Anda di halaman 1dari 19

Laporan praktikum ilmu

hijauan makanan ternak


2014
Selasa, 07 April 2015

laporan ilmu hijauan makanan ternak 2014

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMATAN KARAKTERISTIK BEBERAPA


JENIS HIJAUAN MAKANAN TERNAK
DI BIB BANYUMULEK

OLEH

VICKY ASIPATIL AULIA


B1D 013 273

KELOMPOK 3

LAPORAN
DISERAHKAN GUNA MELENGKAPI SEBAGIAN SYARAT YANG DIPERLUKAN UNTUK
MEMPEROLEH NILAI LULUS MATAKULIAH LANDASAN ILMU HIJAUAN MAKANAN TERNAK

PADA

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada saya sehingga saya
dapatmenyelesaikan laporan praktikum pengamatan beberapa jenis hijauan
makanan ternak di BIB banyumulek ini.
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini merupakan salah satu syaratdalam
menyelesaikan mata kuliah ilmu tanaman hijauan makanan ternak.Selain itu, tujuan
diadakan praktikum ini juga supaya kami dapat mengetahui jenis-jenis makanan ternak
baik itu jenis legume ataupun jenis rumput.
Laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan , sehingga di butuhkan kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan dari semua pihak demi kemajuan dan
semangat belajar saya kedepannya.
Demikian, Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mataram, 03 Desember 2014


Penyusun

DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... iv
I : PENDAHULUAN...............................................................................................................
1.1.Latar belakang..........................................................................................................
1.2.Tujuan dan kegunaan praktikum..........................................................................
........... 1.2.1.Tujuan praktikum..........................................................................................
........... 1.2.2.Kegunaan praktikum....................................................................................
II : TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................
III :MATERI DAN METODE..................................................................................................
.... 3.1.Waktu dan tempat praktikum......................................................................................
.... 3.1.1.Waktu praktikum................................................................................................
.... 3.1.2.Tempat praktikum..............................................................................................
3.2.Metode Praktikum.....................................................................................................
IV : HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................
..... 4.1.Hasil praktikum..........................................................................................................
4.2.Pembahasan..............................................................................................................
V : KESIMPULAN.................................................................................................................
..... 5.1.Kesimpulan................................................................................................................
5.2.Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................................

DAFTAR GAMBAR

4.1. Gambar hasil praktikum .....................................................................................

DAFTAR TABEL

4.1.Tabel hasil praktikum...........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang
sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak.
Sehingga hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama
untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun
sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan
semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala
utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap
sepanjang tahun. Pada saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah,
sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat
berkurang sama sekali.
Ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap sepanjang tahun, maka diperlukan
budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau
penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan
yang diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara demikian
kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung
pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan .

Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam
bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-
tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan
ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan
yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Sedangkan hijauan kering
adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami
kering .
Hijauan segar dan hijauan kering dapat dibudidayakan dengan memperhatikan mutu
hijauan tersebut yaitu sifat genetik dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan
manusia) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak
mengatasi kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman makanan
ternak untuk mandapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi maka perlulah tanaman makanan
ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan
tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan usahausaha untuk
memepertahankan dan meningkatkan mutu (pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan
sebelum dikonsumsi ternak.

1.1 Tujuan dan Kegunaan Praktikum

1.1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum yaitu:
Agar mahasiswa dapat mengenali mana tanaman hijauan dan legume.
Agar mahasiswa dapat menegtahui jenis-jenis tanaman dan legume yang dapat di jadikan pakan
ternak.
Agar mahasiswa dapat mengetahui krakteistik, pertumbuhan, perkembangan dan pengaruhnya
pada ternak.

1.1.2 Kegunaan Praktikum


Adapun mamfaat atau kegunaan dari praktikum yaitu:
Melalui praktikum ini mahasiswa dapat membedakan dan mengetahui karakteristik dari hijauan
dan legume.
Mahasiswa dapat secara langsung melihat dan mengamati hijauan dan legeum.

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman rumput. Cara pengembangbiakan utama tanaman rumput adalah


dengan vegetatif, transisi, dan reproduktif. Fase vegetatif, batang sebagian besar terdiri atas
helaian daun. Leher helaian daun tetap terletak di dasar batang, tidak terjadi pemanjangan
selubung daun atau perkembangan kulmus, sebagai respon terhadap temperatur dan panjang hari
kritis, meristem apikal secara gradual berubah dari tunas vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini
disebut induksi pembungaan. Fase perubahan ini disebut dengan fase transisi. Selama fase
transisi helaian daun mulai memanjang. Internodus kulmus juga mulai memanjang. Fase
reproduktif (pembuangan) dimulai dengan perubahan ujung batang dari kondisi vegetatif ke
tunas bunga (Soetrisno et al., 2008).

Pertumbuhan tanaman legum. Tanaman legum tumbuh dengan cara tipe semak, tipe
berkas, batang bersifat tegak atau decumbent, serambling, dan roset. Tipe semak yaitu sebuah
tangkai sentral dengan cabang-cabang samping muncul sepanjang batang utama dengan cabang
aksiler, Tipe berkas yaitu sebuah tangkai yang darinya muncul beberapa batang dan tunas baru
sehingga sulit mengidentifikasi batang utama. Batang bersifat tegak atau decumben, merambat
yaitu batang berkembang menjalar di atas permukaan tanah. Serambling adalah banyak tanaman
yang merambat tumbuh memanjat dan malingkari obyek yang tinggi. Roset adalah bentuk
vegetatif beberapa tanaman perennial berkembang setelah berbunga (Soetrisno et al., 2008).

Salah satu teknik budidaya yang dapat dilakukan untuk memperbanyak cabang, agar
diperoleh bahan untuk stek dalam jumlah yang maksimal adalah defoliasi. Defoliasi adalah
pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh
manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri sewaktu ternak digembalakan (Suwarso,
2009). Perlakuan pada defoliasi, sintesis auksin ditiadakan sehingga tidak terjadi transport auksin
kebawah sehingga konsentrasi auksin di ketiak daun semakin rendah. Turunnya auksin di ketiak
daun akan memacu pembentukan hormon sitokinin (Taiz dan Zeiger, 1998).
Semakin tua hijauan waktu dipotong, maka kadar serat kasar akan meningkat dan kadar
protein akan menurun karena makin meingkatnya senyawa-senyawa bukan protein sebaliknya
bertambah umur maka produksi makin meingkat pada akhirnya menyebabkan kandngan dan
produksi protein menurun (Anonim, 2010).

Perlu diatur jarak antar pemotongan pertama, kedua dan selanjutnya, sebab setelah
defoliasi, pertumbuhan tanaman memerlukan zat-zat yang kaya akan energi seperti gula dan pati.
Interval pemotongan yang panjang tidak mengkhawatirkan tetapi pada interval pemotongan
pendek atau intensitas pemotongan tinggi dapat menyebabkan kandungan karbohidrat dalam akar
akan menurun sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kembali. Cadangan karbohidrat setelah
defoliasi segera dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi. Zat tersebut kemudian
dipergunakan untuk pertumbuhan. Jarak defoliasi pada musim penghujan sebaiknya 40 hari
sekali dan musim kemarau 60 hari sekali (Soetrisno et al., 2008).

BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1.Waktu Dan Tempat praktikum

3.1.1.Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2014 pukul 8.30-selesai.
3.1.2.Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di BIB BANYUMULEK.

3.2.Materi Praktikum

3.2.1.Alat
Pulpen
Buku
Penggaris
Camera
3.2.2.Bahan
1. Turi (Sesbani Grandiflora )
2. Lamtoro (Leucaena Leucocephala)
3. Jagung (Zea mays)
4. Gamal (Gliricida Sepium)
5. Rumput raja (Pennisetum purpupoides)
6. Tebu (Saccharum L.)
7. Setaria (Setaria sphacelata)
8. African star gress (Cynodon plectostachyus)
9. Rumput benggala (Panicum maximum)
10. Rumput australi (Paspalum dilatatum)

3.3.Metode praktikum

Adapun metode praktikum adalah sebagai berikut :

Mengamati hijauan ataupun legume pertama sesuai kelompok.


Mengamati bentuk daun, batang, akar dan warnanya.
Mengamati pertumbuhan pada hijauan dan legeum.
Mencatat hasil daripengamatan hijauan dan legeum.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil praktikum
NO NAMA TANAMAN CIRI-CIRI GAMBAR

-Warna daun : hijau ke abu-


abuan
-Panjang batang daun :
10-29 cm
1. Turi (Sesbani -Bersifat perennial
Grandiflora ) -Perakaran kuat
-Batang tumbuh tegak keatas
-Daun berbentuk lonjong
-Jumlah daun genap
-Tulang daun menyirip
-Tekstur daun : Halus
-Tonjolan tulang daun jelas

2. Lamtoro (Leucaena -Warna daun,permukaan :


Leucocephala) Hijau
Bawah : Hijau keabu-abuan
-Jumlah daun genap
-Bentuk daun : Majemuk
ganda
-Tulang daun bersifat datar
-perakaran kuat
-Bersifat perennial
-Legum pohon
-Warna daun permukaan :
3 Jagung (Zea mays) hijau
Bawah : hijau keabu-abuan
-Daun : berbulu,agak kasar
-Tonjolan daun jelas
-Batang berbulu
-perakaran serabut
-Perkembangan dengan biji
-Bersifat annual
-Panjang daun 14-28 cm
-Pertumbuhan daun menyirip
-Warna bunga merah
kehitaman
-Jumlah bunga 4
-Pertumbuhan bunga
melingkar
-Sifat bantang keras ,memiliki
stomata
Gamal (Gliricida -Jumlah daun ganjil
4. Sepium) -Warna daun,permukaan hijau
muda,bawah hijau keabu-
abuan
-Bentuk daun oval
-Perakaran kuat
-Batang tumbuh tegak
-Tulang daun menyirip,jelas
-Termasuk legume pohon
-Daunnya memiliki anak,dan
bertekstur halus
-Bersifat perennial
-Batang daun lurus
-Panjang batang 4-17 cm
-Perkembangbiakan dengan
biji
-Batang keras
-Warna daun hijau,daun
kasar,tepi daun kasar
Rumput -Tulang daun jelas dan datar
raja(Pennisetum -Tonjolan daun jelas
5. purpupoides) -Tumbuhan daun menyirip
-Akar serabut
-Pertumbuhan rizom
-Bersifat perennial
-Pertumbuhan tegak,dan
merumpun
-Batang agak keras
-Terdapat bulu disetiap
pangkal daun
-Panjang daun 1cm
-Warna hijau keabu-abuan
Tebu -Tulang daun datar
6. (Saccharum -Panjang daun 1m
L.) -Tonjolan tulang daun jelas
-Pertulangan daun jelas
-Daun kasar dan terdapat duri
ditepi daun
-Perakaran serabut
-Perkembangan rizom
-Bersifat annual
-Pertumbuhan batang tegak
keatas
-Pertumbuhan daun menyirip
-Batang keras,ada stomata
-Warna daun hijau
7. Setaria (Setaria -Susunan daun menyirip
sphacelata) -Panjang daun 60 cm
-Tulang daun datar,dan jelas
-Tonjolan batang daun jelas
-Sifat batang keras
-Daun halus
-Tepi daun agak keras
-Akar serabut
-Sifat tumbuh rizom
-Pertumbuhan tegak keatas
-Lebar daun 2 cm
-Warna daun hijau,permukaan
African star atas hijau keabu-abuan
gress(Cynodon -Panjang daun 23-26cm
8. plectostachyus) -Panjang batang 1 m
-Pertumbuhan rizom
-Daunnya berbulu
-Tulang daun sejajar
-Batang memiliki stomata

-Warna daun hijau


9. Rumput -Bagian ats daun
benggala(Panicum berbulu,dibawah tidak
maximum) -Tulang daun jelas dan datar
-Tonjolan daun jelas
-Batang agak keras memiliki
stomata
-Akar serabut
-Bersifat perennial
-Perkembanganrizom
-Merumpun
-Warna batang hijau keabu-
abuan
-Lebar daun 1 cm
-Pertumbuhan tegak
-Warna daun atas atas dan
10. Rumput australi bawah hijau keabu-abuan
(Paspalum -Pertumbuhan daun menyirip
dilatatum) -Tulang daun jelas,datar
-Tonjolan tulang daun jelas
-Batang berbulu
-Akar serabut
-Perkembangan rizom
-Bersifat perennial
-Panjang daun 15-47 cm
-Pertumbuhan batang tegak
lantai
-Sifat batang tidak keras

catatan :Gambar ini diambil pada saat berlangsungnya Praktikum.

4.2.Pembahasan
Pada praktikum ini membahas tentang Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalahHijauan
Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan
dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Sehingga hijauan
makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk mendukung
peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun sapi perah yang setiap
harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai
dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Makanan hijauan merupakan semua
bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan.
Ada beberapa kelompok tanaman Hijauan Makanan Ternak adalah rumput (graminae),
leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Pada praktikum ini Hijauan Makanan Ternak (HMT)
yang diamati yaitu:
4.2.1.Turi (Sesbani Grandiflora )
Turi (Sesbania grandiflora) merupakan pohon kecil anggota suku Fabaceae. Tumbuhan
dengan banyak kegunaan ini asalnya diduga dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, namun
sekarang telah tersebar ke berbagai daerah tropis dunia.
Turi merupakan pohon yang berkayu lunak dan berumur pendek. Tingginya dapat mencapai 5-
12 m.Akarnya berbintil-bintil yang gunanya untuk menyuburkan tanah.Bunganyabesar dan keluar dari
ketiak daun. Bunganya besar dan apabila mekar, berbentuk seperti kupu-kupu.Warna bunganya ada
yang merah dan ada juga yang putih.Ada juga yang berwarna gabungan kedua-duanya.Letaknya
menggantung dengan 2-4 bunga yang bertangkai, dan kuncupnya berbentuk
sabit. Rantingnya menggantung, kulit luar berwarna kelabu hingga kecoklatan. Kulit luarnya ini tidak rata
dengan alur membujur dan melintang tidak beraturan dengan lapisan gabus yang mudah terkelupas.
Pada bagian dalam, batangnya berlendir dan berair yang berwarna merah, dan rasanya
pahit.Percabangan baru keluar apabila sudah panjangnya sudah 5 meter. Daunnya majemuk dan
tersebar.
Memiliki daun penumpu sepanjang 1/2-1 cm. Anak daunnya bentuknya jorong memanjang, rata, dan
menyirip genap. Panjang daun 20-30 cm. Tangkainya pendek, dan setiap tangkai berisi 20-40 pasang
anak daun. Warna bunganya ada yang merah dan ada juga yang putih.Buahnya berbentuk polong,
meggantung, bersekat, dengan panjang 20-55 cm, sewaktu muda berwarna hijau, dan sudah tua
berwarna kuning keputih-putihan. Sedangkan bijinya berbentuk bulat panjang, dan berwarna coklat
muda.
Spesies ini tersebar di India Timur sampai Australia. Di Indonesia, tumbuhan ini ditanam sebagai
tumbuhan hias di halaman-halaman rumah dan di sawah-sawah sebagai tanaman pelindung. Ia dapat
pula hidup pada tanah asam dan kadang juga tumbuh subur di tanah berair. Akan tetapi, turi tidak baik
ditanam pada ketinggian lebih dari 1.500 mdpl. Turi biasanya digunakan sebagai tanaman pelidung
pohon rambatan bagi tanaman lada atau vanila.
Perbanyakan turi dilakukan dengan biji atau stek batang. Biji-biji tersebut disemai terlebih dahulu. Biji
yang ditabur tanpa naungan dapat berkecambah hingga 80%, namun perkembangbiakan dengan stek
batang dilakukan kadang-kadang saja.

4.2.2. Lamtoro (Leucaena Leucocephala)


Lamtoro, petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (Leguminosae,
polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal
dari Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun diperkenalkan ke Jawa untuk kepentingan
pertanian dan kehutanan, dan kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia. Tanaman
ini di Malaysia dinamai petai belalang.
Pohon atau perdu memiliki tinggi hingga 20m, meski kebanyakan hanya sekitar 2-10 m, Percabangannya
rendah dan banyak, dengan pepagan berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan
berlentisel. Ranting-rantingnya berbentuk bulat torak, dengan ujung yang berambut rapat.
Daunnya majemuk dan berbentuk menyirip rangkap, siripnya berjumlah 3-10 pasang, kebanyakan
dengan kelenjar pada poros daun tepat sebelum pangkal sirip terbawah; daun penumpu kecil, bentuk
segitiga. Anak daun tiap sirip 5-20 pasang, berhadapan, bentuk garis memanjang, 6-16(-21) mm 1-2(-5)
mm, dengan ujung runcing dan pangkal miring (tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya
berjumbai.
Bunganya majemuk berupa bongkol bertangkai panjang yang berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol;
tiap-tiap bongkol tersusun dari 100-180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan
berdiameter 1221 mm, di atas tangkai sepanjang 2-5 cm.Bunga kecil-kecil, berbilangan-5; tabung
kelopak bentuk lonceng bergigi pendek, lk 3 mm; mahkota bentuk solet, lk. 5 mm, lepas-lepas.
Benangsari 10 helai, lk 1 cm, lepas-lepas.
Buahnya polong berbentuk pita lurus, pipih dan tipis, 1426 cm 2 cm, dengan sekat-sekat di antara biji,
hijau dan akhirnya coklat kehijauan atau coklat tua apabila kering jika masak, memecah sendiri
sepanjang kampuhnya. Buah lamtoro mengandung 15-30 biji yang terletak melintang dalam polongan,
berbentuk bulat telur sungsang atau bundar telur terbalik, dengan warna coklat tua mengkilap yang
berukuran 610 mm 3-4,5 mm. Bijinya mirip petai, namun berukuran lebih kecil dan berpenampang
lebih kecil.

Lamtoro berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, dan dari situ kemudian menyebar luas.
Penjajah Spanyol membawa biji-bijinya dari sana ke Filipina pada akhir abad XVI. Dari tempat ini
mulailah lamtoro menyebar luas ke pelbagai bagian dunia. Lamtoro ditanam sebagai peneduh
tanaman kopi, penghasil kayu bakar, serta sumber pakan ternak yang lekas tumbuh.
Lamtoro mudah beradaptasi, dan dengan cepat tanaman ini menjadi liar di berbagai
daerah tropis di Asia dan Afrika; termasuk pula di Indonesia. Ada tiga anak jenis (subspesies)nya, yakni:
Leucaena leucocephala ssp. leucocephala; ialah anak jenis yang disebarluaskan
oleh bangsa Spanyol. Di Jawa dikenal sebagai lamtoroatau petai cina lokal,
berbatang pendek sekitar 5 m tingginya dan pucuk rantingnya berambut lebat.
ssp. glabrata (Rose) S. Zrate. Dikenal sebagai lamtoro gung, tanaman ini
berukuran besar (pohon, daun, bunga, buah) dibandingkan anak jenis yang pertama.
Lamtoro gung baru menyebar luas di dunia dalam beberapa dekade terakhir. Serta;
ssp. ixtahuacana C. E. Hughes; yang menyebar terbatas di Meksiko
danGuatemala.

4.2.4.Gamal (Gliricida Sepium)


Pohon berukuran kecil sampai sedang tinggi sekitar 10-12 m. Daun bersirip ganjil,
panjang sekitar 30 cm. Helai daun 5-20 cm, berbentuk oval sampai bulat, panjang 2-7 cm dan
lebar 1-3 cm. Bunga membentuk kelompok tangkai pada batang muda dan tua. Bunga keluar
tunggal dengan 20-40 per tangkai, merah muda sampai ungu muda, bercampur putih. Buah
polong hijau dan kuning-coklat muda ketika tua, panjang 0-18 cm, lebar 2 cm, biji 4-10, kuning-
coklat muda sampai coklat dan hampir bulat.
Gliricidia sepium Tumbuh dengan baik pada tanah berpengairan baik, akan tetapi
khususnya cocok untuk tanah asam dan tidak subur. Di Indonesia daya tahan tumbuh rendah
pada tanah dengan kadar Alumunium tinggi dan jenuh. Tahan kekeringan dan tumbuh baik pada
curah hujan tahunan antara 650-3500 mm. Sebagian besar akan menggugurkan daun pada musim
kering yang sedang hingga panjang. Tidak dapat tumbuh baik pada pada tanah basah atau
tergenang air. Suhu rata-rata tahunan pada berbagai tempat tumbuh bervariasi dari 21-29oC.
Daun akan layu ketika suhu malam hari turun dibawah 15oC. Tidak tahan naungan sedang
sampai berat. Tidak dapat menyerbuk sendiri. Berbunga biasanya dimulai pada awal musim
kering dan pada umur kira-kira 6-8 bulan. Setiap pohon dapat menghasilkan sampai 30.000
bunga yang menarik berbagai macam serangga. Pemasakan buah polong sekitar 45-60 hari. Pada
lingkungan yang basah, tanaman akan berbunga tetapi menghasilkan sedikit buah. Tidak dapat
menyerbuk sendiri. Berbunga biasanya dimulai pada awal musim kering dan pada umur kira-kira
6-8 bulan. Setiap pohon dapat menghasilkan sampai 30.000 bunga yang menarik berbagai
macam serangga. Pemasakan buah polong sekitar 45-60 hari. Pada lingkungan yang basah,
tanaman akan berbunga tetapi menghasilkan sedikit buah.
Gliricidia sepium memiliki nilai nutrisi tinggi. Kadar ptotein kasar 18-30% dan
kecernaan in vitro 60-65%. Dengan perkecualian terhadap palatabilitas, variasi kualitas nutrisi
antar provenan belum dievaluasi. Beberapa masalah palatabilitas ditemukan pada ternak
ruminansia bergantung pada pengalaman sebelumnya. Ternak mungkin menolak memakan daun
disebabkan oleh baunya. Tetapi, tidak ada masalah palatabilitas dilaporkan di Indonesia, Sri
Langka, Kolombia atau Guetemala dimana ternak ruminansia secara turun temurun telah diberi
makan gamal. Pelayuan daun selama 12-24 jam sebelum pemberian makan dapat menaikkan
konsumsi pakan.

4.2.4. Jagung (Zea mays)


Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman
pangan penghasilkarbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi
penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi
sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah
menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumberminyak
pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan
baku berbagai produk industri. Beberapa di antaranya adalah bioenergi,industri
kimia, kosmetika, dan farmasi.
Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman model yang menarik, khususnya di
bidang genetika, fisiologi, dan pemupukan. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi
objek penelitian genetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga
sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Sebagian jagung juga merupakan tanaman hari
pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari
tertentu, biasanya 12,5 jam.
Sebagai hijauan, jagung biasanya hijau cincang atau dibuat menjadi silase sebelum makan
untuk hewan, namun itu dapat juga langsung menyerempet atau dilestarikan sebagai jerami.
Membuat sangat baik silase imbal hasil yang tinggi dan tidak ada persyaratan untuk aditif untuk
membantu proses ensiling.Stover dari jagung tumbuh untuk biji-bijian (kering daun dan batang)
adalah sumber utama pakan ternak ruminansia. Di wilayah Asia Tenggara, daun yang dilucuti
dari tanaman sementara mereka tumbuh dan diberi makan kepada ternak ruminansia.

4.2.5.Rumput raja (Pennisetum purpupoides)

Pennisetum purpureophoides kuat abadi membentuk gumpalan besar, seperti bambu,


dengan culms tinggi biasanya 2-3,5 m (hingga 7.5 m) dan bercabang ke arah atas ; Batang 3 cm
diameter dekat dasar.Daun baling glabrous atau berbulu, panjang 30-120 cm dan lebar; 1-5
cm daun-selubung glabrous atau dengan rambut kaku. Menyebar oleh rimpang pendek,
perakaran dari node lebih rendah atau jatuh batang rooting di node
menciptakan stolon. Perbungaan palsu berbulu spike 10-30 cm panjang, lebar (tidak termasuk
bulu) 1,5-3 cm padat, biasanya kuning-coklat warna, lebih jarang kehijauan atau keunguan. Luas
sistem akar yang menembus 4.5 m. Sekitar 3 juta subur spikelets atau 'biji' / kg.
Pennisetum purpureophoides sebagian besar ditanam untuk memotong dan
menjalankan sistem, dan bukan untuk padang rumput menyerempet jangka panjang. Juga
digunakan untuk pagar tanaman dan pagar hidup, meskipun akar bersaing dengan tanaman yang
berdekatan. Pertumbuhan muda membuat baik hay, yang dapat dimasukkan sebagai jerami atau
pelet. Kasar batang dalam pertumbuhan anak membuatnya tidak cocok untuk jerami. Membuat
baik silase, meskipun lebih rendah daripada jagung dan sorgum. Pertumbuhan tua menjadi terlalu
kasar menjadi nilai untuk apa pun selain tanah konservasi. Bana rumput umumnya digunakan
sebagai penahan angin dalam tanaman hortikultura dan kebun.
4.2.6. Tebu (Saccharum L.)
Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan
baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini
termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai
kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.Untuk
pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di
pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan
sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan
dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.Daun tebu yang
kering (dalam bahasa Jawa,dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.
Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan bakar untuk memasak; selain
menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas.Dalam konversi
energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakarboiler,
yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik.Di beberapa daerah air
perasan tebu sering dijadikan minuman segar pelepas lelah, air perasan tebu cukup baik bagi
kesehatan tubuh karena dapat menambah glukosa. salah satu tempat yang menjual es tebu yatu di
seputaran Jember dan jombang di Jawa Timur.

4.2.7. Setaria (Setaria sphacelata)


Setaria sphacelata paling sering ditemukan di tanah dengan tekstur mulai dari pasir tanah
liat lempung dan cahaya tanah liat, tetapi akan tumbuh pada berat tanah liat. Bertahan kondisi
kesuburan rendah tetapi menanggapi meningkatkan kesuburan. Tidak baik disesuaikan sangat
asam atau alkali tanah, sebagian koleksi liar yang datang dari tanah pH 5,5-6,5. Umumnya
rendah garam toleransi. Meskipun kebanyakan ditemukan di daerah dengan curah hujan ke
sekitar 750 mm/th, yang umumnya hanya ditaburkan mana tahunan curah hujan melebihi 1.000
mm. Suhu Memiliki lokasi yang cocok dengan kondisi non-Khatulistiwa. Ditemukan di
lingkungan asli dari permukaan laut untuk 3.300 m, paling sering antara 600 dan 2.700
m dpl.Tumbuh di sekitar 18-22 C. Moderat pertumbuhan awal musim di subtropis dan tropis
Dataran, dengan 'Narok' dan 'Solander' memproduksi hingga empat kali hasil musim dingin
kultivar lainnya. Frost toleransi bervariasi dengan asalnya/cultivar, dengan 'Narok' dan 'Solander'
embun beku paling toleran, mempertahankan kerusakan daun sedikit pada suhu rumput ke 11 C
(mirip dengan Paspalum dilatatum ). 'Kazungula' lebih dingin toleran daripada 'Nandi' di mana
tanaman tewas di-4 C.
Benih segar aktif dan harus disimpan selama dua bulan. Biasanya ditaburkan 2-5
kg/ha. Seperti banyak kecil-unggulan tropis rumput, bibit lambat untuk berkembang, meskipun
'Kazungula' menetapkan lebih cepat daripada kultivar lainnya. Rumput: Biasanya tidak
ditaburkan dengan rumput lain.Kacang-kacangan: Neonotonia wightii , Desmodium intortum , D.
uncinatum , Macroptilium atropurpureum , Vigna parkeri , Lotus uliginosus , Trifolium repens.

4.2.8. African star gress (Cynodon plectostachyus)


Cynodon plectostachyus sebagian besar kuat, kadang-kadang halus, stoloniferous (non -
rhizomatous), berakar dalam kelompok tanaman menahun. Stolons sering kayu, dan culms tinggi
100 cm, dan 1-3 mm diameter dekat dasar. Daun pisau datar, linear ellipshijau ke
merah, dibawah umur untuk hampir glabrous, 3-30 cm panjang, 2-7 mm lebar, teliti
scabrous; lidah daunderetan padat rambut pendek pada membran rim 0,2-0,3 mm
panjang. Perbungaan digitate atau sub -digitate Malai, terdiri dari 3-20 menyebarkan, spike-
seperti racemes 3-11 cm panjang, di whorls 1-7. Spikelets hijau, merah atau ungu, 2-3 mm
panjang, dengan 1 caryopsis/spikelet . 2.2-4 juta spikelets/kg.
Rumput ini dapat menyerempet atau dipanen untuk jerami atau silase. Jenis besar cocok
untuk memotong-dan-membawa. Berguna hidup Mulsa dan penutup tanah gulma kontrol dan
tanah konservasi . rumput ini terutama diterapkan secara vegetatif, menggunakan tangkai (batang
atas tanah) atau stolons (pelari) minimal 1 t/ha kurang dari grid 1 m.Daerah harus bebas dari C.
dactylon . Bahan tanam baru dipanen disiarkan di tanah dibudidayakan dan ditutupi oleh discing
5-10 cm mendalam dan berat menggelinding.Dengan menanam manual, batang yang
dimasukkan ke dalam tanah hingga 75% dari panjang mereka sebelum memadatkan. Ketika
ditempatkan di persemaian lembab, perusahaan, node tumbuh dalam 5-10 hari, dan berdiri kokoh
dapat dicapai dalam waktu 3 bulan setelah tanam di bawah kondisi baik. Tangkai dan tanaman
baru didirikan rentan terhadap kekeringan dan harus dijaga agar tetap lembab.

4.2.9. Rumput benggala (Panicum maximum)


Spesies tanaman yang bervariasi, berumpun dengan lepas atau padat, berizoma pendek,
tegak atau merunduk, berakar pada buku-buku bawah. Helai daun linier
sampailanceolate menyempit. Panicle terbuka.Karena variasi agronomis, spesies ini diperlakukan
menjadi 2 tipe: Tipe Tinggi/sedang (TS) - berumpun, mencapai tinggi >1,5 m dengan bunga;
Tipe Pendek (P) - berumpun, mencapai tinggi <1,5 m dengan bunga.
Padang gembala jangka panjang bila kesuburan tanah tetap dipelihara. Ideal untuk potong
angkut, meskipun tipe kasar mungkin menyebabkan tidak nyaman bagi pemotongnya. Daya
tahan naungan sedang. Cukup palatable (disukai) ketika tua dan digunakan untuk membuat hay.
Panicum maximum tumbuh pada hampir semua jenis tanah asal mendapat pengairan yang
baik, basah dan subur. Beberapa varitas dapat tumbuh pada tanah yang kesuburan rendah dan
pengairan buruk. Spesies tanaman ini umumnya tidak tahan genangan air atau salinitas (garam).
Varitas tinggi/sedang hampir semuanya tumbuh pada daerah dengan curah hujan tahunan lebih
dari 1000 mm, sedangkan varitas pendek ditanam pada daerah dengan curah hujan 800 mm atau
kurang. Daya tahan kekeringan diantara varitas berbeda-beda, meskipun umumnya tanaman ini
tidak tahan musim kering lebih dari 4-5 bulan. Tumbuh dari daerah permukaan laut sampai
>2000 m dpl. Varitas pendek tahan terhadap suhu lebih dingin dibanding varitas yang
tinggi/sedang, menghasilkan pertumbuhan awal musim yang baik. Varitas tinggi/sedang
biasanya menghasilkan hampir seluruh pertumbuhan pada pertengahan musim yang hangat.
Tumbuh dengan baik pada penyinaran matahari penuh tepai telah dilaporkan tumbuh lebih baik
pada 30% naungan, meskipun produksi berkurang sampai separuh pada 50% naungan.
Pembungaan bervariasi diantara kultivar, beberapa menghasilkan pembungaan tunggal
sementara lainnya mungkin berbunga 2-3 kali. Tidak tahan terhadap pemotongan rendah berkali-
kali. Untuk pemeliharaan jangka panjang, varitas Tinggi/sedang seharusnya tidak dipotong atau
digembalai dibawah 30 cm, dan seharusnya dipotong atau digembalai dengan interval (selang
waktu) 4 minggu untuk memperoleh hasil dengan imbangan kualitas dan kuantitas terbaik.
Varitas pendek dapat digembalai lebih rendah, tetapi tetap lebih baik dibawah pemotongan dan
penggembalaan yang dikelola dengan baik.

4.2.10. Rumput australi (Paspalum dilatatum)


Paspalum dilatatum leafy, berumbai, membentuk sod abadi, dengan tunas berkerumun
yang timbul dari pendek rimpang diameter 4-8 mm, bantalan tebal akar fibrous > 1 m
mendalam. Dedaunan sebagian besar basal (10-) 20-50 (-90) cm tinggi; daun baling 3-13 (-20)
mm lebar, (6-) (-45) 12-25 cm panjang, sebagian besar glabrous kecuali beberapa rambut
panjang dekat kerah; lidah daun membran, blak-blakan segitiga untuk 6 mm panjang; daun
selubung glabrous (kadang-kadang lebih rendah segera pilose). Subur culms naik kepadategak,
tinggi tak bercabang atau jarang bercabang, 50-90 (-180) cm. Perbungaan Malai terdiri dari 2-5
(-11) secara luas dipisahkan, alternatif racemes terendah 3-10 (-13) cm panjang, atas yang lebih
pendek. Spikelets luas bulat telur, hijau atau keunguan, 2.5-4 mm panjang, ditanggung
berpasangan sepanjang satu sisi dari rachis pipih, 2 mm panjang, cokelat
kemerahan, elips . 500.000-750.000 biji/kg.
P.dilatatum beruang kemiripan yang dangkal untuk kurang enak P. urvillei (juga
kelompok Dilatata), yang dapat dibedakan berdasarkan yang lebih kuat kebiasaan , padat, lama
memancar rambut di bawah selubung daun, dan lebih kecil, hairier spikelets.

Paspalum dilatatum keseluruhan produktivitas perusahaan bervariasi dengan genotipe,


dan kondisi pertumbuhan, termasuk kesuburan , suhu, kelembaban, dll, dan pola produksi
berkaitan waktu berbunga. P. dilatatum adalah salah satu yang paling produktif rumput musim
hangat di awal musim semi, tetapi produktivitas menurun dengan onset
berbunga. Hasil tahunan15 t/ha DM telah dicapai, tetapi dapat serendah 3 t/ha GKP. Baik
fertilised rumput dapat menghasilkan 50-60 kg/ha/hari DM ketika tumbuh aktif.Dapat
mendukung 25 domba per hektar selama tumbuh musim . Di 34S, irigasi, fertilised sistem,
dengan P. dilatatum merupakan 70% dari feed di musim semi dan musim panas, dan buang
bijinya sod beriklim spesies menyediakan sebagian besar feed di musim dingin, secara konsisten
dapat menghasilkan lebih dari 10.000 liter susu per hektare per tahun (Friesia sapi di 2.5 per
hektar di musim dingin, dan 5 per hektar di musim semi dan musim panas).
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :


Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat
diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak
Kelompok tanaman yang tergolong legumuninosa yaitu: Turi (Sesbani Grandiflora ), Lamtoro
(Leucaena Leucocephala), Jagung (Zea mays), Gamal (Gliricida Sepium),Gamal (Gliricida
Sepium),Tebu (sccharum officinale)
Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk
daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-
tumbuhan lainnya.Kelompok tanaman yang tergolong rumput-rumputan (graminae)
yaitu: Rumput raja (Pennisetum purpupoides),Setaria (Setaria sphacelata), African star
gress (Cynodon plectostachyus),Rumput benggala (Panicum maximum),Rumput australi (Paspalum
dilatatum)

5.2.Saran

Adapun saran pada praktek lapang ini adalah sebaiknya waktu yang digunakan dalam
pengambilan data diperpanjang agar dapat mengetahui lebih banyak pengetahuan dari lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Soetrisno, Djoko., Bambang Suhartanto, Nafiatul Umami. Nilo Suseno. 2008. Ilmu Hijauan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sutopo. 1993. Pengenalan Hijauan Makanan Ternak. Balai Informasi Pertanian. Jawa Timur.
Surabaya.

Taiz L. and E. Zieger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc., Publisher. Sunderland.
Massachuse.
LAMPIRAN

Diposkan oleh Vicky Asipatil Aulia di 19.41


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Vicky Asipatil Aulia


Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

2015 (1)
o April (1)
laporan ilmu hijauan makanan ternak 2014
Template Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai