran yang dituju adalah
di Kabupaten Jember dan sekitarnya. Promosi yang dilakukan melalui
mouth to mouth serta dilakukan dengan pendistribusian ke beberapa toko.
Strategi pemasaran dilakukan dengan STP (Segmenting, Targetting,
Positioning). Karakteristik konsumen yang meliputi kelas sosial dan gaya
hidup mejadi segmen pasar agroindustri sirup jeruk.
b. Aspek teknis dan teknologi yang ada di usaha Agroindustri Sirup Jeruk desa
Sukoreno kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember dilakukan beberapa
tahap diantaranya yaitu pengambilan sari buah dilalukan dengan
menggunakan alat modern yang sudah disiapkan mulai dari sortasi,
pencucian, penirisan buah jeruk, pemotongan, pemerasan dan penyaringan,
pembuatan cairan gula dilakukan dengan menggunakan panci, pencampuran
air sari jeruk dengan larutan gula dilakukan dengan menggunakan mesin
mixer, pengemasan dan pengepakan dilakukan dengan alat press. Peralatan-
peralatan yang dibutuhkan untuk pengolahan sirup jeruk diantaranya yaitu
panci, kain.
61
62
pembersih, wadah, alat pengaduk, ember atau baskom, panci, rak, kardus,
lakban, pemotong buah atau telenan, dan saringan, mesin pres, mesin
penutup pada botol, mesin liquidfiller, pisau, kompor gas, dan tangki
pendingin.
c. Aspek manajemen dan organisasi pada usaha agroindustri sirup jeruk di
Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari meliputi proses perencanaan usaha
dengan menganalisis biaya yang diperlukan, menyusun jadwal proses
produksi, dan pengadaan bahan baku. Pengorganisasian meliputi
penyusunan struktur organisasi sumberdaya manusia yang terdiri atas
pemilik usaha, manajer, dan karyawan yang terbagi menjadi karyawan
penyedia bahan baku, karyawan pengolah sirup, dan karyawan pengemasan.
Pelaksanaan produksi sirup jeruk dilakukan setiap hari mulai pukul 05.00-
16.00 WIB. Pengkoordinasian dilakukan ketika karyawan telah melakukan
proses produksi. Evaluasi dan pengendalian dilakukan di akhir jam kerja
untuk menekan berbagai risiko ketika proses produksi sirup jeruk dilakukan
dan mengevaluasi kinerja karyawan.
2. Aspek finansial usaha agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember dianalisis menggunakan kriteria-kriteria
investasi. Kriteris investasi yang dilakukan antara lain yaitu menghitung nilai
Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit
Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Profitability Ratio (PR)
dan Payback Period (PP). Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut didapatkan
nilai- nilai kriteria antara lain; NPV (102.480.512,97), Net B/C (1.65), Gross
B/C (1,13), IRR (0,31), PR (1,65), PP yaitu 3 tahun 6 bulan 24 hari. Setelah
melihat perhitungan kriteria investasi yang dilakukan terhadap usaha
agroindustri jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember
dapat dikatakan layak dijalankan dan diteruskan, namun tidak layak diusahakan
ketika analisis dilakukan dalam perhitungan IRR. Hasil dari perhitungan
sensitivitas agroindustri jeruk apabila terjadi penurunan harga produk sirup
jeruk sebesar 8% dan 10% agroindustri tersebut masih tetap layak dijalankan.
Penurunan harga jeruk sebesar 12% menyebabkan usaha agroindustri jeruk
63
yang dijalankan menjadi tidak layak karena perhitungan kriteria investasi tidak
sesuai dengan keputusan-keputusan yang berlaku dalam teori kriteria investasi.
Hal tersebut wajib diketahui oleh pelaku agroindustri jeruk siam.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh mengenai
kegiatan Agroindustri Jeruk di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten
Jember, sebaiknya perlu dilakukan beberapa hal berikut :
1. Bagi peneliti, sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai salah satu referensi
untuk penelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sama dan sejenis
yaitu mengenai analisis kelayakan agroindustri jeruk.
2. Bagi pemilik agroindustri, sebaiknya lebih memperhatikan dan
mempertimbangkan kelayakan usaha yang telah dijalankan baik dari
kelayakan usaha secara finansial maupun kelayakan usaha dari segi non
finansial.
3. Bagi pemerintah, sebaiknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan yang dapat mendukung
kegiatan agroindustri jeruk di Kabupaten Jember.
DAFTAR PUSTAKA
Arbi., M., Thirtawati., dan Y., Junaidi. 2018. Analisis Saluran dan Tingkat
Efisiensi Pemasaran Beras Semi Organik di Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin. JSEP. 2 (1) : 22-32.
BPS. 2014. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014. Jakarta. Badan Pusat
Statistik.
BPS. 2015. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Indonesia. Jakarta. Badan
Pusat Statistik.
BPS. 2017. Kabupaten Jember Dalam Angka. Jember. Badan Pusat Statistik.
Delita., L., A., F., E., Pramastiwi., dan H., Yanfika. 2015. Analisis Kelayakan
Finansial dan Efisiensi Pemasaran Lada di Kecamatan Gunung Labuhan
Kabupaten Way Kanan. JIIA. 3(2) : 135-144.
Dewi, M. 2016. Kinerja UPTD dalam Pengelolaan Objek Wisata Candi Muara
Takus Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. JOM FISIP, 3
(1):1-16.
Hidayat L., I. Darmatama, Y. Dany, dan Djamilah. 2018. Analisis Teknis dan
Finansial Produksi Sirup Kalamansi: Studi Kasus Pada Industri Rumah
Tangga “Segar Asri” Kampung Melayu Di Kota Bengkulu. Agroindustri. 8
(1): 11—25.
Kasmir dan Jakfar. 2013. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Mandala., P., E., Maharani., dan D. Muwardi. 2016. Analisis Pemasaran Jeruk
Siam di Desa Limau Manis Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Jom
Faperta Ur. 3(2) : 1-14.
Mandala, P., E. Maharani, dan D. Muwardi. 2016. Analisis Pemasaran Jeruk Siam
di Desa Limau Manis Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Faperta.
3(2): 1—14.
Marlina, Sitti. 2018. Pengaruh Net Ekspor dan Investasi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2000-2010. Jurnal Economix,
6(1): 1-10.
Pakpahan., T., H. dan Y., C., P., Damanik. 2018. Analisis Pemasaran Komoditi
Belimbing (Averrhoa Carambola L). Agribest. 2(1) : 39-46.
Putra, D.E dan A.M Ismail. 2016. PelatihanPembuatan dan Pengemasan Sari
Buah Jesika (Jeruk Siam Kancil) di Dusun Bangorejo RT 02 RW 08,
Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Seminar
Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN. ISBN: 14917-
3-7
Purnamasari, I. A. 2010. Analisis Pemasaran Jeruk di Kabupaten Bangli. Skripsi.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Purnaya, I.G.K. 2016. Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : CV. Andi Offset
Prayuginingsih, Henik dan Oktarina. 2014. Sensitivitas Daya Saing Jeruk Lokal
Kabupaten Jember. Agritop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 12(2): 139-146.
Putra, S.P., M.N Sudjoni dan M.A.A Widya. 2019. Sistem Informasi Manajemen
Tanah Berbasis Webgis. EPIC.1(1): 1-8.
Rukmana, Rahmat. 2014. Prospek Agribisni, Budidaya dan Pasca panen Buah
Jeruk. Yogyakarta : Kanisius
Sari, C.F.K., M.E. Sawaki., dan M.S Sabarofek. 2018. Pengaruh Analisis Investasi
Terhadap Kelayakan Penambangan Batu Mangan Di PT. Berkat Esa
Mining. Jurnal Science. 4(1) : 11-18.
Sari, D.A.N dan I.Y Arifiana. 2018. Pelatihan Pengemasan produk Singpong dan
Singpong di Desa Pangpong Kabupaten Bangkalan Madura. Abdikarya.
1(2): 106-110.
Susanto, B., dan Sukadwilinda. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Wisata Air
Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang. Jurnal Riset dan Akuntansi dan
Keuangan. 4 (1) : 867 – 872.
Suliana, G. dan E. Rusdiana. 2010. Analisa Kelayakan Usaha dan Pemasaran Sari
Buah Jeruk Manis di UD Margo Mulyo DAU Malang. Buana Sains. 10(1):
41—46.