Disusun oleh
Kelompok V
Wahyu Wijayanti PT/06479
Ridho Dimas P PT/06630
Maya Elvira C PT/06637
Gesit Pamungkas PT/06647
Sri Idayati PT/06687
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum standarisasi adalah
kalkulator scientific dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum standarisasi
adalah data yang sudah dipersiapkan data tanggal kelahiran, tanggal
penyapihan, berat lahir, kalender julian date dan berat sapih pada domba
ekor gemuk.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah dengan
mengerjakan soal-soal pada ternak domba ekor gemuk yang telah
disusun oleh asisten berdasarkan literatur yang digunakan. Perhitungan
dilakukan dengan menghitung 𝐵𝑆100 dan 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖. Rumus perhitungannya
adalah sebagai berikut.
𝐵𝑆−𝐵𝐿
𝐵𝑆100 = ( 𝑢𝑚𝑢𝑟 × 100 + 𝐵𝐿). FKUI
Sedangkan,
𝐵𝑆−𝐵𝐿
𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = ( 𝑢𝑚𝑢𝑟 × 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑠𝑎𝑝𝑖ℎ + 𝐵𝐿). FKUI
Keterangan:
BS: Berat Sapih
BL: Berat Lahir
FKUI: Faktor Koreksi Umur Induk
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan berat sapih 100 (BS100) dan berat sapih terkoreksi
(BSterkoreksi). Standarisasi berat sapih domba ekor gemuk adalah 100 hari,
artinya domba ekor gemuk diasumsikan ditimbang pada umur yang
seragam, yaitu pada umur 100 hari. Perhitungan berat sapih domba ekor
gemuk terkoreksi dengan menggunakan umur rata-rata umur sapih
cempe. Rata-rata umur sapih domba ekor gemuk yang digunakan untuk
menghitung berat sapih domba ekor gemuk terkoreksi adalah 94,4 hari.
Hardjosubroto (1994) menyatakan standarisasi kearah 100 hari juga tidak
merupakan suatu keharusan. Penyesuaian umur dapat pula dilakukan
kearah rata-rata umur dari cempe pada saat disapih. Hal ini dilakukan bila
penyapihan cempe pada saat disapih jauh melebihi 100 hari maka perlu
adanya berat sapih terkoreksi.
Penyeragaman umur penimbangan dengan menggunakan FKUI.
Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa penyeragaman dengan FKUI
dilakukan karena umur induk sangat berpengaruh terhadap berat sapih
anaknya maka perlu adanya faktor penyesuaian terhadap umur induk
yang berupa Faktor Koreksi Umur Induk (FKUI). Sumadi (2014)
menyatakan umur induk berpengaruh pada produksi susu yang dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan nutrien anak, jika kebutuhan tercukupi maka
akan mempercepat pertumbuhan dan umur sapih pada ternak tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
standarisasi berat sapih domba ekor gemuk sebagai berikut.
Tabel 1.1. Hasil Perhitungan Standarisasi
No BS100 BSterkoreksi
1 7.53 7.35
2 6.77 6.44
3 6.13 5.93
4 6.00 5.83
5 5.23 5.03
6 7.90 7.66
7 6.18 5.99
8 7.80 7.53
9 6.70 6.51
10 5.65 5.42
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata berat sapih 100
adalah 6.59 kg dan berat sapih terkoreksi adalah sebesar 6.37 kg.
Perbedaan hasil perhitungan ini disebabkan karena pada perhitungan
dengan berat sapih 100 perkalian rumusnya dengan menggunakan 100,
sedangkan pada berat sapih domba ekor gemuk menggunakan umur
sapih rata-rata domba ekor gemuk. Rata-rata umur sapih domba ekor
gemuk yang digunakan dalam menghitung berat sapih terkoreksi adalah
94,4 hari. Sehingga diperoleh perhitungan berat sapih 100 lebih besar
dibandingkan dengan berat sapih domba ekor gemuk terkoreksi.
Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa standarisasi berat sapih pada
kambing ekor gemuk adalah 100 hari, artinya cempe diasumsikan
ditimbang pada umur yang seragam, yaitu pada umur 100 hari .
Berat sapih rata-rata domba ekor gemuk menurut Sumediana et al,
(2001) adalah 14.72 kg. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena
perbedaan pemeliharaannya serta mutu genetik yang berbeda. Sumadi
(2014) menyatakan bahwa faktor yang mempengarui berat sapih pada
domba ekor gemuk adalah faktor nutrisi yang sepenuhnya berasal dari air
susu induk. Hal ini berarti induk yang memiliki produki susu tinggi, maka
anaknya cenderung akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik, sehingga
akan berpengaruh terhadap berat sapih, produksi susu induk dipengarui
oleh umur dan pakan yang diberikan.
BAB IV
KESIMPULAN
6.06−2.81
1. 𝐵𝑆100= ( 94
× 100 + 2.81) . 1.21 = 7.53
6.06−2.81
2. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 94
× 94.4 + 2.81) . 1.21 = 7.53
5.51−2.62
3. 𝐵𝑆100= ( 99
× 100 + 2.62) . 1.21 = 6.77
5.51−2.62
4. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 99
× 94.4 + 2.62) . 1.21 = 6.44
4.83−2.06
5. 𝐵𝑆100= ( 92
× 100 + 2.06) . 1.21 = 6.13
4.83−2.06
6. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 92
× 94.4 + 2.06) . 1.21 = 5.93
5.11−2.41
7. 𝐵𝑆100= ( 106
× 100 + 2.41) . 1.21= 6
5.11−2.41
8. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 106
× 94.4 + 2.41) . 1.21= 5.83
4.1−2.1
9. 𝐵𝑆100= ( 90
× 100 + 2.1) . 1.21= 5.23
4.1−2.1
10. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 90
× 100 + 2.1) . 1.21=5.03
6.41−3
11. 𝐵𝑆100= ( 89
× 100 + 3) . 1.21=7.90
6.41−3
12. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 89
× 94.4 + 3) . 1.21=7.66
5.09−2.21
13. 𝐵𝑆100= ( 96
× 100 + 2.21) . 1.21=6.18
5.09−2.21
14. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 96
× 94.4 + 2.21) . 1.21 = 5.99
6.21−2.53
15. 𝐵𝑆100= ( 94
× 100 + 2.53) . 1.21=7.80
6.21−2.53
16. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 94
× 94.4 + 2.53) . 1.21 = 7.53
5.45−2.77
17. 𝐵𝑆100= ( 98
× 100 + 2.77) . 1.21 =6.70
5.45−2.77
18. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 98
× 94.4 + 2.77) . 1.21 =6.51
4.29−1.96
19. 𝐵𝑆100= ( 86
× 100 + 1.96) . 1.21 =5.65
4.29−1.96
20. 𝐵𝑆𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖= ( 86
× 94.4 + 1.96) . 1.21 = 5.42