Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PROPOSAL

PENGELOLAAN LIMBAH SAWIT UNTUK


PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK BIOGAS

Disusun Oleh:

Nama : YO,EL DESTAL KA ROMA RL

NPM : 20.403020.63

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa Sawit Merupakan Tanaman Tropis Yang Umumnya ditanam untuk
produksi minyak kelapa sawit. Indonesia adalah produsen utama minyak kelapa sawit di
Indonesia,Menurut Data resmi Kementrian Perindustrian Indonesia,Produksi minyak
mentah (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia Pada Tahun 2020 Mencapai 47,8 juta ton.
Produksi ini berkontribusi secara signifikan terhadap pasokan global minyak kelapa
sawit.Namum Perlu dicatat bahwa angka produksi dapat bervariasi dari tahun ketahun
karena berbagai factor,Termasuk cuaca,Harga Komoditas,dan kebijakan Industri.Proses
produksi minyak kelapa sawit menghasilkan limbah organic yang signifikan, seperti
tandan kosong,serat kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit. Limbah Kelapa Sawit cair
yang juga dikenal sebagai POME (Palm Oil Mill Efluent) Merupakam Limbah Yang
dihasilkan dalam proses pengelolaan tandan buah kelapa sawit (TBS) Menjadi Minyak
Sawit. Limbah ini Berbentuk Cair dan ,mengandung beberapa komponen organic dan
anorganik seperti Air,Minyak,Asam Lemak,Protein,Gula,Lignin dan Nutrisi serperti
Nitrogen dan Fosfor.Jumlah limbah kelapa sawit cair yang dihasilkan bergantung pada
kapasitas pengelolaan pabrik kelapa sawit, Pabrik Kelapa Sawit Besar dapat
menghasilkan jumlah limbah yang signifikan, mencapai ribuan dan puluhan ribu meter
kubik perhari. Jika tidak dikelola dengan baik,limbah kelapa sawit cair dapat
menyebabkan dampak negative pada lingkungan. Limbah ini mengandung zat organic
yang mudah terurai dan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut di perairan ,
yang berdampak buruk pada kehidupan akuatik.selain itu, penggunaan limbah ini
sebagai pupuk tanpa pengelolaan yang memadai juga dapat menyebabkan pencemaran
air dan tanah. Limbah kelapa sawit cair juga memiliki potensi sebagai sumber energi.
Proses penguraian anaerobik limbah ini dapat menghasilkan biogas. Biogas adalah gas
alam yang dihasilkan melalui proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme
dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen). yang terutama terdiri dari metana (CH4) dan
karbon dioksida (CO2). Biogas ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik atau
pemanas, yang membantu dalam pengurangan ketergantungan pada sumber energi fosil.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk menentukan arah pembahasan maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana efektivitas dan efisiensi pengelolaan limbah sawit dalam pembangkit
tenaga listrik biogas?
2. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan limbah sawit
untuk pembangkit tenaga listrik biogas?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk menyelidiki potensi integrasi pembangkit tenaga listrik biogas dengan sistem
energi yang ada untuk mencapai kemandirian energi dan keberlanjutan.
2. Untuk mengevaluasi efisiensi konversi limbah sawit menjadi biogas dalam konteks
pembangkit tenaga listrik biogas.
1.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan maka ditentukan batasan masalah sebagai berikut:
1. Batasan ini menjelaskan bahwa penelitian atau proyek yang dilakukan hanya akan
fokus pada pengelolaan limbah sawit untuk pembangkit tenaga listrik biogas.
Lingkup proyek ini tidak akan mencakup pengolahan limbah sawit untuk tujuan lain
seperti produksi bahan bakar bio, pupuk organik, atau produk lainnya.
2. Batasan ini menentukan jenis limbah sawit yang akan diperhatikan dalam
pengelolaan limbah untuk pembangkit tenaga listrik biogas. Misalnya, limbah yang
digunakan hanya limbah cair (POME - Palm Oil Mill Effluent).

1.5 Manfaat Penelitian


Dari hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Penelitian ini dapat membantu dalam menciptakan sumber energi yang berkelanjutan
dan ramah lingkungan. Dengan menghasilkan listrik dari biogas yang dihasilkan dari
limbah sawit, penelitian ini memberikan kontribusi positif dalam memenuhi
kebutuhan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
2. Dengan mengelola limbah sawit melalui pembangkit tenaga listrik biogas, penelitian
ini dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
limbah sawit. Proses pembuangan limbah yang tidak terkendali dapat menyebabkan
pencemaran air, tanah, dan udara. Namun, dengan mengubah limbah sawit menjadi
sumber energi, penelitian ini membantu mengurangi dampak negatif pada lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


2.1.1Kelapa Sawit
A.Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang paling
produktif dengan produksi minyak per ha paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil
minyak nabati. Kelapa sawit merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
berupa lahan yang subur, tenaga kerja yang produktif, dan sinar matahari yang
berlimpah sepanjang tahun (Pahan 2010).
Kelapa sawit sangat berperan penting terhadap perekonomian masyarakat
Indonesia. Minyak sawit dan minyak inti sawit umumnya digunakan untuk industri
pangan dan non-pangan. Pada industri pangan minyak sawit digunakan sebagai bahan
baku untuk pembuatan minyak goreng, margarin, lemak khusus, dan sejenis kue.
Industri non-pangan menggunakan minyak sawit sebagai bahan pembuatan sabun,
detergen, bahan bakar mesin diesel, dan kosmetik melalui proses hidrolisis (Sunarko
2014).
Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia
mengekspor minyak kelapa sawit ke berbagai negara seperti Eropa, Amerika, serta
beberapa negara di asia. Prospek minyak kelapa sawit di jalanan dunia cukup
menjanjikan mengingat kelapa sawit merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, serta berbagai upaya yang dilakukan untuk menjadikan minyak kelapa
sawit sebagai sumber energi terbarukan.
Produksi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 22.496.900 ton, tahun
2012 sebesar 26.015.520 ton, tahun 2013 sebesar 27.782.000 ton, tahun 2014 sebesar
29.278.200 ton, dan tahun 2015 sebesar 31.284.300 ton (BPS 2017). Data tersebut
menunjukan bahwa produksi kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang
cukup stabil setiap tahunya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh penambahan luas
areal perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya, serta pengelolaan perkebunan kelapa
sawit yang semakin intensif.
Crude palm oil atau minyak kelapa sawit adalah salah satu minyak yang paling
banyak dikonsumsi dan diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi,
dan sangat stabil ini digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk
kebersihan, dan juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel.
B.Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS)

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) atau Palm Oil Mill Effluent (POME)
merupakan salah satu jenis limbah organik agroindustri berupa air, minyak dan
padatan organik yang berasal dari hasil samping proses pengolahan tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO).  Jumlah limbah cair yang
dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit ini cukup besar, berkisar antara 600 - 700 liter/ton
tandan buah segar (TBS). Limbah cair kelapa sawit (POME) ini kemudian
dimanfaatkan menjadi tenaga listrik melalui proses anaerob digestion dengan
teknologi covered lagoon atau Continuos Stirred Tank Reactor (CSTR).  POME dari
produksi CPO dapat dimanfaatkan menjadi biogas dan listrik. Palm Oil Mill Effluent
(POME) dapat diolah menjadi energi dan dimanfaatkan untuk memasok listrik.
Limbah cair sawit memiliki kandungan organik kemudian difermentasi dengan bakteri
untuk menghasilkan biogas yang mengandung gas methane. Menurut Data
Kementerian Perindustrian, setiap 1 ton minyak sawit menghasilkan 2,5 m³
POME.Selama 2015-2022, produksi minyak sawit telah menghasilkan 98,3 juta m³
POME. Ironisnya, banyaknya limbah POME itu tidak bisa dibuang langsung karena
mengandung kadar polutan tinggi. Karenanya, POME harus mengalami
pemrosesan.Pengolahan air limbah POME secara anaerobik mampu mendegradasi dan
mengkonversi hampir keseluruhan bahan organik kompleks menjadi energi biogas.
Jika saja inovasi ini diterapkan maka Indonesia berpotensi menghasilkan 258 miliar m³
biogas yang dapat dimanfaatkan secara optimal.Meskipun demikian masih diperlukan
penelitian lebih lanjut terkait pemanfaatan POME untuk biogas sehingga hasil yang
didapat bisa lebih optimal. Potensi pemanfaatan POME telah mulai dilakukan oleh
Pertamina. Pemanfaatan ini berpotensi menjadi energi alternatif, salah satunya bahan
bakar PLTBg Sei Mengkei.Sejak Januari 2020, PT Pertamina telah mulai operasi
pemanfaatan yang mampu menyerap POME hingga 288.350 meter kubik serta
memiliki kapasitas 2,4 MW.Selain itu, pemanfaatan POME juga bisa berkontribusi
dalam pengurangan emisi gas rumah kaca melalui gas metana diubah menjadi biogas
yang bisa sebagai energi listrik. Pemanfaatan ini dinilai mampu turunkan emisi karbon
sebesar 70 ribu/tahun.

2.1.2 Biogas

Dalam sepuluh tahun terakhir ini, masalah listrik menjadi polemik yang
berkepanjangan dan telah memunculkan multi implikasi yang sangat kompleks di 6
berbagai aspek kehidupan, antara lain : keuangan, ekonomi, sosial, budaya, politik,
dan lain-lain. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa listrik telah menjadi bagian
yang sangat penting bagi umat manusia. Oleh karenanya tak berlebihan bahwa listrik
bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan
kebutuhan hidup umat manusia. Beberapa tantangan besar yang dihadapi dunia pada
masa kini, antara lain, bagaimana menemukan sumber energi baru, mendapatkan
sumber energi yang pada dasarnya tidak akan pernah habis untuk masa mendatang,
menyediakan energi di mana saja diperlukan, dan mengubah energi dari satu ke lain
bentuk, serta memanfaatkannya tanpa menimbulkan pencemaran yang dapat merusak
lingkungan hidup kita. Salah satu sumber energy Terbarukan ialah Biogas. Energi
biogas adalah energi yang dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak,
Limbah Cair Kelapa Sawit dan limbah dapur seperti sayuran yang sudah digunakan.
Limbah-limbah tersebut akan melalui proses urai yang dinamakan anaerobik
digester di ruang kedap udara. Komponen utama dari energi biogas ini adalah gas
metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Kedua gas tersebut dapat dibakar atau
dioksidasi dan melepas energi, dan energi tersebutlah yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, besarnya komponen gas tersebut
tergantung pada proses anaerobik dan komposisi dari bahan dasar pembuatan energi
biogas. Semakin besar kandungan metana dari energi biogas, maka akan semakin
besar juga energi yang bisa dihasilkan dari biogas tersebut. Biogas sendiri dapat
dimanfaatkan masyarakat sebagai energi alternatif pengganti LPG untuk memasak dan
bahan bakar generator untuk menghasilkan listrik. Selain itu, biogas dinilai lebih aman
untuk bumi karena pembakaran biogas mampu mengurangi emisi gas kaca. Biogas
juga dapat mengurangi bau, serangga, dan patogen yang berasal dari timbunan kotoran
tradisional.Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
pengembangan biogas di Indonesia merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
Indonesia. Ada beberapa aspek yang masih perlu ditinjau ulang seperti, akses
pendanaan, pemanfaatan langsung, teknologi, koordinasi, pengembangan
berkelanjutan, tata kelola, investasi dan kebijakan. Kementerian ESDM mencatat
biogas rumah tangga yang sudah terpasang mencapai 47.505 unit di seluruh wilayah
Indonesia dengan menghasilkan biogas sebanyak 75.044,2 m3/hari atau sekitar 26,72
juta m3/tahun.Meskipun pemanfaatan biogas belum maksimal dan masih banyak hal
yang perlu dibenahi, namun Kementerian ESDM akan terus mengejar target
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) mencapai 5.5 GW pada tahun 2025.
Harapannya biogas akan menjadi salah satu energi alternatif utama bagi masyarakat
Indonesia pada masa yang akan datang, dan dapat menjadi salah satu upaya untuk
menjaga bumi dari pemanasan global.

2.2 Proses Pengolahan Biogas

Pada pembuatan biogas bahan baku harus banyak mengandung selulosa. Bahan
baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah dicerna oleh bakteri anaerob.
(Wiratmana,2012) Pembentukan biogas secara biologis dengan memanfaatkan
sejumlah mikroorganisme anaerob meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis (tahap
pelarutan), Tahap asidogenesis (tahap pengasaman), dan tahap metanogenesis (tahap
pembentukan gas metana).Biogas dapat diproduksi dari berbagai bahan organik,
seperti limbah pertanian, limbah pabrik, limbah rumah tangga, atau biomassa lainnya.
Pemilihan bahan baku yang tepat penting untuk menghasilkan biogas dengan kualitas
yang baik.

2.2.1. Tahap Hidrolisis

Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan lemak
diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti glukosa. Bakteri berperan
mendekomposisi rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak menjadi bagian yang
lebih pendek. Sebagai contoh, polisakarida diubah menjadi monosakarida. Tahap
pelarutan berlangsung pada suhu 25oC di digester.
2.2.2. Tahap Asidogenesis

Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam asetat dalam suasana anaerob.
Tahap ini berlangsung pada suhu 25oC di digester (Price dan Cheremisinoff, 1981).
Bakteri akan menghasilkan asam yang akan berfungsi untuk mengubah senyawa
pendek hasil hidrolisis menjadi asam asam organik sederhana seperti asam asetat, H2
dan CO2 , karena itu bakteri ini disebut pula bakteri penghasil asam (acidogen).
Bakteri ini merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan asam. Untuk
menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang
diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan.

2.2.3. Tahap Metanogenesis


Pada tahap ini, bakteri metana membentuk gas metana secara perlahan secara
anaerob. Proses ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 25oC di dalam digester.
Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan H2S.

Biogas yang dihasilkan selama fermentasi dialirkan ke sistem pengumpulan yang


terpisah dari digester. Biogas umumnya terdiri dari sekitar 50-70% metana, dengan
sisanya terdiri dari karbon dioksida (CO2) dan sejumlah kecil gas lainnya. Biogas
tersebut kemudian disimpan di dalam tangki penyimpanan khusus. Jika biogas akan
digunakan sebagai sumber energi atau bahan bakar, tahap pemurnian dapat dilakukan
untuk menghilangkan komponen tidak diinginkan, terutama karbon dioksida. Proses
pemurnian dapat melibatkan penggunaan scrubber, penyerapan, atau metode lainnya
untuk meningkatkan kualitas metana dalam biogas. Biogas yang sudah dihasilkan dan
mungkin telah dimurnikan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Ini termasuk
penghasilan energi listrik dan panas melalui pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg),
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat & Waktu

Lokasi penelitian penulisan tugas akhir ini di PT. KARANGJUANG HIJAU


LESTARI Yang Berada Di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Propinsi
Kalimantan Utara. Dengan Memfokuskan Pada Proses Pengolahan Limbah Cair Sawit n.
Selama Melakukan Penelitian Di PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI Maka
Dilakukanlah Pensurveian, Pengecekan dan Wawancara Terhadap Masing Kolam
Limbah dan Pihak terkait yang Dilaksanakan Pada Tanggal 15-20 Agustus 2023. Dari
Data Hasil Pengukuran Tersebut Maka Dapat Dilakukan Perhitungan Agar Dapat
Mengetahui Seberapa Besar Kolam Penampungan serta Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas Yang Dapat Dibuat Dari Bahan Baku Tersebut.

3.2 Alat & Bahan Yang Digunakan

a. Sebuah Laptop/Komputer
b. Sebuah Handphone/Kamera
c. Kalkulator
d. Buku Tulis

3.3 Pengamatan Lapangan

Pengamatan lapangan dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dilapangan serta


mengajukan pertanyaan kepada pihak terkait dibidang Penanganan Limbah Sawit PT.
KARANGJUANG HIJAU LESTARI Site Sujau Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan Provinsi Kalimantan Utara

3.4 Prosedur Percobaan

Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan:

1. Studi pustaka dengan mengadakan penelitian perpustakaan baik


dari buku buku maupun bahan yang didapat dari berbagai sumber
Refrensi
2. Melakukan survei serta Wawancara untuk mengetahui Data – Data
serta Informasi yang diperlukan
3. Melakukan Analisa data dan Perhitungan Untuk dengan membuat
tabel - tabel dan menggunakan rumus perhitungan untuk
mengetahui hasil data yang diinginkan

3.5 Flow chart

Alur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai