Anda di halaman 1dari 18

PANEN DAN PASCA PANEN

Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum online mata kuliah Hortikultura

Dosen Mata Kuliah :

Drs. Ahmad Mulyadi, M.Pd.

Gurnita, S.Si.,M.P.

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Syifa Firda Fauziyyah 185040061

Nurvathya Sharah Annisya 185040063

Nur izza Arifah 185040065

Ananda Violyta 185040069

Anita Fauzia Desyafitri 185040073

Nabilah Nurfitriani 185040075

Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Pasundan

2021
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdullilah, dengan segenap kerendahan hati dan ketulusan jiwa, kami
panjatkan kepada kehadirat Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat karunia dan
hidayahNya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan judul “ MAKALAH DASAR
BUDIDAYA TANAMAN PANEN DAN PASCA PANEN”

Shalawat serta salam kami tunjukan kapada Rasul kita Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan pencerahan kepada kita dengan agama rahmatan lil „alamin agama islam.

Dengan selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan
dari semua pihak baik moril ataupun materil sehingga makalah ini dapat terselesai dengan
baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua terlebih – lebih
bagi kelompok kami yang mengerjakan makalah ini.

Karena keterbatasankami, makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran dan
kritik sangat dibutuhkan demi penyempurnaanya. Akhirnya, cukup itu dari kami kurang
lebihnya kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 5 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ 2


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Panen............................................................................................................ 6
A. Ketuaan/Masak panen ................................................................................................. 6
B. Indicator Panen ............................................................................................................ 7
C. Indeks Ketuaan Panen (IKP) ..................................................................................... 10
D. Teknik panen ............................................................................................................. 11
E. Penanganan panen yang baik Pada Pemanenan ........................................................ 12
2.2 Pengertian Pasca Panen .......................................................................................... 12
A. Tujuan penanganan pascapanen ................................................................................ 12
B. Kegiatan pascapanen ................................................................................................. 12
C. Jenis Keruskan Panen ................................................................................................ 13
D. Usaha untuk mengurangi kerusakan produk hortikultura dalam simpanan .............. 14
E. Permasalahan penerapan teknologi pasca panen ....................................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari
lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam
dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki
arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai
jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut.Secara
kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan
festival dan perayaan lain.

Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti
combine harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah
trandisional orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Alat pemanen
lain yang tidak dikenal di Indonesia adalah scythe dan reaper. Panen tanpa mesin
merupakan salah satu pekerjaan dalam budidaya yang paling memakan banyak
tenaga kerja. Kegiatan ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau
pengeringan terlebih dahulu.

Kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan mutu produk segar


agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan
karena penyusutan da kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan
nilai ekonomis hasil pertanian. Diperkirakan, kehilangan hasil buah/sayuran masih
relatif tinggi melebihi 20%.

Kegiatan penanganan pascapanen umumnya masih belum cukup baik


dilakukan oleh petani, packing house (rumah kemasan) ,aupum pedagang. Saat ini
kegiatan pascapanen ditingkat petani umumnya dilakukan secara tradisional,
dengan alat yang sederhana.

Oleh karena itu, pengelolaan tanaman secara terpadu disertai perkembangan


teknologi, pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan salah satu unsur
yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik.
1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui dan memahami definisi Panen

 Untuk mengetahui dan memahami hal utama dalam pemanenan

 Untuk mengetahui dan memahami penanganan Panen yang baik

 Untuk mengetahui dan memahami penanganan segera setelah Panen

 Untuk mengetahui dan memahami definisi Pascapanen

 Untuk mengetahui dan memahami penanganan Pascapanen

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Panen

Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),


tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang di panen tersebut selanjutnya akan
melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang pendeknya
jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pascapanen yang bagaimana
yang sebaliknya dilakukan. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah
mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat,
dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang
“rendah”.

Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari
lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan
menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki arti
yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis
objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut. Hal yang perlu
dilihat pada proses Pemanenan yaitu :

● Kualitas produk hortikultura setelah dipanen: tidak bisa dinaikkan, hanya bisa
dipertahankan

● Pada saat dipanen: kualitasnya harus maksimal, dengan penanganan yang baik,
dapat dipertahankan untuk waktu yang lama

● Indikator penentuan waktu panen yang tepat: kenampakan visual, indikator fisik,
analisis kimiawi, indikator fisiologis

A. Ketuaan/Masak panen
Keadaan perkembangan dimana tanaman atau bagian-bagian dari tanaman telah
memenuhi syarat untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dari panen
a. Masak Fisiologis : tingkat kemasakan yang terjadi apabila pertumbuhan
(development) dan kemasakan (maturation) dari telah maksimum
b. Masak Komersial : tercapainya kondisi organ tanaman telah sesuai
dengan selera konsumen/untuk dijual Artinya dapat dipanen kapan saja
selama belum mencapai tingkat ketuaan fisiologis, tetapi secara komersil
sudah bernilai jual.

Efek yang tidak tepat pada Ketuaan Panen yaitu :

 Tingkat ketuaan produk pada saat panen mempengaruhi mutu akhir produk,
daya simpan,dan kemungkinan terjadinya penyimpangan fisiologis
 Ketuaan yang belum penuh juga berhubungan dengan pematangan yang tidak
merata
 Over tua dapat menyebabkan timbulnya hal-hal yang kurang menguntungkan,
antara lain memperpendek masa simpan, menurunkan mutu, ketika dimakan
misalnya, meningkatkan kandungan serat kasar dan keras beberapa jenis buah
dan sayuran daun.

B. Indicator Panen
Diketahui ada 4 cara panen yaitu :
 Secara visuai, yaitu dilihat dari ukuran, bentuk, warna kulit
 Secara fisik yaitu dilihat dari kekerasan, berat jenis
 Secara Kimia, yaitu dilihat dari kadar padatan terlarut, asam, nisbah
padatan/asam, pati
 Perhitungan umur buah & fisiologisnya melalui kebutuhan unit panas
buah
Dalam pemanean ada beberapa indicator yang perlu kita perhatikan , yaitu
sebagai beritut :

a. Indikator fisik
 Sering digunakan, khususnya pada beberapa komoditas buah (Fleshy
fruit)
 Indikatornya: mudah tidaknya buah dilepaskan dari tangkai buah dan
uji kekerasan buah (penetrometer)
 Uji ketegaran buah lebih obyektifl karena dapat dikuantitatifkan

7
 Prinsip: buah ditusuk dengan suatu alat, besarnya tekanan yang
diperlukan untuk menusuk buah menunjukkan kekerasan buah
 Semakin besar tekanan yang diperlukan: buah semakin keras, proses
pengisian sudah maksimal siap dipanen
b. Indikator visual
 Paling banyak dipergunakan, baik pada komoditas buah maupun
sayuran
 Dasarnya: perubahan warna, ukuran, bentuk buah, daun mengering, dll.
 Sifatnya sangat subyektif, keterbatasan dari indra penglihatan manusia
 Sering salah: pemanenan dilakukan terlalu muda/ awal atau terlalu
tua/sudah lewat panen
 lndikator ketuaan Visible
1. Warna kulit -> rambutan, nanas, dll.
2. Ukuran -> ketimun, asparagus, bunga potong, dll.
3. Beriuk -> pisang, mangga
4. Retakan -> melon, semangka
5. Bagian tanaman yang mengembang ->pisang, bwg. merah,
kentang
6. Sebaran mata -> nangka, nanas
 Indikator ketuaan Non-visibel
• Kekerasan/soliditas -> kubis, selada, dll.
• Keempukan -> kacang-kacangan, okra
• Berat jenis -> mangga, kentang, durian
• Aroma -> nangka, durian
• Mudah dilepas -> blewah, waluh
• Suara ketukan -> nangka, durian, waluh

c. Analisis kimia
Indikatornya: kandungan zat padat terlarut, kandungan asam, kandungan
pati, kandungan gula,aroma
Dasarnya: terjadinya perubahan biokimia selama proses pemasakan buah
• pati menjadi gula
• menurunnya kadar asam
• meningkatnya zat padat terlarut
d. Indikator utama: laju respirasi
 Sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat klimakterik
(kurang cocok pada komoditas yang non klimakterik)
 Saat komoditas mencapai masak fisiologis, respirasinya
mencapai klimakterik (paling tinggi)
 Berarti: kalau laju respirasi suatu komoditas sudah mencapai
klimakterik, siap dipanen

Buah klimaterik: kenaikan laju respirasi sebelum pemasakan ( pisang,


mangga, pepaya, advokad, tomat, sawo, apel)
Buah non klimaterik tidak menunjukan adanya kenaikan laju respirasi
(semangka, jeruk, nenas, anggur, ketimun)

e. Indikator Komputasi

 Menghitung umur tanaman sejak penanaman -> kentang, ubi jalar


 Menghitung umur tanaman sejak pembentukan bunga ->
 Menghitung umur tanaman sejak bunga mekar -> durian, melon, mangga
 Menghitung umur tanaman sejak buah muncul -> rambutan

Gambar : waktu panen pada sayuran

9
Gambar : Waktu panen pada Buah

C. Indeks Ketuaan Panen (IKP)


Indeks ketuaan adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan waktu
panen, yaitu apakah suatu produk sudah dapat dipanen atau belum.
Sifat IKP : subyektif (S) atau obyektif (O), dan dapat digolongkan ke dalam metoda
destruktif (D) atau non-destruktif (N).

