Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK UNGGAS


SISTEM PENCERNAAN UNGGAS

Disusun oleh:
Husna Damar Salsanuha
18/430670/PT/07825
Kelompok 36

Asisten: Ghaniya Rahmah

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

Sistem pencernaan adalah sistem pada hewan yang membantu


dalam proses mencerna makanan. Aktivitas enzim dalam saluran
pencernaan memiliki pengaruh kuat terhadap penggunaan nutrisi yang
akhirnya dapat untuk menentukan produktivitas (Suthama et al., 2007).
Pencernaan adalah suatu proses metabolisme yang dilakukan oleh
makhluk hidup untuk mengubah zat yang terkandung dalam pakan menjadi
nutrien yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh.
Pencernaan pada unggas terdiri atas pencernaan secara mekanik, kimia,
dan mikrobiologi (Yasin, 2010).
Sistem pencernaan adalah organisasi organ yang berfungsi untuk
mencerna makanan. Sistem pencernaan meliputi organ mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar. Pencernaan
merupakan langkah awal yang penting di dalam pengambilan bahan
makanan oleh tubuh (Soemardjo, 2008). Proses pencernaan pakan dibantu
oleh enzim, sehingga peningkatan jumlah enzim dalam saluran pencernaan
akan membantu pemecahan nutrien yang lebih baik (Sarwono et al., 2012).
Organ tambahan pada sistem pencernaan unggas hati, pankreas dan limpa
dan terdapat sistem imun berupa thymus dan bursa fabricious (Aziza,
2012).
Praktikum sistem pencernaan unggas bertujuan untuk mengetahui
efek perbedaan panjang dan berat terhadap fungsi dan performa. Manfaat
praktikum sistem pencernaan unggas adalah untuk dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan panjang dan berat terhadap fungsi dan
performa, serta Manfaat yang lain adalah dapat mengetahui bagianbagian
dari sistem pencernaan unggas secara menyeluruh.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum sistem pencernaan
unggas adalah kaca, plastik ukuran 1x1 meter, pita ukur, timbangan digital,
pisau scalpel, serbet, alat tulis, kamera, dan lembar kerja.
Bahan. Bahan yang digunakan saat praktikum sistem pencernaan
unggas adalah ayam layer afkir betina berumur 80 minggu dengan berat
1.450 gram.

Metode
Ayam layer berjenis kelamin betina yang telah disembelih dan
dibersihkan bulunya diletakkan di atas alas plastik transparan ukuran 1x1
meter. Ayam kemudian dibedah menggunakan scalpel. Dikeluarkan seluruh
organ pencernaannya dan organ reproduksi. Organ reproduksi dan
pencernaan dipisahkan . Organ pencernaan diatur secara utuh dihilangkan
lemaknya dan difoto. Diukur ukuran masing-masing organ, kemudian
dikeluarkan kotorannya, lalu ditimbang. Berat dan panjang masing-masing
organ dicatat di lembar kerja.
PEMBAHASAN
Sistem Pencernaan
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan saat praktikum
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Data pengukuran panjang dan berat organ pencernaan ayam
Data Praktikum Data Literatur
Nama Organ Panjang Berat Panjang Berat Literatur
(cm) (gram) (cm) (gram)
Oesophagus 21 3 8,45- 4,13- (Nasrin et
13,75 7,45 al., 2012)
Crop 7 11 7-10 4,26-4,8 (Noferdiman,
2012)
Proventrikulus 6 8 3,90- 7,09- (Zulfikar
4,80 8,54 2015)
Gizzard 6 28 1,82- 2,63- (Nasrin et
5,32 40,2 al., 2012)
Usus halus:
30 5 8,23- 0,16- (Nasrin et
1.Duodenum
34,13 12,02 al., 2012)
65 14 22,38- 0,823- (Nasrin et
2.Jejunum
123,50 13,2 al., 2012)
60 14 6,6- 0,32- (Nasrin et
3.Ileum
31,663 11,75 al., 2012)
Coecum 20 10 3,625- 0.15- (Nasrin et
18,125 4,66 al., 2012)
Usus Besar 9 5 8-10 5,53 (Nasrin et
al., 2012)
Kloaka - - 1,5 6-8 (Usman,
2010)
Organ
Tambahan
Hati 10 32 3,76- 40 (Zavarize et
4,79 al., 2012)
dan (Awad
et al., 2009)
Pankreas 16 3 10 3,5 (Maradon et
al., 2015)
Limfa 1,5 1 1,3 1,5-1,91 (Dwipayanti,
2008) dan
(Ramli et al.,
2008)
Panjang dan berat oeshophagus pada saat praktikum memperoleh
hasil yang berbeda dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi perbedaan
hasil dengan literatur adalah kandungan pakan yang dikonsumsi ayam.
Efek dari oeshopagus yang berukuran besar sangat berpengaruh pada
berat tubuh ayam. Naufa (2013) menjelaskan bahwa perbedaan panjang
maupun lebar oesophagus ternak dapat dipengaruhi oleh pemberian pakan
atau jenis pakan yang dikonsumsi, penyakit, umur, dan jenis ternak. Ibrahim
(2008) menjelaskan bahwa variasi ukuran fisik organ pencernaan dalam
berpengaruh pada kapasitas pada potensi organ pencernaan dalam
mencerna dan menyerap zat-zat makanan bagi keperluan tubuh. Naufa
(2008) menyatakan bahwa umur ternak yang semakin tua akan semakin
membuat organ pencernaan ternak semakin besar dan berkembang.

Gambar 1. Oesophagus
Crop pada praktikum memiliki panjang yang sudah sesuai dengan
literatur, namun berat crop tidak sesuai dengan literatur. Faktor yang
mempengaruhi panjang corp adalah umur ternak. Efek besarnya pada
ukuran crop dapat mempengaruhi daya tampung crop. Hamsah (2013)
menyatakan bahwa berat dan panjang crop dapat dipengaruhi oleh umur,
jenis pakan dan bangsa. Noferdiman (2012) menyatakan bahwa ukuran
crop berpengaruh pada jumlah pakan yang ditampung. Hamsah (2013)
menyatakan bahwa jenis bangsa ternak mempengaruhi ukuran organ
pencernaan suatu ternak.
Gambar 2. Crop
Proventriculus pada saat praktikum memiliki hasil yang sesuai dengan
literatur untuk berat proventriculus. Faktor yang dapat mempengaruhi
ukuran proventriculus adalah umur ternak. Efek dari besarnya ukuran
proventriculus adalah semakin banyak memproduksi HCl dan enzim.
Zulfikar (2015) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi perbedaan
proventiculus adalah pemberian pakan dan perawatan yang berbeda, jenis,
dan umur ayam. Sari and Ginting (2012) menyatakan bahwa semakin besar
ukuran proventriculus maka akan semakin lebih maksimal untuk
memproduksi asam hydrochloric (HCl), pepsin, dan enzim yang dapat
memecah protein serta kandungan fosfor yang terikat oleh kandungan
asam fitat. Naufa (2008) menyatakan bahwa umur ternak yang semakin tua
akan semakin membuat organ pencernaan ternak semakin besar dan
berkembang.

Gambar 3. Proventriculus
Gizzard pada praktikum memiliki hasil yang sesuai dengan literatur
untuk berat gizzard, sedangkan untuk panjang gizzard hasil tidak sesuai
dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah
laju konsumsi pakan. Efek dari perbedaan ukuran gizzard adalah
berpengaruh terhadap proses perubahan ukuran pakan dari makromolekul
menjadi mikromolekul. Darul et al. (2017) menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi ukuran gizzard adalah peningkatan serat dalam pakan.
Usman (2010) menyatakan bahwa ketika serat dalam pakan jumlahnya
meningkat, maka gizzard harus bekerja lebih keras untuk memperkecil
ukuran partikel pakan tersebut secara fisik, akibatnya urat daging pada
gizzard akan lebih menebal sehingga memperbesar ukuran gizzard. Setiadi
et al. (2013) menyatakan bahwa ukuran dari gizzard mempengaruhi proses
pencernaan secara fisik yaitu untuk mengubah makromolekul menjadi
mikromolekul.

Gambar 4. Gizzard
Duodenum pada praktikum memiliki hasil yang sesuai dengan literatur.
Faktor yang mempengaruhi ukuran duodenum adalah umur ayam dan jenis
ayam. Efek dari besarnya ukuran duodenum adalah daya serap asam
lemak duodenum menjadi lebih luas. Dwipayanti (2008) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran organ pencernaan adalah umur
ternak, strain, dan usia ternak. Setiadi et al. (2013) menyatakan bahwa efek
dari ukuran duodenum berpengaruh pada absorbsi dan translokasi asam
lemak. Naufa (2008) menyatakan bahwa umur ternak yang semakin tua
akan semakin membuat organ pencernaan ternak semakin besar dan
berkembang.
Gambar 5. Duodenum
Jejunum pada praktikum diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan
literatur untuk berat jejunum. Faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan
ukuran berat dari jejunum adalah konsumsi pakan. Efek dari besarnya
ukuran jejunum adalah daya serap nutrien semakin luas. Sari dan Gurki
(2012) menjelaskan peningkatan berat dan panjang jejunum dipengaruhi
oleh faktor meningkatnya kerja dalam mencerna sejumlah pakan. Setiadi et
al. (2013) menyatakan bahwa efek dari besarnya ukuran jejunum
berpengaruh pada luasnya jangkauan absorbsi. Sahiruddin et al. (2012)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ukuran jejunum adalah
jumlah pakan dengan kandungan serat yang tinggi, jumlah konsumsi pakan
yang berbeda dari masing-masing ayam sehingga akan mempengaruhi
kerja organ.

Gambar 6. Jejunum
Ileum pada praktikum diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan
literatur. Faktor yang berpengaruh terhadap ukuran ileum adalah umur
ayam dan konsumsi pakan. Efek dari ukuran ileum adalah dapat
mempengaruhi penyerapan nutrien. Sahiruddin et al. (2012) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi ukuran ileum adalah jumlah pakan
dengan kandungan serat yang tinggi, jumlah konsumsi pakan yang berbeda
dari masing-masing ayam sehingga akan mempengaruhi kerja organ.
Setiadi et al. (2013) menyatakan bahwa efek dari ukuran ileum adalah
berpengaruh pada luasnya jangkauan absorbsi.

Gambar 7. Ileum

Coecum pada praktikum diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan


literatur. Faktor yang mempengaruhi ukuran coecum adalah umur ternak.
Efek dari besarnya ukuran coecum adalah semakin panjang coecum maka
semakin luas permukaan untuk penyerapan serat kasar. Mardhiah (2015)
menyatakan panjang dan bobot coecum dipengaruhi oleh umur dan bangsa
ternak. Widianingsih (2008) menyatakan bahwa efek dari semakin panjang
dan berat coecum adalah terjadi lebih banyak penyerapan serat kasar.

Gambar 8. Coecum
Usus besar pada saat praktikum memiliki hasil yang berbeda dengan
literatur untuk berat usus besar. Faktor yang mempengaruhi perbedaan
tersebut adalah pada pemberian pakan ternak. Efek dari ukuran usus besar
yang tidak normal adalah penurunan kinerja dalam mengabsorbsi air.
Mardhiah (2015) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi ukuran
usus besar yaitu aktivitas metabolisme, genetik, makanan, dan lingkungan
sekitar. Damerau (2015) menyatakan bahwa efek yang terjadi apabila
ukuran usus besar kurang dari kisaran normal adalah terjadi penurunan
kerja dalam mengabsorbsi air.

Gambar 9. Usus besar


Kloaka pada saat praktikum berfungsi sebagai saluran pengeluaran
feses, urin, dan hasil reproduksi. Amrullah (2004) menyatakan bahwa
kloaka terdiri dari tiga bagian yaitu urodeum merupakan saluran kencing
dan kelamin, cuprodeum sebagai muara saluran digesti dan proctodeum
sebagai lubang keluar yang berhubungan dengan udara luar. Cuprodeum
merupakan saluran pengeluaran sisa pencernaan, urodeum merupakan
saluran pengeluaran urine, sedangkan proctodeum merupakan saluran
pengeluran hasil reproduksi.
Squier (2011) menjelaskan bahwa panjang kloaka 1,5 sampai 3 cm,
dan berat kloaka 6 sampai 8 gram. Hasil yang didapatkan sesuai dengan
literatur yang tersedia, namun hasil pengukuran berat kloaka tidak sesuai
dengan literatur. Maradon et al. (2015) menyatakan bahwa peningkatan
bobot hati dipengaruhi oleh jumlah kandungan serat kasar.

Gambar 10. Kloaka


Sistem Imun
Sistem imun pada unggas terbagi menjadi empat, yaitu thymus,
bursa fabricus, limfa dan hati. Hati merupakan organ yang terletak di
sebelah gizzard dan di atas usus halus. Hati berperan dalam proses
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah proses menetralkan racun. Tarigan et al.
(2013) menyatakan bahwa fungsi fisiologis hati yaitu sekresi asam empedu
yang apabila masuk ke bagian ujung bawah duodenum membantu
pencernaan lemak, penetralisir racun, tempat penyimpanan energi yang
siap untuk dipakai glikogen serta menguraikan hasil sisa protein menjadi
asam urat untuk dikeluarkan oleh ginjal, senyawa beracun akan mengalami
proses detoksifikasi seluruhnya. Zat-zat beracun dari seluruh tubuh akan
dibawa oleh aliran darah menuju ke hati. Zat-zat beracun tersebut akan
dipecah di dalam hati menjadi urea dan dikeluarkan dari tubuh melalui urine
atau feses.
Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya hati yaitu banyaknya
racun yang terdapat dalam tubuh, banyaknya kandungan dalam pakan, dan
tingginya aktivitas hati. Efek yang ditimbulkan apabila hati bekerja terlalu
berat adalah kebengkakan. Tarigan et al. (2013) menjelaskan bahwa faktor
penyebab kerusakan pada hati dapat diakibatkan oleh kinerja hati yang
terlalu berat, efek yang dapat timbul adalah hati mengalami kebengkakan.
Apabila hati membengkak maka, proses detoksifikasi berjalan tidak
sempurna yang berakibat pada, penumpukan zat-zat beracun yang dapat
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit. Tingginya kandungan
lemak yang ada pada pakan mengakibatkan kerja hati dua kali lipat dari
normalnya untuk menghasilkan empedu yang lebih banyak, sehingga
dapat mengakibatkan hati mengalami kebengkakan. Senyawa beracun
juga dapat mengakibatkan pembengkakan bahkan kerusakan hati.
Gambar 11. Hati
Limfa adalah kelenjar tanpa saluran yang berhubungan erat dengan
sirkulasi dan berfungsi sebagai penghancur sel darah merah yang sudah
tua. Putri et al. (2019) menjelaskan bahwa limfa terletak dekat dengan hati
dan gizzard. Hanum et al. (2017) menjelaskan limfa berfungsi sebagai
pertahanan dalam melawan mikroorganisme dan merupakan tempat
destruksi sel-sel eritrosit tua oleh makrofag dan dapat bereaksi terhadap
antigen yang dibawa dan memfiltrasi secara immunologis. Limfa juga
berfungsi untuk membantu koordinasi pembentukan sel darah putih. Sel
darah putih adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih
bekerja dengan cara menghancurkan substansi asing yang masuk ke
dalam tubuh melalui pembuluh darah. Aldi et al. (2014) menjelaskan bahwa
lifa adalah organ limfoid sekunder mengandung limfosit B dan limfosit T
yang berperan pada proses imun spesifik. Hanum et al. (2017) menyatakan
limfa adalah tempat pematangan sel penghasil antibodi.
Efek dari kerusakan pada limfa adalah jumlah sel darah putih dalam
tubuh akan berkurang sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh juga
turun. Apabila daya tahan tubuh turun, dapat terkena berbagai macam
penyakit. Faktor yang dapat mempengaruhi rusaknya limfa yaitu suatu
penyakit. Suriani (2018) menjelaskan bahwa suatu penyakit dapat
menyebabkan peningkatan jumlah limfosit atau kerusakan sel eritrosit,
kerusakan tersebut dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi sel
limfosit. Apabila hal tersebut terjadi maka kinerja dari limfa akan meningkat,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada limfa.
Gambar 12. Limfa
Kelenjar thymus adalah organ limfoid primer. Abdian et al. (2017)
menjelaskan bahwa kelenjar thymus adalah organ yang sangat penting
pada hewan muda, dan letaknya berada di sisi kanan dan kiri saluran
pernapasan (trachea). Kelenjar thymus menghasilkan sel T yang berfungsi
untuk pengenalan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Thymus mengecil
dengan bertambahnya umur, sebagai tanda maturitas sistem imun pada
individu. Thymus merupakan organ untuk perkembangan limfosit T yang
sudah matang lalu berpindah dari bagian kortek ke medula thymus,
memasuki sirkulasi tubuh melalui pembuluh medula thymus (Oláh dan
Vervelde, 2008). Kerusakan pada kelenjar thymus dapat menyebabkan
menurunnya kekebalan tubuh. Tubuh tidak dapat mengenali virus atau
bakteri tipe baru yang masuk ke dalam tubuh sehingga tidak dapat
menentukan langkah selanjutnya untuk membunuh virus atau bakteri tipe
baru tersebut. Febriana (2008) menjelaskan bahwa virus mengiveksi dan
merusak limfosit B maupun limfosit T. Selama infeksi produkif terjadi pada
puncak replikasi virus sehingga meyebabkan imunosupresi dan
meningkatnya kepekaan terhadap infeksi.

Abdinan et al. (2017)


Gambar 13. Kelenjar thymus
Bursa fabricus merupakan limfoid primer pada ayam dan unggas
lainnya. (Abdian et al., 2017). Bursa fabricus merupakan organ yang
terletak di dekat kloaka unggas. Putri et al. (2019) menjelaskan bahwa
bursa fabricus mengatur produksi dan diferensiasi limfosit. Bursa fabricus
menghasilkan sel B yang berfungsi untuk mengingat virus atau bakteri yang
menyerang tubuh unggas sehingga apabila virus atau bakteri itu menyerang
kembali tubuh dapat langsung melawan virus atau bakteri tersebut.
Faktor yang dapat mempengaruhi rusaknya bursa fabricus yaitu
turunnya bobot organ limfoid. Efek dari kerusakan pada bursa fabricus
dapat menurunkan kekebalan tubuh. Putri et al. (2019) menjelaskan bahwa
kerusakan pada bursa fabricus dapat menyebabkan menurunnya
kekebalan tubuh. Perubahan reaksi kekebalan kedaan negatif yang
membuat respon terhadap masuknya benda asing menjadi berkurang atau
dapat menjadi pemicu serangan berbagai penyakit kedalam tubuh ternak
disebut imunosupresi. Perlawanan tubuh terhadap penyakit akan berkurang
sehingga penyakit akan lebih mudah untuk menyerang tubuh. Semakin
keras bursa fabricus membentuk antibodi membuat berat relatif bursa
fabricus menurun. Putri et al. (2019) menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi bobot bursa fabricus meliputi suhu lingkungan, umur ternak
dan hormon kortikosteron. Febriana (2008) menjelaskan bahwa semakin
sering bursa fabricius membentuk antibodi, maka akan meyebabkan
deplesi dan pengecilan folikel limfoid sehingga presentase berat bursa
fabricius.

Hasnita et al. ( 2017)


Gambar 14. Bursa fabricus
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa organ pencernaan pada unggas adalah oesophagus, crop,
proventrikulus, gizzard, usus halus (duodenum, jejunum, ileum, coecum),
usus besar, dengan lubang pengeluaran yaitu kloaka. Organ yang termasuk
kedalam sistem imun pada unggas adalah bursa fabricus, limfa, dan hati.
Faktor yang dapat mempengaruhi ukuran dan fungsi dari organ pencernaan
adalah pakan, umur, kesehatan, dan jenis unggas. Faktor yang dapat
menyebebkan kerusakan organ pada sistem imun unggas adalah penyakit
dan aktivitas organ.
DAFTAR PUSTAKA

Abdian, M., H. Budiman, dan C. D. Iskandar. 2017. Gambaran histologis


timus ayam kampung (Gallus gallus domesticus). Jimvet. 1(3): 529-
597.
Aldi, Y., Y. Rasyadi, dan D. Handayani. 2014. Aktivitas imunomodulator dari
ekstrak etanol meniran (Phyllanthus niruri linn) terhadap ayam
broiler. Jurnal sains farmasi dan klinis. 1(1): 20-26.
Amrullah, I.K. 2004. Nutrien Ayam Petelur. Satu Gunungbudi. Bogor.
Aziza, L. N. 2012. Persentase Organ Dalam serta Kandungan Vitamin A
Hati Ayam Petelur yang Diberi Pakan Mengandung Marigold
(Tagetes Erecta). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Damerau, G. 2015. Chicken Healthy. Elayne Sears. North Adams.
Darul, A. A., K. Kiramang, dan M. N. Hidayat. 2016. Profil organ dalam ayam
pedaging yang diberi tepung daun sirih sebagai imbuhan pakan.
Jurnal ilmu dan industri peternakan. 3(1): 148-159.
Dwipayanti, N. M. Y. 2008. Profil Organ Dalam Serta Histopatologi Usus
dan Hati Ayam Kampung Terinfeksi Cacing Ascaridia galli yang
Diberi Tepung Daun Jarak (Jathropa curcas L.). Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Febriana, E. 2008. Gambaran histologi bursa fabricius dan tymus pada
ayam broiler yang terinfeksi marek dan pengaruh pemberian bawang
putih, kunyit, dan zink. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Hamsah. 2013. Respon Usus dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras
Pedaging dengan Berat Badan Awal Berbeda yang Dipuaskan
Setelah Menetas. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hanum, S., H. Budiman, dan D. Masyitha. 2017. Gambaran histologis limpa
ayam kampung (Gallus gallus domesticus) pada umur berbeda.
Jimvet. 1(3): 552-557.
Hasnita., D. Masyitha, dan H. Budiman. 2017. Gambaran bursa fabrcius
ayam kampung (Gallus gallus) pada umur berbeda. JIMVET. 1(3):
398-403.
Ibrahim, S. 2008. Hubungan ukuran-ukuran dengan berat badan broiler.
Jurnal Agripet. 8(2): 42-46
Jamilah., N. Suthama, dan L. D. Mahfudz. 2014. Pengaruh penambahan
jeruk nipis sebagai acidifier pada pakan stepdown terhadap kondisi
usus halus ayam pedaging. JITP. 3(2):90-95
Maradona, G. G., R. Sutrisnab, dan Erwanto. 2015. Pengaruh ransum
dengan kadar serat kasar berbeda terhadap organ dalam ayam
jantan tipe medium umur 8 minggu. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 3(2): 6-11.
Mardhiah, A. 2015.Kajian perbandingan histologi usus halus dan usus kasar
antara ayam hutan (Gallus gallus) dan ayam ras (White
leghorn).Jesbio.4 (1):32-36.
Nasrin, M., M. N. H. Siddiqi., M.A. Masum, dan M.A. Wares. 2012. Gross
and histological studies of digestive tract of broilers during postnatal
growth and development. Journal Bangladesh Agril. 10(1) : 69-77
Naufa, A. 2013. Bobot Relatif Organ pencernaan ayam kedu petelur diberi
ransum dengan berbagai level protein. Fakultas peternakan dan
pertanian universitas diponegoro. Semarang.
Noferdiman. 2012. Efek penggunaan Azolla microphylla fermentasi sebagai
pengganti bungkil kedelai dalam ransum terhadap bobot organ
pencernaan ayam broiler. Jurnal Penelitian Uniersitas Jambi Seri
Sains. Vol 14(1): 49-56.
Oláh I, Vervelde L. 2008. Structure of the avian lymphoid system. In:
Davison F, Kaspers B, Schat KA, editors. Avian Immunol. California
(US): Academic Press is an imprint of Elsevier. 2(1): 13-50.
Putri, P. A. 2019. Pengaruh penggunaan berbagai pollard yang diolah
terhadap perkembengan organ limfoid ayam kampung umur 7
minggu. Skripsi. Faculty of animal and agricultural. Universitas
Diponegoro.
Sahiruddin, D.P. Rahardja, dan A. Natsir. 2012. Perfoma ayam terhadap
pembatasan waktu aksesbilitas pakan. Skripsi. Universitas
Hasanudin. Makassar.
Sari, M. L., dan F. G. N. Ginting. 2012. Pengaruh Penambahan Enzim
Fitase Pada Ransum terhadap Berat Relatif Organ Pencernaan
Ayam Broiler. Agripet. 12: 31-41.
Sarwono, S. R., T. Yudiarti, dan E. Suprijatna. 2012. Pengaruh pemberian
probiotik terhadap trigliserida darah, lemak abdominal, bobot dan
panjang pencernaan ayam kampung. Animal Agriculture Journal.
1(2) : 157-167.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2)
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Squier, S. M. 2011. Poultry Science, Chicken Culture. Rutgers University
Press. London
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia. PenerbitBukuKedokteran EGC.
Jakarta
Suriani, E. 2018. Identifikasi hasil pemeriksaan hitung jumlah limfosit pada
pasien penderita malaria plasmodiumfalcifarum di rumah sakit umum
daerah dr. Muhammad Zein. Prosiding seminar kesehatan
kesehatan perintis. 1(1): 2622-2256.
Suthama, N., S. M. Ardiningsari. 2007. Perkembangan fungsi fisiologi
saluran pencernaan ayam kedu periode starter. Jurnal article.
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Tarigan, R., O. Sjofjan., dan I. H. Djunaidi. 2011. Pengaruh penambahan
probiotik selulolitik dalam pakan terhadap kualitas karkas, lemak
abdominal dan berat organ dalam ayam pedaging. Jurnal Agripet.
3(1): 63-72
Usman, A. N. R. 2010. Pertumbuhan ayam broiler (melalui sistem sistem
digestinya) yang diberi pakan nabati dan komersial dengan
penambahan dysapro.Skripsi. S1 Fakultas Peternakan.Insitut
Pertanian Bogor. Bogor
Widianingsih, M. N. 2008. Persentase organ dalam broiler yang diberi
ransum crumble berperekat onggok, bentonit dan tapioca. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yasin, I. 2010. Pencernaan serat kasar pada ternak unggas. Jurnal Ilmiah
Inkoma. 21(3) : 125-135.
Zavarize, K. C., J. R. Sartori, E. Gonzales, A. C. Pezzato. 2012.
Morphological changes of the intestinal mucosa of broilers and layers
asa affected by fasting before sample collection. Brazilian Journal of
Poultry Science. 14(1): 21-25.
Zulfikar. 2015. Ukuran proventrikulus dan ventrikulus ayam pedaging
dengan penambahan tepung buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpe L.) dalam ransum. Skripsi. Fakultas Pertanian dan
Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Riau.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai