Anda di halaman 1dari 11

PENGOLAHAN LIMBAH GAS KELAPA SAWIT

PRAKTIKUM V
(Praktikum Mata Kuliah Produksi Bersih)

Disusun oleh:
Dani Muhriza 1902301009
Dheanita Ananda 1902301011

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek cerah. Hal
tersebut dikarenakan oleh selain kelapa sawit tumbuh dengan baik di daerah beriklim
tropis juga disebabkan oleh konsumsi minyak sawit dunia yang terus meningkat. Data
Oil World menunjukkan bahwa pada tahun 2003-2007 konsumsi minyak sawit
mencapai 21,5% dari konsumsi minyak nabati dunia. Oil World memprediksi pada
tahun 2007-2012 konsumsi minyak sawit dunia mencapai 22,5% dari konsumsi minyak
nabati dunia atau sebesar 132.234.000 ton dengan total produksi mencapai 108.512.000
ton.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek cerah.
Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung
dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak
sawit limbah dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari proses produksi. Tujuan dari
penulisan artikel ilmiah ini adalah memperkenalkan teknologi penanganan dan
pemanfaatan limbah industri kelapa sawit. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
observasi langsung dan wawancara pada perusahaan kelapa sawit. Limbah padat yang
dihasilkan dari proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit yaitu
tandan kosong kelapa sawit (TKKS), serabut (fiber), dan cangkang/tempurung (shell).
Pemanfaatan limbah padat dari pengolahan kelapa sawit dapat dilakukan berdasarkan
nilai energi panas (calorific value). Cangkang dan serat (fibre) dimanfaatkan sebagian
besar atau seluruhnya sebagai bahan bakar boiler. Cangkang juga dapat digunakan
sebagai pengeras jalan.
TKKS yang juga memiliki nilai energi panas cukup tinggi saat ini banyak
dimanfaatkan sebagai mulsa (penututp tanah) dan sebagai pupuk bagi tanaman kelapa
sawit. Alternatif lain pemanfaatan limbah padat kelapa sawit yang paling sederhana
untuk Indonesia adalah menjadikannya briket, biogas, bahan baku pulp kertas, dan
bahan baku silase. Limbah cair dari proses pengolahan dirombak secara anaerobik
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Alternatif lain pemanfaatan limbah cair
adalah sebagai biogas dari gas metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil
perombakan limbah secara anaerobik. Penanganan limbah gas yang dilakukan dengan
membuat cerobong asap yang ttinggi dari permukaan tanah.
Limbah gas yang dihasilkan industri kelapa sawit dapat berupa gas hasil
pembakaran serat dan cangkang untuk pembangkit energi serta gas metan dan CO 2
yang dihasilkan oleh kolam-kolam pengolahan limbah cair. Limbah gas ini akan
menyebabkan meningkatnya kadar CO 2 dan mengakibatkan polusi udara dengan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. (Febriyan, 2016)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mahasiswa mampu mengolahan limbah gas industri
kelapa sawit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan dari proses degradasi zat-zat organik
yang terkandung di dalam air limbah hasil proses ektraksi tandan kosong menjadi
minyak kelapa sawit. Proses degradasi yang terjadi dalam kondisi anaerobik ini, dapat
dibagi menjadi beberapa fase, yaitu hidrolisis, asetogenesis, dan metanogenesis. Pada
tahap hidrolisis terjadi dekomposisi bahan biomassa kompleks menjadi glukosa
sederhana memakai enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai katalis.
(Febijanto, 2010)
Hasil penting tahap pertama ini adalah bahwa biomassa menjadi dapat larut ke
dalam air dan mempunyai bentuk kimia lebih sederhan yang lebih sesuai untuk tahap
berikutnya. Di langkah kedua terjadi dehidrogenasi (pengambilan atom hidrogen dari
bahan biomassa) yaitu perubahan glukosa jadi asam asetat, karboksilasi (pengambilan
grup karboksil) asam amino, memecah asam lemak ranti panjang jadi asam ranti
pendek dan menghasilkan asam asetat sebagai produk akhir. Tahap ketiga adalah
pembentukan biogas dari asam asetat lewat fermentasi oleh bakter metanogenik. Salah
satu bakteri metanogenik yang banyak didapat di lumpur adalah methanobachillus
omelianskii. Metabolisme anaerobik selulosa melibatkan reaksi komplek dan prosesnya
lebih sulit daripada reaksi anaerobik bahan-bahan organik lain seperti karbohidrat,
protein dan lemak.
Biogas memiliki berat kurang lebih 20% lebih ringan dibandingkan udara dan
bersuhu pembakaran antara 650 sampai 750oC. Biogas tidak berbatu dan berwarna, dan
apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor
gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran 60% pada konvensional
kompor biogas. (Febijanto, 2010)

