Anda di halaman 1dari 89

Bahan ajar mata kuliah

TEKNOLOGI PENCEGAHAN KOROSI


Wahyu Budi Utomo
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR, 2008
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mata Kuliah : Teknologi Pencegahan Korosi
Kode :
Dosen Penyusun : Wahyu Budi Utomo, MSc

Buku ajar ini telah diperiksa dan disetujui
untuk digunakan sebagai bahan kuliah bagi mahasiswa
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Menyetujui
Ketua Unit P3AI Ketua Jurusan
Teknik Kimia,
B a h r i, SE, Msi Ir. Swastanti Brotowati, MSi
NIP: 132052853 NIP: 131 856648
Mengetahui/Menyetujui
Pembantu Direktur I
Ir. Muhammad Anshar, MSi
NIP: 131 856 651
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT oleh karena atas limpahan rahmad dan hidayahNya
sehingga bahan ajar mata kuliah Teknologi Pencegahan Korosi ini dapat terselesaikan
sesuai waktu yang telah ditentukan. Bahan ajar ini disusun berdasarkan kurikulum pada
program studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Kami sadari bahwa bahan ajar ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Atas bantuan semua pihak dalam penyelesaian bahan ajar ini tak lupa kami ucapkan
terima kasih.
Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaan bagi semua pihak.
Makassar, September 2008
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I Prinsip Dasar Korosi
1. Definisi
2. Karakter Elektrokimia Korosi
3. Jenis Korosi
BAB II Potensial Elektroda
1. Potensial elektroda
2. Diagram Potensial/pH
3. Pengukuran Potensial
BAB III Kinetika Korosi
1. Hukum Faraday
2. Exchange Current Density
3. Polarisasi Elektrokimia
4. Polarisasi Konsentrasi
BAB IV Dasar Proteksi Katodik
1. Konsep Dasar Proteksi Katodik
2. Potensial Proteksi
3. Kriteria Proteksi Katodik
BAB V Aplikasi Proteksi Katodik
1. Struktur yang Dapat Diproteksi
2. Sistem Anoda Korban dan Arus Tanding
3. Keperluan Arus Proteksi
4. Rancang Bangun Proteksi Katodik
BAB VI Rancang Bangun Sistem Anoda Korban
1. Contoh Rancang Bangun
2. Keperluan Arus Proteksi
3. Tipe, Berat dan Jumlah Anoda
4. Keluaran Arus Anoda
5. Pemasangan
6. Pengujian
BAB VII Rancang Bangun Sistem Arus Tanding
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
KONTRAK PERKULIAHAN
BAB I. PRINSIP DASAR KOROSI 1
1.1 Pendahuluan 1
1.2 Penyajian 1
1.3 Penutup 10
BAB II POTENSIAL ELEKTRODA 13
2.1 Pendahuluan 13
2.2 Penyajian 13
2.3 Penutup 22
BAB III KINETIKA KOROSI 25
3.1 Pendahuluan 25
3.2 Penyajian 25
1. Hukum Faraday 26
2. Polarisasi Elektrokimia 27
3.3 Penutup 32
BAB IV. DASAR PROTEKSI KATODIK 34
4.1 Pendahuluan 34
4.2 Penyajian 34
1. Konsep Dasar Proteksi Katodik 35
2. Potensial Proteksi 36
BAB V. APLIKASI PROTEKSI KATODIK 41
4.1 Pendahuluan 41
4.2 Penyajian 42
1. Struktur yang Dapat Diproteksi Katodik 42
2. Sistem Anoda Korban vs Arus Tanding 43
3. Keperluan Arus Proteksi 44
4. Rancang Bangun Proteksi Katodik 48
BAB VI. RANCANG BANGUN SISTEM ANODA KORBAN 51
6.1 Pendahuluan 51
6.2 Penyajian 52
1. Contoh Rancang Bangun 52
2. Keperluan Arus Proteksi 53
3. Tipe Berat dan Jumlah Anoda Mg 53
4. Keluaran Arus Anoda 55
5. Pemasangan 57
6. Pengujian 58
BAB VII. RANCANG BANGUN SISTEM ARUS TANDING 67
7.1 Pendahuluan 67
7.2 Penyajian 67
1. Proteksi Katodik dengan Sistem Arus Tanding 67
2. Perhitungan-perhitungan 69
v
7.3 Penutup 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Ilustrasi Proses Korosi 4
Gamabr 1.2. Korosi Merata 5
Gambar 1.3. Korosi Galvanik 5
Gambar 1.4. Korosi Celah 6
Gambar 1.5. Korosi Sumuran (Pitting Corrossion) 7
Gambar 1.6. Korosi Rek Tegang (Stress Corrossion Cracking) 7
Gambar 1.7. Kerusakan oleh Hidrogen (Hydrogen Embritlement) 8
Gambar 1.8. Korosi Antar Butir (Intergranullar Corrossion) 9
Gambar 2.1 Struktur permukaan elektroda ekivalen kapasitor listrik. 13
Gambar 2.2 Diagram potensial/pH Kesetimbangan Air 17
Gambar 2.3 Diagram Pourbaix untuk aluminium dan besi 19
Gambar 3.1 Potensial Korosi Logam 27
Gambar 3.2 Overpotensial Aktivasi atau Tavel Plot. 28
Gambar 3.3 Pasivity 29
Gambar 3.4 Distribusi Konsentrasi H
+
Pada Permukaan Logam 29
Gambar 4.1 Logam Terkorosi 34
Gambar 4.2 Prinsip Proteksi Katodik 35
Gambar 4.3 Potensial Korosi Logam 36
Gambar 4.4 Potensial Proteksi 37
Gambar 4.5 Urutan nilai poytensial elektroda pembanding 38
Gambar 6.1 Pemasangan Anoda Mg 57
Gambar 6.2 Sketsa pemasangan anoda dengan jarak ~110 m (non-skala) 58
Gambar 6.3 Pemasangan kabel pada anoda dengan kotak uji 59
vi
BAB I
PRINSIP DASAR KOROSI
1.1 Pendahuluan
Deskripsi singkat.
Pada sesi peretemuan ini diharapkan mahasiswa dapat menerangkan tentang kerugian
yang diakibatkan oleh korosi, definisi korosi, karakteristik elektrokimia korosi, dan
jenis-jenis korosi.
Relevansi.
Berbagai jenis korosi terjadi di sekitar lingkungan tanpa disadari telah mengakibatkan
kerugian sangat besar. Bab ini Sangay relevan dengan mata kuliah teknologi nimia
karena korosi juga terjadi di lingkungan industri dan satuan-satuan opereasi teknik
kimia.
Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang dasar-dasar
korosi, definisi, jenis korosi,
1.2 Penyajian
Korosi terjadi di banyak bagian dari kehidupan manusia, kendaraan, alat rumah
tangga, industri, pesawat terbang, struktur jembatan, baja beton semua mengalami
korosi dan biaya mahal untuk mencegah.
Korosi merupakan pemborosan biaya. Untuk menghasilkan logam, diperlukan biaya
besar. Oleh karena itu kerusakan logam adalah suatu kehilangan biaya. Lebih-lebih
kalau logam tersebut belum melakukan fungsinya dalam melayani manusia. Hal
seperti ini banyak dialami di Indonesia (konstruksi yang dibangun tetapi tidak
bekerja).
Berdasarkan penelitian-penelitian Biaya korosi Indonesia diperkirakan ~ 2 milyar
dolar / th.(1996). Biaya korosi dapat dihemat 20 - 25 % bila teknologi anti korosi
diterapkan dengan benar.
1
Di Indonesia, ditinjau dari segi penerapan teknologi anti korosi yang dapat dikatakan
masih belum memadai, penghematan lebih dari 25 % mungkin dapat dicapai.
Bila dianggap 25% dapat dihemat, ini berarti :
25 % x $ 2.000.000.000 = $ 500.000.000 per tahun
Oleh karena itu setiap usaha pengendalian korosi seharusnya digalakkan dan
didukung. Usaha ini dapat dilakukan melalui : Pendidikan, Kursus, Workshop,
Seminar, Pelatihan dll.
Kerugian dapat pula bersumber dari;

Plant down Time. Kerugian karena penghentian produksi jauh lebih besar dari pada
kerugian karena penggantian alat yang terkorosi.
Loss of Product. Kebocoran tangki dan pipa sangat merugikan dan biaya besar.
Kebocoran dan tumpahan juga berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Banyak
kebocoran tangki bahan bakar harus diperbaiki untuk mencegah kejadian berulang dan
mencegah pencemaran.
Loss of Efficiency. Akumulasi produk corosi di dalam perpipaan menurunkan efisiensi
pertukaran panas dan menurunkan kapasitas pompa.
Contaminasi. Produk korosi yang dapat larut bias mencemari proses produksi. Korosi
pipa air melepas produk korosi mencemari air konsumsi masyarakat.
Overdesign. Tanpa adanya informasi laju korosi, overdesign diperlukan untuk
menjamin usia pabrik, akibatnya pemborosan material dan membutuhkan daya lebih
besar untuk penggerak bagian-bagian bergerak dalam pabrik. Kadang para engineer
mengabaikan informasi korosi yang telah tersedia.
2
1. Definisi
Korosi adalah dampak destructive suatu reaksi kimia antara logam atau alloy dengan
lingkungan. Sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengekstrak logam dari
mineralnya dilepaskan pada reaksi kimia korosi.
Korosi mengembalikan logam ke keadaannya di dalam senyawa kimia yang sama
bahkan identik dengan mineral asal logam tersebut. Jadi Korosi juga disebut sebagai
reaksi balik dari metalurgi ekstractif.
Banyak ion non-logam, seperti keramik, terdiri atas logam yang memiliki formasi
ikatan dengan ion-ion reaktif lain seperti oksida dan silikat bersifat tidak reaktif.
Begitu pula polimer juga tidak reaktif karena ikatan kovalen sangat stabil. Degradasi
material semacam ini oleh suhu atau keausan mekanis tidak termasuk korosi.

2. Karakter Elektrokimia Korosi Aqueous
Reaksi korosi melibatkan perpindahan muatan elektronik dalam larutan aqueous.
Reaksi Elektrokimia.
Korosi antara Seng dan asam klorida disimbolkan dengan raksi overall berikut ini;
Zn + 2 HCl ZnCl
2
+ H
2
[1-1]
Seng berreaksi dengan larutan asam membentuk seng klorida dan melepaskan
hydrogen di permukaan. Reaksi seperti ini dipakai untuk pembersihan permukaan dan
acid pickling untuk logam dan alloy. Dalam bentuk ionic, reaksi adalah;
Zn + 2H
+
+ 2Cl
-
Zn
2+
+ 2Cl
-
+ H
2

Hilangkan 2Cl
- di
kanan dan kiri reaksi, menjadi
Zn + 2H
+
Zn
2+
+ H
2
[1-2]
Reaksi [2] dapat dipisah sbb;
Zn Zn
2+
+ 2e
-
reaksi anodik [1-3]
3
2H
+
+ 2e
-
H
2
reaksi katodik [1-4]
Jika electron disuplai dari sumber luar ke logam, laju korosi atau reaksi anodic [3]
menurun, sedangkan laju reaksi pelepasan hydrogen [4] meningkat.
Pemberian potensial negative pada logam selalu menurunkan laju korosi. Ini adalah
dasar PROTEKSI KATODIK untuk perpipaan, instalasi pengeboran minyak,
bangunan dan tangki bawah tanah.
Secara umum REAKSI ANODIK adalah sbb;
M M
n+
+ ne
-
[-5]
Sedangkan REAKSI KATODIK biasanya melibatkan;
reduksi ion hydrogen [4] dalam larutan asam,
2H
+
+ 2e
-
H
2
reduksi ion yang telah teroksidasi, contoh reduksi oin ferric menjadi ferrous,
Fe
3+
+ e
-
Fe
2+
Reduksi oksigen terlarut, O
2
+ 2H
2
O + 4e
-
4OH
-
Reduksi air, 2H
2
O + 4e
-
H
2
+ 2H
2
O

Gambar 1.1 Ilustrasi Proses Korosi
e
K e
e
H
2
H
+


M
++
M
++
M
++
H
+
H
+
H
+
A
4
3. Jenis Korosi
Korosi merata. (Uniform Corrosion)
Pelepasan logam dari permukaan secara merata sangat biasa terjadi. Korosi jenis ini
terjadi jika logam punya komposisi seragam, lingkungan seragam.
Serangan korosi bentuk ini merata di seluruh permukaan, yang mudah sekali dilihat,
dan mudah juga menentukan umur suatu logam yang terkorosi merata.
Gamabr 1.2. Korosi merata
Korosi Galvanik (Galvanic Corrosion)
Bila dua logam beda jenis bersambungan di lingkungan elektrolit korosif, salah satu
logam akan terkorosi dan yang lain terlindungi dari korosi.
Logam akan terkorosi bila bersambungan dengan logam lain yang punya potensial
lebih positif.
Gambar 1.3. Korosi Galvanik

KOROSI GALVANIK
KOROSI GALVANIK
Cu
Fe
KOROSI MERATA
5
Korosi celah (Crevise Corrosion)
Korosi celah adalah korosi yang terjadi pada celah-celah. Pada dasarnya korosi ini
terjadi karena perbedaan konsentrasi oksigen antara daerah-daerah yang berbeda
dalam atau mengandung elektrolit. Seperti kita ketahui, adanya kandungan oksigen
akan memungkinkan reaksi katodik : O2 + 2H2O + 4e (4OH-). Pada suatu celah,
bagian yang langsung berhubungan dengan udara akan mempunyai konsentrasi
oksigen yang lebih tinggi dan daerah ini bersifat katodik. Bagian sebelah dalam yang
bersifat lebih anodik akan terkorosi.
Gambar 1.4. Korosi Celah
Korosi sumur. (Pitting Corrosion)
Korosi bentuk sumur terjadi karena suatu serangan yang intensif setempat. Sumur-
sumur tadi dapat berdekatan atau terpisah jauh. Korosi tipe ini biasanya terjadi dalam
lingkungan tertentu, misalnya, air yang mengandung klorida, larutan yang
mengandung ion-ion Fe
3+
dan Cu
2+
dan klorida, dan bakteri pereduksi sulfat.
Korosi sumur cenderung terbentuk dalam air tenang, dan sumuran terjadi karena ada
proses otokatalitik.

O2
6
Gamabar 1.5. Korosi Sumuran (Pitting Corrossion)
Korosi Retak Tegang (Stress Corrosion Craking)
Korosi tipe ini merupakan hasil aksi gabungan antara tegangan tarik dan lingkungan
korosif. Kegagalan yang disebabkan oleh korosi tipe ini biasanya mendadak dan
parah. Korosi retak tegang adalah korosi yang terjadi dari aksi gabungan antara
lingkungan korosif dan tegangan statis. Tegangan ini dapat berupa tegangan dalam
(sisa) atau tegangan dari luar. Awal retakan di permukaan dapat dimulai dari suatu
korosi sumur yang kemudian berkembang.
Karakteristik dari retakannya adalah berawal dari satu titik kemudian makin ke dalam
makin bercabang. Sifat lain dari korosi tipe ini adalah bahwa suatu paduan logam
tertentu terkorosi dalam lingkungan tertentu yang spesifik. Misalnya paduan tembaga
terkorosi tipe ini dalam lingkungan amonia, baja karbon dalam larutan alkalis, baja
tahan karat dan paduan aluminium dalam air laut atau yang mengandung klorida.

KOROSI SUMURAN
KOROSI SUMURAN

KOROSI TEGANGAN (SCC)
SEBANBYA ADALAH ADANYA
TEGANGAN STATIK &
LINGKUNGAN KOROSIF YANG
BERSIFAT SPESIFIK
7
Gambar 1.6. Korosi Rek Tegang (Stress Corrossion Cracking)
Kerusakan oleh hydrogen (Hydrogen Embritlement)
Bentuk korosi tipe lain adalah hydrogen embrittlement (perapuhan hidrogen),
dimana atom hidrogen disini tidak menbentuk gas H2, melainkan tetap sebagai atom
yang menempatkan diri di daerah-daerah dislokasi, dan menyebabkan logam menjadi
rapuh.
Atom hidrogen yang masuk ke dalam logam dan membentuk gas H
2
atau dalam baja
mungkin CH
4
dapat menimbulkan retakan karena tekanan gas tersebut makin besar,
atau sebagai akibat tekanan yang berasal dari luar. Kehadiran As, Se, Ti, Bi, S dan Sb
dalam baja akan menghambat reaksi : H + H (H
2
pada permukaan logam, dan hal ini
akan memperbesar peluang penetrasi hidrogen atom ke dalam logam. Dalam
lingkungan sulfida, S= juga dapat menghambat reaksi tersebut di atas, dan dapat
menimbulkan peretakan hidrogen dalam baja.
Gambar 1.7. Kerusakan oleh Hidrogen (Hydrogen Embritlement)
Korosi antar butir (Intergranular Corrosion)
Korosi tipe ini serangannya mengikuti batas butir (kristal). Dalam kondisi normal,
batas butir sedikitlebih bersifat anodik, dari pada lainnya, dan korosi yang terjadi tipe

H
H
H
H
2
H
H
H
2
H
+
H
+
e
e
8
merata. Tetapi karena suatu perlakuan terhadap paduan, di batas butis dapat tercipta
daerah-daerah anodik dan katodik, sehingga terjadilah serangan korosi di batas butir.
Sebagai contoh baja tahan karat austenitik yang mengalami sensitisasi antara suhu 400
8500
o
C akan terserang korosi antar butir. Karbida krom (Cr
23
C
6
) cenderung akan
terendapkan sepanjang batas butir, dan matriks didekatnya akan kekurangan krom
menjadi seperti baja karbon biasa, yang bersifat lebih anodik dan akan terkorosi dalam
lingkungan klorida atau asam.
Korosi antar butir dapat pula terjadi pada paduan aluminium, yang serangannya sejajar
dengan permukaan, terkenal dengan istilah eksfoliasi.Pengendalian korosi tipe ini
adalah dengan jalan menghindarkan terjadinya endapan-endapan dibatas butir.
Gambar 1.8. Korosi Antar Butir (Intergranullar Corrossion)
Korosi erosi (Erosion Corrosion)
Tipe korosi ini merupakan akibat dari lingkungan korosif dan adanya gesekan,
benturan, atau aliran fluida. Jenis-jenis korosi ini adalah korosi erosi, korosi kavitasi,
korosi gesekan, korosi benturan.
Korosi erosi terjadi dalam fluida yang mengalir. Karena adanya aliran, produk korosi
terenyahkan dari permukaan, permukaan tidak rata lagi dan terjadi turbulensi yang
cenderung menyebabkan serangan korosi lokal, seperti misalnya pada daerah-daerah
las. Permukaan yang terkorosi biasanya mengkilap dan bentuknya undercut pit.
Paduan yang membentuk lapisan pasif dapat terserang korosi erosi. Korosi tipe ini
biasa dialami pada belokan, pompa, kran, baling-baling, dan sebagainya. Serangan
makin parah bila fluida mengandung partikel padatan.

KOROSI ANTAR
BUTIR
9
1.3 Penutup
Kesimpulan
Korosi adalah dampak destructive suatu reaksi kimia antara logam atau alloy dengan
lingkungan. Keaksi kimia korosi bersifat eksotermik karena melepas sejumlah energi.
Reaksi korosi melibatkan perpindahan muatan elektronik dalam larutan aqueous.
Suplai elektron ke logam menurunkan laju korosi atau reaksi anodic sedangkan laju
reaksi pelepasan hydrogen meningkat.
Pemberian potensial negative pada logam yang menurunkan laju korosi adalah dasar
PROTEKSI KATODIK.
REAKSI ANODIK ;
M M
n+
+ ne
-
REAKSI KATODIK;
reduksi ion hydrogen dalam larutan asam,
2H
+
+ 2e
-
H
2
reduksi ion yang telah teroksidasi, contoh reduksi oin ferric menjadi ferrous,
Fe
3+
+ e
-
Fe
2+
Reduksi oksigen terlarut, O
2
+ 2H
2
O + 4e
-
4OH
-
Reduksi air, 2H
2
O + 4e
-
H
2
+ 2H
2
O
Jenis korosi antara lain korosi merata (Uniform Corrosion), Korosi Galvanik
(Galvanic Corrosion), Korosi celah (Crevise Corrosion), Korosi sumur. (Pitting
Corrosion), Korosi Retak Tegang (Stress Corrosion Craking), Kerusakan oleh
hydrogen (Hydrogen Embritlement), Korosi antar butir (Intergranular Corrosion) dan
Korosi erosi (Erosion Corrosion).
Contoh Soal
1. Jelaskan kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi secara langsung maupun
secara tak langsung.
Korosi menyebabkan kerusakan terhadap struktur bangunan, jembatan dan
sejenisnya.
10
Secara tak langsung berupa Plant down Time, Loss of Product, Loss of Efficiency,
Contamination, Overdesign.
2. Definisi korosi
Korosi adalah dampak destructive suatu reaksi kimia antara logam atau alloy
dengan lingkungan. Korosi juga disebut sebagai reaksi balik dari metalurgi
ekstractif.
3. Jelaskan reaksi yang terjadi pada proses korosi
Reaksi Anodik adalah oksidasi logam menjadi ion logam dalam larutan
M M
n+
+ ne
-
Sedangkan salah satu REAKSI KATODIK adalah reduksi ion hydrogen dalam
larutan asam,
2H
+
+ 2e
-
H
2
Test/Umpan balik
1. Jelaskan definisi korosi
2. Jelaskan mengapa degradasi bahan organic tidak digolongkan sebagai korosi
3. Jelaskan yang dimaksud dengan kerugian akibat korosi karena overdesign.
4. Dasar proteksi katodik adalah
5. Gambarkan alur proton dan elektron pada permukaan logam besi yang terkorosi.
11
BAB II
POTENSIAL ELEKTRODA
2.1 Pendahuluan
- Deskripsi singkat/gambaran umum.
Dalam bab ini akan dijelaskan tetang perubahan energi yang terjadi di dalam reaksi
elektrokimia korosi. Perubahan energi yang terukur sebagai beda potensial ini
menyebabkan daya dorong (driving force) dan merupakan kendali arah reaksi kimia.
- Relenvasi.
Dari besaran potensial, arah reaksi korosi dapat diketahui sehingga korosi dapat
diprediksi.
- TIK
Setelah mengikuti mata kuliah pada bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang potensial elektroda, pengaruh konsentrasi terhadap potensial elektroda,
menjelaskan diagram potensial logam dan dapat mengukur potensial elektroda.
2.2 Penyajian
Pengantar
Korosi di dalam larutan aqueous melibatkan perpindahan elektron. Perubahan
potensial elektrokimia atau aktivitas elektron pada permukaan logam sangat
berpengaruh pada laju reaksi korosi, sehingga reaksi korosi dapat disebut sebagai
bersifat elektrokimia. Termodinamika reaksi korosi dapat memberi pengertian tentang
perubahan energi yang terjadi dalam reaksi elektrokimia korosi. Sedangkan perubahan
energi pada reaksi elektrokimia tersebut terukur sebagai potensial elektroda.
12
Isi Materi
1. Potensial Elektroda
Logam konduktor yang mengandung elektron bergerak membentuk antar muka
kompleks (complex interface) yang bersentuhan dengan larutan aqueous. Molekul
H
2
O polar taksimetri tertarik ke permukaan konduktif sehingga membentuk lapisan
terarah yang menghambat spesies dari larutan untuk mendekat ke permukaan logam.
Ion bermuatan juga menarik molekul air yang polar sehingga semakin menghambat
permukaan. Lapisan ion positif yang terdekat ke permukaan logam yang bermuatan
negatif biasa disebut dengan Outer Helmholtz Plane dan lapisan ini membentuk
electrical double layer dan bersifat seperti kapasitor. Medan listrik struktur double
layer ini menghambat perpindahan muatan listrik dan membatasi reaksi kimia
permukaan.
Gambar 2.1 Struktur permukaan elektroda ekivalen kapasitor listrik.
13
Reaksi korosi logam di dalam air melibatkan perpindahan muatan dan perubahan
potensial di permukaan merubah laju korosi. Jadi reaksi korosi adalah peristiwa
elektrokimia.
Sebagai contoh dalam reaksi korosi seng,
Zn + 2 HCl ZnCl
2
+ H
2
Terjadi perubahan energi, G = -nFE (reaksi spontan)
n = jumlah electron, F = Konstanta Faraday 96.500 c/eq,
G = Perubahan energi; E = Potensial Sel
Zn Zn
2+
+ 2e
-
reaksi anodik E
a
2H
+
+ 2e
-
H
2
reaksi katodik E
c
E
a
dan E
c
adalah potensial setengah reaksi.
E
sel
= E
a
+ E
c
Jika keadaan standar ditetapkan, maka E
a
dan E
c
menjadi potensial standar setengah
reaksi E
a
o

dan E
c
o

.
Daftar reaksi setengah sel untuk korosi dinyatakan dalam bentuk reaksi reduksi
dengan arah kiri ke kanan (Stockholm Convention 1953)
Logam bernilai potensial positifi (+) lebih stabil (tak reaktif) sedangkan yang
berpotensial negatif () bersifat reaktif. Potensial absolut setengah reaksi tidak dapat
diukur secara praktek, namun hanya potensial relatif terhadap referensi primer, yaitu
reaksi setengah hidrogen pada kondisi standart yang ditetapkan potensial nol,
walaupun sesungguhnya potensial setengah sel hidrogen tidak bernilai nol. Potensial
logam lain diukur relatif terhadap hidrogen.
14
Tabel 2.1. Potensial Standar (Potensial Standar Reduksi)
Secara umum reaksi setengah sel;
aA + mH
+
+ne
-
= bB + dH
2
O
15
Semua reaksi korosi mengalami pergeseran keadaan dari keadaan standart, pergeseran
keadaan dari standar tersebut dapat diprediksi menggunakan persamaan NERNST.
m a
d b
H A
O H B
RT G G
) ( ) (
) ( ) (
ln
2 0
+

[2-1]
Atau
m a
d b
H A
O H B
nF
RT
E E
) ( ) (
) ( ) (
ln
2 0
+

karena nFE G dan
0 0
nFE G
Nernst Equation
d b
m a
O H B
H A
nF
RT
E E
) ( ) (
) ( ) (
log
3 , 2
2
0
+
+
[2-2]
Persamaan ini menunjukkan bahwa potensial setengah sel menjadi lebih positif
(noble) jika aktivitas spesies yang teroksidasi meningkat, (A) dan (H
+
) meningkat.
Aktivitas untuk larutan korosif yang relatif encer dapat dinyatankan dalam konsentrasi
dengan satuan gram ekivalen per liter.
Aktivitas suatu larutan dinyatakan dengan
A
C f A . ) (

Dimana, f = koefisien aktifitas
pH
n
m
B
A
n
E E
b
a
o
059 , 0
) (
) (
log
059 , 0
+
[2-3]
2. Diagram Potensial/pH (Pourbaix)
Diagram potensial/pH adalah suatu peta yang memperlihatkan kondisi daya
pengoksidasi larutan (potensial) dan keasaman (pH) untuk berbagai fasa yang stabil di
dalam system elektrokimia aqueous. Garis-garis batas di dalam diagram yang
memisahkan area kestabilan dihitung dari persamaan Nernst. Diagram ini banyak
kegunaannya termasuk untuk fuel cell, batere, elektroplating, metalurgi dan korosi.
16
Diagram potensial/pH memperlihatkan reaksi dan produk reaksi yang terjadi jika
kesetimbangan telah tercapai. Dengan diagram potensial/pH ini kondisi termodinamik
korosi dapat diketahui sehingga potensial atau pH dapat diatur untuk mencegah korosi
secara termodinamik.
Gambar 2.2 Diagram potensial/pH Kesetimbangan Air
Kesetimbangan antara gas hidrogen dan larutan asam:
2H
+
+ 2e
-
H
2
[2-4]
Reaksi ekivalen dengan reaksi tersebut diatas di dalam larutan netral atau alkali adalah
2H
2
O + 2e
-
H
2
+ 2OH
-
{a}
Maka,
pH E E H H
H H
059 , 0
2
2
/
0
/

+
+ adalah keterkaitan pH terhadap potensial
elektroda setengah sel.. Reaksi [a] memperlihatkan bahwa pelepasan hidrogen adalah
akibat dekomposisi air. Pada potensial lebih negatif (lebih aktif) dari potensial
setengah reaksi,
2
/ H H
E
+
maka hidrogen akan dilepaskan dan air menjadi tidak stabil
secara termodinamik. Artinya semua air pada sistem tersebut akan terurai secara
17
perlahan. Dalam larutan asam, H
+
akan dikonsumsi oleh reaksi 4 sampai pH
meningkat dan air akan terurai langsung menjadi gas hidrogen. Garis {a} pada
diagram diatas menunjukkan bahwa air tidak stabil dan akan terurai menjadi H
2
.
Diatas garis {a}air bersifat stabil dan bila ada gas H
2
akan teroksidasi menjadi H
+
atau
H
2
O.
Pada saat potensial menjadi lebih positif (nobel) akan terjadi reaksi lain yang
melibatkan air,
O
2
+ 2H
2
O + 4e 4 OH
-
{b}
Maka persamaan Nernst untuk reaksi tersebut adalah, pH E E O H O
O H O
059 , 0
2 2
2 2
/
0
/

Pada pH=0, V E O H O 226 , 1
2 2
/
0
pada diagram tergambar garis {b}. Jika potensial
lebih positif (noble) dari
O H O
E
2 2
/
pada semua nilai pH, air menjadi tidak stabil dan
ter oksidasi menjadi O
2
. Dibawah nilai potensial tersebut air menjadi stabil dan
oksigen terlarut akan direduksi menjadi air.
3. Diagram Pourbaix untuk logam terkorosi
Diagram Pourbaix untuk korosi logam ditandai dengan area pasif, korosi dan imun,
namun laju korosi logam tidak dapat diprediksi dari diagram ini. Korosi bisa terjadi di
area diagram Pourbaix dimana ion logam terlarut bersifat stabil. Logam menjadi pasif
di area dimana oksida bersifat stabil. Di area dimana hanya logam tereduksi bersifat
stabil maka logam disebut imun. Berikut ini adalah diagram Pourbaix untuk
aluminium dan besi.
18
19
Gambar 2.3. Diagram Pourbaix untuk aluminium (a) dan besi (b).
Oksida aluminium larut pada pH rendah dan tinggi. Al
3+
stabil pada pH rendah, AlO
2-
stabil pada pH tinggi, dan oksida Al
2
O
3
stabil pada pH pertengahan. Pada potensial
rendah logam aluminium imun terhadap korosi. Laju korosi aluminium sangat rendah
karena hambatan kinetik, walaupun driving force untuk reaksi korosi besar.
Di wilayah oksida stabil, logam menjadi bersifat pasif. Pasivitas adalah karakter
ketahanan korosi yang disebabkan oleh lapisan permukaan protektif walaupun secara
termodinamik memungkinkan terjadi korosi. Korosi akan terjadi bilamana ion solubel
bersifat stabil. Di wilayah dimana logam besifat stabil berarti logam imun atau tahan
korosi.
Logam besi hampir sama dengan aluminium bahwa oksida protektif terbentuk pada
larutan mendekati netral. Namun area kestabilan oksida lebih lebar pada pH tinggi dan
besi sangat lebih tahan korosi pada larutan alkali. Penyebab ketahanan korosi besi
adalah potensial elektroda setengah sel untuk reaksi pelarutan anodik lebih positif
(nobel) sehingga menurunkan driving force untuk reaksi korosi.
Secara umum logam M berreaksi secara anodik dalam air sbb;
teroksidasi menjadi kation aqueous,
M = Mn
+
+ ne
-
Menjadi logam hidroksida atau oksida,
M + nH
2
O = M(OH)n + nH
+
+ ne
-
Menjadi anion aqueous,
M + nH
2
O = MOn
n+
+ 2nH
+
+ ne
-
20
Ketiga reaksi tersebut adalah dasar yang digunakan untuk menyusun diagram
Pourbaix untuk aluminium dan besi.
2.3 Penutup
Kesimpulan
Lapisan ion positif yang terdekat ke permukaan logam yang bermuatan negatif biasa
disebut dengan Outer Helmholtz Plane dan lapisan ini membentuk electrical double
layer dan bersifat seperti kapasitor. Medan listrik struktur double layer ini
menghambat perpindahan muatan listrik dan membatasi reaksi kimia permukaan.
Reaksi korosi adalah peristiwa elektrokimia karena reaksi korosi logam di dalam air
melibatkan perpindahan muatan dan perubahan potensial di permukaan merubah laju
korosi.
Semua reaksi korosi mengalami pergeseran keadaan dari keadaan standart, pergeseran
keadaan dari standar tersebut dapat diprediksi menggunakan persamaan NERNST.
m a
d b
H A
O H B
nF
RT
E E
) ( ) (
) ( ) (
ln
2 0
+


atau
pH
n
m
B
A
n
E E
b
a
o
059 , 0
) (
) (
log
059 , 0
+
Diagram potensial/pH adalah suatu peta yang memperlihatkan kondisi daya
pengoksidasi larutan (potensial) dan keasaman (pH) untuk berbagai fasa yang stabil di
dalam system elektrokimia aqueous. Dengan diagram potensial/pH ini kondisi
termodinamik korosi dapat diketahui sehingga potensial atau pH dapat diatur untuk
mencegah korosi secara termodinamik.
21
Diagram Pourbaix untuk korosi logam ditandai dengan area pasif, korosi dan imun,
namun laju korosi logam tidak dapat diprediksi dari diagram ini. Korosi bisa terjadi di
area diagram Pourbaix dimana ion metal solubel bersifat stabil. Logam menjadi pasif
di area dimana oksida bersifat stabil. Di area dimana hanya metal erreduksi bersifat
stabil maka logam sebut imun.
Contoh soal
1. Jelaskan bagaimana proses pembentukan elektrical doubel layer pada permukaan
logam.
Electrical double layer terbentuk dengan adanya lapisan ion positif yang berada di
dekat ke permukaan logam yang bermuatan negatif yang disebut dengan Outer
Helmholtz Plane dan bersifat seperti kapasitor. Medan listrik struktur double layer
ini menghambat perpindahan muatan listrik dan membatasi reaksi kimia
permukaan. Berikut adalah gambar diagram electrical doubel layer.
22
2. Tuliskan reaksi umum yang terjadi terhadap logam M yang terkorosi di dalam air
yang digunakan sebagai dasar penyusunan diagram Pourbaix.
Secara umum logam M berreaksi secara anodik dalam air sbb;
teroksidasi menjadi kation aqueous,
M = Mn
+
+ ne
-
Menjadi logam hidroksida atau oksida,
M + nH
2
O = M(OH)n + nH
+
+ ne
-
Menjadi anion aqueous,
M + nH
2
O = MOn
n+
+ 2nH
+
+ ne
-
Umpan balik
1. Hitung nilai 2,303RT/F pada suhu 40oC
2. Dengan asumsi keadaan standar untuk reaksi dan produk, tentukan arah reaksi
berikut ini dengan menghitung potensial sel
a. Cu + 2HCl = CuCl2 + H2
b. Fe + 2HCl = FeCl2 + H2
c. 2AgNO3 + Fe = Fe(NO3)2 + 2Ag
d. Ag + FeCl3 = FeCl2 + AgCl
3. Besi di dalam larutan NaCL pH = 1 memperlihatkan potensial +0,2 V Vs SHE.
Reaksi anodik dan katodik apa saja yang kemungkinan terjadi. Asumsi diagram
Pourbaix besi berlaku pada reaksi tersebut.
23
24
BAB III
KINETIKA KOROSI
3.1 Pendahuluan
- Deskripsi singkat/gambaran umum.
Dalam bab ini akan dijelaskan tetang kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan
untuk reaksi korosi dapat terjadi, laju korosi, hukum dasar kinetika reaksi
elektrokimia.
- Relenvasi.
Topik pada bab ini sangat relevan dengan kebutuhan bahan logam tahan korosi untuk
pengembangan teknologi baru seperti pesawat terbang, mobil, pembangkit energi dan
manufaktur.
- TIK
Setelah mengikuti mata kuliah pada bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang termodinamik lingkungan yang mempengaruhi reaksi korosi, menghitung laju
korosi, menjelaskan hukum dasar kinetik elektrokimia.
3.2 Penyajian
Pengantar
Korosi secara termodinamik dapat terjadi pada segala jenis kondisi lingkungan.
Kebutuhan teknologi baru terhadap kondisi suhu tinggi, tekanan tinggi, kecepatan
tinggi, konsentrasi tinggi maka laju korosi menjadi semakin meningkat. Korosi di
dalam larutan aqueous ditentukan utamanya oleh reaksi-reaksi elektrokimia.
Pemahaman tentang hukum dasar kinetik elektrokimia diperlukan untuk meningkatkan
metode perlindungan terhadap korosi.
]
25
1. Hukum Faraday
Reaksi elektrokimia mengkonsumsi elektron atau memproduksi elektron sehingga laju
aliran elektron ke atau dari antarfasa adalah ukuran laju reaksi.
Arus elektron atau arus listrik,
I satuam anpere = 1 coloum(6,2 x 1018 elektron)/detik
Sedangkan proporsionalitas antara arus, I dengan massa yang berreaksi, m dinyatakan
dengan Hukum Faraday,
F
t I
x
n
a
m
.

[3-1]
F adalah konstanta Faraday (96.500 coulombs/equivalent)
n jumlah equivalent berreaksi
a berat atom
t waktu
laju korosi, r
AnF
Ita
tA
m
r
atau
nF
ia
tA
m
r
[mg/dm
2
.hari] [3-2]
dimana i adalah kerapatan arus =
A
I
Laju korosi biasa juga dinyatakan dalam satuan mpy [mills (0,001 inc) per year]
Dengan membagi persamaan [2] dengan densitas logam, D.
nD
ia
r 129 , 0
(mpy) disebut laju penetrasi per satuan waktu [3-3]
Untuk reaksi 2H+ + 2e- H2 pada porensial redoks standar,
2
/
0
H H e
+
reaksi ini
berada pada keadaan kesetimbangan dimana laju arah kanan, f
r
sama dengan laju
reaksi arah balik,
r
r
26
nF
a i
r r
r f
0
[3-4]
i
0
adalah exchange current density ekivalen terhadap laju reversibel pada keadaan
kesetimbangan. Sedangkan potensial setengah sel adalah karakteristik parameter
termodinamik reaksi elektrokimia, sedangkan i
0
adalah parameter kinetik dasar.
Potensial elektroda dan exchange current density tidak bisa dihitung dengan prinsip
pertama namun harus ditentukan secara eksperimental.
2. Polarisasi Elektrokimia
Polarisasi, adalah perubahan potensial, E e dari potensial setengah sel
kesetimbangan, e yang disebabkan oleh total laju reaksi permukaan untuk reaksi
setengah sel. Untuk polarisasi katodik,
c
electron disuplai ke permukaan dan
akumulasi pada permukaan logam karena laju reaksi yang lambat menyebabkan
potensial, E menjadi lebih negative dari e.
Reaksi anodik dan katodik pada proses korosi berlangsung dengan laju sangat kecil.
Jika suplai electron berlebih diberikan pada reaksi katodik logam, permukaan logam
akan sangat negative, maka hanya sebagian electron berreaksi. Keadaan ini disebut
POLARISASI KATODIK. Polarisasi katodik menurunkan laju korosi.
Untuk polarisasi anodik, elektron dipisahkan dari logam, kekurangan elektron
menyebabkan kekurangan elektron perubahan potensial positif karena pelepasan
elektron oleh permukaan menjadi lambat, dan
a
bernilai positif.
Kekurangan electron akibat reaksi anodik menghasilkan potensial positif di
permukaan disebut POLARISASI ANODIK. Polarisasi anodic meningkatkan laju
korosi.
Dalam larutan aqueous, permukaan akan mencapai potensial steady state, E
corr
, saat
reaksi anodic dan katodik berlangsung. Kalau potensial meningkat dari E
corr
menjadi
E, dan laju korosi meningkat.
POLARISASI ANODIK didefinisikan; Ea = E Ecorr
27
Gambar 3.1. Potensial Korosi Logam
Pada beberapa logam, termasuk besi, nikel, krom, titanium dan kobalt, laju korosi
menurun drastis diatas potensial kritis, Ep. Keadaan seperti ini (korosi menurun, pada
peningkatan potensial) disebut PASIVITY. Laju korosi pasif sangat kecil, disebabkan
oleh pembentukan oksida tipis, protektif, yang berfungsi menghambat reaksi disolusi
anodic.
Polarisasi Aktivasi
Jika salah satu langkah (step) dalam reaksi setengah sel mengendalikan laju aliran
muatan, maka reaksi tersebut berada pada keadaan aktivasi atau kendali perpindahan
muatan, hasilnya adalah polarisasi aktivasi.
2H+ + 2e- H2
Hubungan antara polarisasi aktivasi atau overpotensial, dan laju reaksi ditunjukikan
oleh i
a
atau i
c
,

(+)


P
O
T
E
N
S
I
A
L



(-)
Ecorr
E
Laju Korosi
Ea
28
0
log
i
i
a
a a

[3-5]
Untuk polarisasi anodik dan
0
log
i
i
a
c c

[3-6]
Untuk anodic overpotensial,
a
bernilai positif dan
a
juga positif. Untuk polarisasi
katodik,
c
bernilai negatif dan
c
juga negatif.
a
dan
c
adalah konstanta Tafel. Plot
overpotensial
ac
versus log i bersifat linier untuk polarisasi anodik dan katodik. Slope
adalah konstanta Tafel bernilai 0,1 V. Untuk = 0 maka i=i
0
, jika potensial turun
dibawah potensial standar setengah sel maka reaksi reduksi 2H
+
+ 2e
-
H
2
akan
berlangsung, sed angkan bila potensial naik diatas potensial standar setengah sel maka
reaksi oksidasi H
2
2H
+
+ 2e
-
.
Gambar 3.2. Overpotensial aktivasi atau Tavel Plot.
29
Gambar 3.3. Pasivity
Polarisasi Konsentrasi
Pada laju tinggi, reaksi reduksi menurunkan konsentrasi spesies terlarut di dalam
larutan. Konsentrasi H
+
tergambar pada diagram berikut,
Gambar 3.4. Distribusi Konsentrasi H
+
pada Permukaan Logam

(+)


P
O
T
E
N
S
I
A
L



(-)
Ecorr
Laju Korosi
Pasif
Aktif
30
Konsentrasi H+ dalam larutan di dekat permukaan yang terpengaruh polarisasi
konsentrasi. C
B
adalah konsentrasi H
+
pada larutan bulk, adalah ketebalan gradien
konsentrasi dalam larutan. Potensial elektroda setengah sel
2
/ H H
e
+
larutan dekat
permukaan dinyatakan dalam persamaan Nernst sebagai fungsi konsentrasi H
+
atau
activity (H
+
).
2
2 2
2
0
/ /
) (
log
3 , 2
H
H H H H
P
H
nF
RT
e e
+
+
+ +
[3-7]
Dari persamaan tersebut diatas terlihat bahwa potensial elektroda setengah-sel, e
menurun sesuai penurunan (H
+
) dari permukaan. Penurunan potnsial seperti ini disebut
dengan Polarisasi Konsentrasi,
conc,
1
]
1


L
c
conc
i
i
nF
RT
1 log
3 , 2

[3-8]
L
i
adalah ukuran laju reaksi maksimum yang tidak dapat terlampaui karena
keterbatasan laju difusi H
+
di dalam larutan.
Polarisasi Gabungan
Total Polarisasi Katodik,
c T.

adalah jumlah polarisasi aktivasi dan konsentrasi:


conc c act c T
+
. .
Dapat dijabarkan menjadi,
1
]
1

+
L
c c
c c T
i
i
nF
RT
i
i
1 log
3 , 2
log
0
.

[3-9]
Karena pada polarisasi anodik tidak terjadi polarisasi konsentrasi maka total polarisasi
anodik reaksi pelarutan logam adalah,
0
log
i
i
a
a a

[3-10]
31
3.3 Penutup
Kesimpulan
Proporsionalitas antara arus, I dengan massa yang berreaksi, m dinyatakan dengan
Hukum Faraday,
F
t i
x
n
a
m
.

F adalah konstanta Faraday (96.500 coulombs/equivalent)


n jumlah equivalent berreaksi
a berat atom
t waktu (detik)
laju korosi, r
AnF
Ita
tA
m
r
atau
nF
ia
tA
m
r
[mg/dm
2
.hari]
Polarisasi, adalah perubahan potensial, E e dari potensial setengah sel
kesetimbangan, e yang disebabkan oleh total laju reaksi permukaan untuk reaksi
setengah sel. Untuk polarisasi katodik,
c
electron disuplai ke permukaan dan
akumulasi pada permukaan logam karena laju reaksi yang lambat menyebabkan
potensial, E menjadi lebih negative dari e.
POLARISASI ANODIK didefinisikan; Ea = E Ecorr
Hubungan antara polarisasi aktivasi atau overpotensial, dan laju reaksi ditunjukikan
oleh i
a
atau i
c
,
0
log
i
i
a
a a


Untuk polarisasi anodik dan
0
log
i
i
a
c c

Untuk polarisasi anodic
Umpan Balik
32
1. Sampel seng di dalam larutan asam kehilangan 25 mg selama 12 jam
pengujian. (a) berapa arus ekivalen yang mengalir disebabkan oleh korosi?
(b) Jika luas sampel 200 cm
2
berapa laju korosi dalam satuan mg/dm
2
per
hari ?, (c) berapa laju korosi dalam mpy dan m/y?
2. Permukaan kristal tunggal (100) nikel terkorosi pada laju konstan 5 A/cm
2
.
Berapa monolayer nikel akan larut tiap menit?
33
BAB IV
DASAR PROTEKSI KATODIK
4.1 Pendahuluan
- Deskripsi singkat/gambaran umum.
Dalam bab ini akan dijelaskan tetang dasar proteksi katodik
- Relenvasi.
Topik pada bab ini sangat relevan dengan pencgahan korosi
- TIK
Setelah mengikuti mata kuliah pada bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
dasar proteksi katodik.
4.2 Penyajian
1. Konsep Dasar Proteksi Katodik
Bila suatu logam/paduan terkorosi ada bagian-bagian yang bersifat sebagai anoda di
mana korosi terjadi, dan ada bagian-bagian yang bersifat sebagai katoda di mana
korosi tidak terjadi. Korosi terjadi di mana arus listrik meninggalkan logam menuju
elektrolit, dan sebaliknya korosi tidak terjadi di mana arus listrik masuk ke dalam
logam.




Tidak terkorosi
Terkorosi
K
A
Gambar 4.1. Logam Terkorosi
34
Dari gejala tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa jika kita dapat memperlakukan
logam secara keseluruhan sebagai katoda, maka logam tersebut tidak akan terkorosi.
Perlakuan ini berarti kita harus memindahkan atau memisahkan bagian yang bersifat
sebagai anoda tadi ke tempat lain yang masih berada dalam lingkungan elektrolitik
sama dan dihubungkan secara elektrikal dengan logam tadi. Ini berarti kita harus
menciptakan suatu anoda tambahan baru, yang secara skematik dapat digambarkan
pada gambar 4.1. Daerah anodik sekarang terisolasi, dan logam tidak terkorosi lagi.
Dengan mengisolasi anoda dengan anoda baru ini, maka seluruh logam sekarang
bersifat sebagai katoda dan tidak terkorosi. Ini adalah konsep dasar dari proteksi
katodik.
i
Dalam keadaan terproteksi katodik, logam yang diproteksi dialiri arus listrik melalui
anoda dan lingkungan menuju logam, atau logam dibanjiri dengan elektron.

Gambar 4.2. Prinsip Proteksi Katodik
Anoda
e
e
e
e
e
e
Katoda
35
2. Potensial Proteksi
Suatu logam yang terkorosi dalam lingkungan basah, mempunyai suatu nilai potensial
tertentu, yang merupakan potensial campuran (mixed potential) antara potensial
anodik dan katodiknya pada rangakian terbuka (open circuit potentals). Pada nilai
potensial ini pada umumnya logam akan terkorosi, dan nilai potensial tersebut
dinamakan potensial korosi.
Dengan memperlakukan struktur sebagai katoda (memproteksi katodik),
mengakibatkan potensial logam turun menjadi lebih rendah dari potensial korosinya,
lihat gambar 4.3.


E , Volt


Korosi (ion logam stabil)
M
+
Potensial korosi
M

Proteksi katodik
(logam stabil)
Gambar 4.3. Potensial Korosi Logam
36
Apabila potensial suatu logam diturunkan, maka logam akan cenderung bertahan
sebagai logam, karena ia lebih stabil, dan sebaliknya bila potensial dinaikkan logam
akan cenderung menjadi ion (ion stabil) atau terkorosi.
Pengertian dari uraian tersebut di atas adalah bahwa setiap penurunan potensial dari
potensial korosi berarti sudah suatu perlakukan proteksi katodik, di mana logam
cenderung lebih stabil dan laju korosinya berkurang. Makin besar arus listrik
dialirkan, makin besar penurunan potensialnya dan logam makin stabil atau tingkat
laju korosinya makin rendah.
Dalam praktek kita tidak dapat menurunkan potensial secara sembarangan. Penurunan
yang berlebihan akan merupakan suatu kerugian ditinjau dari segi biaya dan kadang-
kadang juga dari segi teknis. Oleh karena itu ada suatu kriteria proteksi yang perlu
diketahui dan diperhatikan. Kriteria proteksi ini umumnya berbeda untuk tiap logam
dan lingkungan.
3. Kriteria Proteksi Katodik
Proteksi katodik akan menurunkan laju korosi, secara teoritis sampai nol, yaitu apabila
potensial logam diturunkan sampai potensial anodik rangkaian terbuka (open circuit
potential), yang dengan teknik polarisasi diilustrasikan pada gambar 4.4
Berdasarkan teori polarisasi pada potensial tersebut terjadi suatu kondisi setimbang,
rapat arus anodik sama dengan rapat arus katodik, dan terjadi pertukaran rapat arus
(exchange current density), sehingga korosinya sama dengan nol. Teori ini
dikemukakan sekitar tahun 1930-an (Mears dan Brown). Tetapi ini adalah teoritis, di
mana kondisinya ideal. Dalam praktek kondisinya sangat kompleks, sehingga pada
umumnya potensial proteksinya berbeda, lebih tinggi dari nilai teoritis tersebut.
Potensial suatu logam dapat diukur dengan elektroda standar. Elektroda standar yang
dapat digunakan untuk pengkuran potensial seperti terlihat dalam Tabe 4.l dan
urutannya digambakan pada gambar 4.5.
37
Tabel 4.1. Elektroda Pembanding
Jenis elektroda Standar Potensial terhadap potensial stadar
hidrogen, V
Cu/CuSO
4
(CSE, Copper/Copper
sulfate Elect).
(jenuh)
Ag/AgCl (Siver/Silver Chloride)
Hg/Hg
2
Cl
2
( Calomel ,SCE),
jenuh
Hidrogen (SHE)
Zn
0,33 (untuk lingkungan tanah)
0,25 (untuk lingkungan laut )
0,24 (untuk lingkungan klorida. lab)
0,00 (hanya untuk ACUAN)
- 0,76 (untuk lingkungan laut,bila
untuk tanah dengan backfill).

I
kor

Gambar 4.4 Potensial Proteksi
A
E
prot
I, Amper
I
prot
E
kor
E, Volt
K
38



Bedasarkan standar NACE, RP 0169-92 dan standar-standar lain potensial proteksi
untuk beberapa logam adalah sebagai dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel. 4.2. Kriteria Potensial Proteksi

Logam Potensial Proteksi, -V (CSE)
Baja : kondisi aerobik
kondisi anaerobik
Timbal
Tembaga
Aluminium
Lebih dari satu logam/
paduan dalam satu kesatuan
0,85
0,95
0,6
0,5 - 0,65
0,95 - 1,20
Potensial diturunkan sampai
yang diperlukan untuk proteksi
katodik yang paling negatif

Cu/CuSO
4

Ag/AgCl
Hg/Hg
2
Cl
2
H/H
+
0,33
0,24
0,25
0,00
-0,76
Zn/Zn
++
Gambar 4. 5. Urutan nilai poytensial elektroda pembanding
39
Khusus untuk besi/baja ada beberapa kriteria yang dapat diterapkan :
Dalam tanah : (1) -0,85 V(CSE), diukur dengan meng-kontakkan elektroda pada
elektrolit yang berhubungan
(2). 100 mV, sisa polarisasi katodik (absolut)
Dalam air laut : (1) - 800 mV (Ag/AgCl)

(2) digeser 300 mV atau lebih besar ke arah negatif (absolut) dari
potensial korosi.
Perlu dicatat bahwa kriteria tersebut bukanlah suatu keharusan mutlak, tetapi atas
dasar pengalaman tiap industri dapat menentukan sendiri nilai yang paling sesuai
dengan kondisi setempat.
40
BAB V
APLIKASI PROTEKSI KATODIK
5.1 Pendahuluan
Proteksi katodik dikenal mulai awal abad 19. Tetapi karena suatu kegagalan dalam
aplikasi, teknik ini dilupakan orang selama satu abad, dan baru sekitar tahun 1920-an
pertama proteksi katodik mulai diterapkan lagi. Sejak itu teori-teori mulai
dikembangkan, dan sekitar tahun 1930-an mulai berkembang. Setelah perang dunia
kedua, dengan berkembangnya industri minyak bumi, proteksi katodik berkembang
pesat.
Di Indonesia, menurut catatan, penerapan proteksi katodik dimulai di industri minyak
di Sumatra pada sekitar tahun 1950-an. Sebelum proteksi katodik diterapkan secara
luas, pengendalian korosi untuk struktur yang berada dalam elektrolit (tanah atau/dan
air) umumnya hanya mengandalkan pada lapis lindung, ditambah dengan disain yang
faktor keamanannya tinggi.

Teknik pengendalian korosi dengan proteksi katodik kemudian mendunia, dan
standar-standar kemudian dikembangkan di berbagai negara. Pada saat ini standar
proteksi katodik sudah dapat dikatakan seragam, dan diterima di semua negara.
Perkembangan standar ini dimulai sekitar tahun 1960-an, dan sampai sekarang terus
dilakukan modifikasi. Pada umumnya para praktisi menginginkan standar sederhana,
supaya mudah difahami dan mudah dilaksanakan di lapangan. Dalam praktek, pada
umumnya proteksi katodik tidak berdiri sendiri, dan bahkan merupakan pelengkap
dari pengedalian korosi dengan lapis lindung, kecuali untuk beberapa struktur tertentu.
Pada prinsipnya proteksi katodik sederhana saja, yaitu menurunkan potensial logam ke
daerah imun menurut diagram pH-potensial. Tetapi karena sistem struktur yang
diproteksi umumnya sangat kompleks, aplikasi proteksi katodik menjadi iktu rumit,
cenderung lebih banyak seninya dari pada teknik. Oleh karena itu faktor pengalaman
menjadi sangat berperan dalam keberhasilan aplikasi.
Aplikasi proteksi katodik sangat luas, dapat untuk mengendalikan korosi semua
strutur logam asal berada dalam lingkungan elektrolit: dalam tanah, air,
41
larutan kimia. Ini berarti bahwa proteksi katodik secara praktis tidak dapat
diterapkan untuk pengendalian korosi di udara.
Semua bentuk korosi dapat dikendalikan dengan proteksi katodik, termasuk : korosi
merata, korosi sumuran (pitting), korosi celah, korosi tegangan,(SCC), korosilelah,
korosi kavitasi, korosi oleh bakteri, dsb..
5.2 Penyajian
1. Struktur Yang Dapat Diproteksi Katodik

Struktur dalam tanah dan dalam air
Jaringan pipa dan tanki bahan bakar.
Struktur bangunan logam.
Tulangan beton.
Kabel komunikasi.
Dasar tanki yang berkontak tanah.
Kaki-kaki menara.
Casing pipa sumur bor.
Tiang pancang jembatan. dermaga, sheet pile, dll..
Pipa dalam laut dan dasar laut.
Intake screen, pompa-pompa intake.
Pintu-pintu air kanal.
Dll.
Struktur di atas tanah
Bagian dalam tanki air.
Kondenser dan heat-exchanger.
Tanki-tanki air panas.
Tanki-tanki reservoir air di apartemen
42
Tanki-tanki atau bejana-bejana dalam proses.
Dll.
Struktur terapung
Kapal, tanker, kapal keruk. dll.
Anjungan lepas pantai.
Dok apung.
Barges.
Ponton.
Peralatan bant navigasi.
Dll.
2 Sistem Anoda Korban vs Arus Tanding
Sistem anoda korban
Keuntungan :
Tidak perlu tenaga listrik dari luar.
Pemasangan relatif mudah
Tidak ada bahaya interaksi.
Murah untuk struktur kecil.
Daerah padat struktur.
Bahaya over-proteksi ringan.
Distribusi arus merata.
Tidak perlu pemeliharaan, kecuali inspeksi rutin.
Tidak perlu biaya operasi.
Kerugian :
Keluaran arus anoda terbatas, pada hal makin lama makin diperlukan arus lebih
besar karena degradasi lapis lindung.
Tidak efektif untuk lingkungan dengan resistivitas lingkungan tinggi.
43
Untuk struktur yang besar diperlukan anoda banyak jumlahnya.
Sistem arus tanding.
Keuntungan :
Sistem instalasi dapat memproteksi struktur yang besar.
Sistem dapat didisain yang beubah dengan waktu.
Keluaran arus proteksi mudah diatur sesuai dengan keperluan.
Sistem dapat didisain untuk masa guna lebih dari 20 tahun.
Biaya awal lebih murah.
Kerugian :
Kemungkinan ada interaksi terhadap struktur lain
Tergantung dari keberadaan sumber listrik luar.
Perlu pemeliharaan dan inspeksi rutin yang cermat.
Perlu biaya operasi.
Dapat terganggu oleh kegagalan catu daya listrik.

Dalam praktek pemilihan antara kedua sistem tersebut masih tergantung banyak faktor
lain, yang kadang-kadang sifatnya non-teknis.
3. Keperluan Arus Proteksi
Sebagian besar proteksi katodik diterapkan untuk struktur dari baja, oleh karena itu
data keperluan arus proteksi yang dianggap sudah mapan adalah untuk baja, meskipun
angkanya mempunyai selang yang agak panjang. Nilai-nilai yang diperoleh
berdasarkan pengalaman dari banyak praktisi lapangan telah didokumentasikan, dan
pada umumnya angkanya tidak berbeda jauh. Bahkan untuk lingkungan laut, sudah
ada data untuk seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai pedoman, berikut ini
44
disampaikan perkiraan keperluan rapat arus proteksi yang diperlukan untuk struktur
baja untuk dalam berbagai lingkungan.


Tabel. 5.1. Perkiraan keperluan arus proteksi baja dalam berbagai lingkungan.

Lingkungan
Arus proteksi,
mA/m
2

BAJA POLOS :
Tanah netral
Tanah netral ter-aerasi
Tanah kering, teraerasi
Tanah basah, kondisi sedang-gawat
Tanah asam
Tanah mengandung bakteri
anaerobik
Tanah panas
Beton kering
Beton basah
Air tawar tenang
Air tawar mengalir
Air tawar turbulen mengandung
oksigen
Air panas
Air muara yang terpolusi
Air laut
Larutan kimia dalam bejana porses
Heat-exchanger box dengan pipa
non-fero
BAJA DENGAN LAPIS LINDUNG
BAIK

Tanah
BAJA DENGAN LAPIS LINDUNG
BAIK SEKALI.

Tanah
4 - 16
21 - 32
5 - 16
25 - 65
50 - 160
~ 450
50 - 270
5 - 16
50 - 270
~ 50
55 - 65
55 - 160
55 - 160
540 - 1600
60 - 270
60 - 270
~ 1345
0,01 - 0,2
~ 0,01
45
Tabel 5.2. Kriteria Disain Untuk Lingkungan Laut
Wilayah
Resistivitas
Air
(0hm-cm)
Suhu Air
(C)
Faktor Turbulensi/
Arus Air
Rapat
Arus
Disain
mA/m
2
Teluk Mexico
Pantai Barat A.S.
Cook Inlet
Laut Utara
Teluk Persi
Indonesia
20
24
50
26-33
15
19
22
15
2
0-12
30
24
Sedang/Sedang
Sedang/Sedang
Rendah/Tinggi
Tinggi/Rendah
Sedang/Rendah
Sedang/Sedang
54-65
76-106
380-430
86-216
54-86
54-65
NACE RP 01-76 (1983 Revision)
Kalau kita perhatikan angka-angka keperluan arus proteksi untuk struktur dalam tanah
sangat bervariasi dibanding dengan keperluan arus proteksi di lingkungan laut. Hal ini
disebabkan oleh sangat bervariasinya resistivitas tanah, sedang resistivitas air laut
relatif sama dan kondisi pergerakan air laut relatif tetap untuk suatu wilayah, sehingga
keperluan arus proteksinya berselang pendek.
Mengenai pengaruh resistivitas tanah terhadap laju korosi sudah diklasifikasikan
secara kualitatif seperti terlihat pada Tabel 3.3. berikut.
46
Tabel. 5.3. Klasifikasi Korosi Ditinjau Dari Resistivitas Tanah
Resistivitas, Ohm-cm Klasifikasi Korosi
Sampai - 700
700 - 2000
2000 - 5000
5000 - 10000
lebih dari 10000
Sangat korosif
Korosif
Korosif Sedang
Korosif Ringan
Tidak Korosif
Kondisi tanah sewaktu-waktu dapat berubah karena perubahan musim atau oleh
karena pencemaran lingkungan. Oleh karena itu meskipun resistivitasnya lebih dari
10.000 ohm-cm yang diklasifikaskan sebagai tidak korosif, justru sangat berbahaya
oleh kemungkinan terjadinya korosi sumuran, dan proteksi katodik tetap harus
diterapkan.
4. Rancang Bangun Proteksi Katodik.
Beberapa Masalah
Rancang bangun proteksi katodik adalah penerapan teori korosi dan teknologi
pengendalian korosi ke dalam praktek lapangan. Secara teori, untuk menghasilkan
proteksi yang sempurna, seluruh permukaan struktur logam harus diturunkan
potensialnya, sehingga memenuhi krteria secara merata. Dalam praktek sanagat sukar
mencapai kondisi tersebut, karena kemungkinan adanya variasi lingkungan dan
kondisi permukaan logam sangat besar ditambah struktur yang makin kompleks,
sehingga distribusi arus per satuan luas tidak merata.
47
Banyak ahli mengatakan, bahwa penerapan proteksi katodik lebih banyak seni dari
pada teknik. Kenyataannya memang demikian, kebehasilan rancang bangun
prtoteksi katodik lebih banyak ditentukan oleh pengalaman.
Masalah ini sering tidak difahami oleh pihak-pihak yang terlibat, sehingga
menjadikan proteksi katodik tidak efisien, dan menjadi mahal. Hal ini dapat
membahayakan fasilitas produksi. Persoalan akan menjadi lebih rumit kalau
ditambahi masalah birokrasi yang sering menghambat.
Data Yang Diperlukan
Sebelum rancang bangun dilakukan pertama-tama harus diketahui data utama, di
antaranya :
Struktur yang akan diproteksi (bahan, geometri, fabrikasi, dll.)
Lapis lindung (bahan dan kualitasnya).
Umur struktur.
Sejarah kegagalan.
Kondisi lingkungan (geologi, tanah, air, resistivitas, pH, komposisi kimia,
bakteri, dll.)
Struktur lain di sekitarnya (yang berdekatan, yang memotong, ddl.).
Interferenssi (AC-DC).
Umur proteksi yang dikehendaki.
Standar-standar yang digunakan.
Dan lain-lain, termasuk kondisi non-teknis.
Dll.
Tahap-tahap Rancang Bangun
48
Untuk kesempurnaan rancang bangun diperlukan data seperti tersebut di atas.
Akan tetapi jarang sekali dapat diperoleh dalam tahap awal. Pada umumnya
data yang disajikan mentah, dan bahkan sering diambil saja dari data lain yang
sering tidak tepat, misalnya :
Harus digunakan sistem arus tanding karena lebih murah, pada hal lokasi
struktur di daerah banyak sekali struktur.
Harus menggunakan sistem anoda korban, tapi harganya mahal.
Kita harus membuat rancang bangun proteksi katodik dengan hanya diberi data
ukuran dan panjang pipa.
Keperluan arus proteksi yang ordenya sekitar 1 A harus menggunakan deep
groundbed dalam 100 m, dengan kapasitas arus 25 A.
Harus dipasang anoda sementara, tetapi jumlahnya cukup untuk memproteksi
lebih dari 20 tahun.
Rancang bangun yang digunakan dalam mengajukan tender dianggap mengikat.
Pemilik konstruksi atau kontraktor utama mencontoh begitu saja, kurang paham
akan maksud proteksi katodik, kurang memahami standar dan kriteria proteksi,
sehingga sering timbul masalah.
Dan sebagainya.
Tahap-tahap yang baik dalam membuat rancang bangun adalah sebagai berikut :
Rancang bangun awal (preliminary design) dibuat atas dasar data yang dan
mengacu kepada kasus-kasus yang sama.
Rancang bangun dimodifikasi bila perlu, disesuaikan dengan perubahan-
peruhana konstruksi yang sering terjadi dalam praktek.
Setelah konstruksi lengkap terpasang, dibuat rancang bangun proteksi katodik
akhir.
Modifikasi masih mungkin dilakukan bila ternyata proteksi katodik kurang
sempurna.
49
BAB VI
RANCANG BANGUN SISTEM ANODA KORBAN
6.1 Pendahuluan
Dengan data tersebut di atas umumnya kita sudah dapat membuat rancang bangun.
Pada umumnya pemilik struktur atau konsultannya akan memberikan data tersebut,
tetapisangat sering data yang tersedia sangat minim. Bagi perancang yang sudah
berpengalaman, dengan data minim tadi biasanya dapat membuat rancangan sedikit
kasar, dan dengan memasukkan faktor-faktor keamanan, rancangannya dapat
dipertanggung jawabkan.
Untuk rancang bangun sistem anoda korban ini akan berikan contoh rancang bangun
proteksi katodik struktur pipa dalam tanah. Dari sini kita sudah memutuskan, bahwa
anoda yang harus digunakan adalah anoda Mg. atau Zn. Berikut ini dasar pemilihan
antara kedua anoda tersebut.
6.2 Penyajian
Beberapa hal mengenai penggunaan anoda Mg.
Anoda Mg. dapat dgunakan sampai resistivitas tanah sekitar 6000 ohm-cm, di atas
nilai tersebut kurang efisien dan mahal.
Arus proteksi dapat didistribusikan dengan mudah, dengan memasangnya sepanjang
jalur pipa.
Selalu ada over-proteksi di dekat anoda. kerugian dapat dikurang dengan mengattur
keluaran arus.
Anoda Mg. tidak dapat digunakan bila lapis lindung struktur jenis coaltar, karena akan
cepat rusak bila potensial struktur lebih rendah dari -1200mV CSE.
Proteksi katodik dengan anoda Mg. selalu lebih mahal dari yang lain.
Anoda menjadi lebih efisien kalau arus proteksi kecil, atau struktur yang diproteksi
sedikit.
50
Beberapa hal mengenai penggunaan anoda Zn.
Karena tegangan dorongnya rendah, maka anoda Zn hanya digunakan untuk tanah
dengan resistivitas rendah, sampai maksimum 1500 ohm-cm. Belakangan orang
menerapkan sampai resistivitas 3000 ohm-cm (publikasi tahun 1998).
Over-proteksi tidak terjadi seperti halnya anoda Mg.
Dengan anoda Zn dapat didisain umur proteksi 20 sampai 40 tahun, sedang dengan
anoda Mg. umumnya kurang dari 20 tahun.
Bila resistivitas tanah berubah, keluaran arus anoda Zn berubah sedikit saja, dan
seolah-olah bertindak sebagai sistem proteksi potensial tetap.
Anoda Zn dapat digunakan untuk lapis lindung jenis coaltar.
1. Contoh Rancang Bangun
Misalnya data yang diberikan untuk disain proteksi katodik kostruksi pipa gas
dalam tanah sbb.:
Ukuran pipa : dia. 18 x 50 km (t= 0,375)
Lapis lindung pipa : pita polietilen (polyethylene tape wrap ) overlap 5 cm, lulus uji
holiday detector.
ROW tanah persawahan, perkebunan, ada river crossing, beberapa road crossing.
Di sebelah kanan pipa ada pipa lain dia. 14 pada jarak sekitar 2m sejajar pipa baru,
yang diproteksi katodik dengan anoda korban.
Umur proteksi yang diminta 20 tahun.
Resistivitas tanah rata-rata 2000 ohm-cm.
Asumsi keperluan arus proteksi baja 20 mA/m2.
Coating breakdown untuk umur 20 tahun 2,5%.
Keperluan arus proteksi 0,5 mA/m2
Kesimpulan dari data :
Sistem yang harus diterapkan adalah sistem anoda korban, karena di sebelahnya
ada pipa yang juga menggunakan anoda koran.
51
Anoda yang harus digunakan adalah anoda Mg. tipe potensial 1.5V dengan
backfill, dilihat dari resistivitas tanah (anoda Zn boleh diusulkan).
Keperluan arus proteksi umumnya 20 mA/m
2
untuk kondisi telanjang.
Lapis lindung baik, biasanya cacat dianggap antara 0,5% - 1% pada saat awal,
rata-rata 2,5% untuk jangka waktu 20 tahun.
Dalam hal ini pemilik telah menentukan keperluan arus proteksi 0,5mA/m
2
,
yaitu standar yang digunakan Pertamina untuk pipa baru dengan lapis lindung baik,
untuk umur proteksi 20 tahun.
(Untuk coating baik, menurut ISO 15589-1 (2003) untuk umur disain 20 tahun
arus proteksi disain 0,6 mA/m
2
,

jadi ausmsi tersebut diatas sangat wajar).
Selanjutnya kita melakukan perhitungan2 sebagai berikut.
2. Keperluan Arus Proteksi.
Luas permukaan yang diproteksi total = x 18 x 0,0254 x 60.000 = 86137 m
2
.
Keperluan arus proteksi total, I = 86137 x 0,5 = 43068 mA = 43,068 A.
3. Tipe Berat Dan Jumlah Anoda Mg
guna faktor x kapasitas
proteksi umur x I
W
Berat total anoda Mg. W = (I x umur proteksi)/ (kapasitas x faktor guna)
= (43,068 A x 20 Y x 8760 Jam/Y)/(1200 A.jam/kg x 0.8)
= 7860 kg.
Karena 1 tahun = 24 jam/hari x 365 hari = 8760 jam
Untuk menentukan ukuran anoda ada pedoman (Rule of Thumb) :

Resitivitas tanah :
sampai 1500 ohm-cm ~ 25 kg
sampai 2500 ohm-cm ~ 15 kg
lebih dari 2500 ohm-cm ~ 8 kg
52
Rule of thumb ini ditentukan berdasarkan pengalaman lapangan. Berbeda
dengan yang ada dibuku, karena perkembangan lapis lindung yang makin baik.
Masalah ukuran anoda adalah masalah keluaran arus proteksi dikaitkan dengan
keperluan arus proteksi.
Berdasar resistivitas tanah kita dapat menggunakan anoda ukuran 15 kg dan 8
kg. Tetapi biasanya orang memilih untuk meggunakan satu ukuran saja supaya
sederhana, karena kita dapat melakukan suatu modifikasi di lapangan, misalnya
jarak antara anoda diperbesar atau kita mengubur lebih dari satu anoda dalam
satu lubang. Penerapan sistem anoda korban memang ada akal-akal tertentu
dan keberhasilannya memang ditentukan di lapangan.
Untuk ini kita menentukan untuk menggunakan anoda tipe berat 15 kg, dan setelah
mengecek yang ada di pasaran ternyata yang cocok adalah tipe berat, w = 14,5kg,
dengan data.
Ukuran anoda Mg. : dia. D = 15 cm, Panjang L = 51 cm
Dengan backfill : D = 20 cm, L = 60 cm
Jumlah total anoda, N = W/w = 7860/14,5 = 543 buah.
Penyediaan anoda sebaiknya ditambah 10% untuk keamanan dan pemasanga di
tempat-tempat kritis, seperti river crossing dsb. .
Pemesanan anoda = 543 x 110% = 598 buah.
Jarak pemasangan anoda : 60.000 m / 543 ~ 110 m. Di lapangan kita belum
tentu (pada umumnya sukar) untuk secara eksak mengenai jarak ini, karena
kondisi lapangan sangat menentukan. Modifikasi lapangan sering dilakukan,
dan hal ini biasa bila menyangkut anoda korban.
53
4. Keluaran arus anoda.
Keluaran arus anoda, I = E/R
di mana E = 0,7 V, sedang R adalah tahanan anoda yang harus dihitung,
menurut rumus :

,
_

1
D
L 4
ln
L 2

R
h
ohm 8 8 , 7 1
20
60 x 4
ln
60 2
2000
R
h

,
_

,
_

1
D
L 8
ln
L 2

R
v
ohm 58 , 11 1
20
60 x 8
ln
60 2
2000
R
v

,
_


R
h
= tahanan anoda bila dipasang horizontal
R
v
= tahanan anoda bila dipasang vertikal

Jadi : Ia
h
= 0,7/ 7,88 = 88,83 mA
Ia
v
= 0,7/11,58 = 60,45 mA
Keluaran arus total, I
h
= 543 x 88,83 = 48235 mA
I
v
= 543 x 60,45 = 32824 mA
Kesimpulan : Kalau anoda dipasang horizontal arus anoda cukup.
Kalau anoda dipasang vertkal arus anoda kurang.
54
Jadi, sebaiknya anoda dipasang horizontal, dan ini lebih baik dari pemasangan secara
vertikal. Tetapi karena kondisi setempat yang tidak memungkinkan dapat saja anoda
dipasang vertikal.
Inilah sebabnya kita perlu cadangan anoda tambahan, karena modifikasi lapangan
hampir selalu terjadi dalam hal proteksi katodik dengan anoda korban.
Perhatian
Dalam praktek, pada tahap awal keluaran arus anoda tidak sebesar seperti perhitungan
dalam disain. Ingat, bahwa perhitungan tersebut merupakan perhitungan disain untuk
20 tahun. Kalau penerapan lapis lindung baik, pada tahap awal keluaran arus anoda
untuk mencapai kondisi proteksi umumnya kurang dari seperlimanya, karena
keperluan arus pada tahap awal kecil saja. Makin lama keperluan arus proteksi makin
besar karena degradasi lapis lindung. Dalam hal proteksi katodik dengan anoda
korban, arus anoda akan selalu berubah dengan waktu, dan secara alamiah akan
mengatur sendiri.
Penyimpangan-penyimpangan di lapangan selalu akan teejadi karena kondisi lapangan
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang relatif pendek ( ~10m ).
Kalau pemilik konstruksi tidak memahami permasalahannya, sering timbul masalah,
pada hal kriteria proteksi katodik adalah potensial proteksi, bukan besarnya arus.
Disain dibuat sebagai pegangan, karena kita harus membuat rencana, terutama untuk
pembiayaan.
Dari pengalaman, jarang sekali mengalami kegagalan apabila penerapan lapis lindung
sesuai dengan proesedur. Dari survei yang dilakukan oleh para ahli di berbagai negara
mengenai anoda korban magnesium adalah masalah umur anoda, yang sangat
bervariasi tergantung kondisi lingkungan. Seperti diketahui anoda magnesium akan
terkorosi sendiri oleh lingkungan (self-corrosion), dan karena anoda belum tentu
terkorosi secara merata, maka satu anoda mungkin lebih cepat habis dari yang lain.
55
5. Pemasangan Anoda Korban
Prinsip :
1). Arus anoda harus terbagi semerata mungkin pada pipa
2). Anoda dikubur dalam tanah secara horizontal, sejajar pipa, pada jarak sekitar 1m dari
pipa pada kedalaman sama atau lebih dalam dari pipa. Lihat Gambar 6.1.
3). Anoda dikubur sepanjang jalur pipa dengan jarak antara anoda sekitar 110m, lihat
Gambar 6.2.
4). Pada setiap sekitar 500m didekat anoda dipasang kotak uji (test-box) dengan tiga
terminal, satu untuk anoda, dua terminal untuk pipa (satu terminal khusus untuk uji
potensial, dua lainnya dihubungkan), lihat Gambar 6 3.
Urutan Pemasangan Sebagai Berikut :
1. Periksa anoda yang akan dipasang apakah dalam kondisi baik, tida ada cacat, terutama
kabel anoda. Gambar 6.4 memperlihatkan contoh anoda Mg. dengan backfill.
2. Gali tanah sejajar pipa pada jarah 1m dari pipa, dengan kedalaman sama dengan
kedalaman pipa atau lebih. Lebar galian sekitar 0,5m. Dari galian tersebut digali juga
ke arah pipa untuk jalan kabel sedalam pipa bagia atas, selebar sekitar 0,5m, lihat
Gambar 6.5.
3. Masukkan anoda ke dalam dengan hati-hati ke dalam galian dengan pertolongan tali
plastik. Tidak diperkenakan mengangkat atau menurunkan anoda ke dalam galian
dengan menggunakan kabel anoda.
4. Kupas lapis lindung bagian atas pipa seluas 10x10cm
2
, bersihkan dengan sikat dan
ampelas sampai kilap logam.
5. Kupas ujung kabel anoda sekitar 7 cm.
6. Laskan ujung kabel pada bagian pipa yang telah di kupas lapis lindungnya dengan las
termit. Lihat Gambar 6.4.
7. Cetakan las kemudian dibuka dan dilepas dari pipa. Lasan dipukul dengan palu untuk
penguatan lasan dan menghilangkan terak.
8. Periksa hasil lasan dan uji dengan jalan menarik kabel dengan hati-hati.
9. Bersihkan daerah lasan dengan sikat, dan kemudian diberi lapis lindung atau royston
handycap.
10. Untuk pemasangan anoda ynag dengan kotak uji, kabel anoda dimasukkan dari kotak
uji dan dipasang pada terminal seperti terlihat pada Gambar 6.7. Selain kabel anoda
56
dua kabel yang dilas termit di pipa juga dipasang pada terminal kotak uji. Satu
terminal pipa dihubungkan dengan kabel anoda, satunya bebas untuk uji potensial.
11. Tahap terakhir adalah pengurugan kembali anoda dan kabel anoda dengan tanah
galian.
12. Seluruh anoda di pasang seperti cara tersebut di atas pada jarak antara anoda sekitar
110m dan pada daerah-daerah kritis, seperti misalnya rivercrossing dan sebagainya.
13. Kotak uji dipasang pada jarak sekitar 500m dan daerah-daerah kritis.
6. Pengujian
Setelah semua anoda dan kotak uji dipasang, kemudian diilakukan pengujian
sebagai berikut :
1. Dilakukan pengukuran potensial di seluruh panjang pipa tepat di atas pipa ynag ada
anodanya dan di tengah-tengah di antara dua anoda, lihat Gambar 6.8.
2. Dibiarkan pipa terpolarisasi selama paling sedikit dua minggu.
3. Kemudian dilakukan pengukuran potensial lagi seperti (1).
4. Bila dalam pengukuran ini ternyata ada daerah-daerah yang tidak terproteksi, atau
potesialnya lebih tinggi dari kriteria proteksi, di lakukan penam,bahan anoda di antara
kedua anoda. Modifikasi lapangan seperti ini adalah hal yang biasa dilakukan dalam
praktek.
5. Kemudian dilakukan uji ulang pada daerah-daerah yang ditambahi anoda, dan
pekerjaan dianggap sempurna bila kriteria proteksi katodik telah dipnuhi. Distribusi
potensial secara skematis digambarkan seperti pada Gambar 6.9.
6. Inspeksi dapat dilakukan satu tahun sekali, dan bila kondisi mulai menunjukkan
gejala-gejala berkurangnya proteksi, inpeksi harus dilakukan lebih sering.
57

LAPIS
LINDUNG
~ 1M
DILAS TERMIT
DAN DILAPIS LINDUNG
Gambar 6.1 Pemasangan Anoda Mg
58

~ 110 m
Gambar 6.2 Sketsa pemasangan anoda dengan jarak ~ 110 m (non-skala)
~ 110 m
Testbox
Las termit
59

Gambar 6.3 Pemasangan kabel pada anoda dengan kotak uji
ANODA
KOTAK UJI
30 CM
UNTUK MENGUKUR
POTENSIAL
60

L
BACKFILL
D
Anoda Mg
Kabel anoda
Gb. 4. Anoda Mg
61

~ 1 m
~ 1 m

pipa
75 cm
Las termit
Gb. 5. Sketsa penggalian tanah untuk penguburan anoda
62

Lapis lindung dikupas sekitar 10 x 10 cm
2
.
Kabel dikupas sekitar 7 cm.
Dilas termit, kemudian diberi lapis lindung.
7 cm
Flint gun
Graphite mold
Gb. 6. Sketsa pemasangan anoda pada pipa dengan las termit
63

Kabel ke anoda
Pipa
galvanis 2
Panjang 1 M
2 kabel ke pipa
1 kabel ke anoda
Untuk tes potensial
Ebonit
Dop
berulir
Baja galvanis
Gb. 7. Kotak Uji (Testbox)

Kabel ke pipa Kabel ke pipa
64

v
Gb.8. Sketsa teknik pengukuran potensial
65

Gb. 9. Distribusi Potensial Pada Proteksi Katodik
Dengan Sistem Anoda Korban.
-mV,CSE
150
0
850
Overproteksi
66
BAB VII
RANCANG BANGUN SISTEM ARUS TANDING
7. 1 Pendahuluan
Perbedaan antara proteksi katodik dengan sistem arus dan sistem anoda korban adalah
bahwa pada sistem arus tanding anoda dipusatkan di suatu lokasi yang disebut
groundbed, yang kapasitas arusnya tinggi dapat sampai ratusan Ampere, sehingga satu
groundbed dapat memproteksi struktur yang besar atau jarak yang jauh, sampai
puluhan kilometer, lihat Gb. 10. Alasan-alasan mengapa dipilih sistem arus tanding
telah dikemukakan di depan. Untuk perbandingan kita akan membuat disain dengan
panjang pipa yang sama, tetapi kondisi yang sesuai untuk sistem arus tanding.

Gb. 10. Proteksi katodik dengan sistem arus tanding
Puluhan km
2,0
67
7.2 Penyajian
Untuk mendisain proteksi katodik dengan sistem arus tanding, data yang sangat
penting di antaranya :
Mengenai kualitas lapis lindung, secara kualitatif diklasifikasikan sebagai berikut:
Kualitas
Resistivitas spesifik
, ohm-m
2
Nakagawa Parker
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
> 10.000
10.000 2.500
2.500 500
500 50
< 50
> 10.000
10.000 2.000
-
< 2.000
-

Apabila data tersebut telah tersedia pada dasarnya kita sudah dapat membuat disain,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Contoh permintaan dari pemilik konstruksi :
Data pipa : D = 18 , t = 0,375 , L = 60 km
Lapis lindung pita polietilen, overlap = 5 cm. Kualitas baik, = 5000 ohm-m
2
Potensial proteksi pipa antara : -0,95 sampai 2,00 V, CSE
Potensial alamiah pipa (tanpa proteksi) = -0,55 V, CSE

Ukuran pipa
Kualitas lapis lindung
Resistivitas Groundbed
Yang lain-lain sesuai dengan persyaratan umum
68
Umur proteksi : 20 tahun
Anoda : besi-silikon, berat 20 kg, d = 2 x L = 60 ; dengan backfill (cannistered), d
= 8 , L = 80 . Anoda dikubur vertikal, jarak antara S
a
= 5m.
Transmormer-Rectifier (TR) : silicon stack, kabinet dicat tahan korosi, fire proof,
ripple maks. 5% , input 220 V, 1 hp, 50 Hz.
Resistivitas tanah groundbed : 20 ohm-m
Dari data tersebut kita akan menghitung terutama :
Urutan perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Menghitung tahanan pipa, r :
( ) t D t
pipa
r

di mana :
pipa
= 0,18 x 10
-6
ohm-m
D = 18
t = 0,375
( )
m / ohm 10 x 44 , 13
02542 , 0 x 375 , 0 18 x 375 , 0 x 14 , 3
10 x 18 , 0
r
6
6


2. Konduktansi lapis lindung, g :

Jarak jangkauan proteksi, X m dari groundbed
Arus proteksi yang diperlukan
Jumlah anoda
Kapasitas TR
69

D
g
m / S 10 x 87 , 2
5000
0254 , 0 x 18 x 14 , 3
g
4

3. Konstanta atenuasi, :
( ) g r
( )
1 5 4 6
m 10 x 21 , 6 10 x 87 , 2 x 10 x 44 , 13


4. Tahanan jaringan pipa, R :
( ) g / r R
( ) ( ) [ ] ohm 216 , 0 10 x 87 , 2 / 10 x 44 , 13 R
4 6



5. Jangkauan proteksi, X :
( )

E / E cosh Arc
X
x 0

( )
km 6 , 31
10 x 21 , 6
40 , 0 / 45 , 1 cosh Arc
X
5

E
kor
= potensial alamiah (korosi) baja dalam tanah, -0,55 V CSE
E
0
= pergeseran potensial dari potensial alamiah dari pipa di dekat groundbed,
-(0,55 2,00)V
70
E
x
= pergeseran potensial dari potensial alamiah dari pipa pada jarak X,(-0,55
- 0,95)V
Apa artinya ini ? Artinya adalah bahwa jangkauan proteksi satu groundbed dapat
mencapai 31,6 km ke arah satu sisi, atau 63,2 km ke arah dua sisi. Jadi, bila groundbed
ditaruh di tengah-tengah, maka seluruh pipa sudah akan terproteksi katodik, jika di
tempat tersebut ada tenaga listrik. Kalau tidak, maka harus dipasang dua groundbed.
Disain yang paling aman menggunakan dua groundbed.
6. Keperluan arus proteks, I
0
:
( ) X R E I tanh /
0 0

( ) ( ) A x x I 45 , 6 31600 10 21 , 6 tanh 216 , 0 / 45 , 1
5
0


7. Sediaan arus, I
R
:
1
0 f R
S x I I
A 06 , 8 25 , 1 x 45 , 6 I
R

S
f1
= faktor keamanan, 125%
Ini adalah arus yang harus disediakan untuk panjang 31,6 km. Untuk menjaga
keamanan, sediaan arus TR harus dikalikan lagi 150%, sehingga menjadi 12 A. Hal
ini untuk mengatasi apabila terjadi penyimpangan dalam penerapan lapis lindung atau
kondisi lingkungan berubah karena perkembangan aktivitas industri, dan sebagainya.
Banyak perancang yang menggunakan faktor keamanan berlebihan, sampai 500%.
71
8. Berat anoda per groundbed, W
0
:
Data anoda : berat, w = 20 kg
konsumsi C = 0,8 kg/AY
faktor guna (utilization factor) U = 0,8
umur anoda Y = 20 tahun
U
I x C x Y
W
0

kg 240
8 , 0
12 x 8 , 0 x 20
W
0

9. Jumlah anoda pergroundbed, N :
( )
2 f
S x w / W N
0

( ) anoda 18 5 , 1 x 20 / 240 N
S
f2
= faktor keamanan 150%, biasa digunakan untuk jumlah anoda untuk mengatasi
tahanan di mana resistivitas tanah sering mengalami perubahan karena musim.
10. Tahanan anoda individual, R
v
:
( )

,
_

1
8
ln
2
tan
d
L
x
L
ah
R
v

72
( ) ( ) ohm 39 , 5 1 2 , 0 / 2 x 8 ln
2 x 14 , 3 x 2
20
R
V

= 20 ohm-m
L = panjang anoda dengan backfill, 2m
d = diameter anoda dengan backfill, 0,2 m
11. Faktor interferensi, F :
Anoda yang dikubur berdekatan akan saling mempengaruhi atau terjadi interferensi.
Faktorinterferensi F dapat dihitung menurut rumus :
( ) N x 66 , 0 ln
R S

1 F
v a
+

( ) 585 , 1 18 x 66 , 0 ln
39 , 5 x 5 x 14 , 3
20
1 F +
12. Tahanan groundbed, R
N
:
( ) F x N / R R
v N

( ) ohm x R
N
475 , 0 585 , 1 18 / 39 , 5
13. Tegangan catu daya, V
0
=
( ) E R S x R I V
C 3 f N R 0
+ +
( ) V 025 , 12 5 , 2 2 , 0 25 , 1 x 475 , 0 12 V
0
+ +
73
S
f3
= faktor keamanan, 125%
R
C
= tahanan rangkaian, 0,2 ohm.m
E = tegangan balik (back voltage), 2,5 V
Tegangan DC dari TR harus lebih besar dari V
0
tetapi untuk keamanan sebaiknya
tidak lebih dari 60 V, meskipun di Indonesia TR dengan keluaran tegangan DC 100 V
telah digunakan oleh suatu perusahaan.
Untuk disain ini disarankan untuk menggunakan tegangan 24 V, sehingga keluaran
DC dan TR adalah : 24 V, 12 A.
7.3 Penutup
Kesimpulan
Disain ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut, lihat Gb. 11 :
1. Untuk memproteksi katodik pipa dia. 18 x 60 km diperlukan dua groundbed yang
dipasang di antara jarak pipa di mana ada tenaga listrik.
2. Tiap groundbed memerlukan TR 24 V, 12 A; 18 anoda Fe-Si 20 kg.
3. Potensial proteksi antara 0,95 sampai 2,00 V CSE.
4. Lokasi groundbed sekitar 100 m dari pipa.
5. Anoda dikubur vertikal dengan jarak antara anoda 5 m
74

- mV,CSE
Groundbed
dengan 18
anoda
850
~ 2000
Groundbed
dengan 18
anoda
Gb.11. Rancangan pemasangan groundbed
secara skematis
75
Pemasangan
Urutan pemasangan sebagai berikut :
1. Periksa anoda apakah dalam kondisi baik, terutama kabel anoda, sebab cacat pada
kabel anoda, misalnya tembaganya terbuka akan menyebabkan kegagalan total.
Gb. 12 adalah contoh anoda Fe-Si.
2. Tentukan lokasi untuk groundbed kira-kira sekitar 100 m dari pipa yang akan
diproteksi, yang resistivitasnya telah diukur. Lakukan pengukuran untuk
penggalian atau pengeboran (bila anoda dipasang vertikal) sesuai dengan rencana,
yaitu dengan jarak antara anoda 5 m, dan ke dalam 2 m minimum, lihat Gb. 13.
3. Masukkan anoda ke dalam galian atau lubang bor dengan hati-hati dengan
menggunakan tali yang kuat. Awas : dapat menimbulkan kecelakaan kalau tidak
hati-hati, karena berat anoda dapat melukai tangan.
4. Ujung kabel anoda dikupas sekitar 5 cm dan hubungkan ke kabel untama yang
juga telah dikupas sekitar 5 cm dengan klem. Masukkan bagian ini ke dalam
cetakan scotch cast dan kemudian dicorkan scotch cast (two pack). Gb. 14
memperlihatkan cetakan scotch cast atau splicing kit.
5. Kabel anoda sebaiknya disambung ke kabel utama ganda seperti terlihat pada Gb.
15. untuk menghindari kegagalan.
6. Setelah semua anoda terhubung sempurna (diperiksa), masukkan kabel utama ke
dalam parit sedalam sekitar setengah meter. Timbun dengan tanah sampai sedikit
di atas kabel, dan kemudian taruh di atasnya bata sebagai pengaman. Kemudian
urug galian kabel sampai rata tanah, tetapi ujung kabel harus mencuat ke atas
tanah sekitar 2 meter. Beri tanda ujung kabel dengan warna merah sebagai tanda
kabel positif, dipasangkan pada terminal positif darTR pada joint-box.
7. Kabel negatif dilaskan dengan las termit pada pipa, dan kemudian diberi lapis
lindung. Kabel negatif ini dimasukkan dalam lubang galian kabel seperti halnya
kabel positif, dan ujung kabel ini dipasangkan pada terminal negatif dar TR dalam
joint-box tadi.
76
8. Sepanjang jalur pipa dipasang kotak uji (test-box, test-point), di mana dalam
kotak tersebut dipasangkan terminal kabel dari pipa. Kotak uji juga dipasang pada
daerah-daireh yang diperkirakan kritis.
9. Setelah semuanya terpasang sempurna, dan hubungan-hubungan listrik telah
diperiksa kebenarannya, sistem proteksi katodik siap dioperasikan.
Pengoperasian proteksi katodik dan monitoring
1. Pengoperasian proteksi katodik mulai dengan memberikan arus proteksi dari kecil
sampai suatu angka di mana pipa di dekat groundbed mencapai sekitar 1,50 V,
VSE dulu, dan titik terjauh di groundbed juga diamati apakah sudah mencapai
0,95 V, CSE.
2. Bila titik terjauh belum mencapai 0,95 V, arus proteksi dinaikkan lagi sampai
angka tersebut tercapai, dengan catatan potensia dekat groundbed tidak boleh
lebih negatif dari 2,00 V. bila kondisi ini dicapai, arus dipertahankan pada angka
tersebut. Dalam kondisi normal, artinya semua pekerjaan dilakukan dengan
saksama semua akan berjalan dengan normal juga, artinya sesuai dengan disain.
3. Bila kondisi tersebut tidak dapat dipenuhi, biasanya ada ketidakberesan pada
penerapan lapis lindung atau kebocoran insulating flange. Oleh karena itu
sebelum menaikkan lagi arus proteksi perlu dilakukan pengamatan secara
menyeluruh.
4. Bila kondisi proteksi tercapai sesuai disain, pipa dibiarkan terpolarisasi selama
dua minggu, dan setiap hari sebaiknya dilakukan pengamatan di daerah-daerah
kritis dan kerja TR.
5. Setelah dicapai kondisi stabil, arus proteksi diatur pada kondisi seideal mungkin
dan pekerjaan proteksi katodik dapat dianggap selesai.
77
6. Monitoring dilakukan untuk waktu satu bulan, tiga bulan, dan seterusnya setiap
enam bulan.
7. Pengamatan TR dilakukan setiap hari melalui pilot lamp.

78


Cannister, galvanized
Coke BreezeBackfill
Anode Fe-Si
3
8
60 80
Gb. 12. ANODA Fe-Si
79

~ 5 m
2 m
scotchcast
Gb. 13. Sketsa pemasangan anoda di groundbed (tanpa skala)
80

KABEL
UTAMA
KABEL
ANODA
SPLIT BOLT
SCOTCHCAST
RESIN
MOLDED PLASTIC
BODY
FILL HOLE
Splicing kits (Scotch-cast)
81

scotchcast
Anoda dengan
backfill
82
i

Anda mungkin juga menyukai