Anda di halaman 1dari 11

1

III. PEMBAHASAN
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan
reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA
( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Titrasi kompleksometri ini
ada 3 macam, yaitu langsung, tidak langsung, dan substitusi. tergantung sifat zat yang akan
ditentukan, misalnya calcium, maka indikator yang dipakai, pH dll akan berbeda, dalam
titrasi kompleksometri juga. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Syaratnya
mempunyai kelarutan tinggi. Contohnya : kompleks logam dengan EDTA dan titrasi dengan
merkuro nitrat dan perak sianida.
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu
molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik lain. Gugus-
gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat
dinyatakan oleh persamaan:
M(H
2
O)
n
+ L = M (H
2
O)
(n-1)
L + H
2
O
Disini ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan,
dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi, sampai
terbentuk kompleks ML
n
; n adalah bilangan koordinasi dari logam itu, dan menyatakan
jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya.
Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada
ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul H
2
O
atau NH
3
, adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik
oleh penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila
molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu
pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan
adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan
seperti ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks
tris(etilenadiamina) kobalt(III), [Co(en)
3
]
3+
. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6
2

(dari) kobalt(III), setiap molekul etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui
pasangan elktron menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya
tiga cincin beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan
cincin ini disebut penyepitan (pembentukan sepit atau kelat).
Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom-koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-penyumbang dalam
molekul, dapat merupakan heksadentat.
Spesi-spesi yang kompleks itu tak mengandung lebih dari satu ion logam, tetapi
pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang
mengandung dua ion logam, atau bahkan suatu komleks polinuklir, yang mengansung lebih
dari dua ion logam, dapat terbentuk. Begitulah, interaksi antar ion Zn
2+
dan Cl
-
dapat
menimbulkan pembentukan kompleks binuklir, misalnya [Zn
2
Cl
6
]2- disamping spesi
seederhana seperti ZnCl
3
-
dan ZnCl
4
2-
. Pembentukan kompleks binuklir dan polinuklir jelas
akan lebih diuntungkan oleh konsentrasi yang tinggi ion logam itu; jika yang terakhir ini
berada sebagai konstitusi runutan dari larutan, kompleks-kompleks polinuklir sangat kecil
kemungkinannya akan terbentuk
Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini
akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan
mencapai keseimbanagan.
Senyawa kompleks

Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :

a) Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan dengan baik
menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian
logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.



3



b) Ciri-ciri khas ligan itu.
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1. kekuatan basa dari ligan itu
2. sifat-sifat penyepitan (jika ada)
3. efek-efek sterik (ruang).

Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan
umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari
berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2. Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris-
pertama, membentuk kompleks-kompleks labil
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-
kompleks inert.

Suatu reaksi kompleks dapat dipakai dalam penitaran apabila:
1. Kompleks cukup memberikan perbedaan pH yang cukup besar pada daerah
titik setara.
2. Terbentuknya cepat.


Beberapa jenis senyawa Kompleks
Ada 2 jenis lignand dilihat dari jumlah atom donor di dalamnya :
1. Ligand monodentat : terdapat 1 atom di dalamnya
2. Ligand polidentat : terdapat lebih dari 1 atom donor di dalamnya
Contoh beberapa komplekson :
1. Asam nitrilotriasetat(III)
Nama lainnya adalah :
4

NITA
NTA
Komplekson I
2 . Asam trans-1,2-diaminosikloheksana-N,N,N,N-tetraasetat(IV)
Nama lainnya adalah:
EDTA
DcyTA
DCTa
Komplekson IV
3. Asam 2,22etilenadioksibis(etiliminodiasetat) (V)
Nama lainnya:
Asam etilenaglikolbis (2-aminoetil eter) N,N,N,N-tetraasetat (EGTA)
4. Asam trietilenatetramina-N,N,N,N,N,N-heksaasetat (TTHA)
Pengaruh PH

Dalam larutan asam reaksi titrasi EDTA dapat ditulis :
M
n+
+ H
2
Y MY
n-4
+ 2 H
+

Dari reaksi jelas bahwa kesempurnaan reaksi tergantung dari pH larutan contoh. pH
semakintinggi semakin baik dan sebaiknya pada suatu Ph tertentu terdapat batas pH yang
berarti, pada pH batas tertentu titrasi menjadi tidak layak.Maka larutan contoh pada titrasi
EDTA harus Diberi buffer agar dapat memenuhi pH yang baik tersebut.
Metode pengerjaan titrasi EDTA

1. Titrasi langsung
Cara ini digunakan untuk kation yang bereaksi cepat dengan EDTA.
2. Titrasi Kembali
digunakan untuk kation yang bereaksi lambat dengan EDTA atau bila indikator yang
tersedia tidak cocok.
5

3. Titrasi subtitusi atau penggantian
cara ini baik digunakan untuk kation yang membentuk kelat EDTA lebih kuat dari
Mg-EDT atau Zn-EDTA.
4. Titrasi Alkalimetri

Jenis-jenis titrasi EDTA, yaitu :

1. Titrasi langsung
2. Titrasi balik
3. Titrasi penggantian atautitrasi substitusi
4. Titrasi alkalimetri
5. Macam-macam metode
Kurva pada titrasi EDTA dibuat dengan memplot pM (logaritma negatif dari
konsentrasi ion logam bebas : pM = -log[M
n+
]) pada sumbu y dan volume larutan EDTA
yang ditambahkan pada sumbu x.
Faktor-faktor yang akan membantu menaikkan selektivitas, yaitu :

1. Dengan mengendalikan pH larutan dengan sesuai
2. Dengan menggunakan zat-zat penopeng
3. Kompleks-kompleks sianida
4. Pemisahan secara klasik
5. Ekstraksi pelarut
6. Indikator
7. Anion-anion
8. Penopengan Kinetik

Penambahan Indikator

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai
tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat
digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus
sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah
6

berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu
haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu
harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh
perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil
dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA
memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA
harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-
indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka
terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit
mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan
titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH
tinggi, 12, Mg(OH)
2
akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh
Ca
2+
dengan indikator.

Macam-macam indikator logam, yaitu diantaranya :

1. Mureksida (C.I. 56085)
2. Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T)
3. Indikator Patton dan Reeder
4. Biru Tua Solokrom atau Kalkon
5. Kalmagit
6. Kalsikrom (calcichrome)
7. Hitam Sulfon F Permanen (C.I. 26990)
8. Violet Katekol (Catechol Violet) atau Violet Pirokatekol (Pyrocatechol Violet)
9. Merah Bromopirogalol (Bromopyrogalol Red)
10. Jingga Xilenol (Xylenol Orange)
11. komplekson Timolftalein (Timolftalein)
12. Biru Metiltimol (Komplekson Biru Metiltimol)
13. Zinkon (Zincon) atau 1-(2-hidroksi-5-sulfofenil)-3-fenil-5-(2-karboksifenil)-
formazan
14. Biru Variamina (C.I. 37255)



7

Kesalahan titrasi
Korbl dan Pribil telah mengkelompokkan titrasi kompleksometri. Meliputi titrasi
asam basa, demikian Ringbom. Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara
yang dipakai untuk mengetahui titik akhir.
Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama ditunjukkam atau
berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan, dideteksi.
Pertama, kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan. Kedua,
digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan logam
yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi kompleks
yang lebih stabil. Misalnya EDTA.
Zat yang digunakan sebagai indikator dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan.
Pertama, senyawa senyawa yang tidak berwarna. Kedua zat warna organik yang
mempunyai sifat sebagai indikator asam-basa dan mengandung gugus pembentuk khelat.
Korbl menamakan indikator tersebut Indikator Meakhromik. Dalam suatu titrasi dengan
indikator tersebut, titik akhir ditandai oleh perubahan dari warna kompleks indikator logam
ke warna indikator bebas.
Kesalahan absolut sama dengan jumlah logam yang tidak terikat menjadi kompleks
pada titik ekivalen. Jumlah logam yang diubah menjadi kompleks, sangat tergantung pada
kepekaan indikator yang dipakai. Kepekaan ini tergantung pada tetapan satabilitas atau
tetapan pembentukan kompleks. K untuk reaksi antara logam dengan indikator M + I MI,
didefinisikan sebagai K
1
= [ MI ] / [ M ] [ I ]. Dan tergantung pada konsentrasi indikator,
sebab indikator bertindak sebagai pembentuk kompleks, bersaing dengan titran. pH juga
mempengaruhi kesalahan titrasi kompleksometri.
Jika digunakan indikator metakhromik dua warna, warna larutan ditentukan oleh
rasio A= [ MI ] / [ M ]. Seperti pada indikator asam-basa, perubahan warna berlangsung pada
interval A=9 sampai A=1/9.
Pada indikator satu warna, titik akhir diamati jika konsentrasi kompleks indikator
logam [ MI ] telah berkurang sampai nilai batas b = [ MI ]
min
berbeda-beda, tergantung
absoptivitas molar dari kompleks berwarna.
8

Kita tetapkan knsentrasi optimum indikator metakhromik dengan menggunakan
rumus yang menggambarkan hubungan antara kepekaan indikator ( U ) dengan konsentrasi,
menggunakan persamaan
U = A ( 1/K
1
+ C
1
/A + 1 )
Dimana C
1
konsentrasi total indikator. Tentu, jika reaksi indikator makin peka,
makin besar perubahan nilai A yang diakibatkan oleh perubahan kecil konsentarsi logam (
bebas / terikat pada indikator ), atau makin dekat turunan dU/dA = 1/K
1
+ C
1
/( A + 1 )
2

terhadap minimumnya. Minimum tercapai jika C
1
= 0, sesuai dengan praktek. Paling baik
jika ditambahkan sedikit indikator metkhromik. Sama dengan persamaan kepekaaan bahwa
konsentrasi indikator praktis tidak berpengaruh jika C
1
U.
Pada indikator satu wana, U = B ( 1/K
1
.C
1
+ 1 ) dan turunan pertama dU/dB = (
1/K
1
.C
1
) + 1 mencapai minimum jika C
1
sebesar mungkin. Disini inikator harus ditambahkan
untuk meniadakan disosiasi warna kompleks yang terbentuk dari logam dan iindikator agar
sedikit jumlah logam yang tak tertitrasi. Untuk perhitungan kesalahan titrasinya, perlu
menentukan kepekaan aktual dari indikator pada kondisi tertentu.
Kepekaan ini dapat ditetapkan baik secara percobaan atau nilai K
1
dan C
1
diketahui,
dapat dihitung dengan rumus untuk interval A dari 1/9 sampai 9, atau dengan nilai B yang
ditetapkan secara pecobaan. Kesalahan relatif didapat dari rumus ? = ( p 1 ) x 100% dimana
p rasio konsentrasi logam C
1
dan jumlah titran yang diperlukan C
y
yang dapat ditetapkan dari
hubungan :
p = 1 U/C
m
+ a
y
/U.K
C
m
= [ M ] + [ MY ] menyatakan konsentrasi total logam, dan K tetapan stabilitas
kompleks yang tebentuk antara logam dengan titran. K = [ MY ]/ [ M ] [ Y ]. Rasio K/a
y
merupakan tetapan stabilitas untuk pH tertentu, besaran a
y
oleh Ringbom disebut koefisien
reaksi samping, modifikasi tetapan stabilitas termodinamik dengan mempertimbangkan
derajat pembentukan kompleks tertentu pada nilai pH tertentu


9

Tabel V
Nilai log a
y
untuk EDTA
PH log a
y
pH log a
y
pH log a
y

0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
2,2
2,4
2,6
2,8
21,18
20,39
19,59
18,42
18,01
17,20
16,45
15,68
14,93
14,21
13,52
12,79
12,24
11,67
11,13
3,0
3,2
3,4
3,6
3,8
4,0
4,2
4,4
4,6
4,8
5,0
5,2
5,4
5,6
5,8
10,63
10,16
9,71
9,28
8,86
8,45
8,04
7,65
7,23
6,84
6,45
6,06
5,69
5,05
4,98
6,0
6,2
6,4
6,6
6,8
7,0
7,55
8,0
8,5
9,0
9,5
10,0
11,0
12,0
14,0
4,65
4,33
4,06
3,79
3,55
3,32
2,78
2,26
1,77
1,29
0,83
0,45
0,07
0,00
0,00


10

Tabel VI
Tetapan stabilitas khelat beberapa kation dengan EDTA
( pK
1
= 2,0 ; pK
2
= 2,76 ; pK
3
= 6,16 ; pK
4
= 10,26 )
Kation log K
Mey
Kation log K
Mey

Mg
2+

Ca
2+

Sr
2+

Ba
2+

Mn
2+

Fe
2+

Fe
3+

8,69
10,96
8,63
7,76
14,04
14,33
25,1
Co
3+

Ni
2+

Cu
2+

Zn
2+

Cd
2+

Pb
2+

Al
3+

16,31
18,62
18,80
16,50
16,46
18,04
16,13
Kesalahan relatif dengan mudah ditetapkan menggunakan monogram yang
dipublikasi dalam makalah asli Korbl dan Pribil. Dalam monogram ini nilai U/C
m
dan a
y
/U.K
terbaca langsung dalam persen dan selisihnya menunjukkan kesalahan relatif total.
Masalah tajamnya perubahan warna indikator pada titik ekivalen titrasi
kompleksometri, sangat penting untuk ketelitian hasil, telah diteliti oleh Reilley dan Schmid.






11

IV. KESIMPULAN
1. Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan
reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia
EDTA
2. Ion Logam adalah senyawa dalam senyawa kompleks disebut inti logam, sedangkan
partikel donor elektronnya disebut ligand (ion atau partikel) . Jumlah ligand yang
dapat diikat oleh suatu ion logam disebut bilangan koordinasi.
3. Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk
mengetahui titik akhir.
V. DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai