Disusun oleh:
Kelompok XXII
Yananto Aryo Wicaksono PT/ 07387
Dimas Fikar Ramadhan PT/ 07415
Iyan Setiyani PT/ 07433
Kristiawan Febrianto PT/
Luthfiya Ainun Sutama PT/ 07838
Rina Puji Lestari PT/ 07853
TINJAUAN PUSTAKA
Standarisasi adalah metode penggabungkan angka rata-rata
kategori spesifik ke dalam nilai kesimpulan tunggal. Standarisasi
merupakan proses penakaran dari angka rata-rata dari dua atau lebih
kategori dengan susunan spesifik dari populasi yang menjadi takaran atau
perbandingan. Standarisasi perlu dilakukan untuk penyeragaman data,
sehingga memudahkan didalam pengolahan data tersebut. Tujuan dari
standarisasi antara lain membuat data yang semula heterogen menjadi data
yang homogen (seragam), memudahkan ketika mengolah data, serta
mengurangi hambatan pada saat pengolahan data. Rothman, (2002)
menyatakan bahwa standarisasi berperan penting dalam pengolahan data.
Manfaat standarisasi yaitu mampu meminimalisir waktu pengolahan data,
karena data yang akan diolah tersebut sudah mengalami homogenisasi
(penyeragaman) sehingga mudah untuk diolah. Standarisasi juga dapat
meningkatkan tingkat keakuratan suatu data
Sifat fenotip keturunannya pada suatu populasi dapat digunakan
sebagai parameter penilaian mutu genetik ternak yang dinyatakan sebagai
nilai pemuliaan (breeding value), dan merupakan suatu ukuran potensi
genetik ternak (Noor, 2000). Keragaman fenotip secara proporsional
dikontrol oleh gen yang memungkinkan terjadinya penurunan sifat (fenotip)
dari tetuanya atau yang biasa dikenal dengan heritabilitas. Nilai heritabilitas
dapat diketahui dengan memerlukan estimasi yang menurut Noor (2000),
didasarkan pada prinsip bahwa ternak yang masih memiliki hubungan
kekerabatan akan memiliki performa yang lebih mirip.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum standarisasi adalah buku
kerja, tabel julian date, alat tulis dan kalkulator sientific.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum standarisasi adalah
data tanggal kelahiran, tanggal penyapihan, serta berat lahir dan berat
sapih kambing Boerka
Metode
(FKTK)
Keterangan:
BS100 = Berat sapih terkoreksi pada umur 100 hari
BS = Berat umur sapih
BL = Berat lahir
Umur = Umur pada saat penyapihan dinyatakan dalam hari
FKUI = Faktor koreksi umur induk
FKJK = Faktor koreksi jenis kelamin
FKTK = Faktor koreksi tipe kelahiran
Penghitungan dilakukan menggunakan kalkulator dan dengan
bantuan tabel julian date. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat pada buku
kerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan yang dilakukan pada saat praktikum yaitu dengan
mengukur data produksi kambing yaitu berat sapih, akan dipakai sebagai
salah satu kriteria seleksi. Menghitung umur sapih berdasarkan Julian Date.
Data berat sapih selama 100 hari dan berat sapih terkoreksi kemudian
dihitung. Rumus yang digunakan yaitu:
𝐵𝑆−𝐵𝐿
Berat Sapih pada umur 100 hari = (𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑆𝑎𝑝𝑖ℎ 𝑥 100 + 𝐵𝐿) 𝐹𝐾𝑈𝐼
𝐵𝑆−𝐵𝐿
Berat Sapih pada umur terkoreksi = (𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑆𝑎𝑝𝑖ℎ 𝑥 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑚𝑢𝑟 +
𝐵𝐿) 𝐹𝐾𝑈𝐼