Anda di halaman 1dari 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Domba Ekor Tipis

Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai
domba lokal, domba kampung, atau domba kacang karena tubuhnya yang
kecil. Populasi domba ekor tipis terbesar terdapat di provinsi Jawa Barat. Rata-
rata jumlah anak per kelahiran (litter size) domba ekor tipis di Jawa Barat
adalah 1,79, sedangkan domba ekor tipis dari Sumatera adalah 1,54. Domba
ekor tipis memiliki ciri-ciri berupa bulu badan yang berwarna putih, terdapat
belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian lainnya. Domba jantan
memiliki tanduk melingkar, sedangkan betina umumnya tidak bertanduk.
Badannya yang kecil juga disertai dengan ekor relatif kecil dan tipis. Ekor
domba lokal umumnya pendek dengan ukuran panjang rata-rata 19,3 cm, lebar
pangkal ekor 5,6 cm, dan tebal 2,7 cm (Purbowati, 2009).
Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang dikenal
sebagai domba lokal atau domba kampung. Domba ekor tipis termasuk ternak
yang telah lama dipelihara oleh peternak karena domba ini memiliki toleransi
tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak, serta daya adaptasi
yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan
dapat hidup dan berkembangbiak sepanjang tahun. Ternak domba memiliki
beberapa kelebihan bila dibandingkan ternak ruminansia lain seperti sapi,
antara lain domba mudah beradaptasi terhadap lingkungan walaupun Indonesia
terletak di daerah tropis, domba cepat berkembang biak karena dalam kurun
waktu dua tahun dapat beranak tiga kali, bersifat prolifik atau beranak lebih
dari satu dan seasonal polyestrus, sehingga dapat kawin sepanjang tahun, serta
modal usaha yang digunakan kecil dan dapat dijadikan sebagai tabungan
(Najmuddin dan Nasich, 2019).

commit to user

5
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Domba lokal merupakan salah satu sumber daya genetik ternak yang
berpotensi dikembangkan dalam penyediaan daging nasional. Domba lokal
memiliki beberapa keunggulan, yaitu kemampuan dalam melahirkan anak
kembar dua ekor atau lebih, umur dewasa kelamin relatif cepat serta tidak
mengenal musim kawin sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal
digolongkan menjadi domba ekor tipis Jawa, domba ekor tipis Sumatera dan
domba ekor gemuk. Domba ekor tipis jawa memiliki ciri berekor tipis dan
pendek. Bangsa domba ini sekitar 80–85% terdapat di daerah Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Domba ini memiliki tubuh dan ekor berukuran kecil, bobot
badan betina dewasa bervariasi dari 25–35 kg dengan tinggi badan rata-rata 57
cm, sedangkan bobot badan domba jantan dewasa berkisar antara 40–60 kg
dengan tinggi badan rata-rata 50 cm (Jarmuji dan Suharyanto, 2011).
Domba yang dipelihara oleh peternak di pedesaan mayoritas adalah
domba lokal. Keunggulan domba lokal adalah bersifat prolifik, artinya
mempunyai rataan jumlah anak lahir (lambcrop) yang banyak yaitu ≥ 1,75
ekor. Peternak domba di pedesaan rata-rata memelihara ternak dengan cara
digembalakan. Penggembalaan domba dilakukan dengan durasi waktu yang
berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan peternak. Cara tersebut dapat
mempengaruhi performa produksi, karena sangat bergantung atas ketersediaan
hijauan pakan di padang penggembalaan baik kuantitas ataupun kualitasnya.
Kuantitas dan kualitas hijauan yang dikonsumsi menjadi penyebab baik
tidaknya performa induk domba yang digembalakan. Faktor lain yang dapat
menurunkan produktivitas domba yang digembalakan adalah kurang baiknya
manajemen reproduksi (Somanjaya dkk., 2015).
Domba lokal adalah domba hasil persilangan atau introduksi dari luar
yang telah dikembangbiakan sampai generasi kelima atau lebih, yang
beradaptasi pada lingkungan dan manajemen setempat. Domba dipelihara
secara sederhana dan merupakan usaha sambilan dari usaha taninya. Domba
lokal yang ada di Indonesia banyak dipelihara dengan tujuan sebagai domba
penghasil daging, bukan domba untuk penghasil wol. Karakteristik domba
commit to user
lokal di antaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, dan hasil
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

daging relatif sedikit. Sifat lain dari domba lokal tampak dari warna bulu
umumnya putih dengan bercak hitam sekitar mata, hidung dan bagian lainnya.
Domba lokal memiliki bentuk tubuh yang ramping, pola warna bulu sangat
beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam
(Audisi dkk., 2016).
Pubertas pada domba betina didefinisikan pada saat pertama kali birahi,
dicapai pada umur 6–8 bulan, dengan berat mencapai 14,5–20 kg. Pada saat
pubertas domba betina siap atau diam bila dinaiki jantan untuk dikawini.
Perkawinan sebaiknya menunggu apabila domba betina telah mencapai dewasa
tubuh (sexual maturity) pada umur 10–12 bulan. Pubertas pada domba jantan
didefinisikan bahwa domba sudah mengalami proses spermatogenesis. Definisi
yang sering dipakai adalah saat pertama kali penis domba mampu ereksi
dengan sempurna, mampu berkopulasi dan telah mampu menghasilkan
spermatozoa minimal 25 juta/ejakulat. Umur pubertas pada domba jantan dapat
bervariasi antara 6–8 bulan, dengan berat 16,8–24 kg (Ngadiono dkk., 2009).

B. Manajemen Perkandangan

Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus


bisa memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman sesuai dengan
tuntutan hidup ternak dan bangunan kandang diupayakan harus mampu untuk
melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari luar seperti sengatan
matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Secara umum
kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, dan bersirkulasi udara baik.
Syarat perkandangan yang baik perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya
pemilihan lokasi kandang, tata letak kandang, konstruksi kandang, bahan
kandang, dan perlengkapan kandang, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas ternak (Sandi dan Purnama, 2017).
Pembuatan kandang harus memiliki konstruksi yang kuat dan tidak
mudah rapuh, tidak sulit dalam melakukan pembersihan kandang, memiliki
sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, memiliki tempat untuk menampung
commit
kotoran serta saluran air harus baik toatau
userlancar. Kerangka kandang dapat
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

terbuat dari bahan besi, beton, kayu dan bambu, disesuaikan dengan bahan
yang tersedia di lokasi peternakan dan mudah mendapatkan bahan-bahan
tersebut. Atap kandang dapat menggunakan bahan seperti genteng, asbes, dan
seng. Bentuk dan model atap kandang hendaknya didesain untuk menghasilkan
sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan di
dalam kandang memberikan kenyamanan bagi ternak (Putra dkk., 2018).
Posisi kandang yang disarankan menghadap arah timur dan membujur
atau memanjang dari arah selatan ke utara, sehingga sinar matahari dapat
menyinari kandang pada pagi hari. Ukuran kandang pembesaran domba secara
umum bisa untuk domba jantan dan betina. Ukuran kandang pembesaran
domba, yaitu lebar kandang 120 cm, panjang kandang 100 cm, lebar tempat
pakan 30 cm, panjang tempat pakan 75 cm, dan tinggi tempat pakan dari dasar
kaki ternak 25 cm. Pada kandang panggung tinggi lantai kandang dari dasar
semen atau tanah ke dasar pijakan kaki ternak disesuaikan dengan suhu di
sekitar wilayah peternakan. Daerah bersuhu kurang dari 30°C, tinggi lantai
kandang berkisar 40–50 cm. Daerah bersuhu lebih dari 30°C, tinggi lantai
dibuat 50–70 cm dari dasar kandang (Waluyo dan Efendi, 2016).
Perlengkapan kandang sangat diperlukan dalam rangka mempermudah
pemeliharaan ternak. Perlengkapan yang ada pada kandang ternak seperti
tempat pakan dan tempat minum. Tempat pakan biasanya terbuat dari bahan
bambu atau kayu papan. Tempat pakan terletak pada sisi kandang dengan
ukuran dasar selebar 25 cm, tinggi (dalam) 50 cm, lebar bagian atasnya 50 cm,
serta panjang disesuaikan dengan panjang kandang. Tempat minum pada
umumnya menggunakan ember plastik atau wadah lain yang serupa. Tempat
minum diisi air bersih dan di letakkan di samping kandang bagian dalam agar
ternak dapat menjangkau dengan mudah. Pemberian wadah minum seperti ini
dapat mempermudah peternak dalam mengambil, membersihkan, dan mengisi
kembali air (Sarwono, 2008).
Ada dua jenis kandang yang dapat digunakan untuk memelihara domba,
yaitu kandang non-panggung (lemprak) dan kandang panggung. Perbedaan
commit to user
utama kandang non-panggung dengan kandang panggung adalah adanya jarak
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

antara tanah atau lantai semen dengan lantai kandang panggung. Tinggi
panggung dari tanah dapat dibuat minimum 50–70 cm. Kandang panggung
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya kotoran dan urine domba bisa
langsung jatuh ke kolong kandang sehingga tidak mengotori lantai kandang
dan mudah dibersihkan. Kandang panggung juga memiliki sirkulasi udara yang
baik sehingga kesegaran udara di peternakan terjaga dan domba menjadi lebih
sehat (Harianto, 2012).

C. Manajemen Pengadaan Bakalan


Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat
menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolok ukur penampilan produksi
ternak adalah pertambahan berat badan harian. Penampilan produksi tersebut
merupakan suatu fungsi dari faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi
antara kedua faktor tersebut. Dengan bakalan berkualitas baik, peternak hanya
akan mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi tetap
optimum. Menentukan baik buruknya mutu genetik akan sangat sulit, namun
secara umum penampilan fisik ternak mencerminkan mutu genetiknya.
Bakalan ternak dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya pembelian
langsung dari pasar hewan, impor dari luar negeri, atau pembibitan sendiri.
Upaya melakukan pembibitan sendiri merupakan hal yang cukup rumit,
meskipun bukan suatu hal yang tak mungkin. Pembibitan merupakan usaha
yang padat modal dan membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga tanpa
penanganan yang serius bisa mendatangkan kerugian yang tidak sedikit. Hal-
hal yang ditakutkan tersebut mengakibatkan bakalan ternak sampai saat ini
belum ada yang dipasok dari perusahaan pembibitan (Abidin, 2008).
Bakalan domba dapat diperoleh atau dibeli di pasar hewan maupun
dipeternak pembibitan domba. Pembelian bakalan pada peternak pembibitan
lebih disarankan karena riwayat domba yang lebih jelas. Kelemahan membeli
bakalan di pasar hewan, yaitu beresiko mendapatkan bakalan yang lebih tua,
meskipun tidak jarang juga menemukan bakalan domba yang baik. Peternak
harus mengetahui ciri bakalancommit
yang baik untuk mendapatkan bakalan sesuai
to user
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

