Anda di halaman 1dari 15

Peranan inovasi dalam pengembangan pertanian

MAKALAH
Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pertanian 1
Dosen Pengampu: Yutirania Septiani, S.Pd.,M.Sc

DisusunOleh:
NikenPuspitasari (1510101015)
Mahesi Prameswari (1510101025)
AldhellaArcyDesya (1510101029)
Sherlinda Ardanareswari (1510101038
Gilang Bondoyudho (1510101040)
Edwin Riski Indarto (1510101048)
Widya Setiyawan (1510101049)
Datu Fatkhurrochim (1510101075)

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TIDAR
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peranan Kelembagaan Dalam
Pengembangan Pertanian ”.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya.
Kemudian penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Tidar.
2. Bapak Drs. Whinarko JP, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar.
3. Ibu Yutirania Septiani, S.Pd.,M.Sc. selaku dosen Ekonomi Pertanian 1
4. Bapak Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tidar.
5. Orang tua penulis, yang telah mendidik, mengasuh penulis hingga saat ini
dengan penuh pengorbanan, memberikan doa, nasihat, cinta, kasih sayang, dan
semangat yang tidak pernah putus kepada penulis.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ekonomi Pertanian 1. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam menunjang
pengetahuan para mahasiswa dan pihak lain pada umumnya. Dalam penulisan
makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin

Magelang, 26 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Inovasi ...........................................................................................
2.2 Sumber Inovasi ............................................................................................
2.3 Contoh dan Konsep Rakitan Teknologi Pertanian ......................................
2.4 Adopsi dan Difusi Inovasi Dalam Pengembangan Pertanian......................

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan........................................................................................................

4.2 Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 .........................................................................................................
Gambar 1.2 ..........................................................................................................
Gambar 1.3 ..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya produksi pertanian adalah sebagai akibat pemakaian
teknik-teknik atau metode dalam usaha tani. Tidak mungkin mengharapkan
hasil yang banyak dengan hanya menggunakan tanaman dan hewan atau
metode yang lama. Harus ada perubahan yang dilakukan baik terhadap input
pertanian maupun metode-metode yang digunakan ketika pertanian ingin
dikembangkan atau produksinya ingin ditingkatkan. Hal itu bukan pula berarti
tiap metode kerja, tiap macam input produksi atau tiap alat dan sumber tenaga
harus berubah setiap tahun pada setiap usaha tani. Banyak aspek teknologi yang
digunakan pada suatu usaha tani mampu menghasilkan produksi yang lebih
tinggi. Suatu teknik baru yang seringkali disebut sebagai inovasi harus dapat
memberi kenaikan hasil atau mengurangi biaya dengan sangat mencolok agar
dapat diterima oleh masyarakat atau petani.

Dengan sumberdaya yang terbatas dan dalam tatanan pasar yang sangat
kompetitif, sumber pertumbuhan agribisnis yang paling dapat diandalkan
adalah inovasi teknologi. Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk
meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas, sehingga dapat memacu
tidak hanya pertumbuhan produksi, tetapi juga sekaligus meningkatkan daya
saing. Inovasi teknologi juga diperlukan dalam pengembangan produk (product
development) dalam rangka peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan
transformasi produk sesuai dengan preferensi konsumen. Dengan demikian,
inovasi teknologi mempunyai peran yang sangat vital untuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang dinamis, efisien, dan berdaya
saing tinggi.

Makalah ini menguraikan tentang pengertian dan sumber inovasi, rakitan


teknologi pertanian, serta proses adopsi dan difusi inovasi dalam
pengembangan pertanian. Dalam konteks agribisnis, yang lingkupnya lebih luas
daripada aktivitas produksi pertanian, teknologi dimaksud mencakup tehnik dan
teknologi yang digunakan untuk memproduksi hasil pertanian primer,
mengolah hasil pertanian pangan, menyimpan dan mengangkut produk-produk
agribisnis yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahannya adalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari inovasi?
2. Darimanakah sumber-sumber Inovasi didapatkan?
3. Apa sajakah rakitan teknologi pertanian?
4. Bagaimana hubungan dan pengaruh adanya adopsi dan difusi inovasi
dalam pengembangan pertanian?
5. Bagaimakah proses adopsi dan difusi inovasi berlangsung?

1.3 Tjuan Penulisan


1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pertanian 1
2. Mengetahui definisi tentang inovasi
3. Mengetahui bagaimana sumber-sumber Inovasi
4. Mengetahui konsep dan contoh rakitan mengenai teknologi pertanian
5. Memahami hubungan dan pengaruh adanya adopsi dan difusi inovasi
dalam pengembangan pertanian
6. Memahami apa sifat Intrinsik dan ekstrinsik dari inovasi
7. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya pengadopsian
inovasi pengembangan pertanian
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Definisi Inovasi


Inovasi adalah sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong
terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.
Dalam hal ini pengertian “baru” mengandung makna bukan hanya sekadar
baru diketahui oleh pikiran (kognitif) akan tetapi juga baru karena belum
dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap
(attitude) serta baru dalam pengertian belum diterima atau diterapkan oleh
seluruh warga masyarakat setempat.

2.2 Sumber Inovasi


Teknologi biasanya dibagi dalam beberapa bagian antara lain:
1. Teknologi kimia atau biologi, yang mencakup pupuk, pestisida, bibit
unggul dan sebagainya.
2. Teknologi mekanik, yang meliputi traktor mesin-mesin dan sebagainya.

Ada pula pembagian lain dari teknologi, yaitu:

1. Teknologi padat karya, yang lebih banyak dipergunakan tenaga kerja


manusia realtif terhadap modal.
2. Teknologi padat modal, yang lebih banyak dipergunakan modal realtif
terhadap tenaga kerja manusia.

Jika ditinjau tinggi-rendahnya tingkat ilmu darimana teknologi itu dihasilkan


maka pembagian teknologi sebagai berikut:

1. Teknologi Tinggi, seperti teknologi yang dipakai dalam penjelajahan


ruang angkasa, teknologi dalam peralatan nuklir, teknologi komputer,
serta teknologi dalam eksplorasi dan produksi minyak bumi dan lain-
lain.
2. Teknologi Madya dan Rendah, yaitu teknologi yang memerlukan
peralatan dalam tingkat sopistikasi yang lebih rendah

Teknologi yang diterapkan pada suatu pekerjaan atau pada suatu wilayah
akan sangat ditentukan hasilnya oleh situasi dan kondisi yang ada. Ditinjau
dari kecocokan antara teknologi yang akan diterapkan tersebut, kemudian
dikenal istilah “teknologi tepat guna”
Sebagaimana disebutkan “baru” dalam pengertian teknologi baru hanya
berarti untuk petani-petani tertentu saja. inovasi yang berupa metode atau
bahan itu mungkin telah umum dikenal dikalangan petani lainnya, baik yang
dekat maupun yang jauh. Mungkin pula inovasi tersebut hanya merupakan
modifikasi dari apa yang telah ada selama ini atau mungkin juga merupakan
penemuan yang benar-benar baru. Dari pernyataan tersebut ada beberapa
sumber di mana dan dari mana inovasi baru dapat diperoleh:
1. Teknik kerja petani lain
2. Mendatangkan dari daerah lain
3. Percobaan-percobaan terarah

Cara-cara suatu negara untuk mendapatkan teknologi dari negara lain dapat
berupa:

1. Meminta, dalam bentuk bantuan teknik


2. Meminjam, berupa perjanjian persahabatan
3. Membeli, berupa pembelian lisensi secara komersial
4. Memcuri, biasanya berupa kegiatan mata-mata

2.3 Contoh dan Konsep Rakitan Teknologi Pertanian


Membahas tentang contoh rakitan dalam teknologi pertanian, tentu
saja diera global yang sekarang ini telah banyak rakitan teknolgi pertanian
yang muncul seperti beberapa temuan baru yang telah disebarluaskan seperti
bawang merah batu ijo,mangga podang urang,bunga sedap malam bangil
varietas roro anteng dan perbaikan sistem tanam dalam budi daya jagung
diladang tadah hujan dan lain sebagainya.
Dari comtoh rakitan teknologi pertanian tersebut maka dapat diambil
kesimpulan bahwa mengkombinasikan teknologi pada pertanian itu perlu
dan penting,mengingat bahwa hasil pertanian sangat bergantung pada
iklim,struktur tanah, dan kondisi geografis.Ditambah lagi hasil pertanian
yang sifatnya terbatas untuk mencukupi kebutuhan manusia maka dari itu
dengan melakukan rakitan teknologi pertanian,dapat ditemukan sebuah
penelitian pada varietas pertanian tertentu dimana penemuan itu dapat
memberikan manfaat atau inovasi baru dan juga solusi pada persoalan dalam
dunia pertanian selama ini.
Dan salah satu contoh rakitan teknologi pertanian yang dikembangkan
seperti “ Uji Aplikasi Dan Pengembangan Rakitan Teknologi PHT Tanaman
Kopi” . Rakitan teknologi PHT pada kopi ini timbul karena permasalahan
hama yang menyerang tanaman kopi sehingga mengakibatkan rendahnya
produksi arabika pada daerah penghasil kopi tersebut ( Jawa Timur ). Kopi
arabika adalah salah satu kopi yang dikembangkan di Jawa Timur, dibanding
kopi robusta kopi arabika memiliki daya jual yang lebih tinggi.Kopi arabika
juga menguasai pangsa pasar ekspor sebesar 72%. Namun karena
permasalahan serangan hamapenyakit, yang antara lain disebabkan oleh
serangan PBKo (Hypothenemushampei), nematodaparasit, penyakit karat
daun (Hemileiavastatrix) danantaraknose. Maka melalui permasalahan hama
itulah,rakitan teknologi PHT muncul, dan PHT ini merupakan konsep yang
digunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman kopi dan
telah diteliti bahwa PHT efektif untuk pengendalian hama.

2.4 Adopsi dan Difusi Inovasi Dalam Pengembangan Pertanian


Pada hakikatnya, adopsi merupakan proses perubahan perilaku, baik
yang berupa pengetahuan (cognitif), sikap (affective), maupun keterampilan
(psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi. Dalam hal
ini, penerimaan yang dimaksud tidak hanya sekedar tahu, tetapi sampai
benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar, serta
menghayatinya dalam kehidupan dan usaha taninya. Penerimaan inovasi
tersebut biasanya dapat diamati secara langsung dan secara tidak langsung
oleh orang lain sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap,
plengetahuan, dan/atau keterampilannya. Karena adopsi merupakan hasil
dari kegiatan penyampaian inovasi maka proses tersebut dapat digambarkan
sebagai suatu proses komunikasi yang diawali dengan penyampaian inovasi
samapi dengan terjadinya perubahan perilaku.

. Difusi inovasi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi


secara lebih ekstensif oleh penemunya atau pihak-pihak lain dengan tujuan
meningkatkan daya guna potensinya. Keberhasilan difusi inovasi
dipengaruhi oleh empat faktor penting, yakni inovasi itu sendiri, bagaimana
informasi tersebut dikomunikasikan, waktu yang dibutuhkan untuk
mengkomunikasikan, dan sistem sosial masyarakat (termasuk keterampilan)
serta kondisi alam tempat inovasi tersebut diintroduksikan . Di samping itu,
faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses difusi adalah jenis
teknologi yang didifusikan serta sistem kelembagaan yang mendukungnya.
Pokok-pokok pemikiran tentang adopsi inovasi kaitannya dengan
pembangunan pertanian, sebagai berikut:
a. Adopsi inovasi memerlukan proses komunikasi yang terus-menerus untuk
me-ngenalkan, menjelaskan, mendidik, dan membantu masyarakat agar
tahu, mau, dan mampu menerapkan teknologi terpilih (yang disuluhkan).
b. Adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang
berkelanjutan dan tidak kenal berhenti, untuk memperhatikan, menerima,
memahami, meng-hayati, dan menerapkan teknologi terpilih yang
disuluhkan.
c. Adopsi inovasi memerlukan kesiapan untuk melakukan perubahan-
perubahan dalam praktek berusahatani, dengan memanfaatkoan teknologi
terpilih (yang disuluhkan).

Dalam penyebaran inovasi teknologi melalui pendekatan komunikasi


diperlukan perpaduan antara aspek antropogis, sosiologis dan psikologis. Ke
tiga aspek tersebut mempunyai hubungan erat antara satu sama lain dalam
merubah perilaku manusia. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
sebagai agent of technology, sebagai salah satu komponen pengubah
perilaku petani, dan sebagai pembawa pesan teknologi ke petani belum
memahami secara baik tentang aspek-aspek antropologi, sosiologi dan
psikologi. Pesan-pesan inovasi dari PPL baik melalui komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa belum
mampu meyakinkan petani untuk mengadopsi teknologi secara cepat. Hal ini
menunjukkan adanya persoalan-persoalan psikologi dari penerima pesan
inovasi (petani), seperti sikap kehati-hatian dan persepsi yang salah terhadap
teknologi tersebut. Selain faktor psikologis yang menghambat percepatan
adopsi teknologi, juga disebabkan oleh faktor lingkungan dan kebijakan.

2.4.1 Tahapan – tahapan Adopsi


Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum masyarakat mau
menerima atau menerapkan inovasi yang diterimanya dengan keyakinannya
sendiri. Selang waktu antara tahapan berikutnya tidak selalu sama pada diri
tiap-tiap orang sehingga sangat dipengaruhi oleh sifat inovasi, karakteristik
sasaran penerima, keadaan lingkungan fisik dan sosial, serta aktivitas yang
dilakukan oleh pemberi inovasi. Tahapan dalam proses pengambilan
keputusan oleh pelaku terhadap inovasi baru yang ditawarkan kepada
mereka yaitu (Rogers and Shoemaker, 1971):
a. Adanya kesadaran (awareness), sasaran mulai sadar tentang adanya
inovasi baru, misalnya teknologi pertanian spesifik lokasi.
b. Tumbuhnya minat (interest) yaitu keinginan kelompok sasaran untuk
bertanya atau mengetahui tentang adanya inovasi baru.
c. Munculnya penilaian (evaluation) dari kelompok sasaran atau
pengguna lainnya terhadap baik, buruk, dan manfaat dari inovasi baru
yang diperkenalkan kepada mereka.
d. Ada keinginan kelompok sasaran untuk mencoba (trial) dalam skala
kecil sebelum menerapkan dalam skala yang lebih luas.
e. Akhirnya berdasarkan kondisi tersebut di atas, kelompok sasaran akan
mengambil keputusan untuk menerima dan menerapkan (adoption)
inovasi yang mereka terima, atau menolak (rejection) inovasi tersebut.

Berbagai variabel yang mempengaruhi proses dan kecepatan difusi


dan adopsi suatu inovasi, misalnya teknologi pertanian spesifik lokasi
meliputi:

2.4.2 Sifat Intrinsik


Inovasi dalam proses adopsi dan difusi suatu teknologi termasuk
teknologi pertanian menurut dapat dilihat dari berbagai sifatnya yaitu
(Slamet, 1978; Rogers and Shoemak, 1971; Rogers, 1983):
a. Sifat intrinsik seperti keunggulan teknis, ekonomis, sosial dan budaya
dari inovasi yang diperkenalkan.
b. Sifat kerumitan inovasi (complexity).
c. Kemudahan inovasi diterapkan (triability).
d. Kemudahan inovasi diamati (observability).
e. Tingkat kemungkinan pemecahannya (divisibility)

2.4.3 Sifat Ekstrinsik


Sifat ekstrinsik adalah sifat menurut keadaan lingkungannya. Sifat
Ekstrinsik inovasi meliputi :
a. Kesesuaian ( Compability ) Inovasi dengan lingkungan setempat, baik
lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan kemampuan ekonomi
masyarakat.
b. Tingkat keunggulan relatif dari inovasi yang di tawarkan oleh inovasi
tersebut dibandingkan teknologi yang sudah ada, baik keunggulan
teknis (kecocokan dengan keadaan alam setempat dan tingkat
produktifitasnya),keunggulan ekonomis, manfaat ekonomi, maupun
dampak sosial-budaya dan politis yang ditimbulkan, juga penghematan
tenaga kerja dan waktu (saving of labour and time).

2.4.4 Faktor - Faktor Pengadopsian Inovasi


Sehubungan dengan ragam kelompok masyarakat penerima inovasi
tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang
untuk mengadopsi inovasi. Faktor-faktor tersebut, antara lain:
a. Luas usaha tani yang dimiliki dan/atau dikuasai
Semakin luas usaha tani maka semakin cepat proses tersebut dilewati
karena pada umumnya pemilik usaha tani luas memiliki kemampuan
ekonomi yang lebih baik
b. Tingkat pendapatan
Semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin cepat
kemampuannya mengadopsi inovasi
c. Keberanian mengambil resiko
Individu yang memiliki keberanian menghadapi resiko biasanya lebih
inovatif karena pada tahap awal penerapan inovasi tidak selalu diikuti
dengan keberhasilan.
d. Umur
Semakin tua seseorang biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi
dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa
diterapkan oleh masyarakat setempat.
e. Tingkat partisipasi dalam kelompok/organisasi di luar lingkungan
Orang-orang yang suka bergabung dengan orang-orang lain diluar
sistem sosialnya pada umumnya lebih inovatif dibandingkan dengan mereka
yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.

f. Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru


Kelompok masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru
biasanya lebih inovatif dibandingkan dengan orang-orang yang pasif, apalagi
yang tidak percaya terhadap sesuatu yang baru.

g. Sumber informasi yang dapat dimanfaatkan


Golongan inovatif ( lembaga pendidikan/perguruan tinggi,lembaga
penelitian, dinas-dinas terkait, media masa, tokoh masyarakat, dan lembaga
komersial lainnya) biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber
informasi, sementara kelompok yang kurang inovatif pada umunya hanya
memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh petani setempat dan relatif sedikit
yang mampu memanfaatkan informasi dari media masa.

Hal terakhir yang disebutkan merupakan proses difusi inovasi, yaitu


perembesan adopsi inovasi dari satu individu yang telah mengadopsi kepada
individu lain dalam sistem sosial masyarakat setempat. Perbedaannya
dengan proses adobsi, yaitu biasanya pembawa inovasi dalam proses adobsi
berasal dari luar sistem sosial masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu,
kecepatan proses adopsi ( dan juga difusi ) dapat dilakukan dengan :
1. Melakukan diagnosa terhadap permasalahan masyarakat setempat, terlebih-
lebih terhadap kebutuhan nyata yang belum dirasakan.
2. Membuat masyarakat sasaran menjadi tidak puas dengan kondisi yang saat ini
ada dengan cara menunjukan kelemahan dan permasalahan yang dihadapi,
serta menunjukan kebutuhan baru yang mungkin dapat diraih sehingga
masyarakat sasaran dengan kesadarannya sendiri termotivasi untuk melakukan
perubahan.
3. Menjalin hubungan erat dengan masyarakat sasaran, serta menunjukan
kesiapan untuk membantu dan membuat mereka yakin bahwa
permasalahannya akan teratasi dan kebutuhannya akan terpenuhi.
4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran agar keinginannya dapat
benar-benar menjadi tindakan nyata dengan melakukan perubahan.
5. Memantabkan hubungan dengan masyarakat, yang pada akhirnya
melepaskannya untuk berswakarsa dan berswadaya melakukan perubahan
tanpa harus selalu menggantungkan bantuan guna melaksanakan perubahan
yang dapat diprakarsai dan dilakukan sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inovasi merupakan suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan,
perilaku, nilai-nilai dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui,
diterima, dan dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu
daerah tertentu.
Adopsi inovasi pertanian merupakan suatu proses mental atau perubahan
perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun
keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi
sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi

3.2 Saran
Berbagai kegiatan yang dirancang oleh Departemen Pertanian saat ini
diharapkan dapat memecahkan masalah mendasar dalam pembangunan
pertanian di Indonesia, sehingga akan menarik minat berbagai pihak untuk
berpartisipasi dalam pembangunan pertanian. Seluruh pemangku kepentingan
(stake holder) sangat diharapkan berperan lebih besar lagi dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian, baik dalam tataran perencanaan dan penyusunan
kebijakan, maupun dalam tataran praktis di berbagai sub-sektor atau bagian
dalam agribisnis pertanian. Harus kita sadari bersama, pembangunan
pertanian membutuhkan sinergi yang saling memperkuat diantara semua
pihak terkait dan Departemen Pertanian selalu terbuka untuk saran-saran
konstruktif bagi upaya percepatan pembangunan pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai