Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 2

“ARGENTOMETRI”

KELOMPOK 2 :

NUR RIZQI SYAFITRI 754840119018


NURWIGYA MOHAMAD PUTRI 754840119021
OLIVIA ABD. AZIS AHMAD 754840119023
RAHMADINA ABDULLAH 754840119025
RIA ANGGRANI HAMZAH 754840119026
SITI SABRINA KOROMPOT 754840119027
SRI WAHYUNI YUNUS 754840119028
VURQAN HAKIM MAKU 754840119033
ZAHRA AINUN MAKU 754840119038

PEMBIMBING : DWINA RAMADHANI POMALINGO, S.FARM, M.FARM.

PRODI DIII FARMASI


POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanallah Wa Ta’ala atas segala
rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga laporan praktikum Kimia Farmasi 2 yang
berjudul “TITRASI ARGENTOMETRI” terselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam senantiasa kita dengung sanjukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini dan
semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafa’atnya.
Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami. Kami selaku penyusun
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Gorontalo, mei 2021


Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum.................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
A. Definisi Argentometri............................................................................. 3
B. Metode Dalam Titrasi Argentometri....................................................... 3
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Endapan...........................................4
D. Uraian Bahan ............................................................................................6
BAB III METODE KERJA.............................................................................. 7
A. Alat dan Bahan......................................................................................... 7
B. Prosedur Kerja.......................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 9
A. Hasil Pengamatan..................................................................................... 9
B. Pembahasan...............................................................................................9
BAB V PENUTUP............................................................................................. 12
A. Kesimpulan............................................................................................... 12
B. Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13
LAMPIRAN....................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana
penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan
yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang
menyebut titrasi dengan nama analisis volumetric (Simanjutak, 2018).
Titrasi pengendapan atau argentometri adalah titrasi yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit.
Hal pertama yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati
(Khopkar, 2011).
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak
Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit
yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat
AgNO3(Underwood, 2010).
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut (Khopkar, 2011).
Pada argentometri terdapat tiga metode yang dapat digunakan, antara lain
metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Metode Mohr adalah salah satu
cara dalam argentometri yang merupakan metode paling baik untuk menentukan
kadar klorida dari suatu larutan. Indikator yang digunakan adalah K2CrO4 (Kalium
Kromat) dan titran yang digunakan AgNO3 (Perak Nitrat). Indikator menunjukkan
tercapainya titik akhir titrasi, dengan perubahan warna larutan yang telah dicampur
dengan indikator K2CrO4terbentuk endapan yang berwarna merah bata (Fritz,2013).
Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan percobaan titrasi
Argentometri untuk menentukan kadar dalam suatu sampel yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penentuan kadar suatu zat senyawa dengan metode titrasi
Argentometri ?
2. Bagaimana hasil akhir titrasi Argentometri ?
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara penetuan kadar suatu zat senyawa pada metode titrasi
Argentometri.
2. Untuk mengetahui hasil akhir dar titrasi Argentometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Titrasi Argentometri


Argentometri adalah penetapan kadar suatu zat dalam larutan berdasarkan
pengendapan dengan memakai larutan (AgNO3) sebagai standar. Pada reaksi
argentometri terbentuk endapan AgCl (perak klorida). Endapan adalah padatan yang
tidak larut dan terpisah dari larutan. Analisa argentometri ini biasanya digunakan
untuki penentuan kadar senyawa yang mengandung unsur halogen (SPU golongan
VII A, yaitu Cl, Br, I) karena reaksi antara ion Ag⁺ dan ion dari senyawa tersebut
dapat menghasilkan suatu endapan (Ershanggono, 1996).
Titrasi argentometri adalah reaksi titran dengan titrat membentuk endapan yang
sukar larut seperti ion klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3)
membentuk endapan perak klorida (AgCl) berwarna putih. Pengendapan dalam
titrasi pengendapan dipengaruhi oleh pH maupun adanya komplekson (Parwatha,
2012). Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya yaitu
reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan
titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk
melihat titik akhir titrasi (Khopkar, 2011).
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat. Dengan mengukur volume
larutan standar yang digunakan sehingga sekuruh ion Ag⁺ dapat tepat diendapkan,
kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).
B. Metode Titrasi Argentometri
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan
berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain
(Harizul,2013) :
1. Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti
NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir
titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi
kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4,
saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi
AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO 3,
memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan
titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+ .
2. Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan
larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi
antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua
reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui
jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan
titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam
sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan
cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan
arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
3. Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi.Indikator adsorpsi ialah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen,
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
C. Faktor-Faktor Mempengaruhi Endapan
Titrasi Argentometri dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan endapan. Faktor-faktor tersebut antara lain (Purnama
Sari, et al, 2014) :
1. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan
meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan
banyak endapan yang berada pada larutannya.
2. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut
organik seperti alkohol atau asam asetat.Perbedaan kelarutan suatu zat dalam
pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua
zat.Setiap pelarut memiliki kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau
zat, begitu juga dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada
pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang
mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan
Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika kita larutkan dalam larutan NH 4OH dibanding
dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH 4OH
sudah terdapat ion sejenis yaitu OH- sehingga akan mengurangi konsentrasi
Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan
dalam metode gravimetri.
4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah
dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan
anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin larut dengan adanya
kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan I- membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan
perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam
tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam
tersebut
.
6. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat
kelarutannya dengan adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan kation
garam tersebut. Sebagai contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan
larutan NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl.
D. Uraian Bahan
1. Aquadest (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02


Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pelarut
2. Perak Nitrat (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : ARGENTII
Nama lain : Perak (II) Nitrat
Rumus molekul : AgNO3
Rumus struktur :

Berat molekul : 169,73


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol 95%
Pemerian : Hablur transparan/ serbuk hablur berwarna putih, tidak
berbau, menjadi gelap jika terkena cahaya
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titran
2. Perak Nitrat (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : KALII KROMAT
Nama lain : Kalium Kromat
Rumus molekul : K2Cr2O4
Rumus struktur :

Berat molekul : 194


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Pemerian : Hablur kuning
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
3. Alat
a) Erlenmeyer 250 ml
b) Buret 50 ml
c) Labu ukur 500 ml
d) Gelas ukur
e) Gelas kimia 100 ml
f) Neraca analitik
g) Pipet tetes
4. Bahan
a) AgNO3 (Perak Nitrat)
b) Aquadest
c) Alkohol 70%
d) K2CrO45%
B. Prosedur Kerja
1. Cara pembuatan larutan
a) Pembuatan Larutan Baku SekunderAgNO3
1.Ditimbang AgNO3 sebanyak 8,5 gram menggunakan neraca analitik,
kemudian masukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
2. Ditambahkan aquadest sampai tepat garis tanda lalu dikocok hingga
homogen.
3. Disimpan larutan pada botol reagen coklat.
2. Pembuatan Larutan AgNO3
a. Metode Mohr
1. Dipipet 10 mL larutan NaCl menggunakan pipet volume yang kering dan
bersih dan dimasukan kedalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan kira-kira 5-10 tetes indikator K2CrO4
3. Dititrasi dengan AgNO3sampai membentuk endapan merah bata yang tidak
hilang setelah dikocok
4. Dicatat volume AgNO3 yang diperlukan
5. Diulangi perlakuan ini 1 kali lagi.
6. Dihitung normalitas rata-rata larutan AgNO3 sampat empat angka
dibelakang koma.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data Pembakuan Larutan AgNO3

Percobaan Volume NaCl VolumeAgNO3

I 10 mL 10,5 mL

II 10 mL 10,5 mL

2. Data Penentuan Kadar Sampel (Air Kran)

Percobaan Volume Sampel Volume AgNO3

1. 10 mL 0,5 mL

2. 10 mL 0,5 mL

3. 10 mL 0,4 mL

4. 10 mL 0,5 mL

5. 10 mL 0,5 mL

6. 10 mL 0,3 mL

7. 10 mL 0,4 mL

8. 10 mL 0,5 mL

9. 10 mL 0,5 mL

C. Pembahasan
Titrasi Argentometri merupakan titrasi pengendapan. Titrasi
pengendapan merupakan reaksi titran dengan titrat membentuk endapan yang
sukar larut seperti misalnya ion klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat
(AgNO3) membentuk endapan perak klorida (AgCl) berwarna putih.
Pengendapan dalam titrasi pengendapan dipengaruhi oleh pH maupun adanya
komplekson (Purnama Sari, et al, 2014).
Pada analisis argentometri ada beberapa cara pengendapan yang dikenal
yaitu Mohr, Fajans, Volhard. Titrasi  pengendapan  atau argentometri 
didasarkan  atas  terjadinya  pengendapan kuantitatif yang dilakukan dengan
penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada larutan senyawa
yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah
membentuk endapan.
Percobaan kali ini dilakukan dengan metoe mohr. Metode Mohr biasanya
digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO 3 sebagai titran
dan K2CrO4 sebagai indikator. Menurut Harizul, 2013 Titik akhir titrasi ditandai
dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat.
Sampel dalam titrasi argentometri metode Mohr harus netral karena apabila
dalam suasana asam endapan Ag2CrO4 akan larut membentuk perak dikromat
(Ag2Cr2O4), sedangkan dalam suasana basa AgNO 3 akan bereaksi dengan ion
hidroksida membentuk endapan perak hidroksida (AgOH) (Huljani, dkk., 2018).
Langkah awal yang dilakukan yaitu membuat larutan baku sekunder
dengan cara menimbang AgNO3 sebanyak 8,5 gram kemudian dilarutkan dengan
250 mL aquadest setelah dilarutkan disimpan larutan dalam tempat yang gelap.
harus disimpan di tempat atau yang gelap karena menurut Depkes, 1979 AgNO3
akan menjadi gelap jika terkena cahaya. Larutan standar sekunder yaitu suatu
larutan yang konsentrasinya telah ditetapkan dengan akurat (Rodiani, 2013).
Langkah kedua yaitu melakukan standarisasi AgNO3. Larutan baku
AgNO3 harus terlebih dahulu distandarisasi menggunakan larutan NaCl karena
AgNO3 termasuk larutan standar sekunder. Menurut Santoso, 2017 tujuan
standarisasi untuk yaitu mengetahui konsentrasi sebenarnya pada AgNO 3.
Standarisasi larutan standar menggunakan larutan baku primer yaitu larutan
yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara
pasti melalui metode gravimetri (massa).Hal yang dilakukan untuk standarisasi
yaitu dipipet 10 mL NaCl dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 5
tetes indikator kalium kromat dan dititrasi menggunakan AgNO 3. Penambahan
Indikator kalium kromat menurut Santoso, 2017 bertujuan untuk mengetahui
warna dari titik akhir titrasi, pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak
klorida setelah titik ekuivalen, maka dengan penambahan sedikit perak nitrat
akan bereaksi dengan kromat dan membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah kecokelatan. Ag+ dari larutan baku AgNO3 dengan zat klor (Cl)
akan bereaksi dan membentuk endapan AgCl berwarna putih. Setelah zat klor
telah bereaksi semua, maka Ag+ akan bereaksi dengan CrO 4 2- dari kalium
kromat yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah bata.
Semakin lama titik akhir titrasi tercapai, maka semakin banyak larutan AgNO 3
yang dipakai (Pratama, 2018).
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4↓ + 2KNO3
Merah Bata
Langkah ketiga dilakukan Penetapan kadar klorida pada sampel air sumur
dimana yang dilakukan yaitu dimasukan masing-masing sampel air sumur 10
mL kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 5 tetes Indikator K2CrO4 dan dititrasi
menggunakan AgNO3
Hasil yang didapatkan dalam standarisasi larutan AgNO3 dan penentuan
kadar yaitu terdapat endapan berwarna merah bata dimana hasilnya sudah sesuai.
Dimana pada standarisasi saat NaCl ditambahkan Indikator dan larutan NaHCO
yang kemudian dititrasi dengan AgNO3 akan membentuk endapan merah bata
(Antara, 2008). Hal ini sesuai dengan literatur dimana terbentuknya endapan
merah bata menandakan air kran banyak mengandung kandungan klorida (Jurnal
Ilmu Kimia dan terapan, 2018). Adapun reaksi yang dihasilkan:
Sebelum titik ekuivalen:
AgNO3(aq) + CI-(aq) → AgCI(s)↓ +NO3 (aq)
Setelah titik ekuivalen:
K2CrO4(aq) +2AgCl → Ag2CrO4(s)↓(merah bata) + 2KCl(aq)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Cara penentuan kadar suatu zat senyawa metode titrasi argentometri yaitu
titrasi secara langsung dengan menggunakan metode Mohr, dan metode
Fajans, serta titrasi secara tidak langsung dengan menggunakan metode
Volhard.
2. Dalam titrasi argentometri didapatkan hasil bahwa dalam standarisasi
menggunakan metode mohr volume larutan AgNO 3 yang digunakan yaitu 10
mL dengan hasil larutan berwarna kuning kecoklatan dan terdapat endapan
berwarna merah bata. Untuk penentuan kadar sampel didaptkan hasil larutan
berwarna kuning kecoklatan dan terdapat endapan merah bata.
B. Saran
1. Mahasiswa harus teliti dalam menimbang bahan dan melakukan titrasi.
2. Mahasiswa harus mengetahui bahan-bahan apa yang mudah teroksidasi oleh
cahaya saat digunakan dalam melakukan titrasi
DAFTAR PUSTAKA

Fritz, G.J., 2013. Introduction Plant Physiology, Second Edition. New Jersey: Prentice


Hall, Inc, Englewood Clifts.
Harrizul, R., 2013. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press. Padang.
Isnawati, A. & Alegantina, S., 2010. Identifikasi dan Penetapan Kadar Senyawa
Kumarin Dalam Ekstrak Metanol Artenisia Annua L Secara Kromatografi Lapis
Tipis-Densitometri, Bul. Penelitian Kesehatan.Vol..38(1).
Khopkar S.M., 2011. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Underwood., 2010. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima.Erlangga. Jakarta.
Purnama Sari, N.P.Y, dkk., 2014. Pengaruh Ion Tiosulfat terhadap pengukuran
Kadar Klorida Metode Argentometri. Jurnal Chemistry Laboratory.Vol.1(2).
Parwatha, M. O. A., 2010. Buku Kerja dan Petunjuk Praktikum Analisa Air. Program
Studi D3 Analisa Kesehatan STIKES Wira Medika PPNI Bali.
Simanjutak, R., 2018. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair
Merek “LX” dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi. Vol.2(4).
LAMPIRAN

A. Alat

Beaker glass Batang Pengaduk Erlenmeyer

Gelas Ukur Neraca Analitik KacaArloji

Statif, Klem, Pipet Tetes Statif, Klem,

Botol Semprot
B. Bahan

aquadest AgNO3 K2CrO7

C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan baku sekunder AgNO3

DitimbangAgNO3 Dilarutkandalam2
8,5614 g 50 mL air suling

2. Penetapan Kadar Klorida Pada Sampel Air Sumur (Metode Mohr)

Dipipet 10 mL Ditambahkan 5-10 Dititrasi dengan


larutan sampel tetes indikator larutan AgNO3
K2CrO7
Hasil titrasi Hasil titrasi Hasil titrasi
terbentuknyaendapanm terbentuknyaendapanmer terbentuknyaendapanmer
erahbata ahbata (Sampel 1) ahbata(Sampel 2)

Hasil titrasi Hasil titrasi Hasil titrasi


terbentuknyaendapanmer terbentuknyaendapanmer terbentuknyaendapanmer
ahbata(Sampel 3) ahbata(Sampel 4) ahbata(Sampel 5)

Hasil titrasi Hasil titrasi Hasil titrasi


terbentuknyaendapanmer terbentuknyaendapanmer terbentuknyaendapanmer
ahbata(Sampel 6) ahbata(Sampel 7) ahbata(Sampel 8)

Hasil titrasi
terbentuknyaendapanmer
ahbata(Sampel 9)

Anda mungkin juga menyukai