id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai
domba lokal, domba kampung, atau domba kacang karena tubuhnya yang
kecil. Populasi domba ekor tipis terbesar terdapat di provinsi Jawa Barat. Rata-
rata jumlah anak per kelahiran (litter size) domba ekor tipis di Jawa Barat
adalah 1,79, sedangkan domba ekor tipis dari Sumatera adalah 1,54. Domba
ekor tipis memiliki ciri-ciri berupa bulu badan yang berwarna putih, terdapat
belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian lainnya. Domba jantan
memiliki tanduk melingkar, sedangkan betina umumnya tidak bertanduk.
Badannya yang kecil juga disertai dengan ekor relatif kecil dan tipis. Ekor
domba lokal umumnya pendek dengan ukuran panjang rata-rata 19,3 cm, lebar
pangkal ekor 5,6 cm, dan tebal 2,7 cm (Purbowati, 2009).
Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang dikenal
sebagai domba lokal atau domba kampung. Domba ekor tipis termasuk ternak
yang telah lama dipelihara oleh peternak karena domba ini memiliki toleransi
tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak, serta daya adaptasi
yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan
dapat hidup dan berkembangbiak sepanjang tahun. Ternak domba memiliki
beberapa kelebihan bila dibandingkan ternak ruminansia lain seperti sapi,
antara lain domba mudah beradaptasi terhadap lingkungan walaupun Indonesia
terletak di daerah tropis, domba cepat berkembang biak karena dalam kurun
waktu dua tahun dapat beranak tiga kali, bersifat prolifik atau beranak lebih
dari satu dan seasonal polyestrus, sehingga dapat kawin sepanjang tahun, serta
modal usaha yang digunakan kecil dan dapat dijadikan sebagai tabungan
(Najmuddin dan Nasich, 2019).
commit to user
5
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Domba lokal merupakan salah satu sumber daya genetik ternak yang
berpotensi dikembangkan dalam penyediaan daging nasional. Domba lokal
memiliki beberapa keunggulan, yaitu kemampuan dalam melahirkan anak
kembar dua ekor atau lebih, umur dewasa kelamin relatif cepat serta tidak
mengenal musim kawin sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal
digolongkan menjadi domba ekor tipis Jawa, domba ekor tipis Sumatera dan
domba ekor gemuk. Domba ekor tipis jawa memiliki ciri berekor tipis dan
pendek. Bangsa domba ini sekitar 80–85% terdapat di daerah Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Domba ini memiliki tubuh dan ekor berukuran kecil, bobot
badan betina dewasa bervariasi dari 25–35 kg dengan tinggi badan rata-rata 57
cm, sedangkan bobot badan domba jantan dewasa berkisar antara 40–60 kg
dengan tinggi badan rata-rata 50 cm (Jarmuji dan Suharyanto, 2011).
Domba yang dipelihara oleh peternak di pedesaan mayoritas adalah
domba lokal. Keunggulan domba lokal adalah bersifat prolifik, artinya
mempunyai rataan jumlah anak lahir (lambcrop) yang banyak yaitu ≥ 1,75
ekor. Peternak domba di pedesaan rata-rata memelihara ternak dengan cara
digembalakan. Penggembalaan domba dilakukan dengan durasi waktu yang
berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan peternak. Cara tersebut dapat
mempengaruhi performa produksi, karena sangat bergantung atas ketersediaan
hijauan pakan di padang penggembalaan baik kuantitas ataupun kualitasnya.
Kuantitas dan kualitas hijauan yang dikonsumsi menjadi penyebab baik
tidaknya performa induk domba yang digembalakan. Faktor lain yang dapat
menurunkan produktivitas domba yang digembalakan adalah kurang baiknya
manajemen reproduksi (Somanjaya dkk., 2015).
Domba lokal adalah domba hasil persilangan atau introduksi dari luar
yang telah dikembangbiakan sampai generasi kelima atau lebih, yang
beradaptasi pada lingkungan dan manajemen setempat. Domba dipelihara
secara sederhana dan merupakan usaha sambilan dari usaha taninya. Domba
lokal yang ada di Indonesia banyak dipelihara dengan tujuan sebagai domba
penghasil daging, bukan domba untuk penghasil wol. Karakteristik domba
commit to user
lokal di antaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, dan hasil
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
daging relatif sedikit. Sifat lain dari domba lokal tampak dari warna bulu
umumnya putih dengan bercak hitam sekitar mata, hidung dan bagian lainnya.
Domba lokal memiliki bentuk tubuh yang ramping, pola warna bulu sangat
beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam
(Audisi dkk., 2016).
Pubertas pada domba betina didefinisikan pada saat pertama kali birahi,
dicapai pada umur 6–8 bulan, dengan berat mencapai 14,5–20 kg. Pada saat
pubertas domba betina siap atau diam bila dinaiki jantan untuk dikawini.
Perkawinan sebaiknya menunggu apabila domba betina telah mencapai dewasa
tubuh (sexual maturity) pada umur 10–12 bulan. Pubertas pada domba jantan
didefinisikan bahwa domba sudah mengalami proses spermatogenesis. Definisi
yang sering dipakai adalah saat pertama kali penis domba mampu ereksi
dengan sempurna, mampu berkopulasi dan telah mampu menghasilkan
spermatozoa minimal 25 juta/ejakulat. Umur pubertas pada domba jantan dapat
bervariasi antara 6–8 bulan, dengan berat 16,8–24 kg (Ngadiono dkk., 2009).
B. Manajemen Perkandangan
terbuat dari bahan besi, beton, kayu dan bambu, disesuaikan dengan bahan
yang tersedia di lokasi peternakan dan mudah mendapatkan bahan-bahan
tersebut. Atap kandang dapat menggunakan bahan seperti genteng, asbes, dan
seng. Bentuk dan model atap kandang hendaknya didesain untuk menghasilkan
sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan di
dalam kandang memberikan kenyamanan bagi ternak (Putra dkk., 2018).
Posisi kandang yang disarankan menghadap arah timur dan membujur
atau memanjang dari arah selatan ke utara, sehingga sinar matahari dapat
menyinari kandang pada pagi hari. Ukuran kandang pembesaran domba secara
umum bisa untuk domba jantan dan betina. Ukuran kandang pembesaran
domba, yaitu lebar kandang 120 cm, panjang kandang 100 cm, lebar tempat
pakan 30 cm, panjang tempat pakan 75 cm, dan tinggi tempat pakan dari dasar
kaki ternak 25 cm. Pada kandang panggung tinggi lantai kandang dari dasar
semen atau tanah ke dasar pijakan kaki ternak disesuaikan dengan suhu di
sekitar wilayah peternakan. Daerah bersuhu kurang dari 30°C, tinggi lantai
kandang berkisar 40–50 cm. Daerah bersuhu lebih dari 30°C, tinggi lantai
dibuat 50–70 cm dari dasar kandang (Waluyo dan Efendi, 2016).
Perlengkapan kandang sangat diperlukan dalam rangka mempermudah
pemeliharaan ternak. Perlengkapan yang ada pada kandang ternak seperti
tempat pakan dan tempat minum. Tempat pakan biasanya terbuat dari bahan
bambu atau kayu papan. Tempat pakan terletak pada sisi kandang dengan
ukuran dasar selebar 25 cm, tinggi (dalam) 50 cm, lebar bagian atasnya 50 cm,
serta panjang disesuaikan dengan panjang kandang. Tempat minum pada
umumnya menggunakan ember plastik atau wadah lain yang serupa. Tempat
minum diisi air bersih dan di letakkan di samping kandang bagian dalam agar
ternak dapat menjangkau dengan mudah. Pemberian wadah minum seperti ini
dapat mempermudah peternak dalam mengambil, membersihkan, dan mengisi
kembali air (Sarwono, 2008).
Ada dua jenis kandang yang dapat digunakan untuk memelihara domba,
yaitu kandang non-panggung (lemprak) dan kandang panggung. Perbedaan
commit to user
utama kandang non-panggung dengan kandang panggung adalah adanya jarak
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
antara tanah atau lantai semen dengan lantai kandang panggung. Tinggi
panggung dari tanah dapat dibuat minimum 50–70 cm. Kandang panggung
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya kotoran dan urine domba bisa
langsung jatuh ke kolong kandang sehingga tidak mengotori lantai kandang
dan mudah dibersihkan. Kandang panggung juga memiliki sirkulasi udara yang
baik sehingga kesegaran udara di peternakan terjaga dan domba menjadi lebih
sehat (Harianto, 2012).
catatan yang lengkap sejak lahir, sehingga diperlukan cara lain untuk
mengetahui umur ternak tersebut. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
melihat susunan gigi ternak. Peternak umumnya melihat umur domba dari
jumlah gigi seri yang sudah tumbuh. Cara ini memang tidak selalu tepat,
namun juga dapat memberikan petunjuk yang dapat dipercaya mengenai umur
ternak tersebut (Astuti, 2009).
Bakalan domba dapat diperoleh dari peternak lain dengan menyeleksi
atau memilih bakalan unggul. Kriteria bakalan unggul diantaranya sehat,
memiliki bobot badan 15–20 kg, dan berumur kurang dari satu tahun. Bakalan
yang berumur kurang dari satu tahun atau setelah lepas sapih hingga berumur
satu tahun adalah bakalan yang ideal untuk digemukkan. Pertumbuhan ternak
domba pada umur tersebut relatif cepat, sedangkan ternak domba yang
berumur lebih dari satu tahun mengalami pertumbuhan yang lebih lambat.
Dalam mengefisiensikan usaha penggemukan, peternak umumnya hanya
menggunakan bakalan jantan. Bakalan jantan memiliki pertumbuhan yang
lebih cepat, sehingga penambahan bobot badannya lebih tinggi dibandingkan
dengan bakalan betina. Bakalan jantan juga lebih efektif dalam menyerap
pakan sehingga penggemukan bakalan jantan lebih hemat dan menguntungkan.
Pemilihan bakalan juga tergantung dengan tradisi masyarakat peternak
setempat. Beberapa masyarakat lebih menyukai bakalan jantan yang memiliki
tanduk. Harga bakalan jantan bertanduk akan lebih mahal dibandingkan dengan
bakalan jantan yang tidak memiliki tanduk (Setiawan, 2011).
Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.
Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara
keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak
mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya, sedang yang dimaksud
dengan ransum adalah campuran beberapa bahan pakan yang disusun
commit
sedemikian rupa sehingga zat gizi toyang
user dikandungnya seimbang sesuai
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
kebutuhan ternak. Komponen pakan yang dimanfaatkan oleh ternak disebut zat
gizi. Pakan berfungsi sebagai pembangunan dan pemeliharaan tubuh, sumber
energi, produksi, dan pengatur proses-proses dalam tubuh. Kandungan zat gizi
yang harus ada dalam pakan adalah protein, lemak, karbohidrat, mineral,
vitamin dan air (Subekti, 2009).
Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan penguat
(konsentrat). Konsentrat merupakan pakan yang mudah difermentasikan,
sehingga merangsang pertumbuhan mikrobia rumen yang mempercepat
kemampuan mencerna serat kasar dan meningkatkan kadar propionat yang
berguna dalam pembentukan daging. Konsentrat merupakan bahan pakan atau
campuran bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%, TDN
lebih dari 6%, dan berperan menutup kekurangan nutrien yang belum terpenuhi
dari hijauan. Peranan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang
rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan
berkembang secara sehat (Syam dkk., 2016).
Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari
tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun
yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar. Pakan berasal dari pemanenan
bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijauan yang meliputi daun,
batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya
sebagai sumber makanan ternak ruminansia. Penanaman hijauan makanan
ternak dibutuhkan tanah yang subur dan memenuhi persyaratan-persyaratan
jenis tanah dan iklim yang sesuai dengan yang dikehendaki. Termasuk
kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa
dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru dan
lain sebagainya (Nurlaha dkk., 2014).
Pakan yang diberikan kepada domba harus memiliki syarat sebagai
pakan yang baik. Pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung zat makanan
yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak,
mineral, dan vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan
commit to user
seimbang. Pakan yang diberikan kepada domba pada umumnya terdiri atas
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
commit to user
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
E. Manajemen Kesehatan
c. Sakit Mata
Serangan virus dan bakteri merupakan penyebab sakit mata pada
domba. Penyebab lain penyakit mata adalah faktor fisik, seperti debu yang
masuk ke dalam mata atau luka akibat terkena rumput. Tanda-tanda ternak
yang terjangkit penyakit mata, yaitu mata nampak kemerahan berair, selaput
bening mata menjadi keruh, dan kelopak mata membengkak. Gejala klinis
terberat dapat mengakibatkan kebutaan. Upaya pengobatan dilakukan
dengan memberikan tetes mata seperti Tylosin atau Antibiotic Tetracycline.
Debu atau kotoran harus sudah dikeluarkan dari mata sebelum diobati.
Pastikan ternak yang sakit mata dipisahkan dari ternak sehat, karena
penyakit ini cepat menular melalui udara (Arifin, 2015).
d. Diare
Penyebab diare adalah bakteri Escherichia coli yang menyerang
saluran pencernaan dan biasanya menyerang domba berusia 3 bulan. Gejala
klinis yang muncul dari serangan diare, yakni warna feses berubah menjadi
kuning, berair, dan bercampur darah. Upaya melindungi ternak agar
terhindar dari diare, yaitu dengan menjaga kebersihan kandang, terutama
tempat pakan dan minum harus dijaga dengan baik. Domba yang sudah
terserang diare dapat diobati dengan memberikan air perasan daun jambu
yang digunakan sebagai obat penawarnya (Arifin, 2015).
e. Cacing
Domba dapat terserang berbagai jenis cacing, seperti cacing pita,
cacing lambung (Haemonchus contortus), cacing hati (Fasciola hepatica),
dan cacing gelang (Neoascaris vitulorum). Cacing pada domba bisa
disebabkan kondisi kandang yang kotor dan lembab serta kesalahan ketika
penyabitan dan pemberian rumput. Cacing pada domba menimbulkan gejala
badan domba kurus dan terlihat lesu, bulu kasar dan kusam, nafsu makan
menurun, perut membesar, sembelit atau diare (mencret), pertumbuhan
terhambat, dan terjadi pembengkakan di bawah rahang. Cacingan dapat
diobati dengan memberikan obat cacing secara teratur. Jenis obat yang dapat
commit to user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
berbagai sumber hasil buangan dari suatu proses produksi salah satunya limbah
peternakan. Limbah tersebut dapat berasal dari rumah potong hewan,
pengolahan produksi ternak, dan hasil dari kegiatan usaha ternak. Limbah ini
dapat berupa limbah padat, cair, dan gas yang apabila tidak ditangani dengan
baik akan berdampak buruk pada lingkungan. Limbah yang berasal dari
peternakan tersebut akan bernilai ekonomi tinggi apabila diolah dengan
perlakuan yang tepat. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah
limbah peternakan tersebut. Salah satunya pengolahan kotoran menjadi pupuk
kandang, cara ini merupakan cara yang paling sederhana yang sering dijumpai
yaitu kotoran ternak dibiarkan hingga kering (Adityawarman dkk., 2015).
Limbah asal ternak merupakan limbah organik yang dihasilkan baik
berupa feses maupun urine hasil ternak sapi, ayam, kambing, dan domba.
Limbah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat.
Limbah organik juga bisa dibuat pupuk cair. Pupuk cair mempunyai banyak
manfaat, selain untuk pupuk, pupuk cair juga bisa menjadi aktivator untuk
membuat kompos. Pupuk cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena
unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu
banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat
berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Beberapa minggu
setelah melalui tahapan pengolahan, air rendaman sudah dapat digunakan
sebagai pupuk cair, sedangkan limbah padatnya dapat digunakan sebagai
kompos (Pancapalaga dkk., 2011).
Kandungan unsur hara pupuk organik bermacam-macam, tergantung
pada bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya.
Secara umum kandungan zat hara dalam kompos terdiri atas karbon 8,2%,
nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari
cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23.
C/N merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk kandang, pupuk
kompos yang akan digunakan haruslah kompos yang baik. Secara fisik sulit
dilihat kompos yang baik dengan kompos yang kurang baik, namun secara
commit to user
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
umum pupuk kompos mempunyai butiran yang lebih halus dan berwarna
coklat agak kehitaman (Suryono dkk., 2014).
G. Manajemen Pemasaran
sekitar 30 kg, dengan harga taksiran, yaitu sekitar Rp 2.200.000 per ekor, dan
bila sesudah hari Idul Adha, maka harga ternak domba jantan dewasa menajadi
sekitar Rp 2.000.000 per ekor (Wibow dkk., 2016).
Ternak domba memiliki pasar khusus (niece market) yang belum
tergantikan oleh ternak lainnya, seperti daging domba disukai oleh pedagang
sate, katering ataupun rumah makan. Penjualan domba meningkat drastis di
saat Idul Adha sebagai hewan kurban. Ada 4 pasar potensial yang bisa
dimanfaatkan oleh peternak untuk memasok dombanya, yaitu pertama pasar
harian, yaitu untuk suplai kepedagang sate, katering, atau restoran, kedua pasar
mingguan, yaitu menjajakan dombanya di pasar-pasar hewan, ketiga pasar
tahunan, yaitu hari raya Idul Adha, dan keempat pasar spesial atau khusus,
yaitu khusus untuk domba-domba adu yang biasanya dilakukan pada
turnamen-turnamen domba. Potensi pasar ini menjadi peluang bagi para
peternak domba untuk memasok kebutuhan pasar-pasar tersebut. Harga daging
domba dari tahun ketahun tidak pernah mengalami penurunan, hal ini
berdampak positif bagi petani yang memelihara domba karena domba memiliki
nilai tambah ekonomi bagi pendapatan keluarga (Firman dkk., 2018).
Fluktuasi harga produk peternakan dari tahun ke tahun tidak begitu
tinggi, tetapi dapat dikatakan mengalami kenaikan terus menerus. Berdasarkan
kenyataannya dilapangan kenaikan harga produk peternakan tersebut tidak
mencerminkan kenaikan tingkat pendapatan peternaknya. Kenyataan tersebut
disebabkan karena ciri pasar pada produk pertanian maupun peternakan yang
bersifat monopsonistis yang artinya peternak hanya sebagai “price taker”
bukan “price maker” baik didalam memasok input maupun dalam menyalurkan
output (produksinya). Kuasa pasar yang demikian akan menekan harga yang
diterima oleh petani dan pada saat yang bersamaan meningkatkan bagian yang
diterima lembaga pemasaran sementara konsumen harus membayar harga yang
lebih tinggi (Elieser, 2005).
Sistem pemasaran ternak sampai saat ini masih sederhana, jalur yang
dilewati dari produsen sampai ketangan konsumen masih panjang. Peran
commit to user
pedagang dan blantik yang masih besar dalam jual beli ternak akan
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
commit to user