1
menurunkan biaya produksi. Minyak jelantah sangat cocok untuk digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah minyak jelantah. Selain itu, kulit
telur juga dapat dimanfaatkan sebagi katalis dalam produksi biodiesel.
Minyak goreng sering kali dipakai secara berulang-ulang untuk
menggoreng, bahkan warna minyak goreng berubah menjadi cokelat tua dan tak
jarang menjadi kehitaman lalu dibuang karena dianggap tidak layak dikonsumsi
lagi. Minyak jelantah merupakan salah satu limbah yang mengandung senyawa-
senyawa karsinogenik (penyebab kanker) yang terjadi selama proses
penggorengan sehingga jika dikonsumsi secara terus-menerus dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh manusia. Dalam penggunaannya, minyak goreng
mengalami perubahan kimia akibat reaksi oksidasi dan hidrolisis yang
menyebabkan kerusakan pada minyak goreng tersebut.
Melalui proses-proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi
senyawa-senyawa lain, salah satunya free fatty acid (FFA) atau asam lemak bebas.
Kandungan asam lemak bebas inilah yang kemudian akan diesterifikasi dengan
metanol menghasilkan biodiesel. Sedangkan kandungan trigliseridanya
ditransesterifikasi dengan metanol, yang juga menghasilkan biodiesel dan gliserol.
Dengan kedua proses tersebut maka minyak jelantah dapat bernilai tinggi (Suirta
dikutip Miskah dkk., 2016).
Katalis yang digunakan pada reaksi transesterifikasi dari biodiesel ini
adalah katalis padat CaO yang terkandung di dalam kulit telur ayam. Kandungan
CaCO3 di dalam kulit telur sekitar 94 % berat, dan sisanya adalah magnesium
karbonat, kalsium fosfat dan bahan organik. Oleh karena itu dapat diharapkan
bahwa kulit telur dapat digunakan sebagai sumber CaO yang mempunyai
kemurnian tinggi sehingga mampu berperan sebagai katalis dalam reaksi
transesterifikasi minyak dan metanol menjadi biodiesel. Sumber bahan baku (kulit
telur) tersedia cukup banyak dan pada saat ini hanya dibuang (belum
dimanfaatkan), oleh karena itu memanfaatkan kulit telur sebagai katalis
merupakan usaha yang cukup relevan untuk mengurangi dampak lingkungan dan
menurunkan biaya produksi biodiesel. Kalsinasi kulit telur dengan tujuan merubah
kalsium karbonat CaCO3 menjadi kalsium oksida (CaO) dengan cara kalsinasi
2
pada suhu 900oC. Proses kalsinasi merubah kalsium karbonat menjadi kalsium
oksida (Miskah dkk., 2016).
1.5 Relevansi
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan produk biodiesel yang
merupakan salah satu penelitian dengan dasar keilmuan Teknik Kimia, khususnya
Teknik Energi. Pembuatan biodiesel tercantum dalam mata kuliah Teknologi
Bioenergi yang merupakan salah satu mata kuliah di Teknik Energi. Dalam proses
produksi maupun eksekusi produknya digunakan mata kuliah tersebut sebagai
acuan sehingga sangat relevan dengan bidang keilmuan pengaju.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Semua minyak sama sehatnya untuk orang yang tidak sensitif terhadap asam
lemak darah. Alasannya pada suhu penggorengan 200oC rantai kimia minyak akan
terurai.
Tabel 2.2 Perbandingan emisi biodiesel minyak jelantah dan solar
Dari tabel diatas terlihat bahwa biodiesel dari minyak jelantah merupakan
alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan sebagaimana biodiesel dari minyak
nabati lainnya. Hasil uji gas buang menunjukkan keunggulan minyak jelantah/
FAME dibandingkan dengan solar, terutama penurunan partikulat/debu sebanyak
65%. Biodiesel dari minyak jelantah ini juga memenuhi persyaratan SNI untuk
biodiesel (Susanti dikutip Syamsidar, 2013).
Oleh karena itu pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor
diesel merupakan suatu cara penanggulangan limbah (minyak jelantah) yang
menghasilkan nilai ekonomis serta menciptakan bahan bakar alternatif pengganti
bahan bakar solar yang bersifat ekonomis, dan sekaligus ekologis (Kahar dikutip
Syamsidar, 2013).
5
Cangkang telur tersusun atas struktur berlapis tiga, yaitu lapisan kutikula,
lapisan sponge (busa) dan lapisan lamellar. Lapisan kutikula merupakan protein
transparan yang melapisi permukaan cangkang telur. Lapisan ini melapisi pori-
pori pada cangkang telur, tetapi sifatnya masih dapat dilalui gas sehingga
keluarnya uap air dan gas CO2 masih dapat terjadi (Rivera dikutip Husna, 2014).
Lapisan sponge (busa) dan lamellar membentuk matriks yang tersusun oleh
serat-serat protein yang terikat dengan kristal kalsium karbonat (CaCO3) atau
disebut juga kalsit dengan perbandingan 1:50. Lapisan busa ini merupakan bagian
terbesar dari lapisan cangkang telur. Lapisan ini terdiri dari protein dan lapisan
kapur yang terdiri dari kalsium karbonat, kalsium fosfat, magnesium karbonat, dan
magnesium fosfat (Rivera dikutip Husna, 2014 ).
Lapisan lamellar (mamilary) merupakan lapisan ketiga dari cangkang telur
yang terdiri dari lapisan yang berbentuk kerucut dengan penampang bulat atau
lonjong. Lapisan ini sangat tipis dan terdiri dari anyaman protein dan mineral. Di
bawah lapisan lamellar terdapat lapisan membrana yang merupakan bagian lapisan
cangkang telur yang terdalam. Lapisan membrana terdiri dari dua lapisan selaput
yang menyelubungi seluruh isi telur dan tebalnya lebih kurang 65 mikron. Lapisan
membran (membran shell) terdiri dari lapisan membran dalam dan membran luar,
keduanya mirip dinding yang menghalangi bakteri masuk dalam telur. Membran
shell sendiri terdiri dari serabut-serabut protein yang membentuk membran yang
semipermeabel (Wirakusumah dikutip Husna, 2014).
Komposisi utama dalam cangkang ini adalah kalsium karbonat (CaCO3)
sebesar 94% dari total bobot keseluruhan cangkang, kalsium fosfat (1%), bahan-
bahan organik (4%) dan magnesium karbonat (1%) (Rivera dikutip Husna, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian, serbuk cangkang telur ayam mengandung kalsium
sebesar 401 ± 7,2 gram atau sekitar 39% kalsium, dalam bentuk kalsium karbonat
(Schaafsma dikutip Husna, 2014).
6
pengaplikasiannya. Bentuk morfologi dan fase kalsium karbonat (CaCO3) terkait
dengan kondisi sintesis seperti, konsentrasi reaktan, suhu, waktu aging dan zat
adiktif alam (Kirboga dan Oner dikutip Noviyanti dkk., 2015). Kalsit (CaCO3)
merupakan fase yang paling stabil dan banyak digunakan dalam industri cat,
kertas, magnetic recording, industri tekstil, detergen, plastik, dan kosmetik
(Lailiyah et al. dikutip Noviyanti dkk., 2015).
Kebutuhan kalsium karbonat (CaCO3) sejak tahun 1983 terus meningkat
seiring dengan berkembangnya industri pemakaiannya, antara lain industri cat,
industri plastik, PVC, ban, sepatu karet, kosmetik, kulit imitasi, pasta gigi dan
industri yang lain. Kalsium karbonat (CaCO3) adalah garam kalsium yang
terdapat pada kapur, batu kapur, pualam dan merupakan komponen utama yang
terdapat pada kulit telur (Soine dikutip Utomo, 2014).
Kalsium karbonat diolah dengan dua cara yaitu secara mekanik atau hanya
melalui tumbukan dan dengan cara pengendapan. Kalsium karbonat yang dibuat
dengan cara pengendapan atau lebih dikenal sebagai kalsium karbonat presipitat
biasanya digunakan sebagai aditif dalam lem, plastik, karet, tinta, kertas, farmasi,
suplemen gizi dan banyak kegunaan lainnya (Utomo, 2014). Kandungan kalsium
dalam cangkang telur yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan suplemen
kalsium untuk meningkatkan kadar kalsium serum darah. Penelitian dilakukan
untuk memperoleh kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dengan
mengendapkan ekstrak cangkang telur ayam, sehingga dapat ditentukan dosis
kalsium karbonat (Prastiwi dikutip Utomo, 2014).
2.5 Metanol
Metanol memiliki berat molekul 32,042 gr/mol , titik leleh -98 oC dan titik
didih 64oC. Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah
metanol, karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi
dibandingkan dengan alkohol rantai panjang, sehingga methanol ini mampu
memproduksi biodiesel yang lebih stabil.
Berbeda dengan etanol, metanol tersedia dalam bentuk absolut yang mudah
diperoleh sehingga hidrolisa dan pembentukkan sabun akibat air yang terdapat
dalam alkohol dapat diminimalkan. Biaya untuk memproduksi etanol absolut
7
cukup tinggi. Akibatnya, bahan bakar biodiesel berbasis etanol tidak berdaya saing
secara ekonomis dengan metil ester asam lemak, sehingga membiarkan bahan
bakar diesel fosil bertahan sendiri. Disamping itu, harga etanol juga tinggi
sehingga menghambat penggunaanya dalam produksi dalam skala industri. (Said
dikutip Miskah dkk., 2016).
2.6 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nabati
misalnya: minyak sawit, minyak kelapa, minyak kemiri, minyak jarak pagar, dan
minyak berbagai tumbuhan yang mengandung trigliserida (Syamsidar, 2103).
Biodiesel memiliki kelebihan lain dibanding dengan solar, yakni:
1. Angka setana lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibanding dengan minyak solar.
2. Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian sehingga dapat terus diperbaharui.
3. Ramah lingkungan karena tidak ada emisi gas sulfur.
4. Aman dalam penyimpanan dan transfortasi karena tidak mengandung racun.
5. Meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia.
6. Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil dan menengah sehingga bisa
diproduksi di daerah pedesaan (Tim Departemen Teknologi Pertanian dikutip
Syamsidar, 2103).
Pada prinsipnya, proses pembuatan biodiesel sangat sederhana. Biodiesel
dihasilkan melalui proses yang disebut reaksi esterifikasi asam lemak bebas atau
reaksi transesterifikasi trigliserida dengan alkohol dengan bantuan katalis dan dari
reaksi ini akan dihasilkan metil ester/etil ester asam lemak dan gliserol
(Syamsidar, 2013).
8
homogen adalah NaOH dan KOH. Transesterifikasi dengan katalis basa lebih
cepat dari pada transesterifikasi menggunakan katalis asam. Namun, dibutuhkan
air yang cukup banyak untuk memisahkan katalis dari produk. Oleh karena itu,
biaya pemisahan katalis dari produk akan lebih mahal (Miskah dkk., 2016).
Transesterifikasi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu
gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam–asam lemak ke
dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkil ester. Proses tersebut dikenal
sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya
berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis (Yuli
dikutip Miskah dkk., 2016). Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi utama
dalam pembuatan biodiesel. Pada reaksi ini, trigliserida (minyak) bereaksi dengan
metanol dalam katalis basa untuk menghasilkan biodiesel dan gliserol.
Persamaan umum Reaksi transesterifikasi ditunjukkan seperti di bawah ini:
R1, R2, R3 adalah rantai karbon asam lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh
(Harold dikutip Syamsidar, 2013).
9
DAFTAR PUSTAKA
Miskah, S., dkk. 2016. Pemanfaatan kulit telur sebagai katalis biodiesel dari campuran
minyak jelantah dan minyak kelapa sawit. Jurnal Teknik Kimia. 22(2): 54 – 61.
Sinaga, S.V., dkk. 2014. Pengaruh suhu dan waktu reaksi pada pembuatan biodiesel dari
minyak jelantah. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 3(1): 27 – 34.
Syamsidar, H. S. 2013. Pembuatan dan uji kualitas biodiesel dari minyak jelantah.
Jurnal Teknosains. 7(2): 209 – 218.
Husna, S. 2014. Analisis kandungan kalsium dan uji daya terima pada modifikasi
cookies dengan tepung cangkang telur ayam [skripsi]. Medan (ID): Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Noviyanti, dkk. 2015. Karakterisasi kalsium karbonat (Ca(Co3)) dari batu kapur
Kelurahan Tellu Limpoe Kecamatan Suppa. Jurnal Sains dan Pendidikan
Fisika. 11(2): 169 – 172.
Utomo, A. W. 2014. Pemanfaatan kulit telur ayam, bebek dan burung puyuh pada
Proses pembekuan darah [tugas akhir]. Semarang (ID): Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
10