Berdasarkan obyek pengamatan, IKP digolongkan :


1. Indeks ketuaan visual (bersifat S dan N)
 Berdasarkan warna kulit: misalnya jeruk, duku, manggis, pepaya, nenas,
rambutan, tomat, semangka
 Berdasarkan ukuran: misalnya asparagus, ketimun, jeruk, bunga potong
 Berdasarkan bentuk: misalnya lengkungan pada buah pisang dan lekukan
pada buah mangga.
 Berdasarkan karakteristik permukaan: formasi kutikel pada buah tomat dan
anggur, pola jaring-jaring pada buah melon, semburat warna kuning/merah pada
buah mangga.
 Berdasarkan bagian tanaman yang mengering: daun yang mengering pada
tanaman pisang, pucuk yang mengering pada bawang merah, bawang putih,
jahe, dan kentang.
2. Indeks ketuaan fisik (bersifat S dan N)
 Berair: jagung manis
 Mudah terbuka: jenis kacang polong
 Mudah dilepaskan dari tanamannya: belewah
 Kekerasan, kepadatan, kekompakan: melon, kubis, selada
 Berat jenis: mangga, durian, kentang
 Bunyi bergaung bila diketuk: semangka, nangka, durian
 Mempunyai aroma kuat: nangka, durian
 Struktur daging: seperti jeli pada tomat, berwarna tua pada beberapa buah

3. Indeks kimia (bersifat O dan D)


 Jumlah padatan terlarut: apokat, melon, anggur
 Kadar lemak: apokat
 Kadar air: jeruk
 Kadar asam: jeruk, mangga
 Kadar karbohidrat: apel, pear, mangga
 Kadar gula: apel, pear, mangga, anggur
4. Indeks fisiologis (bersifat O, N, dan D)
 Laju respirasi dan produksi etilen: pisang, mangga, pepaya, tomat, markisa
 Konsentrasi etilen: apel, pear, markisa
5. Indeks perhitungan (bersifat O dan N)
 Unit panas: mangga, kacang kapri, jagung manis
 Hari sejak pembungaan: mangga, manggis
 Hari sejak pembentukan buah: durian, melon, rambutan
 Hari sejak bunga mekar: jeruk, mangga
 Hari sejak penanaman: jenis umbi

D. Teknik panen
1. Dengan cara ditarik: apokat, kacang polong, tomat
2. Dengan cara dipuntir: jeruk, melon
3. Dengan cara dibengkokkan: nenas
4. Dengan cara dipotong: buah dan sayuran pada umunya, dan bunga potong
5. Dengan cara digali dan dipotong: umbi, dan sayuran akar
6. Dengan menggunakan galah: buah pada di pohon yang tinggi secara umum

11
E. Penanganan panen yang baik Pada Pemanenan
• Persiapan panen: Siapkan alat-alat yg dibutuhkan, tempat penampungan hasil dan
wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan tidak ceroboh.
• Pemanenan: hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara hati-hati
• Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen
• Gunakan tempat atau wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil
panen diatas tanah atau dilantai dan usahankan tidak menumpuk hasil panen tidak
terlalu tinggi.
• Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak melakukan
pemindahan wadah.
• Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari buah atau
umbi yang luka, memar, atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan tersebut
tidak menulari buah atau umbi yang sehat

2.2 Pengertian Pasca Panen


Definisi pascapanen menurut pasal 31 UU No.12/1992, adalah “suatu kegiatan yang
meliputi pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan, penyimpanan,
standarisasi mutu, dan transportasi hasil budidaya pertanian”.

A. Tujuan penanganan pascapanen


1. Meningkatkan mutu hasil pertanian yang beredar dipasaran.
2. Menekan kehilangan hasil atau susut produk hasil pertanian.
3. Meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing (“bargaining position“) produk
pertanian.
4. Meningkatkan effisiensi usaha agribisnis pertanian.

B. Kegiatan pascapanen
1. Pengumpulan: upaya menyatukan hasil panen pada tempat/wadah/media
tertentu sebelum dilakukan kegiatan penanganan pascapanen selanjutnya
2. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas
3. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah
4. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
kentang dilakukan penjemuran selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel
mudah dilepaskan/dibersihkan segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan
kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran)
5. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk
membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran
6. Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda
asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai
atau akar yang tidak dikehendaki.
7. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada
buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll
8. Sortasi yaitu pemilahan komoditi hortikultura yang baik dari yang rusak atau
cacat dan benda asing lainnya
9. Grading kegiatan pengkelasan produk berdasarkan karakteristik fisik seperti
ukuran, bentuk dan warna
10. Pengemasan : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan karena benturan sesama
produk selama penyimpanan.
11. Pelabelan: pemberian label pada kemasan yang berisi nama komoditi dan kelas
mutu, nama produsen, alamat produsen, tgl produksi/panen, tanggal kadaluarsa
serta berat bersih.
12. Pemeraman/ripening: proses untuk merangsang pematangan buah agar merata
masaknya dengan menggunakan gas karbit atau etilen
13. Pengawetan: untuk memperpanjang masa simpan suatu komoditi dengan cara
pengeringan, pendinginan dan lainnya
14. Penyimpanan dan pendinginan : Menekan enzim respirasi agar aktivitasnya
serendah mungkin sehingga laju respirasinya kecil dan produk terjaga kesegaranya.
15. Transportasi: Mendistribusikan hasil pertanian yang telah melewati tahap-tahap
pascapanen.

C. Jenis Keruskan Panen


a) Kerusakan Mekanis : keruskana yang diakibatkan oleh adanya gesekan atau
tekanan saat panen, penyimpanan atau distribusi (dengan alat atau sesama produk)
b) Kerusakan Fisik : kerusakan yang diakibatkan oleh insekta atau rodentia, kondisi
lingkungan seperti suhu, sinar matahari.
c) Kerusakan Biologis : kerusakan yyang diakibatkan oleh respirasi bahan pangan.
d) Kerusakan Kimia : kerusakan yang diakibatkan oleh reaksi kimia seperti reaksi

13
oksidasi, hidrolisis, reaksi enzimatis.
e) Kerusakan Mikrobiologis : kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

D. Usaha untuk mengurangi kerusakan produk hortikultura dalam simpanan

1. Sanitasi
Ruang penyimpanan perlu dipelihara dalam kondisi yang bersih dan sehat
untuk memperkecil serangan jamur dan organisme lainnya. Dalam sanitasi
sering dipergunakan senyawa kimiawi yang bersifat racun seperti insektisida,
2. Refrigeration
Untuk menekan aktivitas enzym respirasi, agar aktivitasnya menjadi serendah
mungkin sehingga laju respirasinya sekecil/selambat mungkin produk
hortikultura yang disimpan tetap terjaga kesegarannya.
3. Irradiasi
Pengendalian proses pembusukan produk hortikultura yang disimpan serta
perpanjangan umur simpannya dilakukan dengan perlakuan penyinaran dengan
mempergunakan sinar Gamma.

4. Perlakuan Kimiawi dan Fumigasi


Dalam penggunaan tetap menjaga keamanan pangan sehingga tidak
memberikan dampak yang merugikan bagi keselamatan manusia mengingat
produk hortikulura merupakan produk yang dikonsumsi dan sering dokonsumsi
dalam bentuk mentah / bukan olahan

E. Permasalahan penerapan teknologi pasca panen


Pengembangan dan penerapan teknologi pascapanen perlu terus dipacu dalam
upaya menekan kehilangan hasil dan meningkatkan kualitas produk sehingga mampu
meningkat- kan pendapatan petani khususnya petani kecil. Selain itu, pascapanen
merupakan salah satu aspek yang harus diprioritaskan dari tujuh langkah menuju
perluasan akses pasar produk pertanian (Ostertag 2007). Enam aspek lainnya adalah
pengorganisasian petani, tren dan opsi pemasaran, permodalan, teknologi,
praproduksi dan produksi, serta perluasan usaha dan relasi yang lebih baik. Walaupun
telah banyak teknologi yang disebarkan kepada petani kecil melalui program
pemerintah, pada kenya- taannya banyak yang bermasalah. Teknologi yang dikenalkan
dan disosialisasikan kepada petani kecil tidak dimanfaatkan secara berkelanjutan
(Dyah et al. 2011; Saparita et al.2012). Program pemerintah yang dilakukan dengan
sistem target waktu tanpa memper- hatikan partisipasi masyarakat merupakan sebab
dari kegagalan program yang dimaksud. Kebijakan pengembangan teknologi yang
tidak didasarkan pada potensi dan kebutuhan masyarakat dan dilakukan secara sama
rata dengan tidak dipersiapkan secara matang dalam pelaksanaannya berdampak
pada macetnya kegiatan sehingga tidak berkelanjutan. Sektor pertanian sangat penting
dalam pembangunan, sehingga pemerintah sejak era 1970-an melaksanakan Program
Panca Usaha Tani. Program tersebut berupaya memacu penenerapan teknologi budi
daya khususnya padi yang menghasilkan swasembada pangan pada tahun 1984.
Pengenalan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, dan pemupukan serta
pengairan yang baik mendorong peningkatan produktivitas dan produksi padi (Suhaeti
dan Abbas 2010). Namun, dalam perkembangannya pemberian pupuk yang
berlebihan, banyaknya sarana pertanian yang rusak (khususnya sarana irigasi), dan
alih fungsi lahan pertanian telah mengakibatkan merosotnya produksi dan
produktivitas (Dyah et al. 2011).
Upaya pemerintah selanjutnya untuk subsektor tanaman pangan dan tanaman
perkebunan tersebut adalah dalam penanganan pascapanen yang sudah lama digalakkan
sejak era 2000-an. Kontribusi teknologi pascapanen dalam mening- katkan
produktivitas, kualitas produk, dan nilai tambah saat ini masih menghadapi
permasalahan dalam implementasinya. Permasalahan penerapan teknologi pascapanen
pada petani kecil antara lain :
(1) terbatasnya pengetahuan petani tentang teknologi
(2) terbatasnya aksesibilitas petani terhadap teknologi
(3) kurangnya minat petani untuk menerapkan teknologi
(4) lemahnya posisi tawar petani terhadap tengkulak.
(5) adanya mafia panen oleh perpanjangan tangan tengkulak dalam bentuk kelompok
panen.
Berdasarkan permasalahan tersebut, proses penerapan dan pemanfaatan
teknologi pasca- panen menjadi sangat penting agar diadopsi dan dikembangkan
petani kecil. Untuk keberlan- jutannya, peran kelembagaan yang mengarah pada
pengembangan agroindustri perdesaan serta proses pemberdayaan dan pendam-
pingannya akan dibahas dalam tulisan ini. Penelitian da Silva et al. (2009)
menunjukkan bahwa agroindustri dapat memperluas kesempatan kerja di perdesaan,
15
tidak hanya pada usaha tani, tetapi juga di luar usaha tani termasuk dalam penanganan
pascapanen, pengemasan, pengolahan, transportasi, dan pemasaran. Agroindustri juga
memberikan pengaruh signifikan dalam pengembangan ekonomi global dan
pengentasan kemiskinan, baik di wilayah perdesaan maupun di perkotaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),
tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. Definisi pascapanen menurut pasal 31 UU No.12/1992,
adalah “suatu kegiatan yang meliputi pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu, dan transportasi hasil budidaya
pertanian”.

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan
pada pemanenan, yaitu : Menentukan waktu panen yang tepat dan melakukan
penanganan panen yang baik. Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan
yang harus dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan
segera, akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas
tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut yaitu Pengeringan (drying), Pendinginan
pendahuluan (precooling), Pemulihan (curing), Pengikatan (bunching), Pencucian
(washing). Proses penanganan pasca panen antara lain : Grading dan standarisasi,
Pengepakan/pengemasan/pembungkusan, Penyimpanan (Storage operation) dan
Pengangkutan

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa, 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Panen. Diakses 3 Februari 2021

Anonymousb, 2011. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2009/11/penanganan_pasca_panen_hasil_pertanian.pdf. Diakses 3 Februari


2021

Kajian Pengelolaan Pasca Panen Hasil Pertanian, 2001, Ditjen Bina Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan PT. Danaspoe & CO.

Standar Mutu dan Produk Hortikultura dan Buah-buahan Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI), 2003, Dit. Pengolahan Dan Pemasaran Hortikultura.
Ditjen Bina PPH Pertanian.

Vademekum Hortikultura,1997, Direktorat Hortikultura, Ditjen Tanaman Pangan


dan Hortikultura.

Anda mungkin juga menyukai