Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PEMULIAAN TERNAK


ACARA I
STANDARISASI

Disusun oleh
Kelompok V
Wahyu Wijayanti PT/06479
Ridho Dimas P PT/06630
Maya Elvira C PT/06637
Gesit Pamungkas PT/06647
Sri Idayati PT/06687

Asisten Pendamping : Indah Risti Riana

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GAJDAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Standarisasi merupakan suatu metode untuk memastikan data


yang dikumpulkan konsisten dan dapat dipercaya. Manfaat dari
standarisasi data adalah data yang telah di standarsasi menjadi lebih
terpecaya secara akademis, karena melalui sebuah mekanisme standar
yang bisa dipertanggungjawabkan. Data yang telah distandarisasi lebih
konsisten sehingga informasi terkait lainnya dengan dapat mudah
didapatkan. Metode yang dapat digunakan untuk standarisasi data adalah
dengan pencatatan, klasifikasi, pemilahan dan penyusunan, analisis,
penyimpan dan penyimpangan (Sulianta, 2008).
Standarisasi data juga dapat dilakukan dengan menghitung faktor
koreksi. Koreksi dalam menentukan berat sapih dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Cara yang digunakan untuk mencari faktor koreksi berat
sapih antara lain faktor koreksi umur cempe, faktor koreksi umur induk dan
faktor koreksi jenis kelamin. Faktor koreksi merupakan faktor yang
dikalikan dengan hasil persamaan untuk mengkoreksi jumlah kesalahan
sistematik. Bobot sapih sebaiknya dikoreksi ke dalam standart umur
penyapihan yaitu biasanya 100 hari. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil ragam (Browning et al., 2007). Koreksi bobot badan
dimaksudkan untuk mengurangi besarnya keragaman yang disebabkan
oleh pengaruh non genetik dan lingkungan (Hakim, 2000). Berat lahir
domba ekor gemuk adalah 2,45 kilogram dan berat sapih domba ekor
gemuk adalah 9,8 kilogram. Kondisi lingkungan yang berbeda
mempengaruhi perbedaan berat lahir yaitu keadaan iklim di tempat satu
dengan yang lain berbeda (Sumadi et al., 2014).
Pelaksanaan seleksi dengan menggunakan faktor koreksi
merupakan cara yang paling sederhana sebagai upaya menghilangkan
pengaruh lingkungan, selanjutnya dengan berkembangnya biometrika,
genetika dan alat-alat kompilasi yang lebih baik, maka berkembang pula
model genetik dan teknik analisis yang lebih baik untuk memisahkan
pengaruh genetik dan lingkungan serta estimasi terhadap pengaruh
tersebut (Astuti, 1999).
Berat sapih dikoreksi terhadap jenis kelamin seperti pada berat
lahir dan terhadap umur sapih 90 hari. Faktor koreksi yang digunakan
pada domba ekor gemuk adalah 1,61 kg. Berat sapih dikoreksi terhadap
jenis kelamin seperti pada berat lahir dan terhadap umur sapih 90 hari
(Dali, 2003). Estimasi berat sapih dilakukan dengan menggunakan
kalender julian date). Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa
penanggalan julian date digunakan untuk mempermudah mencari
umurpada saat penimbangan. Misalnya taggal lahir pedet A adalah 16
Februari, maka menurut penanggalan julian date adalah tanggal 47. Pedet
A kemudian ditimbang pada tanggal 10 September, maka umur pedet saat
ditimbang adalah 206 hari. Hasil umur saat penimbangan pedet A berasal
dari pengurangan tanggal lahir dan tanggal penimbangan sesuai dengan
kalender julian date. Berat sapih dipengarui oleh beberapa faktor salah
satunya didominasi oleh faktor nutrien yang sepenuhnya berasal dari air
susu induk. Hal ini berarti induk yang memiliki produki susu tinggi, maka
anaknya cenderung akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik, sehingga
akan berpengaruh terhadap berat sapih, produksi susu induk dipengarui
oleh umur dan pakan yang diberikan (Sumadi, 2014).
BAB II
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum standarisasi adalah
kalkulator scientific dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum standarisasi
adalah data yang sudah dipersiapkan data tanggal kelahiran, tanggal
penyapihan, berat lahir, kalender julian date dan berat sapih pada domba
ekor gemuk.

Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah dengan
mengerjakan soal-soal pada ternak domba ekor gemuk yang telah
disusun oleh asisten berdasarkan literatur yang digunakan. Perhitungan
dilakukan dengan menghitung 𝐵𝑆100 dan 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖. Rumus perhitungannya
adalah sebagai berikut.
𝐵𝑆−𝐵𝐿
𝐵𝑆100 = ( 𝑢𝑚𝑢𝑟 × 100 + 𝐵𝐿). FKUI

Sedangkan,
𝐵𝑆−𝐵𝐿
𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = ( 𝑢𝑚𝑢𝑟 × 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑠𝑎𝑝𝑖ℎ + 𝐵𝐿). FKUI

Keterangan:
BS: Berat Sapih
BL: Berat Lahir
FKUI: Faktor Koreksi Umur Induk
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan berat sapih 100 (BS100) dan berat sapih terkoreksi
(BSterkoreksi). Standarisasi berat sapih domba ekor gemuk adalah 100 hari,
artinya domba ekor gemuk diasumsikan ditimbang pada umur yang
seragam, yaitu pada umur 100 hari. Perhitungan berat sapih domba ekor
gemuk terkoreksi dengan menggunakan umur rata-rata umur sapih
cempe. Rata-rata umur sapih domba ekor gemuk yang digunakan untuk
menghitung berat sapih domba ekor gemuk terkoreksi adalah 94,4 hari.
Hardjosubroto (1994) menyatakan standarisasi kearah 100 hari juga tidak
merupakan suatu keharusan. Penyesuaian umur dapat pula dilakukan
kearah rata-rata umur dari cempe pada saat disapih. Hal ini dilakukan bila
penyapihan cempe pada saat disapih jauh melebihi 100 hari maka perlu
adanya berat sapih terkoreksi.
Penyeragaman umur penimbangan dengan menggunakan FKUI.
Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa penyeragaman dengan FKUI
dilakukan karena umur induk sangat berpengaruh terhadap berat sapih
anaknya maka perlu adanya faktor penyesuaian terhadap umur induk
yang berupa Faktor Koreksi Umur Induk (FKUI). Sumadi (2014)
menyatakan umur induk berpengaruh pada produksi susu yang dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan nutrien anak, jika kebutuhan tercukupi maka
akan mempercepat pertumbuhan dan umur sapih pada ternak tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
standarisasi berat sapih domba ekor gemuk sebagai berikut.
Tabel 1.1. Hasil Perhitungan Standarisasi
No BS100 BSterkoreksi
1 7.53 7.35
2 6.77 6.44
3 6.13 5.93
4 6.00 5.83
5 5.23 5.03
6 7.90 7.66
7 6.18 5.99
8 7.80 7.53
9 6.70 6.51
10 5.65 5.42
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata berat sapih 100
adalah 6.59 kg dan berat sapih terkoreksi adalah sebesar 6.37 kg.
Perbedaan hasil perhitungan ini disebabkan karena pada perhitungan
dengan berat sapih 100 perkalian rumusnya dengan menggunakan 100,
sedangkan pada berat sapih domba ekor gemuk menggunakan umur
sapih rata-rata domba ekor gemuk. Rata-rata umur sapih domba ekor
gemuk yang digunakan dalam menghitung berat sapih terkoreksi adalah
94,4 hari. Sehingga diperoleh perhitungan berat sapih 100 lebih besar
dibandingkan dengan berat sapih domba ekor gemuk terkoreksi.
Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa standarisasi berat sapih pada
kambing ekor gemuk adalah 100 hari, artinya cempe diasumsikan
ditimbang pada umur yang seragam, yaitu pada umur 100 hari .
Berat sapih rata-rata domba ekor gemuk menurut Sumediana et al,
(2001) adalah 14.72 kg. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena
perbedaan pemeliharaannya serta mutu genetik yang berbeda. Sumadi
(2014) menyatakan bahwa faktor yang mempengarui berat sapih pada
domba ekor gemuk adalah faktor nutrisi yang sepenuhnya berasal dari air
susu induk. Hal ini berarti induk yang memiliki produki susu tinggi, maka
anaknya cenderung akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik, sehingga
akan berpengaruh terhadap berat sapih, produksi susu induk dipengarui
oleh umur dan pakan yang diberikan.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum standarisasi diperoleh rata-rata berat


sapih domba ekor genuk 100 kg adalah 6,59 kg, sedangkan berat sapih
terkoreksi adalah 6,37 kg. Faktor-faktor yang mempengarui berat sapih
adalah metode pemeliharaan dan mutu genetik.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, J. M. 1999. Pemuliaan Ternak, Pengembangan dan Usaha


Perbaikan Genetik Ternak Lokal. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Browning, R., B. Donelly, T. Payton and M. Byars. 2007. Preweaning body
weights of meat goat kids produced in a three-breed diallel managed
on southeastern pastures. IagER-Tennessee State University.
Nashville.
Dali, Sinaga. 2003. Tanggal julian di dalam komputer.
dali.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/150/4426-a.doc diakses
pada 4 september 2016 pukul 08.00 WIB
Hakim, L. 2000. Pendugaan korelasi genetik antara bobot lahir, bobot
sapih, dan bobot badan umur satu tahun pada domba ekor gemuk.
Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. Vol14.No. 1:50-56.
Hardjosubroto, Wartomo.1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di
Lapangan. Gramedia. Jakarta
Sulianta, Feri.2008. Komputer Forensik. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Sumadi., Muflikun. 2014. Estimasi korelasi genetik berat lahir dan berat
sapih pada domba ekor gemuk di UPT PT-HMT Garahan, Jember,
Jawa Timur. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Sumeidiana., S.Wuwuh., B. Sutiyono. 2001. Produktivitas induk domba
ekor gemuk dan domba ekor tipis berdasarkan total berat lahir, total
berat sapih, litter size daya hidup anak. Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro. Semarang
Warwick, E.J., J. M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1990. Ilmu Pemuliaan
Ternak. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN

NO Tanggal Berat jenis Tanggal Berat Umur Berat Beat lahir


lahir Lahir kelamin lahir sapih sapih sapih terkoreksi
100Kg
1 10 feb 2.81 J 15 mei 6.06 94 7.53 7.35
2 17 feb 2.62 J 27 mei 5.51 99 6.77 6.44
3 22 feb 2.06 B 25 mei 4.83 92 6.13 5.93
4 05 mar 2.41 J 19 jun 5.11 106 6.00 5.83
5 18 mar 2.1 B 16 jun 4.1 90 5.23 5.03
6 19 apr 3 J 17 jul 6.43 89 7.90 7.66
7 23 apr 2.21 B 28 jul 4.99 96 6.18 5.99
8 8 mei 2.53 J 10 aug 6.21 97 7.80 7.53
9 14 mei 2.77 J 20 aug 5.45 98 6.70 6.51
10 24 mei 1.96 B 18 aug 4.29 86 5.65 5.42
𝐵𝑆−𝐵𝐿
Rumus:𝐵𝑆100= ( 𝑈𝑚𝑢𝑟 × 100 + 𝐵𝐿) . 𝐹𝐾𝑈𝐼
𝐵𝑆 − 𝐵𝐿
𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( × 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑠𝑎𝑝𝑖ℎ + 𝐵𝐿) . 𝐹𝐾𝑈𝐼
𝑈𝑚𝑢𝑟
Keterangan:
BS: berat sapih
BL:berat lahir
FKUI: faktor koreksi umur induk

6.06−2.81
1. 𝐵𝑆100= ( 94
× 100 + 2.81) . 1.21 = 7.53
6.06−2.81
2. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 94
× 94.4 + 2.81) . 1.21 = 7.53
5.51−2.62
3. 𝐵𝑆100= ( 99
× 100 + 2.62) . 1.21 = 6.77
5.51−2.62
4. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 99
× 94.4 + 2.62) . 1.21 = 6.44
4.83−2.06
5. 𝐵𝑆100= ( 92
× 100 + 2.06) . 1.21 = 6.13
4.83−2.06
6. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 92
× 94.4 + 2.06) . 1.21 = 5.93
5.11−2.41
7. 𝐵𝑆100= ( 106
× 100 + 2.41) . 1.21= 6
5.11−2.41
8. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 106
× 94.4 + 2.41) . 1.21= 5.83
4.1−2.1
9. 𝐵𝑆100= ( 90
× 100 + 2.1) . 1.21= 5.23
4.1−2.1
10. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 90
× 100 + 2.1) . 1.21=5.03
6.41−3
11. 𝐵𝑆100= ( 89
× 100 + 3) . 1.21=7.90
6.41−3
12. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 89
× 94.4 + 3) . 1.21=7.66
5.09−2.21
13. 𝐵𝑆100= ( 96
× 100 + 2.21) . 1.21=6.18
5.09−2.21
14. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 96
× 94.4 + 2.21) . 1.21 = 5.99
6.21−2.53
15. 𝐵𝑆100= ( 94
× 100 + 2.53) . 1.21=7.80
6.21−2.53
16. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 94
× 94.4 + 2.53) . 1.21 = 7.53
5.45−2.77
17. 𝐵𝑆100= ( 98
× 100 + 2.77) . 1.21 =6.70
5.45−2.77
18. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 98
× 94.4 + 2.77) . 1.21 =6.51
4.29−1.96
19. 𝐵𝑆100= ( 86
× 100 + 1.96) . 1.21 =5.65
4.29−1.96
20. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 86
× 94.4 + 1.96) . 1.21 = 5.42

Anda mungkin juga menyukai