Anda di halaman 1dari 46

FARM EXPERIENCE

LAPORAN AKHIR






FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Kampus Limau Manis, Padang. Kode Pos 25163
Telp/ Fax. 0751-71464
Email.faternaunand.ac.id
2014


LAPORAN FARM EXPERIENCE
Pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Fakultas Peternakan Universitas Andalas

Oleh :
Nama : Hidayatul Fitri
BP : 1010612037
Periode FE : 23-10 s/d 9-12 2013

Menyetujui :
Waka UPT Bid. Diklat Koordinator Lapangan


Kusnaididi Subekti, S.Pt, MP Sumedi, S.Pt
NIP. 197907132006041003 NIP.196812291989011001

Mengetahui :
Kepala UPT Fak. Peternakan


Dr. Ir. Arief, MS
NIP. 196208131987121001


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala petunjuk, kemampuan, dan
kekuatan yang telah diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Farm
Experience ini.
Dalam menyusun laporan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan , sumbangan
gagasan dan pikiran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Yth. Bapak Dr. Ir. Arief, MS selaku kepala UPT
2. Bapak Kusnadidi Subekti, S.Pt, MP selaku wakil UPT bidang Diklat
3. Teman-teman anggota farm kelompok H3 dan H4
4. Serta semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu demi
kesempurnaan laporan ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Padang, 3 Januari 2014

Penulis









DAFTAR ISI

Pengesahan............................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
Daftar Gambar.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT)..................................................................3
2.2 Ternak Potong................................................................................................8
2.3 Ternak Perah..................................................................................................13
2.4 Unggas............................................................................................................21
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT).................................................................26
3.2 Ternak Potong................................................................................................28
3.3 Ternak Perah...................................................................................................30
3.4 Unggas............................................................................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT)..................................................................32
4.2 Ternak Potong................................................................................................33
4.3 Ternak Perah...................................................................................................34
4.4 Unggas............................................................................................................35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................................................36
5.2 Saran..............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA






















DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : photo unit hijauan makanan ternak................................................32
Gambar 2 : photo unit sapi potong....................................................................33
Gambar 3 : photo unit sapi perah......................................................................34
Gambar 4 : photo unit unggas...........................................................................35



























BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat sekarang ini, dibutuhkan
tamatan sarjana yang tidak hanya mempunyai kemampuan intelektual, tetapi juga
mempunyai keterampilan dalam mengembangkan ilmu yang didapatnya. Maka itu,
mahasiswa perlu diberi bekal yang cukup, tidak hanya berupa teori tetapi juga berupa
bentuk pengalaman praktek kerja dilapangan sebelum mahasiswa bersangkutan
menyelesaikan studinya. Hal ini diperlukan dalam memperkuat disiplin ilmu peternakan.
Farm Experience adalah pengalaman praktek kerja lapangan yang sejak awal
merupakan salah satu bentuk mata kuliah wajib bagi mahasiswa dan merupakan bagian
dari kurikulum yang pada saat ini perlu dilakukan peningkatan, dalam rangka menunjang
kemampuan profesi dalam menghadapi tantangan dan persaingan dunia kerja yang
semakin berat.
Pada Fakultas Peternakan Universitas Andalas pengalaman praktek kerja lapangan
atau disebut juga dengan Farm Experience sejak awal merupakan salah satu bentuk mata
kuliah wajib bagi mahasiswa dan merupakan bagian dari kurikulum yang pada saat ini
perlu dilakukan peningkatan, dalam rangka menunjang kemampuan profesi dalam
menghadapi tantangan dan persaingan dunia kerja yang semakin berat.

Farm Experience merupakan aplikasi teori, karena itu pelaksanaannya pun terbagi
menjadi kelompok-kelompok yang masing masingnya mewakili unit - unit yang
terdapat di Fakultas Peternakan. Adapun unit unit tersebut atara lain : Unit Ternak Sapi
Perah, Unit Ternak Unggas, Unit Hijauan Makanan Ternak, Unit Ternak Sapi Potong.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Farm Experience ini adalah :
a. Agar mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pengelolaan suatu usaha
peternakan yang lebih intensif.
b. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang praktis dilapangan seperti : mendapatkan cara
pengobatan tradisional, menghilangkan anggapan bahwa teori tidak selalu singkron
dengan praktek, serta melatih kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal untuk masa
depan mereka.
c. Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa tentang praktek
kerja lapangan diberbagai bidang peternakan sehingga mahasiswa memiliki
kemampuan untuk menunjang keahliannya.
d. Memberikan dan melatih menerapkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerjasama
yang baik dalam kelompok melalui farm experience
1.3 Manfaat
Mahasiswa akan memiliki pengalaman dan keterampilan dalam melakukan pengelolaan,
pemeliharaan, dan penanganan usaha peternakan, sekaligus melatih diri membiasakan
disiplin, rasa tanggung jawab dan rasa kerjasama yang baik.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT)
2.1.1 Pengertian Hijauan Makanan Ternak
Pakan merupakan kebutuhan yang paling tinggi dalam suatu manajemen
peternakan, yaitu sekitar 60-70% biaya produksi adalah untuk pakan. Dalam ransum
ternak ruminansia, rumput lebih banyak digunakan karena selain lebih murah juga
lebih mudah diperoleh. Disamping itu rumput mempunyai produksi yang lebih tinggi
dan lebih tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan). Salah satu
upaya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan
kontinyuitas HMT sangat diperlukan, untuk itu perlu diwujudkan adanya lahan yang
digunakan sebagai kebun HMT.
Tanaman makanan ternak yaitu semua jenis tanaman yang dapat dikonsumsi
oleh ternak yang dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi ternak. Hijauan makanan ternak yaitu semua jenis hijauan
yang digunakan untuk makanan ternak yang dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak
dan tidak menganggu kesehatan ternak yang menkonsumsinya.
2.1.1.1 Rumput
Klasifikasi Rumput
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Glumiflora
Suku : Graminae
Sub-suku : Panicode
Terdiri dari :
1. Rumput Alami
Rumput alami yaitu rumput yang penanaman dan pengelolaannya tidak ada
campur tangan manusia.
Ciri-ciri rumput alami yaitu :
biasanya mempunyai nilai gizi yang rendah
produksinya rendah
pertumbuhan lambat
tidak respon terhadap pemupukan
penurunan nilai gizi lebih cepat
perkembangan secara alamiah
Beberapa contoh rumput yang termasuk rumput alami diantaranya yaitu
rumput Pahit ( Axonophus compressus ), rumput Banto (Lersia lexandra ), alangi (
Imperata cylindrica ) dan rumput Ayam ( Thermeda arguena ).
2. Rumput Budidaya ( rumput unggul )
Rumput bididaya ( rumput unggul ) adalh rumput yang sengaja ditanam dan
penanaman, pemupukan, dan penyebarannya dilakukan oleh manusia. Rumput
budidaya ada dua :
Rumput Potong
Ciri-ciri rumput potong adalah tumbuhnya berumpun, pertumbuhan secara
vertikal, mempunyai nilai gizi tinggi dan produksi tinggi, respon terhadap
pemupukan, disukai oleh ternak ( palatable), mempunyai toleransi yang tinggi
terhadap lingkungan, banyak anakan ( tiller ).
Beberapa contoh yang termasuk rumput potong adalah Rumput Raja (
Pennisetum purpupoides ), rumput Gajah ( Pennisetum purpureum ), rumput
Setaria ( Setaria Sp ) dan rumput Mexico ( Euglena americana ).
Rumput Gembala
Ciri-ciri rumput gembala adalah tumbuh pendek, pertumbuhan menjalar
dengan stolon, tahan dengan renggutan, akar kuat dan tahan, sifatnya tahan
kekeringan, respon terhadap pemupukan, nilai gizi tinggi, produksi tinggi,
palatable ( disukai ternak ).
Beberapa contoh yang termasuk rumput gembala adalah Brachiara mutica,
brachiara decumbens, Brachiara ruziziensis, dan Digitaria decumbens.
2.1.1.2. Leguminosa
1. Klasifikasi leguminosa
Divisio/Phylum : Spermatophyta
Sub divisio/Subphylum : Angiospermae
Classis : Dicptyledoneae
Ordo : Rosales
Sub ordo : Rosinae
Familia : Leguminoseae
Familia leguminosa dibagi menjadi tiga sub familia:
1. Sub familia Papilionaceae
2. Sub familia Mimosaciae
3. Sub familia Caesal piniaceaE

Ciri-ciri Leguminosa adalah Berbuah polong, memiliki bintil akar karena
adanya kerja sama dengan bachteri Rhyzobium, dan daun legum biasanya membentuk
majemuk yang terdiri dari satu tangkai.
Leguminosa terbagi dua yaitu leguminosa alami dan leguminosa unggul. Contoh
leguminosa alami yaitu Mimosa pudica dan Mimosa invisa. Sedangkan contoh
leguminosa unggul yaitu Centrasuma pubescens dan Leucaena leucocephala.
2.1.2. Lokasi HMT
Adapun kriteria untuk lokasi hijauan makanan ternak adalah :
Lahan yang digunakan untuk kebun adalah tanah milik peternak/kelompok
peternak, tanah desa, tanah adat/ulayat atau tanah milik Pemerintah /
Pemerintah Daerah yang dalam penggunaannya mendapat persetujuan dari
bupati/walikota. Dimungkinkan menggunakan lahan UPT/UPTD tertentu
setelah mendapat rekomendasi dari Ditjen PLA.
Status tanah dan batas kepemilikannya jelas, tidak dalam sengketa dan
tidak tumpang tindih dengan proyek / kegiatan lainnya.
Terdapat kelompok peternak yang bersedia memelihara dan
mengembangkan kebun HMT.
Lokasi mudah dijangkau dan diharapkan terdapat jalan yang mudah
diakses, serta tersedia petugas yang membina.
2.1.3. Jenis HMT
Jenis Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang ditanam pada lokasi kebun HMT
Fakultas Peternakan Universitas Andalas adalah jenis rumput lapangan dan rumput
gajah.
2.1.4. Tata Cara Penanaman
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media tumbuh yang
optimum bagi suatu tanaman. Tanah yang diolah secara baik menyangkut
pengertian : Membersihkan tanah dari tumbuhan-tumbuhan pengganggu
(weed), menjamin perkembangan sistem perakaran yang sempurna dan
memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan persediaan air.
Tahapan pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
Pembersihan (land clearing)
Dimaksudkan dengan pembersihan areal yang bersangkutan
terhadap faktor - faktor, pohon yang tidak diperlukan, semak belukar atau
alang-alang. Apabila pohon-pohon disekitar sungai/ sumber air dan
tempat - tempat kritis sebaiknya tidak diganggu. Pembersihan areal
seyogyanya dilakukan tanpa pembakaran melainkan melalui cara manual
dan atau cara mekanis.Cara manual maupun mekanis dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut yaitu membabat rintisan dan mengimas,
menebang dan merencek, membuat pancang jalur tanam, membersihkan
jalur tanam.
Pembajakan (ploughing)
Bertujuan untuk memecahkan lapisan tanah menjadi bongkah-
bongkah untuk mempermudah penggemburan selanjutnya.
Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan adalah penggemburan tanah yang dilakukan melalui
penghancuran bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur yang lemah
dan sekaligus membebaskan tanah dari sisa-sisa perakaran
tumbuhtumbuhan liar.
2. Pembuatan guludan
Setelah tanah digemburkan, kemudian dibuat bedengan atau digulud
sesuai dengan kebutuhan penanamannya. Untuk penanaman rumput yang
berasal dari stek dibuat guludan, sedangkan untuk penanaman dengan
leguminosa atau penanaman campuran (rumput merayap (creeping grasses) +
legum) yang menggunakan biji sebagai bahan tanam sangat disarankan
menggunakan bedengan. Bedeng dan guludan tidak berlaku untuk lahan yang
akan digunakan untuk padang penggembalaan Gambar di bawah ini adalah
contoh bedengan dan guludan Bedengan untuk legume, tanaman campuran
dan rumput merayap (creeping grasses) Guludan untuk rumput dan
leguminosa tega.
3. Pemupukan dasar
Pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat bermanfaat
bagi kondisi fisik tanah tersebut, karena akan memperbaiki struktur tanah.
Pemberian pupuk dasar dilakukan pada saat pengolahan lahan. Yang termasuk
pupuk dasar adalah pupuk kandang, kompos, atau pupuk yang lambat larut.
Disamping itu dapat pula diberikan pupuk anorganik seperti KCl, Sp-36 dan
urea, disesuaikan dengan jenis tanah setempat.
4. Penanaman
Penanaman dapat dimulai setelah hujan pertama, hal yang perlu
diperhatikan terlebih dahulu ialah jenis hijauan yang akan ditanam.
Penanaman dapat dilakukan dengan stek ataupun sobekan rumput (powls),
untuk jenis yang membentuk stolon ataupun rhizoma penanaman dapat
dilakukan dengan potonganpotongan stolon dan rhizoma. Penanaman
leguminosa menggunakan benih, dapat dilakukan secara langsung disebar
(broadcast) pada lahan, atau dibibitkan terlebih dahulu pada polybag untuk
leguminosa pohon. Sistem penanaman HMT disesuaikan dengan kondisi
kemiringan tanah dan kebiasaan masyarakat setempat.
5. Pemagaran
Pagar yang digunakan terdiri dari tiang penguat, tiang semu dan kawat
berduri. Tiang penguat dapat berupa besi atau kayu yang kuat disesuiakan
dengan bahan yang ada di daerah setempat. Jarak antara tiang penguat adalah
20 meter dengan tinggi 1,35 1,5 meter. Tiang semu berupa pagar hidup
(legume) dapat berupa tanaman turi, lamtoro dan lain-lain dengan jarak tanam
1 meter. Tiang penguat dan tiang semu dihubungkan dengan kawat berduri
yang bersusun 3 (tiga).






2.2 Sapi Potong
Pengembangan sapi potong merupakan salah satu strategi pembangunan
peternakan yang memiliki prospek yang baik karena sapi potong merupakan
sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami
peningkatan, namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan
produksi yang memadai.
Rendahnya jumlah produksi sapi potong disebabkan karena kurangnya
lahan untuk padang pengembalaan, kurangnya pengetahuan dalam manajemen
pemeliharaan, serta masih rendahnya penggunaan inovasi teknologi. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu manajemen perbaikan sistem
pemeliharaan dan penerapan manajemen, pemanfaatan teknologi yang memadai,
berpeluang untuk memacu peningkatan produktivitas dan kenaikan populasi
ternak sapi potong.
Oleh sebab itu,di Fakultas Peternakan Universitas Andalas terdapat satu
mata kuliah wajib mahasiswa yaitu praktik lapangan atau farm experience. Farm
experince merupakan mata kuliah wajib dimana mahasiswa berada dilapangan
untuk melakukan praktik secara langsung terhadap objek yaitu salah satunya yaitu
pengelolaan sapi potong, sehingga nantinya bisa membantu perkembangan
jumlah populasi sapi potong agar dapat mencukupi kebutuhan daging nasional.

2.1.1 Pola Usaha Sapi Potong
Pembibitan
Sapi potong pembibitan merupakan pemeliharaan sapi potong dengan
tujuan untuk reproduksi. Usaha pembibitan dilakukan di dataran rendah dan
memiliki pakan yang relatif kurang. Usaha pembibitan relatif tidak
memerlukan banyak pakan karena tujuan utamanya yaitu menghasilkan pedet.
Usaha pembibitan memerlukan banyak pakan pada masa kebuntingan dan
masa laktasi agar pertumbuhan janin dan pedet tetap normal selama masa
prasapih.


Kreman
Kreman merupakan sistem pemeliharaan sapi potong dengan tujuan
untuk penggemukan. metode penggemukan sapi dengan kreman merupakan
hasil modofikasi dari metode dry lot fattening. Beberapa kondisi sudah
mengalami penyesuaian dengan kondisi lokal. Misalnya, pakan konsentrat
yang diberikan hanya satu atau dua jenis seperti dedak padi dan ampas tahu.
Sistem kreman ini sapi-sapi dipelihara dalam kandang sederhana dan
hijauan siap konsumsi diberikan setiap hari. Sapi-sapi itu dipelihara dalam
waktu tidak lebih dari 6 bulan, dan sama sekali tidak dikeluarkan dari kandang
untuk digembalakan atau dipekerjakan

2.2.2 Metode Penggemukan Ternak Potong
Metoda yang dapat dilakukan dalam penggemukan ternak potong
(Soeprapto, 2006) yaitu:
a. Penggemukan di Padang Penggembalaan
Metode penggemukan ini pada umumnya dilaksanakan di lokasi-
lokasi yang tidak padat penduduk. metode ini dilakukan dengan cara sapi-
sapi dilepaskan disuatu padang penggembalaan. Jenis rumput yang biasa
ditanam adalah rumput kolonjono (Brachiaria mutica), rumput pangola
(Brachiaria decumbens), rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis) dan rumput
Australia (Paaspalum dilatatum). Selain itu, untuk keseimbangan zat-zat
gizi yang dikonsumsi, perlu juga ditanam pakan ternak dari jenis
leguminosa seperti turi (Sesbania grandiflora), petai cina (Leucaena
glauca) dan lamtoro.
Metode penggemukan ini, sapi-sapi tidak diberi pakan berupa
konsentrat. Jadi, satu-satunya pakan yang diberikan adalah rumput dan
atau leguminosa yang tumbuh di padang tersebut. Lama pemeliharaan
sapi-sapi di padang penggembalaan umumnya tidak didasarkan pada
waktu tertentu, tetapi lebih pada penilaian atau penampilan secara fisik.
b. Penggemukan Dry Lot Fattening
Sistem penggemukan seperti ini, sapi-sapi dipelihara di kandang
khusus dan tidak pernah digembalakan. Penggemukan dengan metode ini
kenal sebagai metode penggemukan dengan biaya tinggi. Pada awalnya,
metode ini diterapkan di lahan-lahan pertanian jagung di Amerika Serikat,
yang produksi jagungnya mellimpah. Saat itu, pakan sapi hanya dibatasi
pada jagung. Namun, sekarang sapi-sapi juga diberi pakan hijauan dan
pakan penguat atau biasa disebut konsentrat. Seluruh bahan pakan tersebut
diberikan kepada sapi-sapi dalam bentuk yang sudah siap dikonsumsi di
kandang. Di negeri asalnya, metode ini biasanya diberlakukan pada
sekelompok sapi muda yang berumur 8-12 bulan. Selanjutnya sapi tersebut
dipelihara selama 120-150 hari. Harapannya, pada umur tersebut sapi-sapi
bisa tumbuh secara optimal. Dalam sistem ini biasanya berlaku sistem all
in out. Artinya, sapi-sapi yang dipelihara masuk dan keluar bersama-sama.
c. Penggemukan Sistem Kombinasi
Penggemukan system ini merupakan kombinasi dari metode
penggembalaan dan dry lot fattening. Dalam metode ini sapi-sapi
dipelihara disutu kandang tertentu dan pada periode tertentu sapi-sapi
tersebut digembalakan di padang penggembalaan. Penggembalaan
terutama dilakukan saat musim hujan, yakni saat hijauan tumbuh subur.
Sementara itu, saat tidak tersedia pakan hijauan yang cukup, sapi-sapi
diberi pakan konsentrat.
2.2.3 Pakan Sapi Potong
Pakan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kebutuhan hidup
pokok ternak ruminansia. Kebutuhan hidup pokok (maintenance) yaitu
kebutuhan nutrien basal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang minimal tanpa melakukan suatu aktivitas/produksi. Zat makanan yang
dibituhkan dalam penyusunan ransum sapi potong yaitu:
a. Bahan kering
Bahan kering adalah hasil atau sisa bahan makanan sesudah diuapkan
airnya di dalam almari pemanas (oven). BK suatu bahan terdiri atas zat
organis (protein, karbohidrat danlemak) dan zat anorganis (mineral). Kadar
BK didalam ransum akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar
lemak air susu. Kadar lemak air susu menjadi rendah apabila kadar BK-
nya turun atau berkurang.


b. Protein dapat dicerna
Merupakan hasil pencernaan protein kasar yang terdapat dalam suatu bahan
makanan yang dapat diabsorpsi oleh dinding usus.
c. Martabat Pati (MP)
Martabat Pati adalah angka yang menunjukkan jumlah pati murni yang
sama dayanya dengan 100 kg bahan makanan untuk membentuk lemak
yang sama banyaknya di dalam tubuh.
Bahan makanan yang digunakan sebagai ransum ternak potong adalah:
a. Makanan Kasar
Makanan kasar ialah makanan yang mempunyai kadar serat kasar
yang tinggi, terdiri dari makanan hijauan yang berupa rumput atau
leguminose dalam bentuk yang masih segar ataupun yang telah diawetkan,
seperti silase atau hay. Makanan kasar ini merupakan bahan makanan
utama bagi sapi potong. Hijauan berasal dari tanaman sebangsa rumput
(graminiaea) dan sebangsa polong-polongan (leguminosae) atau yang
lainnya (Lubis, 1992). Pakan hijauan merupakan pakan dasar bagi ternak
ruminansia khususnya bagi sapi perah. Hijauan minimal mengandung 17%
serat kasar dalam bentuk bahan kering. Sebaiknya daun leguminosa
diberikan bersama-sama rumput, dan paling banyak 50% dari rumput
(Soetarno, 2003).
b. Makanan Penguat (Konsetrat)
Makanan penguat atau konsentrat merupakan makanan dengan
kandungan serat kasar rendah (dibawah 18%) dan mudah dicerna.
Konsentrat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai sumber energi dan sumber
protein. Konsentrat sumber energi apabila kadar protein kurang dari 20%.
Sedangkan apabila kadar protein lebih dari 20% disebut konsentrat sumber
protein. Nutrisi utama dari konsentrat berupa protein dan energi (Soetarno,
2003).

Cara pemberian pakan pada ternak potong berdasarkan besarnya skala usaha,
yaitu:
a. Peternakan Tradisional
Peternakan tradisional hanya memberikan pakan berupa rumput
lapangan atau jerami. Dalam kondisi ini, sapi hanya mampu menghasilkan
pertambahan berat badan harian (PBBH) dibawah 0,3 kg karena faktor
lama pemeliharaan tidak menjadi pertimbangan utama. Hal itu karena
tujuan pemeliharaan sapi umumnya hanya sebagai simpanan, atau sapi
dijual ketika peternak membutuhkan uang dalam waktu cepat.
b. Peternakan Semikomersial
Usaha peternakan sapi potong yang sudah memasuki skala
semikomersial atau komersial, waktu pemeliharaan menjadi pertimbangan
utama. Hal itu karena faktor tersebut berkaitan erat dengan biaya produksi
yang harus dikeluarkan. Agar waktu pemeliharaan sapi potong yang
digemukkan relative singkat, dicari alternative metode pemberian pakan
yang lebih efektif dan efisien. Beberapa peternak skala semikomersial
tetap memberikan hijauan sebagai pakan utama, tetapi ada tambahan pakan
berupa konsentrat. Hijauan yang diberikan pun kualitas gizinya sudah cuup
tinggi, seperti rumput gajah atau rumput benggala. Namun, konsentrat
yang diberikan bukanlah konsentrat yang sebenarnya, hanya berupa
campurn ampas tahu dan dedak padi.
c. Peternakan Komersial
Peternakan sapi potong skala komersial, pakan hijauan diberikan
dalam jumlah terbatas. Artinya, pakan utamanya adalah konsentrat dengan
kadar protein kasar sebesar 15-16%. Pada peternakan seperti ini, rasio
pakan hijauan dan konsentrat bisa 20:80, 25:75, 30:70 atau bahkan 0:100
(full konsentrat). Dengan pola pemberian pakan seperti ini, laju
pertambahan bobot badan sapi potong bisa dipacu dengan kisaran 0.6-1.2
kg/hari. Pertambahan berat badan ini juga tergantung pada kondisi
wilayah, kadar zat gizi pakan dan potensi genetik masing-masing sapi
(Soeprapto, 2006).

2.2.4 Kandang Sapi Potong
Menurut Soetarno (2000), bangunan kandang sapi potong diusahakan
mendapat sinar matahari yang cukup terutama cahaya matahari pagi karena
cahaya matahari pagi bisa melumpuhkan aktivitas bakteri penyebab penyakit.
Pada pagi hari (saat cuaca baik) sebaiknya sapi dilepaskan di luar kandang,
karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi. Sinar matahari pagi
tidak begitu panas dan lebih banyak mengandung sinar ultraviolet, yang
berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.
Konstruksi kandang dibangun sedemikian rupa, sehingga semua
pekerjaan bisa dilaksanakan dengan praktis, misalnya: pemberian makan,
pembersihan kandang, pemerahan dan lain-lainnya. Terutama kandang sapi
pejantan, konstruksinya harus lebih kuat. Bagi sapi-sapi betina cukup
diikatkan pada tonggak.
Bahan pembuat kandang antara lain:
a) Kerangka kandang
Kandang dapat dibuat dengan kerangka dari bahan: besi, besi
beton, kayu ataupun bambu.
b). Atap kandang
Untuk atap bias digunakan: genting, seng, asbes, rumbia, ijuk
atau alang-alang. Bahan atap kandang yang ideal di Negara kita adalah
genting
c). Lantai
Bahan-bahan dari tanah, batu, atau semen.
d). Dinding
Bahan dari bambu, papan, tembok, lembaran pastik.

2.3 Sapi perah
Berbagai hal yang dibahas mengenai peternakan sapi perah ini adalah :
A. Bangunan
Usaha Pembibitan Sapi Perah harus memiliki bangunan yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Bangunan Perkantoran
Bangunan perkantoran harus terletak dalam satu lokasi dengan tempat usaha
pembibitan, yang berfungsi untuk kegiatan administrasi dan pengolahan data.
2. Bangunan Perkandangan
Bangunan kandang terdiri dari kandang sapi laktasi, kandang kering, kandang
sapi bunting, kandang beranak, kandang pedet, kandang dara, kandang pejantan,
kandang kawin, dan kandang isolasi. Sedangkan bangunan lainnya antara lain gudang
pakan dan peralatan, unit pemerahan, unit kamar susu, unit pengolah susu, unit
penampungan dan pengolahan limbah, unit sanitasi, sterilisasi, penanganan kesehatan,
unit perkawinan ternak, dan instalasi air bersih.
3. Peralatan yang diperlukan
Adapun peralatan penting yang dibutuhkan pada peternakan sapi perah adalah
diantaranya tempat pakan dan tempat minum, alat pemotong dan pengangkut rumput,
alat pembersih kandang dan pembuatan kompos, peralatan kesehatan hewan,
peralatan pemerahan dan pengolahan susu, peralatan sanitasi kebersihan, dan
peralatan pengolahan limbah.
4. Persyaratan kandang
Persyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah :
konstruksi harus kuat
sirkulasi udara dan sinar matahari cukup
drainase dan saluran pembuangan limbah baik, serta mudah dibersihkan
lantai dengan kemiringan 2 - 5 derajat, tidak licin, tidak kasar, mudah kering
dan tahan injakan
luas kandang sesuai peruntukannya
kandang isolasi dibuat terpisah
dekat sumber air, atau mudah dicapai aliran air; dan
tidak mengganggu fungsi lingkungan dan aman.
B. Bibit
Ada 3 jenis :
Bibit dasar (foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur, yang
mempunyai nilai pemuliaan diatas nilai rata-rata
Bibit induk (breeding stock) diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar
Bibit sebar (commercial stock) diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.
C. Pakan
Persyaratan pakan yang harus dipenuhi adalah :
a. pakan hijauan harus berkualitas dan tidak ada zat toksik, dapat berasal dari rumput,
leguminosa, sisa hasil pertanian dan dedaunan yang mempunyai serat kasar yang
relatif tinggi dan kadar energi rendah
b. pakan konsentrat merupakan pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi tinggi,
tidak terkontaminasi dengan mikroba, penyakit stimulan pertumbuhan, hormon, bahan
kimia, obat-obatan, mycotoxin sesuai standar yang telah ditetapkan
c. pakan tambahan (feed additive) dan pakan pelengkap (feed supplement) harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

D. Air Minum
Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat dan tersedia sepanjang
tahun dalam jumlah yang mencukupi dan disediakan tidak terbatas.

E. Obat Hewan
a. obat hewan yang digunakan meliputi sediaan biologik, farmasetik, premiks dan obat
alami.
b. obat hewan yang digunakan seperti bahan kimia dan bahan biologic harus memiliki
nomor pendaftaran, untuk sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor
pendaftaran.
c. penggunaan obat keras harus dibawah pengawasan dokter hewan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.
d. penggunaan desinfektan dalam bentuk foot deeping untuk pencegah masuknya
penyakit dari luar.
e. vaksinasi dan obat cacing diberikan secara berkala sesuai kebutuhan.

F. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan untuk mengoperasikan usaha pembibitan sapi
perah :
a. memiliki keahlian di bidang pemuliaan ternak, pakan ternak, reproduksi, manajemen
pastura, penanganan dan prosessing susu, penyakit hewan, manajemen ternak,
pengolahan data base, dan lingkungan.
b. memiliki karyawan yang sehat jasmani dan rohani serta tidak memiliki luka terbuka.
c. telah mengikuti pelatihan teknis pembibitan sapi perah, kesehatan hewan, dan
keselamatan kerja.

G. Manajeman Pemeliharaan
Meliputi :
1) Pemeliharaan pedet
Setelah pedet dilahirkan :
lendir dibersihkan dari mulut, lubang hidung dan bagian tubuh lainnya,
sehingga pedet dapat bernafas dengan baik
tali pusar dipotong 5 cm dari pangkal dengan pisau atau gunting yang steril
dan segera beri antiseptic
pedet dipisahkan dari induknya paling lambat 12 24 jam setelah lahir dan
dimasukkan dalam kandang individual yang sudah dibersihkan dan
didisinfektan
pemberian identitas dan pemotongan tanduk (de-horning) dilakukan sebelum
berumur satu bulan
pencatatan meliputi nama sapi, nomor telinga, tanggal lahir, jenis kelamin,
berat lahir, identitas tetuanya, tipe dan status kelahiran.
Pemberian kolostrum :
kolostrum diberikan setelah dilahirkan (jangan lebih dari satu jam) sebanyak 2
liter sekali pemberian atau maksimal 10% dari berat lahir
pedet dilatih minum kolostrum dengan menggunakan jari tangan sampai pedet
dapat mengkonsumsi dengan baik
kolostrum diberikan 2 sampai 4 kali sebanyak 3-4 liter per hari sampai umur 7
hari dengan menggunakan tempat minum yang bersih.

Pemberian susu :
susu diberikan mulai hari ke delapan sampai umur tiga bulan dan diberikan
dua kali dalam sehari
jumlah susu yang diberikan sesuai dengan umur pedet dengan menggunakan
tempat yang bersih;
Pemberian pakan padat (calf starter dan rumput) dan air minum :
pakan padat (calf starter dan rumput kering/hay) diberikan mulai hari
kedelapan, yang jumlahnya disesuaikan dengan umur dan berat badan pedet
calf starter dan rumput kering/hay ditempatkan pada tempat yang bersih
air bersih diberikan secara ad libitum dengan menggunakan tempat yang
bersih.
Penggembalaan pedet :
exercise dilakukan pada pedet umur dua minggu
exercise dilakukan tiga kali seminggu selama satu jam setiap hari dan
selanjutnya tiga jam setiap hari.
Pengukuran pertumbuhan :
penimbangan dilakukan pada berat lahir, umur 3 bulan dan umur 6 bulan;
pengukuran pertumbuhan meliputi tinggi gumba, lingkar dada dan panjang
badan dilakukan bersamaan dengan penimbangan.

2). Pemeliharaan sapi dara dan jantan muda
Perawatan :
sapi di kelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin dan berat badan
sapi dimandikan minimal satu kali sehari terutama pada pagi hari
tempat pakan dan bak air dibersihkan
lantai kandang dibersihkan secara rutin
pemotongan kuku di lakukan enam bulan sekali
exercise dilakukan seminggu sekali pada pagi hari selama dua jam.
Pemberian pakan :
konsentrat diberikan sebanyak 1% dari berat badan dengan kandungan nutrisi
sesuai standar
hijauan diberikan dua kali sehari sebanyak 10 % dari berat badan setelah
pemberian konsentrat
air minum diberikan secara ad libitum.

Pengukuran pertumbuhan :
penimbangan dilakukan sebulan sekali sampai umur 15 bulan
pengukuran pertumbuhan meliputi tinggi gumba, lingkar dada dan panjang
badan dilakukan bersamaan dengan penimbangan.
Pemeliharaan calon induk :
pola pemeliharaan, pemberian pakan dan perawatan sapi calon induk relatif
sama dengan pemeliharaan sapi dara
sapi calon induk dikawinkan minimal sesudah mengalami dua kali birahi dan
atau berumur sekitar 15 bulan dengan berat badan minimal 300 kg;
pengembangbiakan dilakukan dengan metode Inseminasi Buatan (IB) dan
Transfer Embrio (TE) dan apabila teknik tersebut mengalami kegagalan, maka
dapat dilakukan sistem perkawinan alam dengan rasio jantan banding betina 1
: 8-10 ekor
dalam pelaksanaan perkawinan harus dilakukan pengaturan penggunaan
semen beku atau pejantan untuk menghindari terjadi kawin sedarah
(inbreeding).

3). Pemeliharaan induk bunting
Perawatan :
sapi dikelompokkan berdasarkan umur kebuntingannya
pola pemeliharaan dan perawatan sapi induk bunting relatif sama dengan
pemeliharaan sapi dara
pada kebuntingan 8 bulan dipisahkan di kandang beranak yang bersih, kering
dan terang.
Pemberian pakan :
pada umur kebuntingan muda (3-5 bulan) diberikan konsentrat sebanyak d
1% dari berat badan
pada umur kebuntingan mulai 8 bulan, diberikan konsentrat sebanyak e 1%
dari berat badan.

4). Pemeliharaan sapi laktasi
Perawatan :
ternak dikelompokkan berdasarkan kemampuan produksi susu
pola pemeliharaan dan perawatan sapi laktasi relatif sama dengan
pemeliharaan sapi induk
nilai BCS perlu diperhatikan , agar tidak kurang dari 2,75 dan menjelang sapi
kering nilai BCS harus mencapai 3,5-4,0.
Pemberian pakan :
konsentrat diberikan sebanyak 1,5-3% dari berat badan, disesuaikan dengan
produksi susu, diberikan 2-3 kali dalam sehari sesudah pemerahan
pakan hijauan diberikan sebanyak 10% dari berat badan dalam bentuk sudah
dicacah dengan ukuran 3-5 cm
pakan hijauan diberikan sebelum sapi diberi konsentrat untuk menghindari
asidosis
air minum diberikan secara ad libitum.

5). Pemeliharaan Sapi bunting kering
Perawatan :
pola pemeliharaan dan perawatan sapi bunting kering sama dengan
pemeliharaan sapi induk
memperhatikan kemampuan sapi dalam megkonsumsi pakan;
nilai BCS tidak kurang dari 3 dan diupayakan terus meningkat sampai
menjelang melahirkan dengan nilai BCS mencapai 3,5 4,0
memindahkan sapi kekandang beranak pada 2-3 minggu sebelum melahirkan.
Pemberian pakan :
memberikan pakan sesuai dengan standar yang ditentukan dalam jumlah yang
cukup
kandungan nutrisi pada konsentrat sesuai dengan PTM yang telah ditetapkan
apabila nilai BCS telah mencapai 3,5-4 pemberian pakan sebaiknya hanya
hijauan
air minum diberikan secara ad libitum;

6). Pemeliharaan calon pejantan
pemeliharaan sapi calon pejantan relatif sama dengan pemeliharaan sapi betina
calon induk
sapi calon pejantan dipisahkan dengan kelompok sapi betina.

Pemeliharaan pejantan
Perawatan :
perawatan relatif sama dengan perawatan sapi calon pejantan
pejantan digunakan sebagai pemacek mulai umur 18 bulan.
Pemberian pakan :
Pemberian konsentrat dengan jumlah dan mutu sesuai kebutuhan,dengan
pemberian 1% bobot badan
Pemberian hijauan dengan jumlah dan mutu sesuai kebutuhan dengan
pemberian 10% bobot badan.

H. Manajemen Kesehatan Hewan
Untuk memperoleh hasil yang baik, harus memperhatikan persyaratan kesehatan
hewan sebagai berikut :
a. Situasi penyakit
Lokasi harus terletak di wilayah yang tidak terdapat gejala klinis atau rentan
penyakit radang limpa (Anthrax), kluron menular (Brucellosis), TBC (tuberculosis),
anaplasmosis, leptospirosis, salmonelosis, piroplasmosis, IBR (Infectious Bovine
Rhinotracheitis) dan BVD (Bovine Viral Diarrhea), Leptospirosis, SE (Septichaemia
Epizootica), Jones Disease (Para Tubercolosis), Parasit cacing dan Parasit Darah
b. Pencegahan/Vaksinasi
Bibit sapi perah divaksinasi dan dilakukan pengujian/test laboratorium
terhadap penyakit hewan menular tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang;

I. Manajemen Pembibitan
Dalam upaya memperoleh bibit sapi perah yang memenuhi persyaratan teknis dan
atau standar mutu bibit diperlukan manajemen pembibitan ternak yang meliputi :
a. Program pemulia-biakan (breeding program) yang dilakukan adalah pemurnian untuk
mempertahankan karakteristik/sifat genetik dan fenotip ternak.
b. Pengembangbiakan
perkawinan dengan teknik IB menggunakan semen beku yang mutunya
sesuai dengan SNI 4869.1-2008
teknik TE dengan embrio beku atau embrio segar hasil in-vivo yang
sudah teruji
dalam pelaksanaan perkawinan harus dilakukan pengaturan
penggunaan semen beku untuk menghindari terjadi kawin sedarah
(inbreeding).

J. Pencatatan (Recording)
Pencatatan harus dilakukan pada setiap individu ternak secara teratur dan
terus-menerus oleh petugas pencatat (recorder), dimasukkan dalam buku induk
registrasi sapi perah yang meliputi :
pemberian tanda berupa nomor telinga dan nomor registrasi ternak untuk
identifikasi
rumpun, identitas ternak dan sketsa (foto individu ternak)
silsilah, identitas dan produktivitas tetua
perkawinan (tanggal, kode semen, PKB, tanggal bunting)
kelahiran (tanggal, berat badan, jenis kelamin, tipe kelahiran, calvingease)
penyapihan (tanggal dan bobot badan)
pengukuran (performans, pertumbuhan, produksi susu)
pakan (jenis,konsumsi)
vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan/treatmen)
mutasi (pemasukan dan pengeluaran ternak).

K. Seleksi Bibit
Seleksi bibit sapi perah dilakukan berdasarkan performan anak dan individu
calon bibit sapi perah tersebut, dengan menggunakan kriteria seleksi sebagai berikut :
seleksi dilakukan terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan dipeternakan
atau pun terhadap keturunan/bibit ternak yang diproduksi
seleksi calon bibit jantan dilakukan melalui uji performan dan uji zuriat
seleksi calon bibit betina diambil 90% dari keturunan hasil perkawinan (1-5%
pejantan terbaik) dengan betina unggul (7085%) dari populasi
hasil seleksi dilakukan uji performan

L. Afkir (Culling)
Pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bibit
(afkir/culling), dengan ketentuan sebagai berikut :
sapi induk yang tidak produktif harus segera dikeluarkan
keturunan jantan yang tidak terpilih sebagai calon bibit (tidak lolos seleksi)
dikeluarkan, dapat dikastrasi dan dijadikan sapi bakalan
Anak betina yang pada saat sapih atau pada umur muda menunjukkan tidak
memenuhi persyaratan bibit harus dikeluarkan.

2.4 Ternak Unggas

Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi
pertumbuhan jaringan tubuh. Salah satu sumber protein adalah daging ayam broiler.
Ditinjau dari nilai gizinya, daging ayam broiler tidak kalah dibandingkan dengan
daging dari ternak lain. Selain itu daging ayam broiler mudah didapatkan dan
harganya relatif murah, karena pemeliharaan ayam broiler.
Tingkat konsumsi akan daging ayam masyarakat Indonesia sudah tinggi,
namun belum diiringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam broiler itu sendiri.
Hal ini disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif.
Salah satu kendala dalam pemeliharaan ayam pedaging adalah fluktuasi harga pakan
yang tidak menentu. Faktor pakan tersebut tidak bisa diabaikan karena pakan dapat
disebut sebagai factor pembiayaan yang paling penting dalam suatu peternakan ayam
pedaging.

2.4.1 Bibit Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan hasil genetik yang memiliki karakteristik ekonomis,
pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen
cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat
lunak (Murtidjo, 1987). Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa genetik yang
memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak,
timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (North and Bell, 1990). Ayam
broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar,
penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta
efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar et al., 1980).
Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum,
dan lingkungan. Zat pakan yang penting bagi pertumbuhan ternak adalah kalsium yang
berfungsi untuk pertumbuhan tulang, produksi, reproduksi normal, pembentukan sel darah
merah, dan berperan dalam system syaraf (Wahju, 1991).

2.4.2 Manajemen Pakan dan Air Minum
Pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun
anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat
makanan dalam proses pertumbuhan (Suprijatna et all., 2005). Menurut Kartasudjana
dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan
energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus makan. Jika ayam
diberi makan dengan kandungan energi rendah maka ayam akan makan lebih banyak.
Dibandingkan dengan kandungan energi tinggi , maka semakin rendah konsumsi
pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler
untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak,
mineral, protein, vitamin, dan air.

Air merupakan senyawa penting dalam kehidupaan. Dua per tiga bagian tubuh hewan
adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan(Parakkasi, 1999). Menurut Scott et all.,
(1982) , air mempunyai fungsi sebagai berikut :
(1) Zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam
transformasi zat- zat makanan
(2) Penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan specific
heat
(3) Membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan
fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi elektrolit.

Beberapa istilah yang perlu diketahui:
a. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah
ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi, 1985).
Konsumsi pakan menurut Siregar et all., (1982) adalah konsumsi pakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain besar tubuh, bentuk pakan, jenis kelamin, aktivitas
sehari-hari, temperatur lingkungan, serta kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan.
Sedangkan menurut Tillman et al (1991), konsumsi diperhitungkan dari jumlah
makanan yang dimakan oleh ternak dimana zat makanan yang dikandungnya akan
digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan
tersebut. Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai
dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat
makanan tersebut diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan
(Sutardi,1980).
b. Konversi Pakan
Konversi pakan atau feed convertion ratio ( FCR ) adalah perbandingan antara
jumlah pakan ( kg ) yang dikonsumsi dengan berat hidup ( kg ) sampai ayam itu dijual (
Siregar dkk., 1980 ). Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan
semakin baik. efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti
kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk
meningkatkan berat badannya (North, 1984).
Konversi pakan merupakan ukuran membandingkan antara jumlah pakan yang
dihabiskan dengan produksi (telur atau daging) dalam satu satuan waktu yang sama.
Konversi pakan banyak digunakan oleh peternak guna mengukur kemampuan ternak
dalam memanfaatkan pakan menjadi produk baik daging atau telur. Konversi pakan
pada ayam adalah banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ayam dalam waktu tertentu
untuk memperoduksi telur atau daging (Sarwono, 1991).


2.4.3 Manajemen pemeliharaan
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum
mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang
lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan
yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini
diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastic dipasang pada keempat sisi boks, lampu
pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa
digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987). Untuk menciptakan suhu udara
di dalam kandang stabil maka digunakan pemanas kandang. Pada peternakan broiler,
biasanya pemanas kandang digunakan saat broiler berumur 1 hari sampai dengan 20
hari (fase awal dan fase pertumbuhan, atau disesuaikan dengan kebutuhan. Berbagai
pemanas yang biasa digunakan pada peternakan broiler adalah: Pemanas kompor
minyak tanah adalah pemanas sederhana yang biasa digunakan pada peternakan
broiler di daerah tropis. Prinsip kerjanya yaitu api yang timbul dari kompor akan
memanasi katel yang berada di atasnya sehingga kalor yang dihasilkan dapat
memanasi area yang lebih luas.
Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya.
DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh
karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3
jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa
sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata
disekitar sumber pemanas.
Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan
tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum di
tambah suplemen (vitamin) (Murtidjo, 1987). Program sanitasi harus terarah serta
tergantung dari cara memilih desinfektan yang sesuai dengan mikroorganisme yang
dijadikan sasaran. Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat membasmi
mikroorganisme, khususnya mikoorganisme yang membahayakan peternakan ayam.
Bahan dari desinfektan adalah dengan mencampur Kalium Permanganat dengan
formalin yaitu dosis 37% - 40% Formaldehid gas yang dilarukan dalam air atau
dengan cara memanaskan Formaldehid tersebut (Murtidjo, 1992).



2.4.4. Kesehatan dan Penyakit
Vaksinasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam, agar
ayam tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Lebih lanjut
dikatakan vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti injeksi, air minum,
tetes mata atau hidung, semprot ataupun tusuk sayap. Program vaksinasi untuk ayam
broiler relatif paling sedikit dibandingkan dengan ayam petelur maupun ayam bibit
sebab pemeliharaan ayam broiler hanya membutuhkan waktu relatif lebih singakat
yakni sekitar 6-8 minggu.
Beberapa penyakit yang sering menjangkit ayam antara lain cacar unggas, ND,
Ifectious Bronchitis, Gumboro dan lain-lain. Jasad renik yang menyebabkan hewan
sakit dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam kelompok yaitu virus, bakteri,
cendawan, protozoa, dan parasit lain. Semua jasad renik ini rentan terhadap obat dan
anti biotika, kecuali virus, maka pengendalian penyakit virus sepenuhnya tergantung
dari program pencegahan melalui perbaikan sanitasi, pengasingan hewan yang sakit
dan vaksinasi (Akoso, 1993).
Penyakit ngorok atau CRD pada ayam merupakan suatu penyakit yang
menyerang saluran pernapasan dimana sifatnya kronis. Disebut kronis karena
penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dan sulit
untuk disembuhkan. Penyebab utamanya adalah Mycoplasma gallisepticum, yang
salah satu gejala khas dari penyakit ini adalah ngorok, sehingga peternak lebih umum
menyebutnya dengan penyakit ngorok (Murtidjo, 1992).
Penyakit Snot disebabkan oleh bakteri Hemophilus paragallinarum dan
digolongkan penyakit akut yang mudah menyebar. Gejala awal ayam selalu
menggeleng-geleng kepalanya untuk menghilangkan lendir dari hidungnya, yang
lama-lama menjadi kental dan bau busuk. Bagian muka dan mata ayam tampak
membengkak, dapat menimbulkan bunyi ngorok dan menyulitkan pernafasan, nafsu
makan berkurang sehingga berat badan ayam menurun. Di Penyebarannya melalui air
minum, pakan, udara, atau kontak langsung dengan ayam yang sakit. Pencegahannya
dengan menjaga sanitasi lingkungan kandang, hindari kandang yang kotor dan
lembab. Diusahakan agar kandang selalu mendapat sinar matahari yang cukup. Ayam
yang sakit harus diisolasi dan diobati dengan injeksi antibiotik streptomisin dengan
dosis 150 mg/kg berat badan ayam selama 2-3 hari (Murtidjo, 1992). Kolibasilosis
merupakan penyakit yang dapat menimbulkan berbagai kerugian pada peternakan
ayam sehubungan dengan terjadinya kematian, gangguan pertumbuhan atau
produksi, faktor pendukung timbulnya berbagai penyakit lainnya, respon yang kurang
optimal terhadap vaksinasi dan peningkatan biaya pengobatan, pakan, desinfektan
serta tenaga kerja. Dampak penting lainnya pada industri perunggasan akibat
kolibasilosis antara lain adanya peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan
kualitas karkas dan telur, penurunan daya tetas telur dan kualitas anak ayam dan
mendukung timbulnya penyakit kompleks yang sulit ditanggulangi (Charles, 2000).
































BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Hijauan Makanan Ternak
Pelaksanaan kegiatan Farm Experience pada unit Hijauan Makanan
Ternak yaitu :
Hijauan makanan ternak 1 yaitu pada hari 2 Desember sampai
dengan 9 Desember 2013
Hijauan makanan ternak 2 yaitu pada hari Kamis, 24 Oktober
sampai dengan hari Rabu 30 Oktober 2013, dan kemudian
menyisip 3 hari di Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Atas Fakultas
Peternakan Universitas Andalas
Hijauan makanan ternak 3 yaitu pada hari Kamis 31 Oktober
sampai dengan hari Kamis 7 November 2013 di Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Bawah Fakultas Peternakan Univesitas Andalas
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
HMT 2
a. Pembersihan lahan
b. Membuat lobang untuk ditanami rumput
c. Pemupukan lahan
d. Pengumpulan dan pengolahan bibit
e. Penanamam
HMT 1 dan HMT 3
a. Menyabit rumput untuk ternak
b. Membersihkan lahan dan membuat lobang serta memupuk lahan
Rumput yang dipanen terdiri dari rumput potong dan rumput
gembala. Rumput potong yang ditemukan pada lahan UPT adalah :
Rumput Gajah dan rumput raja sedangkan rumput gembala yang
ditemukan pada lahan UPT adalah : Rumput Teki. Selain rumput
potong dan rumput gembala, ada juga beberapa jenis leguminosa yang
juga ikut dipanen yaitu Putri malu dan Lamtoro.

Alatalat yang digunakan :
Peralatan yang digunakan saat pemanenan dilakukan antara lain :
1. Sabit
2. Sarung tangan
3. Pakaian lapangan
4. Topi atau caping
5. Sepatu Bot
6. Traktor gerobak dan batu asahan
Cara Kerja :
HMT 1 dan HMT 3
1. Persiapkan semua peralatan kerja
2. Asah sabit terlebih dahulu jika sabit kurang tajam
3. Memotong rumput gajah dan rumput lapangan (rumput teki).
Pemotongan rumput gajah dilakukan serendah mungkin atau sejajar
dengan tanah.
4. Naikkan rumput gajah dan rumput lapangan ke atas gerobak sampai
gerobak benar-benar penuh.
5. Setelah penuh, gerobak berisi rumput tersebut ditarik oleh traktor dan
rumput dibawa ke kandang untuk diberikan pada sapi.
6. Membersihkan dan menyimpan peralatan kerja.
HMT 2
1. Persiapkan semua peralatan kerja
2. Lahan yang masih belum bersih atau semak dibersihkan
3. Kemudian rumput-rumput yang sudah dibersihkan tersebut di
bakar, jika memungkinkan untuk di konsumsi oleh ternak maka di
asingkan
4. Pembuatan lobang sesuai dengan ukuran yang sudah dijelaskan
5. Menabur pupuk kandang
6. Menanami lahan

3.2 Sapi Potong
Kegiatan Farm Experience pada Unit Ternak Potong dilaksanakan pada
hari 8 November sampai dengan 15 November 2013 di kandang sapi
Potong UPT atas Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
Ternak sapi yang dipelihara di UPT Fakultas Peternakan terdiri
dari beberapa jenis, yaitu: sapi simental, sapi bali, sapi peranakan ongole
dan sapi pesisir. 6 ekor jantan dewasa, dan 8 ekor betina.
Bahan-bahan yang digunakan selama melaksanakan farm di unit ternak
potong adalah:
1. Hijauan.
a. Rumput Gajah.
b. Rumput Lapangan.
c. Leguminosa.
2. Konsentrat yaitu Dedak
3. Air

Alat-alat yang digunakan selama melaksanakan farm di unit ternak perah
adalah:
1. Gerobak sorong : Untuk mengangkut hijauan yang akan
diberikan kepada ternak dan untuk mengangkut
kotoran ternak dari kandang ke tempat
penampungan.
2. Baskom: Untuk tempat pemberian dedak dan tempat
minum ternak.
3. Selang air: Untuk menyemprot kandang serta memandikan
sapi
4. Sekop: untuk membersihkan kotoran sapi di kandang.
5. Sapu lidi: untuk membersihkan kandang.
Yang dilakukan adalah :
1. Persiapan semua alat yang akan digunakan
2. Pembersihan kandang dan tempat pakan ternak serta memandikan
sapi.
3. Memberikan kosentrat pada ternak.
4. Memberikan hijauan makanan ternak.
5. Pada siang hari ternak diberi air minum.
6. Memberikan hijauan makanan ternak pada siang dan sore harinya.
7. Menyapu kandang pada sore hari.
8. Menyimpan dan pengecekan alat.

3.3 Ternak perah
Kegiatan Fam Experience di unit perah dilaksanakan pada tanggal 16
November 2013 sampai dengan tanggal 23 November 2013. Ternak sapi perah
yang dipelihara di UPT Fakultas Peternakan yaitu : sapi FH (Fries Holland). Bahan
pakan yang digunakan yaitu:
1. Hijauan.
a. Rumput Gajah.
b. Rumput Lapangan.
2. Konsentrat
a. Dedak dan ampas Tahu
3. Air
Alat-alat yang digunakan selama melaksanakan farm di unit ternak perah adalah:
1. Gerobak sorong : untuk mengangkut hijauan yang akan
diberikan kepada ternak dan untuk mengangkut kotoran ternak
dari kandang ke tempat penampungan.
2. Baskom : untuk tempat pemberian dedak dan ternak.
3. Selang air : untuk menyemprot kandang serta memandikan
sapi.
4. Sekop : untuk membersihkan kotoran sapi di kandang.
5. Sapu lidi : untuk membersihkan kandang
Yang dilakukan adalah :
1. Persiapan alat
2. Pembersihan kandang dan tempat pakan ternak serta memandikan sapi.
3. Memberikan kosentrat pada ternak.
4. Memberikan hijauan makanan ternak.
5. Pada siang hari ternak diberi air minum.
6. Memberikan hijauan makanan ternak pada siang dan sore harinya.
7. Menyapu kandang pada sore hari.
8. Menyimpan dan pengecekan alat.


3.4 Ternak Unggas
Kegiatan Fam Experience di unit unggas dilaksanakan pada tanggal 24 november
2013 sampai dengan tanggal 1 desember 2013.
Bahan dan Alat yang diperlukan adalah :
1. Kandang
2. Pakan
3. Lampu
4. Tempat makan dan minum ayam
5. Sekam
6. Air
7. Tirai
Yang dilakukan adalah pemeliharaan ayam broiler dikandang unggas.






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hijauan Makanan Ternak
Hasil yang didapat selamat pelaksanaan farm experience pada unit HMT adalah :
HMT 2
Setelah melakukan serangkaian kegiatan pada unit HMT 2 selama 8
hari, hasil yang didapat berupa lahan yang terdapat pada UPT atas
dapat dibersihkan, kemudian dibuat lobang dengan ukuran yang sudah
ditentukan, kemudian di manfaatkan bibit-bibit rumput gajah yang
terdapat di sekitar UPT. Selain itu dengan kegiatan ini dapat
memahami bagaimana cara memotong bibit rumput gajah yang benar
beserta dengan cara menanam yang benar juga.
Selain hal diatas, pemanfaatan pupuk kandang sebagai penyubur lahan
juga dilakukan, dimana pupuk kandang tersebut diambil dari unit
ternak potong dan kemudian ditabur pada lobang-lobang yang sudah
dibuat.
HMT 1 dan HMT 3
Pemanfaatan rumput gajah dan rumput lapangan sebagai pakan ternak
sapi potong dan sapi perah yang bisa di panen di UPT atas maupun
bawah.
Pemotongan dilakukan pada pagi hari, dan rumput lapangan yang
tumbuh disekitar rumput gajah dimanfaatkan untuk pakan ternak pada
pagi hari setelah terlebih dahulu diberi konsentrat. Kemudian pada pagi
menjelang siang sekitar pukul 10 rumput gajah yang sudah dipanen
tadi di potong-potong atau di choper sekaligus penyisihan batang-
batangnya untuk dijadikan bibit kembali.

Gambar 1
4.2 Ternak Potong

Pada UPT unit potong sistem kandang ynag digunakan adalah sistem face to
face (berhadap-hadapan).
Atap yang digunakan di UPT unit perah adalah atap seng.
Lantai kandang terbuat dari semen.
Pembersihan kandang, tempat makan dan bak minum dilakukan pada pagi hari
dan sore hari.
Sapi dimandikan pada pagi hari. Setelah semua sapi dimandikan, ada sebagian
dari sapi di lepas keluar untuk merumput di lahan sekitar kandar. Kemudian
semua lantai kandang dibersihkan dan disapu dengan sapu lidi. Kotoran ternak
di buang dengan menggunakan gerobak dan kemudian di buang ketempat
pembuangan yang nantinya kotoran tersebut dapat dijadikan pupuk kandang
Pemberian hijauan makanan ternak dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada
pagi hari, sebelum memberikan hijauan pada ternak, terlebih dahulu diberikan
konsentrat berupa dedak.
Pada siang hari diberikan air minum.

Gambar 2
4.3 Ternak Perah
Jumlah sapi perah yang ada adalah 6 ekor, kemudian terdapat 1 ekor sapi fistula,
dan 2 ekor sapi simental.
Selama berada di unit perah yang dilakukan adalah :
4 hari pertama pada unit perah kelompok H3 dan H4 dibagi 2, dimana 4
hari pertama H3 bergabung dengan kelompok yang ada di unit HMT 3 yaitu untuk
memotong rumput yang akan diberikan pada sapi perah, dan sore harinya ke lahan
untuk menggali lobang dan menanam rumput gajah seperti yang dilakukan pada
unit HMT lainnya.
Setelah itu 4 hari berikutnya melaksanakan kegiatan pada unit sapi perah,
yaitu Pada pagi hari semua peralatan dipersiapkan, sebelumnya terlebih dahulu
mengecek kran air apakah airnya ada atau tidak, setelah itu sapi-sapi perah
dimandikan. Banyak dari jumlah keseluruhan sapi tersebut terdapat caplak pada
tubuhnya, sehingga harus dibersihkan dan kemudian caplak tersebut dibakar.
Setelah semua sapi dimandikan, kegiatan berikutnya adalah membersihkan
semua petak-petak kandang sapi. Sementara itu sapi diberi konsentrat berupa
dedak dan ampas tahu. Sekitar pukul 9.30 sapi perah diberi hijauan, dan air
minum.
Sore hari sekitar pukul 15.00 sapi-sapi perah kembali diberi konsentrat
dengan jenis yang sama, kemudian kandangnya juga dibersihkan. Setelah itu
diberi hijauan dengan jumlah yang lebih banyak daripada yang diberikan pada
pagi hari.
Setelah semua pekerjaan selesai, maka semua peralatan dibersihkan dan
disimpan kembali.

Gambar 3

4.4 Unggas
Jumlah unggas yang dipelihara adalah 105 ekor. Grup H3 dan H4
melaksanakan kegiatan pada unit unggas yaitu ketika ayam broiler yang dipelihara
sudah berumur lebih dari 3 minggu atau sudah mendekati masa pemanenan.
Kegiatan yang dilakukan adalah yaitu pada hari sekitar pukul 07.30 sudah
harus berada di kandang broiler. Hal yang pertama kali dilakukan adalah
membuka tirai kandang, kemudian memadamkan listrik. Setelah itu air minum
yang tersisa dari pemberian sore hari sebelumnya diganti, dimana tempat air
minum dibersihkan terlebih dahulu dan di isi kembali dengan air bersih yang
sudah dicampur dengan air gula. Pakan yang masih tersisa ditambahkan sampai
penuh. Jika sekam alas broiler sudah basah maka harus diganti dengan yang
kering.
Pada hari kedua farm di unit unggas, kegiatan yang dilakukan adalah
membersihkan tempat pemasaran atau penjualan broiler. Dan besok harinya
dilakukan penjualan ayam broiler dengan harga Rp 22.000 per ekornya. Selain
belajar memotong ayam, juga didapat ilmu bagaimana cara memasarkn dari suatu
produk yang dihasilkan.


gambar 4
















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Hijauan Makanan Ternak
Dilihat dari segi lahan Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) baik dibawah maupun diatas
tersedia lahan yang sangat luas yang dapat dijadikan lahan penanaman rumput
sebagai pakan ternak.
Selain itu, di lahan tersebut juga banyak terdapat rumput lapangan yang juga dapat
digunakan sebagai pakan ternak.
5.1.2 Ternak Potong
Kegiatannya antara lain yaitu membersihkan kandang, tempat makan dan bak
minum ternak, memandikan ternak, pemberian konsentrat (dedak), pemberian
hijauan makanan ternak pada ternak, pemberian air minum dan pada sore harinya
membersihkan alat-alat dan menyimpan peralatan didalam gudang.
5.1.3Ternak Perah
Pada intinya pemeliharaan ternak sapi perah memerlukan penanganan yang
khusus serta manajemen yang teratur dalam segala hal terutama pakan.
5.1.4 Ternak Unggas
Untuk memelihara broiler harus memiliki waktu yang banyak dalam
penanganannya, karena ayam mudah stress, oleh karena iitu semua proses
penanganannya memang harus benar-benar diperhatikan

5.2 Saran
5.2.1 Hijauan makanan ternak
Untuk pelaksanaan farm experience yang lebih baik maka diperlukan perhatian
terhadap jumlah peralatan yang tersedia saat ini seperti sabit, sepatu boot, cangkul
yang sudah banyak rusak
5.2.2 Ternak potong
1. Sebaiknya disediakan timbangan untuk menimbang pakan hijauan dan konsentrat,
sehingga mahasiswa dapat mengetahui berapa banyak hijauan yang diberikan
setiap harinya agar dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
proses perkuliahan.
2. Terdapat beberapa kerusakan pada kandang. Sebaiknya lebih memperhatikan
kondisi kandang sehingga layak digunakan untuk beternak sapi potong.

5.2.3 Ternak perah
Masalah yang ada seperti air yang adanya tidak terus menerus sehingga
menghambat kerja khususnya untuk membersihkan kandang
5.2.4 Unggas
Peralatan yang ada sudah mencukupi, hanya diperlukan keseriusan dari kita
sebagai pemelihara ayam, karena memeliha broiler butuh penanganan yang
sangat bagus.









































DAFTAR PUSTAKA



KBK Hijauan Makanan Ternak. 2003. Agrostologi. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
KBK Hijauan Makanan Ternak. 2007. Penuntun Praktikum Ilmu Tanaman Makanan Ternak.
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
Padang.
Soeprapto, H., Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Soetarno, Timan. 2000. Budidaya Ternak Potong. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sudono AF, Rosdiana, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Depok: Agromedia
Pustaka.
Sukmapradita M. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ternak Sapi Perah di Wilayah Kerja
KPSBU Lembang Kabupaten Bandung. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Sutardi T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Di dalam [anonim], editor. Diktat Kuliah
Jurusan Ilmu Makanan Ternak. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Usman, A. N. R. 2010. Pertumbuhan ayam broiler (melalui sistem pencernaanya) yang diberi
pakan nabati dan komersial dengan penambahan dysapro. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
V.2003. Manajemen Ternak Potong. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai