Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN


(SILASE)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Teknologi


Pengolahan Pakan Pada Jurdusan Ilmu Peternakan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

DHINI INDAH PRATIWI. T


60700119045

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari tanaman

atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong

dari lahan dalam keadaan segar. Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk

ternak ruminansia adalah rumput‐rumputan yang berasal dari padang penggembalaan

atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.

Keberadaan hijauan pakan bagi ternak ruminansia sangatlah penting karena

70% keberhasilan peternakan berasal dari ketersediaan pakan. Oleh karena itu,

ketersediaan lahan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penyediaan hijauan

pakan baik rumput maupun legum. Namun, kondisi saat ini banyak lahan yang

digunakan untuk perumahan maupun industri sehingga pemanfaatan tanah salin

sebagai lahan pertanian pun dilakukan (Suswanti, 2012).

Silase adalah proses pengawetan hijauan pakan segar dalam kondisi anaerob

dengan pembentukan atau penambahan asam. Asam yang terbentuk yaitu asamasam

organik antara lain laktat, asetat, dan butirat sebagai hasil fermentasi karbohidrat

terlarut oleh bakteri sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan derajat keasaman


(pH). Turunnya nilai pH, maka pertumbuhan mikroorganisme pembusuk akan

terhambat (Prasetyo, 2019).

Kualitas silase tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam laktat,

sehingga dalam pembuatan silase terdapat beberapa bahan tambahan yang biasa

diistilahkan sebagai Additive silage. Macam-macam Additive silage seperti Water

soluble carbohydrat, bakteri asam laktat, garam, enzim, dan asam. Penambahan

bakteri asam laktat ataupun kombinasi dari beberapa additive silage merupakan

perlakuan yang sering dilakukan dalam pembuatan silase (Prasetyo, 2019). Adapun

ciri-ciri silase yang baik menurut Yuliyati et al. 2018, yaitu rasa dan wanginya

asam, warna pakan ternak masih hijau, tekstur rumput masih jelas, tidak berjamur,

tidak berlendir, dan mengumpal.

Berdasarkan hal tersebut, maka praktikum teknologi pengolahan pakan perlu

dilakukan untuk meningkatkan kecernaan pakan dalam meningkatkan produktivitas

dan peningkatan performans pada ternak.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

bagaimana proses pembuatan silase ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses

dalam pembuatan silase.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pakan

Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang berfungsi

sebagai pengenyang dan juga sebagai sumber nutrisi, seperti protein, energi, vitamin,

dan mineral. Hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan pada usaha peternakan

rakyat di pedesaan adalah rumput lapangan dan hasil samping pertanian, serta

beberapa rumput introduksi sebagai rumput unggulan.

Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari tanaman

atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong

dari lahan dalam keadaan segar yang berasal dari pemanenan bagian vegetatif

tanaman yang berupa bagian hijauan yang meliputi daun, batang, kemungkinan juga

sedikit bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber makanan ternak

ruminansia (Nurlaha et al. 2014).

Pakan utama bagi ternak ruminansia adalah hijauan, namun ketersediaan

pakan hijauan semakin berkurang karena semakin sempitnya lahan pertanian yang

dapat menghasilkan pakan hijauan. Kendala yang saat ini dihadapi dalam penyediaan

pakan hijauan adalah keterbatasan lahan tanaman hijauan. Oleh karena itu,

dibutuhkan sumber hijauan alternatif yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau
untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki kualitas dan

kandungan nutrien yang tinggi. Pakan alternatif yang dapat digunakan salah satunya

berasal dari limbah perkebunan yang berpontensi, murah, mudah didapat, berkualitas

baik, dan ketersediaannya melimpah seperti perkebunan kelapa sawit (Erma

Rustiyanaa, 2016).

Dalam dunia peternakan khususnya budidaya ternak ruminansia akan tidak

lepas dengan jenis rumput. Bagi ternak ruminansia hijauan pakan ternak memiliki

persentase tertinggi dalam biaya produksi yaitu sekitar 70%. Terdapat beberapa jenis

rumput, yaitu rumput benggala, rumput setatria, rumout gajah, dan rumput gajah.

Menurut Suswanti (2012), yang menyatakan bahwa rumput benggala (Panicum

maximum) merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan

hijauan pakan bagi ternak ruminansia karena rumput ini termasuk tanaman berumur

panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan palatabel (di sukai ternak)

serta mempunyai komposisi nutrisi yang baik.

Rumput Setaria memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap jenis tanah dan

iklim, sedikit tahan genangan, tahan lindungan, dan kekeringan. Rumput Setaria

spacellata merupakan tanaman yang mempunyai kualitas yang baik sebagai hijauan

pakan, hal ini dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan, produktivitas hasil panen,

maupun nutrisi yang terkandung didalamnya, sehingga rumput ini pun sangat disukai

oleh ternak (P. R. Fitriana, 2017).

Menurut Wati et al. (2018) dalam Patimah et al. (2020), menyatakan bahwa

rumput odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) merupakan salah satu jenis rumput
yang unggul dan memiliki produktivitas serta kandungan nutrisi yang cukup tinggi.

Rumput odot memiliki ukuran yang lebih kecil daripada jenis rumput gajah yang

lainnya. Rumput odot dapat tumbuh di berbagai jenis tanah serta sangat responsif

terhadap pemupukan. Rumput odot merupakan rumput yang tumbuh berumpun dan

terus-menerus menghasilkan anakan jika dilakukan pemangkasan secara teratur.

Produksi yang berlimpah dan kandungan nutrisi yang cukup tinggi di banding jenis

rumput gajah yang lainnya membuat rumput odot berpotensi untuk dijadikan pakan

ternak dalam berbagai bentuk, seperti silase.

Allah swt berfirman dalam QS. Al-A’la/87:5 yang berbunyi:

Terjemahnya:
“lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu kering kehitam-hitaman”.
Tafsir Ringkas Kemenag RI, yang menyatakan bahwa rerumputan itu tumbuh,

lalu setelah sekian lama dijadikan-Nya rerumputan itu kering dan berubah warna

menjadi kehitam-hitaman. Begitulah siklus kehidupan di dunia: lahir, tumbuh,

berkembang, matang, kemudian mati. Semua tunduk pada aturan Allah dan tidak ada

yang mampu menghindari kehendak-Nya.

Allah menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan dan menyempurnakan

penciptaan segala makhluk. Allah pula yang menentukan segala sesuatu menurut

bentuk dan ukuran yang tepat dan seimbang. Di samping itu, Dia menetapkan

ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum yang berlaku bagi tiap-tiap makhluk-Nya,

sehingga dapat hidup berkembang biak, dan menjaga hidupnya masing-masing.

Allah-lah yang menumbuhkan rumput-rumputan yang hijau dan segar untuk makanan
binatang dan ternak yang kemudian dijadikan-Nya kering dengan warna kehitam-

hitaman. Allah-lah yang menumbuhkan rumput-rumputan dan mengubahnya menjadi

kering, bukanlah patung-patung yang disembah oleh orang kafir itu.

B. Rumput Gajah

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan benggala (Panicum maximum)

merupakan beberapa jenis rumput yang mempunyai kualitas unggul sebagai pakan

ternak. Kebanyakan rumput tropis, apabila kebutuhan nutrien dan airnya tidak

terpenuhi akan menghasilkan produksi yang rendah, jika tumbuh pada tempat atau

areal yang ternaungi atau dengan kata lain tidak tahan terhadap naungan. Hal ini

tentunya berbeda dengan rumput yang tumbuh pada daerah yang mendapat

penyinaran matahari penuh. Naungan dapat mempengaruhi produksi dan kualitas

suatu jenis hijauan. Dengan demikian spesies hijauan pakan yang tahan terhadap

naungan akan mempunyai produksi dan kualitas yang tinggi meskipun tumbuh pada

areal yang ternaungi (Sawen, 2013).


C. Silase

Silase pakan ternak merupakan teknologi pengolahan pakan ternak hasil dari

proses pemecahan senyawa organik yang dengan bantuan mikroorganisme diubah

menjadi senyawa sederhana. Tujuannya untuk menghasilkan suatu produk yang

mempunyai pertumbuhan mikroba kontaminan. Melalui proses fermentasi anaerob

menghasilkan pakan yang lebih awet dengan bau yang khas dan kandungan

karbohidrat, protein dan vitamin yang cukup stabil. Pemberian secara teratur dengan

jumlah seimbang antara berat pakan dan berat hewan akan membuat ternak menjadi

terpelihara secara baik (Patimah et al., 2020).

Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak

menghasilkan asam laktat dalam keadaan anaerob (Naif, Nahak, dan Dethan, 2015).

Salah satu jenis bakteri asam laktat yang baik digunakan sebagai aditif dalam silase

adalah Lactobacillus plantarum. Bakteri ini ditambahkan dengan tujuan untuk

mempercepat proses penurunan pH silase. Rendahnya pH akan dapat meningkatkan

daya simpan dari silase tersebut, sehingga diharapkan silase dapat bertahan lebih

lama jika disimpan (Wati, 2018).

Tujuan pembuatan silase adalah sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi

kesulitan pakan ternak pada musim kemarau atau pengawetan pakan ternak yang

melimpah pada musim hujan, sebagai cadangan dan persediaan pakan ternak,

memanfaatkan pakan hijauan pada saat kondisi dengan nilai nutrisi terbaik seperti

protein yang tinggi, mendayagunakan sumber pakan dari sisa limbah pertanian
ataupun hasil agroindustri pertanian dan perkebunan seperti bekatul, dedak, bungkil

sawit, ampas tahu (Yuliyati et al., 2018).

Pada prinsipnya pembuatan silase adalah mempertahankan kondisi kedap

udara dalam silo semaksimal mungkin. Agar pakan selalu tersedia maka peternak

harus memperhatikan ketersediaan pakan hijauan untuk ternak. untuk menjaga

ketersediaan tersebut maka memerlukan usaha untuk mengatasi masalah kekurangan

pakan bagi peternak yakni dengan melakukan inovasi penyimpanan pakan segar

dalam jangka waktu tertentu. Inovasi tersebut adalah dengan mengawetkan bahan

hijauan segar dalam hal ini membuat silase. Sehingga ketika kesulitan dalam mencari

pakan pada musim kemarau bisa diatasi dengan membuat silase (Landupari, 2020).

Hijauan silase jerami dan jabon padi dibuat dengan cara memotong jerami

padi dan tebon jagung ukuran 2-5 cm, lalu diaduk sampai rata agar bagian-bagian dari

daun dan batang homogen. Kemudian dicampurkan dengan konsentrat mako sesuai

formula. Molases dilarutkan dalam air dan ditambahkan starter sebelum ditambahkan

pada campuran hijauan dan konsentrat. Campuran semua bahan ini kemudian diaduk

sampai merata. Setelah itu dimasukkan ke dalam drum silo, dipadatkan dan ditutup

rapat sehingga kondisi di dalam drum anaerob selama 2 minggu. Setelah 2 minggu

disimpan, sampel silase diambil untuk pengujian karakteristik fisik, kimia,

fermentatif dan utilitas (Naibaho et al. 2017).


Menurut Yuliyati et al. 2018, yang menyatakan bahwa cara pembuatan silase,

yaitu:

1. Potong rumput Gajah dengan ukuran 5-10 cm dengan menggunakan parang, atau

dengan menggunakan mesin chopper.

2. Campurkan rumput yang sudah dipotong kecil dengan tetes tebu, dedak dan

menir sesuai jumlahnya hingga menjadi satu campuran.

3. Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo dan sekaligus dipadatkan

sehingga tidak ada rongga udara.

4. Bahan pakan ternak dimasukkan sampai melebihi permukaan silo untuk menjaga

kemungkinan terjadinya penyusutan isi dari silo. Dan tidak ada ruang kosong antara

tutup silo dan permukaan pakan paling atas.

5. Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, diberikan lembaran plastik, dan

ditutup rapat, dan diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik, atau kantong

plastic yang diisi dengan tanah.


BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum pada hari Jum’at,

tanggal 10 Desember 2021 pukul 10.15-11.30 WITA dan bertempat di Samata

Integrated Farming System, Samata-Gowa.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis, terpal, alat

pencacah (parang), ember, plastic, dan tali rapia.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah air, EM4, molasses, dedak

halus, dan rumput gajah (Pennisetum purpureum).

C. Prosedur kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Mencacah rumput gajah (Pennisetum purpureum) menjadi ukuran 3-5 cm.

c. Menghemparkan rumput gajah (Pennisetum purpureum) diatas terpal.


d. Menaburkan dedak diatas rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang telah

dihemparkan.

e. Mencampurkan dedak dengan rumput gajah (Pennisetum purpureum) sampai

tercampur rata.

f. Setelah dedak dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) tercampur, larutan

pengakitif dituang sedikit demi sedikit hingga seluruh permukaan dapat tercampur

dengan rata.

g. Memasukkan bahan pakan silase kedalam plastic dan pastikan tidak ada udara

didalam kantong plastic.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kiteria Penilaian Silase


Tekstur Silase Gambar Keterangan

1. warna

2. Bau dan Rasa

3. Tekstur

4. Jamur

5. Penggumpala

6. Kualitas Fisik

Sumber: Samata Integrated Farming System Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas


Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2021.

B. Pembahasan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu silase pakan ternak merupakan

teknologi pengolahan pakan ternak hasil dari proses pemecahan senyawa organik

yang dengan bantuan mikroorganisme diubah menjadi senyawa sederhana pembuatan

silase pada prinsipnya untuk mempertahankan kondisi kedap udara dalam silo

semaksimal mungkin. Tujuan pembuatan silase adalah sebagai salah satu alternatif

untuk mengatasi kesulitan pakan ternak pada musim kemarau atau pengawetan pakan

ternak yang melimpah pada musim hujan. Kualitas silase tergantung dari kecepatan

fermentasi membentuk asam laktat, sehingga dalam pembuatan silase terdapat

beberapa bahan tambahan

B. Saran

Sebaiknya untuk penyediaan alat vakum bisa disiapkan sehingga dapat

memaksimalkan proses pembuatan silase dengan minimnya kemungkinan adanya

udara dalam wadah silase.


DAFTAR PUSTAKA
Erma Rustiyanaa, Limanb, F. F. Athe. 2016. Pengaruh Substansi Rumput Gajah
(Pennisetum Purpureum) Dengan Pelepah Daun Sawit Terhadap Kecernaan
Protein Kasar Dan Kecernaan Serat Kasar Pada Kambing Effect. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu Vol. 4 (2): 161-165.
Naibaho, T., Despal, & Permana, I. G. 2017. Perbandingan Silase Ransum Komplit
Berbasis Jabon dan Jerami Untuk Meningkatkan Ketersediaan Pakan Sapi Perah
Berkualitas Secara Berkesinambungan. Buletin Makanan Ternak, 104(2), 12–20.
Nurlaha, N., Setiana, A., dan Asminaya, N. S. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan
Makanan Ternak Di Lahan Persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, 1(1), 54.
P. R. Fitriana, H. dan T. A. 2017. Kualitas Nutrisi Rumput Setaria Spacellata Yang
Dipanen Berdasarkan Interval Pemotongan Quality Of The Nutrition Of Setaria
Spacellata Grass Harvested Based On Cutting Intervals. 444–453.
Patimah, T., Asroh, A., Intansari, K., Meisani, N. D., Irawan, R., & Atabany, A.
2020. Kualitas Silase Dengan Penambahan Molasses Dan Suplemen Organik
Cair (Soc) Di Desa Sukamju, Kecamatan Cikeusal. Jurnal Pusat Inovasi
Masyarakat (Pim), 2(1), 88–92.
Prasetyo, T. B. 2019. Pembuatan Teknik Fermentasi (Silase). Swadaya : Indonesian
Journal Of Community Empowerment, 1(1), 48–54.
Sawen, D. 2013. Pertumbuhan Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) Dan
Benggala (Panicum Maximum) Akibat Perbedaan Intensitas Cahaya. Jurnal
Ilmu Ternak dan Tanaman, 3(1), 10.
Suswanti. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Rumput Benggala (Panicum Maximum)
Pada Berbagai Upaya Perbaikan Tanah Salin S. Indonesian Jurnal Of Food
Technology, 1(1), 55–68.
Wiwik Srilidiya Wati, M. Dan A. I. 2018. Kualitas Silase Rumput Odot (Pennisetum
Purpureum Cv . Mott) Pada Waktu Inkubasi Yang Berbeda The Quality Of
Dwarf Elephant Grass (Pennisetum Purpureum Cv . Mott) Silage Using
Lactobacillus Plantarum And Molasses With Different Incubation Time. Jurnal
Nutrisi Ternak Tropis, 1(1), 45–53.
Yuliyati, Y. B., Rachman, S. D., Noviyanti, A. R., Kimia, D., Matematika, F., Alam,
P., & Padjadjaran, U. 2018. Pembuatan Silase Dari Rumput Gajah Untuk Pakan
Ternak Di Desa Pasawahan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2 No 7, 1–2.

Anda mungkin juga menyukai