2.2 Limbah Gas Pabrik Kelapa Sawit


Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan
limbah bahan gas. Limbah bahan gas yaitu limbah udara yang berasal dari pembakaran
generating setdan pembakaran tandan kosong dan cangkang sawit di incenerator. Gas
buang inidibuang ke udara terbuka.Umumnya limbah debu dan abu pembakaran tandan
kosong dan cangkang sawit sebelum dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan
pemasangan dust collector, untuk menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran,
kemudian dialirkan melalui cerobong asap dari permukaan tanah. (Anonim1)
Limbah industri pertanian khusunya industri kelapa sawit sebagian kecil
dimanfaatkan untuk bahan bakar, pakan ternak, dll dan sebagian besar lagi dibiarkan
saja tanpa ada pengolahan lebih lanjut, untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan
maka limbah industri kelapa sawit dapat diolah. Analisa kimia terhadap limbah industri
kelapa sawit menujukkan bahwa adanya kandungan bahan organik yang tinggi.
Kandungan bahan organik tersebut merupakan bahan baku potensial untuk diolah
menjadiproduksi bahan-bahan yang menguntungkan atau mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi. (Anonim1)
BAB III
METODE
3.1.Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis , 15 Oktober 2020 pukul 15:00 WITA –
selesai bertempat di Rumah dengan menerapkan protokol kesehatan. Jurusan Teknologi
Industri Pertanian Program Studi Agroindustri Politeknik Negeri Tanah Laut.
3.2. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah handphone dan laptop.

3.3 Prosedur kerja

1. Dilakukan identifikasi pengolahan pada limbah sawit.


BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Adapun hasil praktikum pengolahan limbah sawit dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan
No Limbah Hasil
1 Biogas / Bioenergi Gas LPG / Pembangkit Listrik
Pemanfaatan gas metana di kolam limbah baik itu
sebagai energi atau pun dibakar saja, dapat
2 Gas Metana
dimasukkan sebagai usaha untuk mengurangi efek
GRK.

4.2 Pembahasan

Bioenergi adalah energi yang dihasilkan dari lingkungan biologis. Lingkungan


biologis yang dimaksud termasuk biomassa dan produk-produk hasil proses
metabolismenya. Pada prosesnya, bioenergi terbagi menjadi dua proses utama yaitu
proses Anabolisme dan Katabolisme. Anabolisme merupakan proses pembentukan
senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, seperti proses pembentukan biomassa.
Sedangkan Katabolisme adalah proses sebaliknya, yaitu memecah rantai senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana. Pada proses Katabolisme inilah energi
dihasilkan. (Anonim2, 2019)
Proses Katabolisme dapat terjadi melalui proses kimia dan fisika untuk memecah
senyawa kompleks dari biomassa. Terdapat berbagai jenis senyawa yang dihasilkan,
baik dalam bentuk cair atau dalam bentuk gas. Senyawa cair dapat dikategorikan
sebagai biofuel seperti biodiesel dan bioethanol. Sedangkan senyawa yang berupa gas
biasa disebut biogas, umumnya berupa gas metana dan synthetic gas. Biofuel dan
biogas ini adalah bentuk bioenergi yang kemudian dapat dikonversi lagi menjadi energi
lain seperti energi listrik. (mesinsawit, 2016)
Terdapat tujuh indikator agar produksi biogas limbah sawit dapat berhasil.
Indikator pertama adalah suhu. Parameter keberhasilan pemuatan biogas adalah suhu.
Sehingga penggunaan suhu yang konstan menjadi kunci agar laju konversi tetap terjaga
dan tidak terjadi penurunan. Perlu diketahui, penggunaan suhu termofilik akan berguna
untuk menghasilkan gas dalam jumlah yang optimal. Indikator kedua adalah laju
pembebanan. Pada indikator ini memerlukan dua hal yang perlu dijaga. Yaitu, jumlah
dari substrat yang digunakan serta bobot padatan volatil. Indikator ketiga adalah antara
karbon dan nitrogen harus ada keseimbangan. Sehingga perlu memperhatikan
perbandingan penggunaan karbon dan nitrogen dengan tepat. Untuk menghasilkan
biogas yang optimal, maka dapat memilih perbandingan Karbon:Nitrogen = 30:1 atau
Karbon:Nitrogen = 50:1.
Indikator keempat adalah substrat. Terdiri dari empat substrat dalam pembuatan
biogas. Yaitu, karbohidrta, protein, fosfor, serta lemak. Substrat etrsebut harus
dikondisikan untuk fermentasi anaerob. Indikator kelima adalah inhibitor. Pabrik
pengolahan limbah dari kelapa sawit harus memastikan ini saat membuat biogas. Tidak
adanya inhibitor yang akan menghambat produksi biogas dari limbah kelapa sawit.
Inhibitor yang dimaksud adalah logam alkali tanah, logam terlarut, sulfida, serta
antibiotik.
Indikator keenam adalah pH. Dalam proses pembuatan biogas dengan bahan dari
limbah cair kelapa sawit, diusahakan tetap berada pada rentang pH 7,0 sampai dengan
pH 7,2. Rentang pH normal akan membuat bakteri anaerob dapat bekerja secara
optimal dalam produksi biogas. Indikator ketujuh adalah waktu retensi. Waktu retensi
ini dihitung berdasarkan rumus. Rumus perhitungan yaitu, Waktu Retensi = Kapasitas
Total Digester/Laju Bahan Organik Dalam Digester. Ketujuh indikator tersebut tidak
dapat terlepas dalam produksi biogas . Jika ada yang dilupakan, maka pembuatan
biogas tidak akan berhasil. Sehingga pekerja pabrik yang menangani pengolahan
limbah dan biogas perlu memahami proses pembuatan atau produksinya secara cermat.
(mesinsawit, 2016)
Fase yang penting dalam pembentukan gas metana adalah fase metanogenesis,
pada fase ini bakteria acetoclastic methanogenicmengkonversi senyawa alkohol, asetat,
hidrogen (H2) dan karbodioksida (CO2) menjadi mentana (CH4). Pada umumnya
biogas terdiri atas gas metana (CH4) 50% sampai 70%, gas karbon dioksida (CO2)
30% sampai 40%. Hidrogen (H2) 5% sampai 10 % dan gas-gas lainnya dalam jumlah
yang sedikit.
Buangan gas metana dari air limbah olahan kelapa sawit ternyata sangat
siginifikan berdampak pada perubahan iklim dibandingkan dengan pembukaan lahan,
kebakaran hutan dan pengeringan lahan gambut. Hal ini terungkap dari sebuah studi
yang dimuat dalam jurnal ilmiah Nature Climate Change baru-baru ini.
Penelitian yang dipimpin oleh Philip G. Taylor dari Universitas Colorado
menemukan bahwa emisi gas metana dalam setahun dari limbah pengolahan kelapa
sawit setara dengan 115 juta ton karbon dioksida di Malaysia dan Indonesia saja, atau
sekitar 15% dari total emisi dari penegringan lahan gambut dan alihfungsi lahan di
kedua negara tersebut. (Wihardandi, 2014)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa limbah
kelapa sawit yang berupa gas dapat menjadi biogas dan gas metana dimana sangat
bermanfaat untuk kompor gas dan pembangkit listrik.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan lebih teliti dan memperbanyak
referensi agar dapat menambah pengetahuan dalam membuat laporan.
.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. (t.thn.). Limbah Kelapa Sawit, 5 - 7.

Anonim2. (2019, November 6). Dipetik November 21, 2020, dari Coaction Indonesia:
https://coaction.id/sekilas-tentang-bioenergi-proses-produksi-biogas-dari-palm-oil-mill-
effluent-pome/

Febijanto. (2010). PEMANFAATAN POTENSI GAS METANA DI PABRIK KELAPA SAWIT, 462 - 463.

Febriyan. (2016). Makalah tentang Penerapan Bersih Limbah Sawit, 9-11.

mesinsawit. (2016, Mei 27). Dipetik Oktober 21, 2020, dari Mesin PKS:
https://www.mesinpks.com/cara-membuat-biogas-dari-limbah-kelapa-sawit/

Wihardandi, A. (2014, Februari 28). Dipetik Oktober 21, 2020, dari Monagay:
https://www.mongabay.co.id/2014/02/28/penelitian-emisi-metana-air-limbah-kelapa-sawit-
beri-dampak-perubahan-iklim/

Anda mungkin juga menyukai