Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA

TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH PETERNAKAN DASAR

PEMBUATAN BIOGAS

Disusun oleh :
Kelompok XII

Rio Topaz Satriawan (PT/07371)


Dinda Ardhenareshwari (PT/07340)
Sandhi Yudha Ulsi Putra (PT/07375)
Isma Nur Muharimah (PT/07506)
Zidna Ilma Salsabila (PT/07545)
Asisten : Muhammad Irfan Hafidh

LABORATORIUM TEKNOLOGI KULIT HASIL IKUTAN DAN LIMBAH PETERNAKAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum biogas bertujuan untuk mengetahui alur proses
pembuatan biogas khususnya dari limbah peternakan. Praktikum biogas
juga bertujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan biogas.
Selain itu praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang
mempengaruhi pembuatan biogas dan produksi biogas terutama dari
limbah peternakan.

MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam pembuatan biogas antara lain
digester, thermometer, pengaduk, corong, selang bening, lilin malam,
selotip, penggaris, botol penampung, ember, cangkul, timbangan, gerobak
dorong, dan karet ban.
Bahan. Bahan yang digunakan antara lain feses sapi potong, air
dan lem bakar.

Metode
Feses sapi yang masih segar diambil dengan sekop dan gerobak
dorong dari kandang. Feses sapi ditimbang sebanyak 6 kilogram lalu
dicampur dengan air sebanyak 6 liter dan diaduk dengan pengaduk
hingga homogen. Digester dipersiapkan, campuran air dan feses
dimasukkan kedalam digester. Digester ditutup rapat dan dilem setiap
pinggiran penutup san lubang dekat selang selang. Digester dipastikan
kebocorannya dengan air detergent atau sabun, Apabila digester
dipastikan tidak mengalami kebocoran maka dijung selang dipasang
plastik untuk tempat gas. Setiap pinggiran dari penutup digester diberi
karet dari ban. Setiap hari diamati perkembangannya meliputi jumlah gas
yang dihasilkan dan temperaturnya.
PEMBAHASAN
Biogas merupakan gas mudah terbakar yang dihasilkan oleh
aktivitas mikrobia dalam proses anaerob atau fermentasi dari bahan-
bahan organik. Kandungan utama dalam biogas yaitu campuran gas
methan, Nox, N2,dan CO2 sebagai hasil perombakan limbah organik
secara anaerob di dalam digester. Iriani et al. (2017) menyataakan bahwa
biogas merupakan produksi hasil fermentasi anaerob satu tahap di dalam
satu digester menggunakan bahan organik seperti kotoran sapi.
Pembentukan biogas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu hidrolisa
enzimatik, pembentukan asam-asam organik, dan pembentukan metan.
Hidrolisa enzimatik yaitu mengubah senyawa organik (polimer organik)
dalam feses menjadi monomer yang mudah latur dalam air oleh bakteri
hidrolitik. Bakteri pembentuk asam akan menguraikan monomer terlarut
menjadi asam organik terutama asam assetat, asam proprionat, asam
butirat, H2, CO2 dan alkohol. Asam asetat, H 2 dan CO2 kemudian diubah
ileh bakteri metanogenik menjadi gas metan, selain itu mengatur dan
menutralkan pH Slurry. Megawati dan Aji (2015) menyatakan bahwa
tahapan pembentukan biogas meliputi hidrolisis, asidogenesis,
asetogenesis, dan metanogenesis. Langkah pertama dalam pembentukan
biogas yaitu hidrolisis. Bahan organik (polimer) didekomposisi menjadi unit
yang lebih kecil (mono dan oligo). Polimer seperti karbohidrat, lipid, asam
nukleat, dan protein diubah menjadi glukosa, gliserol, purin, dan pirimidin.
Mikroorganisme hidrolitik akan mensekresika enzim hidrolitik, mengubah
polimer menjadi senyawa sederhana berdasarkan persamaan seperti :

Lipid Asam lemak, gliserol

Polisakarida Monosakarida
Proses hidrolisis membutuhkan mediasi exo-enzim yang diekskresi
oleh bakteri fermentatif. Produk yang dihasulkan dari proses hidrolisis
akan diuraikan oleh mikroorganisme yang terlibat dan digunakan untuk
proses metabolisme mereka sendiri. Proses penguraian anaerobik sangat
lambat dan terbatas dalam penguraian limbah selulolitik yang
mengandung lignin. Bakteri pengurai asam menguraikan senyawa glukosa
pada proses ini dengan reaksi :
C6H12O6 + 2H2O → 2CH3COOH + 2CO2 + 4H2 (Asam asetat)
C6H12O6 → CH3CH2CH2COOH + 2CO2 + 2H2 (Asam butirat)
C6H12O6 + 2H2 → 2CH3CH2COOH + 2H2O (Asam propionat)
Produk hidrolisis dikonversi oleh bakteri asidogenik menjadi
substrat metanogen selama proses asidogenesis. Gula sederhana, asam
amino, dan asam lemak terdegredasi menjadi asetat,karbondioksida dan
hidrogen (70%) serta menjadi Volatile Fatty Acid (VFA) dan alkohol (30%).
Proses metanogenesis, produk asidogenesis yang tidak dapat diubah
secara langsung menjadi metana oleh bakteri metanogen akan diubah
menjadi substrat metanogen. VFA dan alkohol dioksidasi menjadi substrat
metanogen seperti asetat, hidrogen meningkat tekanan parsial hidrogen,
hal ini dianggap sebagai produk limbah dari proses asetogenesis dan
menghambat metabolisme bakteri asetogenik.
Tahap selanjutnya yaitu metanogenesis, selama prosess ini
hidrogen akan diubah menjadi metana. Produk metana dan
karbondioksida dari produk dilakukan oleh bakteri metanogen, 70% dari
metana yang terbentuk berasal dari asetat, sedangkan 30% sisanya
dihasilkan dari konversi hidrogen (H) dan karbondioksida (CO 2), reaksi
sebagai berikut :
CH3COOH + CO2 → CO2 + CH4 (70%)
4H2 + CO2 → 2H2O + CH4 (30%)
Metanogenesis merupakan langkah penting dalam seluruh proses
pencernaan aerobik, karena metanogenesis merupakan reaksi biokimia
paling lambat dalam proses. Proses metanogenesis sangat dipengaruhi
oleh kondisi operasi. Faktor yang mempengaruhi yaitu komposisi bahan
baku, temperatur, dan nilai pH.
Pengamatan Biogas
350

300

250

200

150

100

50

0
1 2 3

volume gas
Gambar 1. Grafik pengamatan biogas
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa jumlah volume biogas tidak stabil sejak hari pertama hingga
pengecekan hari ketiga. Volume gas yang diperoleh adalah sebesar 300
ml dan 200 ml. Pada hari pertama terlihat tidak adanya gas yang
terbentuk, sedangkan pada hari kedua dan ketiga mulai terlihat gas yang
dihasilkan. Gas yang dihasilkan oleh biogas antara lain gas metana, No x,
H2, dan CO2. Gas yang dihasilkan dari biogas tersebut merupakan gas
metana (CH4) yang terbentuk dari proses metanogenesis. Hamidi et al.
(2011) menyatakan bahwa adapun unsur-unsur yang terkandung dalam
biogas yaitu gas metana (CH4), gas karbon dioksida (CO2), gas oksigen
(O2), gas hidrogen sulfida (H 2S), gas hidrogen (H2), dan gas karbon
monoksida (CO). Dari semua unsur tersebut yang berperan dalam
menentukan kualitas biogas yaitu gas metana (CH 4) dan gas karbon
dioksida (CO2). Bila kadar CH4 tinggi maka biogas tersebut akan memiliki
nilai kalor yang tinggi. Sebaliknya jika kadar CO 2 yang tinggi maka akan
mengakibatkan nilai kalor biogas tersebut rendah. Maka dari itu untuk
meningkatkan nilai kalor biogas maka kadar gas CO2 harus rendah.
Pengujian adanya kandungan gas metana yang terdapat pada gas
yang dihasilkan dari biogas dapat dilakukan dengan melihat adanya nyala
api yang biru ketika gas tersebut didekatkan dengan api. Gas metana
dapat terlihat ketika munculnya nyala api biru menandakan bahwa gas
metana inilah yang nantinya dimanfaatkan dari proses biogas. Pratiwi
(2017) menyatakan bahwa uji nyala api yang telah dilakukan didapatkan
hasil bahwa nyala api sebagian berwarna biru ketika ditempelkan pada
nyala api lilin, sudah seperti seharusnya nyala api biogas yang memiliki
kandungan gas metana berwarna biru. Seharusnya biogas berwarna biru
sepenuhnya, namun kemungkinan perubahan warna api menjadi sedikit
merah dapat disebabkan oleh adanya sedikit kadar gas CO 2 yang masih
terkandung sebagai impuritas dalam biogas yang dihasilkan.
Suhu yang diperoleh pada saat praktikum adalah 26°C dan 26,5°C.
Suhu yang baik pada biogas adalah 37°C, apabila diatas 37°C maka
bakteri akan dorman tetapi tetap hidup. Apabila bakteri dorman, maka
bakteri tidak dapat menghasilkan gas metana. Dharma dan Bustomi
(2017) menyatakan bahwa temperatur akan menpengaruhi kerja bakteri
anaerobik, yaitu kisaran temperatur mesofilik 25°C hingga 40°C, dimana
suhu optimum adalah 35°C.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan biogas
adalah kadar karbon dan nitrogen dalam bahan, kandungan air, derajat
keasaman, temperatur pencerna, dan pengadukan. Sanjaya et al., (2015)
menyatakan bahwa factor yang mempengaruhi pembuatan biogas antara
lain rasio C/N, unsur karbon digunakan untuk energi dan unsur nitrogen
digunakan untuk membangun struktural sel dari pada bakteri. Selanjutnya
yaitu jumlah air, jumlah air yang dibutuhkan dalam pembentukan biogas
tidak sama tergantung dari bahan-bahan yang digunakan, kira-kira total
solidnya 7 – 9% dari campuran. Faktor lain yaitu pH yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan aktifitas bakteri. Temperatur mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan reaksi dalam pembentukan
biogas. Pengadukan berfungsi untuk mencegah lapisan kerak agar tidak
terbentuk, namun pemasangan alat pengaduk harus tetap
mempertimbangkan kondisi anaerob agar tidak mempengaruhi jalannya
proses fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, U. S., dan H. Bustomi. 2017. Pengaruh temperatur digester
sistem kontinyu terhadap produksi biogas berbahan baku blotong.
Jurnal TURBO. 6(2) : 218-225.
Hamidi, N. I., Wardana, dan D. Widhiyanuriyawan. 2011. Peningkatan
kualitas bahan bakar biogas melalui proses pemurnian dengan
zeolite alam. Jurnal Rekayasa Mesin. 2(3) : 227-231.
Iriani, P., Y. Suprianti, dan F. Yulistiani. 2017. Fermentasi anaerobik
biogas dua tahap dengan aklimatisasi dan pengkondisian pH
fermentasi. Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan. 1 (1) : 1 – 10.
Megawati dan K. W. Aji. 2015. Pengaruh penambahan em4 pada
pembuatan biogas dari enceng gondok dan rumen sapi. JBAT. 4 (2)
: 42 – 49.
Pratiwi, A. A. 2017. Pengaruh Variasi Pengadukan Terhadap Volume
Biogas dari Kotoran Sapi dengan Penambahan Bonggol Pisang.
Skripsi Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Sanjaya, D., A. Haryanto., Tamrin. 2015. Produksi biogas dari campuran
kotoran sapi dengan kotoran ayam. Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Jurnal Teknik Pertanian Lampung 4(2):127-136

Anda mungkin juga menyukai