dengan yang diinginkan. Syarat utama bakalan untuk penggemukan, yaitu


berjenis kelamin jantan, bobot badan minimum 15 kg, dan berumur kira-kira 1
tahun. Pertimbangan lainnya dalam memilih bakalan domba, yaitu bakalan
dalam kondisi sehat dan tidak cacat, bermata sehat, rahang mulut rapi, buah
testis normal dan simetris, kuku tidak bengkak dan cacat, cara berjalannya
normal, badan panjang dan besar, punggung tidak cekung ke bawah, pantat
tidak runcing, serta moncong tidak runcing (Arifin, 2015).
Upaya mendapatkan domba yang unggul dapat dilakukan seleksi
dengan cara pemilihan bibit yang diduga memiliki mutu genetik yang baik dan
juga dengan perkawinan yang baik. Seleksi dipergunakan dalam program
pembibitan untuk memilih atau mengganti tetua pada generasi berikutnya.
Seleksi bertujuan untuk menghasilkan bibit domba yang berkualitas baik serta
meningkatkan mutu genetik dari populasi domba. Keragaman (variasi) individu
(terutama variasi genotip) memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak.
Jika dalam suatu populasi ternak tidak ada variasi genotip, maka menyeleksi
ternak bibit tidak perlu dilakukan dan untuk ternak pengganti tinggal diambil
ternak yang ada tanpa harus melakukan pertimbangan seleksi. Semakin tinggi
variasi genotip didalam populasi, maka akan semakin besar perbaikan mutu
bibit yang dilakukan (Pusparini dkk., 2016).
Berdasarkan tujuan pemeliharaannya, kriteria pemilihan bakalan
setidaknya di bagi menjadi dua, yaitu bakalan indukan dan bakalan untuk
penggemukan (untuk dipotong). Pemilihan domba untuk penggemukan lebih
mudah dan fleksibel dibandingkan dengan pemilihan domba untuk indukan.
Bakalan untuk penggemukan sebaiknya berasal dari jenis domba lokal dan
merupakan domba yang sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Domba yang terpaksa didatangkan dari suatu lokasi yang kondisi lokasinya
berbeda dengan lokasi penggemukan maka perlu masa adaptasi sekitar 2–4
minggu, sehingga membutuhkan dana tambahan untuk masa adaptasi. Domba
yang akan digemukkan memiliki bobot badan sekitar 15 kg dan berumur kira-
kira 1 tahun. Umur bakalan dapat diketahui dengan cara melihat catatan
commit to user
domba. Kendala yang dihadapi yaitu tidak semua hewan ternak memiliki
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

catatan yang lengkap sejak lahir, sehingga diperlukan cara lain untuk
mengetahui umur ternak tersebut. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
melihat susunan gigi ternak. Peternak umumnya melihat umur domba dari
jumlah gigi seri yang sudah tumbuh. Cara ini memang tidak selalu tepat,
namun juga dapat memberikan petunjuk yang dapat dipercaya mengenai umur
ternak tersebut (Astuti, 2009).
Bakalan domba dapat diperoleh dari peternak lain dengan menyeleksi
atau memilih bakalan unggul. Kriteria bakalan unggul diantaranya sehat,
memiliki bobot badan 15–20 kg, dan berumur kurang dari satu tahun. Bakalan
yang berumur kurang dari satu tahun atau setelah lepas sapih hingga berumur
satu tahun adalah bakalan yang ideal untuk digemukkan. Pertumbuhan ternak
domba pada umur tersebut relatif cepat, sedangkan ternak domba yang
berumur lebih dari satu tahun mengalami pertumbuhan yang lebih lambat.
Dalam mengefisiensikan usaha penggemukan, peternak umumnya hanya
menggunakan bakalan jantan. Bakalan jantan memiliki pertumbuhan yang
lebih cepat, sehingga penambahan bobot badannya lebih tinggi dibandingkan
dengan bakalan betina. Bakalan jantan juga lebih efektif dalam menyerap
pakan sehingga penggemukan bakalan jantan lebih hemat dan menguntungkan.
Pemilihan bakalan juga tergantung dengan tradisi masyarakat peternak
setempat. Beberapa masyarakat lebih menyukai bakalan jantan yang memiliki
tanduk. Harga bakalan jantan bertanduk akan lebih mahal dibandingkan dengan
bakalan jantan yang tidak memiliki tanduk (Setiawan, 2011).

D. Manajemen Pemberian Pakan

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.
Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara
keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak
mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya, sedang yang dimaksud
dengan ransum adalah campuran beberapa bahan pakan yang disusun
commit
sedemikian rupa sehingga zat gizi toyang
user dikandungnya seimbang sesuai
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

kebutuhan ternak. Komponen pakan yang dimanfaatkan oleh ternak disebut zat
gizi. Pakan berfungsi sebagai pembangunan dan pemeliharaan tubuh, sumber
energi, produksi, dan pengatur proses-proses dalam tubuh. Kandungan zat gizi
yang harus ada dalam pakan adalah protein, lemak, karbohidrat, mineral,
vitamin dan air (Subekti, 2009).
Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan penguat
(konsentrat). Konsentrat merupakan pakan yang mudah difermentasikan,
sehingga merangsang pertumbuhan mikrobia rumen yang mempercepat
kemampuan mencerna serat kasar dan meningkatkan kadar propionat yang
berguna dalam pembentukan daging. Konsentrat merupakan bahan pakan atau
campuran bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%, TDN
lebih dari 6%, dan berperan menutup kekurangan nutrien yang belum terpenuhi
dari hijauan. Peranan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang
rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan
berkembang secara sehat (Syam dkk., 2016).
Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari
tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun
yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar. Pakan berasal dari pemanenan
bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijauan yang meliputi daun,
batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya
sebagai sumber makanan ternak ruminansia. Penanaman hijauan makanan
ternak dibutuhkan tanah yang subur dan memenuhi persyaratan-persyaratan
jenis tanah dan iklim yang sesuai dengan yang dikehendaki. Termasuk
kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa
dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru dan
lain sebagainya (Nurlaha dkk., 2014).
Pakan yang diberikan kepada domba harus memiliki syarat sebagai
pakan yang baik. Pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung zat makanan
yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak,
mineral, dan vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan
commit to user
seimbang. Pakan yang diberikan kepada domba pada umumnya terdiri atas
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

hijauan dan konsentrat.Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan itu


akan memberi peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah. Pakan
bisa juga terdiri dari hijauan ataupun konsentrat saja. Pakan terdiri dari hijauan
saja maka biayanya relatif murah dan lebih ekonomis, tetapi produksi yang
tinggi sulit tercapai, sedangkan pemberian pakan yang hanya terdiri dari
konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi
biaya ransumnya relatif mahal dan kemungkinan bisa terjadi gangguan
pencernaan. Manajemen pakan yang baik, yaitu yang memperhatikan jenis
pakan yang diberikan, jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan,
imbangan hijauan dan konsentrat, serta frekuensi dan cara pemberian pakan
yang tepat (Sandi dkk., 2018).
Pemberian pakan berperan penting dalam usaha peningkatan
produktivitas ternak. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan
ternak menurut tahapan tumbuh dan kembangnya. Nutrisi yang dibutuhkan
lengkap, terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Landasan dasar pemberian pakan yang sesuai, yaitu sebagai pemenuhan hidup
pokok, untuk pertumbuhan, untuk reproduksi, dan untuk laktasi. Bahan baku
yang diberikan untuk ternak ada dua, yaitu pakan hijauan dan pakan
konsentrat. Kedua bahan baku pakan tersebut saling melengkapi. Pakan hijauan
digunakan sebagai pakan utama untuk ternak yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat gizi seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Pakan
konsentrat biasanya memiliki kandungan yang kaya karbohidrat dan protein.
Termasuk pakan konsentrat, yaitu jagung kuning, bekatul, dedak gandum, dan
bungkil-bungkilan. Pakan konsentrat mengandung serat kurang dari 18%.
pakan konsentrat mudah dicerna dan diserap oleh tubuh hewan ternak. Tujuan
penambahan pakan konsentrat, yaitu meningkatkan nilai gizi pakan, menambah
unsur pakan pada pakan hijauan, menambah konsumsi pakan, serta
meningkatkan aktifitas proses pencernaan makanan (Nurhakim, 2018).

commit to user
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

E. Manajemen Kesehatan

Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan


hewan menjadi tidak sehat. Hewan dengan kondisi sehat adalah hewan yang
tidak sakit dengan ciri-ciri bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak
menular, tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai
konsumen, dan mampu berproduksi secara optimum. Salah satu bagian penting
dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap
ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit yaitu suatu
proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak
atau hewan melalui tanda-tanda atau gejala fisik yang terlihat sehingga suatu
penyakit dapat diketahui penyebabnya. Secara visual ternak sakit memiliki ciri
kurang aktif atau kurang lincah, mata sayu atau pucat, bulu kusam, kurang
nafsu makan, pertumbuhan kurang baik atau tidak normal, keluar leleran atau
lendir yang tidak normal dari lubang-lubang alami (seperti hidung dan telinga)
misalnya pilek, diare atau mencret, jika berjalan pincang, terdapat luka pada
tubuh ternak, mengalami gatal-gatal, dan lainnya (Kartasudjana, 2001).
Upaya manajemen kesehatan yang dilakukan di peternakan adalah
melalui pencegahan dan pengobatan. Upaya pencegahan dilakukan dengan cara
pembersihan kandang dan ternak secara berkala, pemberian vitamin dan obat
cacing setiap tiga bulan sekali serta memisahkan domba yang sakit di kandang
tersendiri. Upaya pengobatan penyakit dilakukan dengan mengobati ternak
yang sakit sesuai dengan penyakit yang diderita. Manajemen kesehatan pada
hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi sehingga proses
produksi berlangsung optimal dan pada akhirnya keuntungan dapat
dimaksimalkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya manajemen
kesehatan, yaitu menjaga kesehatan ternak, mempertahankan penampilan
ternak agar tetap baik, memperhatikan komposisi bahan pakan, ketersediaan
zat nutrisi yang baik dan seimbang dan mengoptimalkan pemakaian limbah
pertanian yang ada (Badriyah dan Fatihah, 2011).
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada
commit to user
ruminansia kecil, yaitu manajemen pemeliharaan, kualitas lingkungan, dan
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

wabah (outbreak). Manajemen pemeliharaan termasuk sistem perkandangan,


pakan, pemeriksaan hewan dan sebagainya. Penyakit yang menyerang kambing
dan domba dibagi menjadi dua bagian yang penting yaitu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi agen penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur) dan
penyakit yang disebabkan oleh agen non-infeksius yaitu penyakit gangguan
metabolisme dan penyakit keracunan (Darmono dan Hardiman, 2011).
Kandang yang kurang tersinari matahari akan lembab, lubang ventilasi
udara dan lubang atap akan mengurangi kelembaban dalam kandang sehingga
mengurangi tumbuh dan berkembang biak penyakit yang disebabkan oleh
virus. Masyarakat yang memiliki hewan ternak diharapkan menjaga kebersihan
kandang dan lingkungan, dengan membersihkan kandang dan penyemprotan
menggunakan desinfektan minimal satu kali dalam seminggu. Faktor
lingkungan, sanitasi, dan hygiene berhubungan erat dengan keberadaan kuman
penyakit, dan proses penularan. Faktor perilaku dan sikap berpengaruh pada
kesembuhan dan cara pencegahan (Kasnodihardjo dan Friskarini, 2013).
Masalah kesehatan ternak mutlak menjadi perhatian setiap peternak.
Tujuannya jelas agar ternak tidak mudah terserang penyakit, dan lingkungan
terjaga kebersihannya. Kesan kotor, jorok, dan tidak sehat jangan sampai
terjadi. Beberapa langkah pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit,
diantaranya lahan yang hendak didirikan kandang harus bebas dari penyakit
menular, kandang harus kuat, aman, nyaman, dan bebas penyakit, ternak yang
baru dibeli diperiksa terlebih dahulu ke mantri kesehatan hewan atau dokter
hewan sebelum dimasukkan ke dalam kandang, jaga kandang dengan
lingkungannya agar tidak lembab dan bebas dari genangan air, melakukan
penyemprotan disinfektan terhadap kandang dan lingkungan sekitarnya,
melakukan vaksinasi secara teratur dan secara periodik. Langkah-langkah
tersebut dapat ditambahkan dengan pengalaman peternak masing-masing
dalam menjaga kesehatan ternak. Tujuan utama dari langkah-langkah tersebut
adalah menjaga agar ternak dan lingkungan tetap terjaga kesehatannya
sehingga mendapatkan hasil atau keuntungan yang besar (Suparman, 2007).
commit to user
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Penyakit yang sering menyerang domba:


a. Mulut dan Kuku
Penyakit mulut dan kuku merupakan jenis penyakit menular, baik
pada kambing, domba, maupun manusia. Bagian tubuh yang diserang
adalah mulut dan kuku, serta dapat menimpa ternak pada semua umur.
Mulut pada ternak yang diserang akan melepuh dan diselimuti lendir.
Penularan bisa melalui pakan, udara, kontak langsung dengan ternak sakit,
dan melalui perantara hewan lain. Serangan penyakit ini bisa menyebabkan
penurunan produksi hingga kematian pada ternak. Pengendalian serangan
penyakit ini bisa dilakukan dengan membersihkan bagian yang melepuh
pada mulut dengan menggunakan larutan alumunium sulfat 5%, sedangkan
pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau
natrium karbonat 4%. Pencegahan dapat dilakukan dengan membakar atau
mengubur dalam-dalam ternak yang mati. Semprot seluruh bagian kandang
dan peralatan yang telah terkontaminasi dengan desinfektan serta lakukan
vaksinasi terhadap ternak (Ismail, 2012).
b. Kembung
Kembung merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kegagalan proses pengeluaran gas secara normal dan proses pembentukan
gas dari makanan dalam perut terjadi terlalu cepat. Penyakit ini dipicu oleh
pemberian pakan yang tidak teratur atau ternak memakan rumput yang
masih berembun (rumput muda dan masih basah). Ternak yang terkena
kembung akan bernafas dengan frekuensi cepat, punggung ternak
membungkuk, serta lambung ternak membesar pada salah satu sisinya.
Pengendalian pada penyakit kembung bisa dilakukan dengan memberikan
gula yang diseduh dengan asam. Ternak ditempatkan dalam kandang yang
hangat dan diusahakan tetap dalam posisi berdiri atau bergerak. Kaki ternak
bagian depan diletakkan pada posisi lebih tinggi atau diangkat ke atas
hingga gas keluar. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan
minyak kelapa atau minyak kacang sebanyak 0,5–1 gelas, kemudian bagian
commit to user
perut ternak ditekan secara berulang untuk mengeluarkan gas (Ismail, 2012).
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

c. Sakit Mata
Serangan virus dan bakteri merupakan penyebab sakit mata pada
domba. Penyebab lain penyakit mata adalah faktor fisik, seperti debu yang
masuk ke dalam mata atau luka akibat terkena rumput. Tanda-tanda ternak
yang terjangkit penyakit mata, yaitu mata nampak kemerahan berair, selaput
bening mata menjadi keruh, dan kelopak mata membengkak. Gejala klinis
terberat dapat mengakibatkan kebutaan. Upaya pengobatan dilakukan
dengan memberikan tetes mata seperti Tylosin atau Antibiotic Tetracycline.
Debu atau kotoran harus sudah dikeluarkan dari mata sebelum diobati.
Pastikan ternak yang sakit mata dipisahkan dari ternak sehat, karena
penyakit ini cepat menular melalui udara (Arifin, 2015).
d. Diare
Penyebab diare adalah bakteri Escherichia coli yang menyerang
saluran pencernaan dan biasanya menyerang domba berusia 3 bulan. Gejala
klinis yang muncul dari serangan diare, yakni warna feses berubah menjadi
kuning, berair, dan bercampur darah. Upaya melindungi ternak agar
terhindar dari diare, yaitu dengan menjaga kebersihan kandang, terutama
tempat pakan dan minum harus dijaga dengan baik. Domba yang sudah
terserang diare dapat diobati dengan memberikan air perasan daun jambu
yang digunakan sebagai obat penawarnya (Arifin, 2015).
e. Cacing
Domba dapat terserang berbagai jenis cacing, seperti cacing pita,
cacing lambung (Haemonchus contortus), cacing hati (Fasciola hepatica),
dan cacing gelang (Neoascaris vitulorum). Cacing pada domba bisa
disebabkan kondisi kandang yang kotor dan lembab serta kesalahan ketika
penyabitan dan pemberian rumput. Cacing pada domba menimbulkan gejala
badan domba kurus dan terlihat lesu, bulu kasar dan kusam, nafsu makan
menurun, perut membesar, sembelit atau diare (mencret), pertumbuhan
terhambat, dan terjadi pembengkakan di bawah rahang. Cacingan dapat
diobati dengan memberikan obat cacing secara teratur. Jenis obat yang dapat
commit to user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

digunakan di antaranya Wormex Powder atau Certain Concurat. Obat


diberikan secara berskala dengan dosis anjuran (Harianto, 2012).

F. Manajemen Pengolahan Limbah

Peningkatan populasi domba akan diikuti dengan peningkatan produksi


limbah baik berupa feses, urine, maupun sisa pakan. Feses mengandung bahan
organik yang berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Upaya menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh feses tersebut
dilakukan pengolahan, salah satu cara pengolahan feses yaitu dengan metode
pengomposan. Metode pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan
limbah yang memanfaatkan proses biokonversi. Biokonversi adalah proses
yang dilakukan oleh mikroorganisme dan organisme untuk mengubah suatu
senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang
saling berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan
menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik
(Hidayati dkk., 2008).
Peternak biasanya mengangkut limbah ternak yang sudah cukup kering
untuk dimanfaatkan sebagai pupuk kandang ke sawah atau kebun dengan
menggunakan karung atau carangka atau dingkul (alat pikulan). Beberapa
peternak ada yang langsung mengalirkan limbah ternaknya ke sawah atau
kebun dengan menggunakan selang dan pompa air. Limbah ternak biasanya
dipisahkan antara limbah yang berupa kotoran ternak dan sisa pakan (rarapen).
Sebelum diolah atau dimanfaatkan lebih lanjut, limbah ternak biasanya
disimpan di tempat penyimpanan. Periode penyimpanan limbah ternak ini
berkisar antara 1–4 minggu sebelum dimanfaatkan lebih lanjut. Sebagian besar
pemanfaatan limbah ternak adalah sebagai pupuk organik. Sistem
penyimpanan yang digunakan adalah jangka pendek dimana penyimpanan
limbah ternak bersifat sementara sebelum digunakan (Setiawan dkk., 2013).
Limbah merupakan bahan organik atau anorganik yang tidak
termanfaatkan lagi, sehingga dapat menimbulkan masalah serius bagi
commit
lingkungan jika tidak ditangani to user
dengan baik. Limbah dapat berasal dari
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

berbagai sumber hasil buangan dari suatu proses produksi salah satunya limbah
peternakan. Limbah tersebut dapat berasal dari rumah potong hewan,
pengolahan produksi ternak, dan hasil dari kegiatan usaha ternak. Limbah ini
dapat berupa limbah padat, cair, dan gas yang apabila tidak ditangani dengan
baik akan berdampak buruk pada lingkungan. Limbah yang berasal dari
peternakan tersebut akan bernilai ekonomi tinggi apabila diolah dengan
perlakuan yang tepat. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah
limbah peternakan tersebut. Salah satunya pengolahan kotoran menjadi pupuk
kandang, cara ini merupakan cara yang paling sederhana yang sering dijumpai
yaitu kotoran ternak dibiarkan hingga kering (Adityawarman dkk., 2015).
Limbah asal ternak merupakan limbah organik yang dihasilkan baik
berupa feses maupun urine hasil ternak sapi, ayam, kambing, dan domba.
Limbah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat.
Limbah organik juga bisa dibuat pupuk cair. Pupuk cair mempunyai banyak
manfaat, selain untuk pupuk, pupuk cair juga bisa menjadi aktivator untuk
membuat kompos. Pupuk cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena
unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu
banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat
berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Beberapa minggu
setelah melalui tahapan pengolahan, air rendaman sudah dapat digunakan
sebagai pupuk cair, sedangkan limbah padatnya dapat digunakan sebagai
kompos (Pancapalaga dkk., 2011).
Kandungan unsur hara pupuk organik bermacam-macam, tergantung
pada bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya.
Secara umum kandungan zat hara dalam kompos terdiri atas karbon 8,2%,
nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari
cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23.
C/N merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk kandang, pupuk
kompos yang akan digunakan haruslah kompos yang baik. Secara fisik sulit
dilihat kompos yang baik dengan kompos yang kurang baik, namun secara
commit to user
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

umum pupuk kompos mempunyai butiran yang lebih halus dan berwarna
coklat agak kehitaman (Suryono dkk., 2014).

G. Manajemen Pemasaran

Pemasaran ternak mempunyai peranan penting dalam sistem agribisnis


peternakan. Sifat-sifat komoditas hasil peternakan yang berbeda dengan hasil
industri harus dijadikan acuan dalam perencanaan pemasaran, penetapan harga
jual, pemilihan saluran distribusi serta pengelolaan sistem pengangkutan.
Komoditas ternak domba umumnya memiliki fluktuasi harga jual yang cukup
tinggi, namun adanya ketidakpastian harga pasar mengakibatkan kurangnya
kegiatan produksi bagi peternak. Kegiatan pemasaran hasil pertanian yang
panjang menjadikan proses pemasaran kurang efisien, sehingga tidak mampu
membagi pendapatan secara adil diantara objek atau orang-orang yang
bersangkutan. Saluran pemasaran domba sebagian besar menggunakan saluran
pemasaran tidak langsung dengan melibatkan sejumlah blantik dan pedagang.
Biaya tertinggi dalam pemasaran domba pada pedagang adalah biaya
transportasi dan pendapatan terbesar dalam kegiatan pemasaran ternak domba
diperoleh pada pedagang sate (Suwarta dan Harmoko, 2009).
Ketersediaan pasar hewan dalam satu wilayah akan memberikan
peluang bagi para pedagang ternak domba untuk melakukan kegiatan
perdagangan. Pada umumnya kegiatan pasar hewan berdasarkan hari pasaran
perhitungan jawa yaitu Wage, Kliwon, maupun Paing. Perhitungan kalender
jawa terdapat 5 perhitungan yaitu (Pon, Wage , Kliwon, Legi dan Paing),
sehingga dalam satu minggu untuk sebuah pasar hewan dapat melaksanakan
kegiatan pemasaran sebanyak dua kali, misalnya pasar sapi Kliwon dan pasar
kambing atau domba Paing. Efisiensi suatu usaha ternak domba dapat
dilakukan dengan cara pedagang kecil, pedagang sedang dan pedagang besar
melibatkan suatu sistem penjualan yang sedikitnya tiga pelaku utama, yaitu
produsen, konsumen dan para calo ternak, dengan adanya tiga pelaku tersebut
maka kegiatan pasar hewan berjalan dengan baik. Jenis kelamin dan nilai jual
commit
harga ternak domba jantan yang to user
berumur sekitar 1,2 tahun dan berat badan
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

sekitar 30 kg, dengan harga taksiran, yaitu sekitar Rp 2.200.000 per ekor, dan
bila sesudah hari Idul Adha, maka harga ternak domba jantan dewasa menajadi
sekitar Rp 2.000.000 per ekor (Wibow dkk., 2016).
Ternak domba memiliki pasar khusus (niece market) yang belum
tergantikan oleh ternak lainnya, seperti daging domba disukai oleh pedagang
sate, katering ataupun rumah makan. Penjualan domba meningkat drastis di
saat Idul Adha sebagai hewan kurban. Ada 4 pasar potensial yang bisa
dimanfaatkan oleh peternak untuk memasok dombanya, yaitu pertama pasar
harian, yaitu untuk suplai kepedagang sate, katering, atau restoran, kedua pasar
mingguan, yaitu menjajakan dombanya di pasar-pasar hewan, ketiga pasar
tahunan, yaitu hari raya Idul Adha, dan keempat pasar spesial atau khusus,
yaitu khusus untuk domba-domba adu yang biasanya dilakukan pada
turnamen-turnamen domba. Potensi pasar ini menjadi peluang bagi para
peternak domba untuk memasok kebutuhan pasar-pasar tersebut. Harga daging
domba dari tahun ketahun tidak pernah mengalami penurunan, hal ini
berdampak positif bagi petani yang memelihara domba karena domba memiliki
nilai tambah ekonomi bagi pendapatan keluarga (Firman dkk., 2018).
Fluktuasi harga produk peternakan dari tahun ke tahun tidak begitu
tinggi, tetapi dapat dikatakan mengalami kenaikan terus menerus. Berdasarkan
kenyataannya dilapangan kenaikan harga produk peternakan tersebut tidak
mencerminkan kenaikan tingkat pendapatan peternaknya. Kenyataan tersebut
disebabkan karena ciri pasar pada produk pertanian maupun peternakan yang
bersifat monopsonistis yang artinya peternak hanya sebagai “price taker”
bukan “price maker” baik didalam memasok input maupun dalam menyalurkan
output (produksinya). Kuasa pasar yang demikian akan menekan harga yang
diterima oleh petani dan pada saat yang bersamaan meningkatkan bagian yang
diterima lembaga pemasaran sementara konsumen harus membayar harga yang
lebih tinggi (Elieser, 2005).
Sistem pemasaran ternak sampai saat ini masih sederhana, jalur yang
dilewati dari produsen sampai ketangan konsumen masih panjang. Peran
commit to user
pedagang dan blantik yang masih besar dalam jual beli ternak akan
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

menyebabkan harga yang diterima peternak menjadi kecil, karena peternak


tidak memiliki posisi tawar. Strategi pemasaran perlu dilakukan agar dapat
melaksanakan pemasaran yang efisien, karena dengan pemasaran yang efisien
dapat memotivasi peternak dalam meningkatkan usaha, sehingga produktivitas
dapat ditingkatkan. Suatu pengembangan pemasaran perlu mengkaji terlebih
dahulu beberapa faktor baik makro maupun mikro yang mempengaruhi sistem
pemasaran agar dapat diketahui kondisi jalur pemasaran, transmisi harga,
struktur pemasaran (marketing structure), perilaku pemasaran (marketing
conduct) dan kinerja pemasaran (marketing performance), sehingga dapat
meningkatkan kinerja pemasaran, yang dapat menguntungkan kedua belah
pihak (Ningsih dkk., 2017).

H. Analisis Kelayakan Usaha

Pengertian studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut


berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek
manajemen dan keuangannya. Semua aspek digunakan untuk dasar penelitian
studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah
suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak
dijalankan. Studi kelayakan bisnis biasanya digolongkan menjadi dua bagian
berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu
berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan
pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social),
yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa
dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis
(Sulastri, 2016).
Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan dengan menganalisis
berbagai macam aspek. Investasi pada perusahaan tersebut juga harus
commit
memperhatikan kondisi-kondisi to user
dibidang ekonomi, hukum, politik, budaya,
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

keamanan, perilaku dan perubahan lingkungan masyarakat karena sering kali


terjadi ketidakpastian yang dapat mengakibatkan apa yang sudah direncanakan
menjadi tidak tercapai. Menjalankan suatu usaha sebaiknya direncanakan
dengan matang dan memperhatikan berbagai aspek yang nantinya akan
mempengaruhi usaha. Aspek-aspek tersebut diantaranya aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis produksi dan teknologis, aspek manajemen dan
sumber daya manusia, aspek hukum dan legalitas, serta aspek keuangan dan
ekonomi (Afandi dan Mukodim, 2009).
Setiap bisnis memerlukan pemahaman layak atau tidak layak usaha
tersebut untuk di bangun. Studi kelayakan bisnis merupakan suatu metode atau
cara yang terdiri dari berbagai aspek penilaian untuk mengetahui apakah suatu
usaha yang akan dikerjakan layak atau tidak. Studi kelayakan bisnis dapat
dikatakan juga suatu alat peramalan yang sangat mumpuni untuk mengetahui
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, serta dapat segera mengambil
keputusan atas hasil yang diperoleh yakni menerima atau menolak usaha
tersebut. Kegiatan untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis dapat
menggunakan rumus-rumus seperti R/C ratio yaitu dengan cara
membandingkan tingkat pendapatan yang diperoleh dengan modal yang harus
dikeluarkan (Sajari dkk., 2017).
Analisa kelayakan pendirian usaha dapat dilakukan dengan
menggunakan analisa kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial yang
dilakukan meliputi perhitungan biaya investasi, biaya produksi, harga pokok,
harga jual dan perkiraan pendapatan serta kriteria kelayakan finansial lainnya
seperti BEP, PPC, NPV, IRR dan BC ratio. Berdasarkan parameter kelayakan
finansial yang digunakan apabila semua parameter menunjukkan hasil baik
perlu dilanjutkan dengan analisa sensitivitas untuk melihat sejauh mana
industri atau perusahaan tersebut dapat bertahan terhadap perubahan yang akan
terjadi di masa mendatang (Rusdianto dkk., 2018).
Usaha peternakan merupakan keterpaduan antara manajemen produksi
dengan manajemen keuangan, yang artinya manajemen produksi melihat
commit to user
tentang pemakaian input dan output. Semakin efektif dan efesien peternak
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

dalam menjalankan kegiatan tersebut maka semakin besar keuntungan yang


diperoleh dan semakin kuat posisinya untuk berkompetisi di pasar serta
tercapainya tujuan usaha. Mengelola usaha dengan efisien sangat dibutuhkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, namun hal ini mungkin bisa gagal
karena strategi utamanya yang tidak tepat. Perumusan strategi yang tepat dapat
dilakukan dengan memantau lingkungan melalui teknik-teknik analisa
lingkungan yang dapat menentukan dimana posisi usaha berada, dan apa saja
yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi
peternakan, sehingga dapat mengantisipasi semua permasalahan yang ada di
dalam usaha (Suresti dan Wati, 2012).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai