TITRASI KOMPLEKSOMETRI
PENETAPAN KADAR TABLET KALSIUM LAKTAT
OLEH:
KELOMPOK I
GOLONGAN II
NI WAYAN PUSPA SARI
(1308505048)
(1308505061)
(1408505031)
(1408505032)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
PENETAPAN KADAR TABLET KALSIUM LAKTAT
I. TUJUAN
1.1 Untuk memahami prinsip metode titrasi kompleksometri.
1.2 Untuk menetapkan kadar tabet kalsium laktat dengan metode titrasi
kompleksometri.
II. DASAR TEORI
2.1 Tablet Kalsium Laktat
Tablet kalsium laktat mengandung kalsium laktat C 6H10CaO6.H2O tidak
kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket. Kalsium laktat dengan air hidrat yang lebih kecil dapat digunakan
untuk menggantikan
jumlah kalsium laktat yang setara. Kalsium laktat pada suhu 250C larut dalam
20 bagian air, larut dalam air panas (Depkes RI, 1995).
2.2 EDTA
Etilen diamina tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering
digunakan. EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua
logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Struktur EDTA:
c.
e.
- Akuades
IV. PROSEDUR KERJA
4.1 Penimbangan Indikator Hitam Eriokrom
- Perhitungan
1 gram hitam eriokrom dalam 500 mL larutan NaCl
Diketahui: V yang dibuat = 100 mL
Ditanya: massa hitam eriokrom = ?
Jawab:
x
= 0,2 gram
Jadi indikator eriokrom yang diambil sebanyak 0,2 gram.
- Prosedur Kerja
Ditimbang 0,2 gram hitam eriokrom dan ditempatkan pada beaker glass.
Ditambahkan larutan NaCl secukupnya dan diaduk hingga larut.
Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan NaCl hingga
tanda batas. Digojog, kemudian dipindahkan ke botol gelap tertutup.
4.2 Pembuatan Larutan Disodium Edetat 0,05 M
- Perhitungan
Diketahui: V yang dibuat = 1000 mL
BM EDTA= 372,26 gr/mol
M EDTA= 0,05 M
Ditanya: massa EDTA= ?
Jawab:
= 0,05 M
Massa NH4Cl
b.
X = 16,875 gram
Massa EDTA
c.
X = 0,2325 gram
Massa MgSO4
d.
X
= 0,154 gram
V NH3
X = 142,5 mL
e.
Akuades ad 900 mL
X = 225 mL
Akuades ad 50 mL
X = 12,5 mL
- Prosedur Kerja
Larutkan 16,875 gram amonium klorida dalam 142,5 mL amonium,.
Tambahkan akuades sampai 225 mL. Pada gelas beker yang berbeda,
dimasukkan 0,154 gram MgSO4 dan 0,2325 gram EDTA. Larutkan dengan
12,5 mL akuades. Campurkan kedua larutan tersebut dalam labu ukur 1000
mL dan tambahkan akuades sampai tanda batas, gojog hingga homogen
dan ditampung pada botol gelap.
4.5 Pembuatan Larutan HCl 37% b/b
- Perhitungan
Diketahui: HCl yang tersedia = 37% b/b
N HCl = 0,1 N
Ek = 1 grek/mol
HCl = 1,19 gr/mL
V HCl = 500 mL
Ditanya: HCl yang dipipet =?
Jawab:
= 0,1 M
M = 12,063 M
M1 x V1
= M2 x V2
12,063 M x V1 = 0,1 M x 500 mL
V1
- Prosedur Kerja
Pipet HCl 37% b/b sebanyak 4,145 mL. Masukkan ke dalam labu ukur 500
mL yang telah berisi akuades secukupnya. Tambahkan akuades hingga
tanda batas 500 mL dan gojog hingga homogen. Pindahkan dalam botol
gelap tertutup.
4.6 Stansarisasi Larutan Disodium Edetat
- Prosedur Kerja
Pipet 2 mL larutan standar Kalsium Klorida 0,1 N, tambahkan 5 mL
larutan buffer dan 3 tetes indikator hitam eriokrom. Titrasi dengan larutan
disodium edetat 0,05 M sampai berwarna biru muda. Catat volume larutan
disodium edetat yang digunakan, ulangi titrasi sebanyak 2 kali. Hitung
konsentrasi molar larutannya.
4.7 Penetapan Kadar Kalsium Laktat
- Prosedur Kerja
Satu tablet kalsium laktat ditimbang kemudian digerus. Timbang serbuk
kalsium laktat sebanyak 200 mg, masukkan ke dalam erlenmeyer dan
larutkan dengan 5 mL HCl pada alat ultrasonik selama 5 menit.
Tambahkan 5 mL buffer ammonia dan 25 mL akuades. Dilarutkan hingga
homogen dan dtambahkan 5 tetes indikator hitam eriokrom Dititrasi
dengan larutan standar disodium edetat 0,05 M hingga terbentuk warna
biru. Dicatat volume disodium edetat dan dilakukan pengulangan sebanyak
2 kali.
V. SKEMA KERJA
5.1
10
V.
5.1
Pengamatan
Warna merah
keunguan menjadi
warna biru
Warna merah
keunguan menjadi
warna biru
Warna merah
keunguan menjadi
warna biru
Kesimpulan
Titik akhir
titrasi
Titik akhir
titrasi
Titik akhir
titrasi
5.3
Pengamatan
Warna merah
keunguan menjadi
warna biru
Warna merah
keunguan menjadi
warna biru
Warna merah
keunguan menjadi
warna biru
Kesimpulan
Titik akhir
titrasi
Titik akhir
titrasi
Titik akhir
titrasi
Analisis Data
: N CaCl2
: 0,1 N
11
V CaCl2
: 10 mL
V EDTA titrasi I : 9,8 mL
V EDTA titrasi II : 9,7 mL
V EDTA titrasi III : 9,7 mL
: Normalitas rata-rata EDTA
:
Ditanya
Jawab
a.
Titrasi I
NCaCl2 VCaCl2
0,1 N 10 mL
NEDTA
= NEDTA VEDTA
= NEDTA 9,8 mL
=
= 0,102 N
b.
Titrasi II
NCaCl2 VCaCl2
0,1 N 10 mL
NEDTA
= NEDTA VEDTA
= NEDTA 9,7 mL
=
= 0,103 N
c.
Titrasi III
NCaCl2 VCaCl2
0,1 N 10mL
NEDTA
= NEDTA VEDTA
= NEDTA 9,7 mL
=
= 0,103 N
d.
e.
Standar deviasi
Titrasi
N EDTA
N EDTA
rata-rata
0,102 N
0,1026 N
-6x10-4
3,6x10-7
II
0,103 N
0,1026 N
4x10-4
1,6x10-7
12
III
0,103 N
0,1026 N
4x10-4
1,6x10-7
6,8x10-7
Standar deviasi =
= 5,83 x 10-4 N
Jadi, Normalitas rata-rata EDTA adalah (0,1026 8,246 x 10-4) N
% RSD
=
=
x 100%
x 100%
= 0,57%
Jadi, % RSD standarisasi EDTA adalah 0,57% (kurang dari 2 %)
5.3.2
Ditanya
20 mL
0,1026 N
10,6 mL
10,7 mL
10,7 mL
308,30 gram/mol
2
13
Jawab
a. Titrasi I
NEDTA VEDTA
0,1026 N 10,6 mL
NKalsium laktat
= 167,4 mg
Kadar pertablet
=
= 538,65 mg
b. Titrasi II
NEDTA VEDTA
=
= 0,0548 N
14
= 168,9 mg
Kadar pertablet =
= 558,25 mg
c. Titrasi III
NEDTA VEDTA
mg
Kadar pertablet =
= 565,27 mg
15
e. Standar deviasi
Titrasi
Kadar
Kadar Kalsium
Kalsium
Laktat rata-rata
Laktat
I
538,65 mg
554,05 mg
-15,4 mg
237,16 mg2
II
mg
554,05 mg
4,2 mg
17,64 mg2
III
mg
554,05 mg
11,22 mg
124,88 mg2
379,68 mg2
Standar deviasi =
= 13,77 mg
Maka diperoleh kadar tablet KalsiumLaktat = (554,05 13,77) mg
% RSD =
x 100%
x 100%
= 2,4 %
Jadi, % RSD standarisasi EDTA adalah 2,4 % (lebih dari 2 %)
5.3.3
mg
16
Titrasi II
mg
Titrasi III
mg
Ditanya
Jawab
a. Titrasi I
=
=
= 107,73%
b. Titrasi II
% Kadar dalam Tablet =
=
= 111,65 %
c. Titrasi III
% Kadar dalam Tablet =
=
= 113,05 %
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan titrasi kompleksometri pada penetapan
17
Pembuatan larutan merupakan proses awal dari setiap jenis titrasi yang
dilakukuan pada praktikum ini. Pada standarisasi disodium edetat, larutan yang
dibuat meliputi larutan CaCl2 0,2 N sebagai titrat, larutan disodium edetat sebagai
titran, larutan buffer amonia berfungsi untuk menjaga pH agar tetap pada pH basa
dan indikator eriokrom sebagai penentu titik akhir titrasi. Larutan disodium edetat
digunakan sebagai bahan pengkelat, karena kesulitan yang timbul dari kompleks
yang lebih rendah dapat dihindari dengan menggunakan bahan pengkelat sebagai
titran. Dalam larutan yang agak asam, EDTA akan terprotonasi parsial tanpa
pematahan sempurna kompleks logam. Titrasi dengan EDTA akan menunjukkan
jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan sampel. Keunggulan EDTA
adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga
EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri.
Langkah selanjutnya adalah standarisasi larutan disodium edetat dimana
proses ini dilakukan untuk membakuan larutan disodium edetat menjadi larutan
baku primer. Larutan disodium edetat distandarisasi karena disodium edetat
merupakan larutan standar sekunder dan memiliki konsentrasi yang tidak pasti.
Disodium edetat mudah larut dalam air serta dapat diperoleh dalam keadaan
murni, tetapi karena adanya sejumlah air yang tidak tertentu, maka disodium
edetat perlu distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan standar primernya
yaitu CaCl2 (Khopkar, 2002). Disodium edetat sebagai titran yang diletakkan pada
buret ditambahkan larutan buffer. Penambahan larutan buffer berfungsi untuk
menjaga kestabilan pH saat titrasi berlangsung, dimana logam-logam alkali seperti
kalsium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan larutan disodium edetat
pada pH rendah.Persamaan reaksi umum yang terjadi pada titrasi kompleksometri
adalah:
Ca2+ + H2Y2- (CaY)2-+ 2H+
dimana H2Y2-merupakan ion pengompleks yaitu EDTA. Dari hasi reaksi diketahui
bahwa terbentuk 2H+. Adanya H+ dalam larutan dapat menyebabkan turunnya pH
larutan yang menyebabkan akan berkurangnya kestabilan kompleks EDTA dengan
logam, sehingga diatasi dengan penggunaan buffer. Buffer amonia yang memiliki
sifat basa akan mengikat ion H+ yang terbentuk sehingga tidak terjadi proses
18
HIn2-
Merah
Biru
(Basset et al., 1994)
19
rata sebesar (0,1026 8,24 x 10-4) N dengan nilai simpangan baku relatif sebesar
0,803%. Nilai simpangan baku relatif yang didapat melebihi batas yang
diperbolehkan yaitu antara 1-2%. Hasil penyimpangan yang diperoleh telah
memenuhi batas simpangan baku relatif.
Penetapan kadar dilakukan seperti halnya standarisasi, yang berbeda
hanyalah titrat yang digunakan yaitu larutan kalsium laktat. Tablet kalsium laktat
digerus lalu ditimbang serbuknya sebanyak 200 mg kemudian dimasukkan
kedalam erlenmeyer, ditambahkan HCl secukupnya dan aquadest. Penambahan
HCl berfungsi sebagai reagen yang akan bereaksi dengan kalsium laktat sehingga
menghasilkan kalsium klorida. Kalsium klorida yang terbentuk itulah yang akan
bereaksi dengan disodium edetat untuk penetapan kadar kalsium laktat dalam
tablet. Penambahan HCl dilakukan sedikit mungkin agar tidak terlalu asam yang
nantinya dapat mengganggu proses titrasi yang berlangsung pada suasana basa
yang dapat mengganggu titik ekivalen dan titik akhir titrasi sehingga menggangu
penetapan kadar dari tablet kalsium laktat. Penambahan aquadest bertujuan untuk
membantu melarutkan kalsium laktat dan juga untuk menghindari suasana asam
yang berlebih pada larutan akibat ditambahkan dengan larutan HCl. Larutan
tersebut dilakukan dengan menggunakan ultrasonik selama 5 menit untuk
mempercepat proses pelarutan. Dilanjutkan dengan penambahan larutan buffer
dan 5 tetes indikator hitam eriokrom menghasilkan kompleks berwarna merah
anggur. Larutan buffer memiliki fungsi yang sama pada saat standarisasi yaitu
menjaga kestabilan pH saat titrasi berlangsung. Larutan dititrasi dengan larutan
disodium edetat sampai terbentuk kompleks berwarna biru yang menandakan titik
akhir dari titrasi. Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali yang bertujuan untuk
menjamin adanya presisi dari ketiga data yang diperoleh yang menentukan
validnya metode analisis yang dilakukan.
Volume disodium edetat 0,05M yang digunakan untuk titrasi I, II, dan III
berturut-turut adalah 10,6 mL; 10,7 mL; dan 10,7 mL. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa kadar kalsium laktat pada masing-masing titrasi berturutturut adalah sebesar 538,65 mg/tablet; 558,25 mg/tablet; 565,27 mg/tablet
sehingga kadar kalsium laktat rata-rata tiap tablet sebesar 554,05 13,77
20
mg/tablet dengan nilai simpangan baku relatif sebesar 2,4% dan persentase
perolehan kembali untuk ketiga sampel berturut-turut 107,73%, 111,65%, dan
113,05%. Suatu metode analisis dikatakan baik apabila memiliki akurasi dan
presisi yang memenuhi standar. Akurasi merupakan parameter dalam suatu
analisis yang menggambarkan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara
nilai terukur dengan nilai yang diterima. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit
yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran (Gandjar dan Rohman, 2007).
Akurasi ini sederhananya dapat dikatakan persen perolehan kembali dari suatu
sampel. Pada analisis ini nilai persen perolehan kembali yang didapat berkisar
antara 95%-98%. Dari hasil tersebut diperoleh persentase lebih dari 100%. Hal
tersebut menandakan proses analisis telah berlangsung cukup baik. Selain akurasi,
parameter lainnya adalah presisi. Presisi merupakan nilai dari suatu proses analisis
yang menggambarkan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
diekspresikan sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif dari sejumlah
sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Dari penetapan kadar kalsium laktat didapat
kadar sampel rata-rata sebesar 554,05 13,77 mg/tablet dengan nilai simpangan
baku relatif sebesar 2,4%. Simpangan baku relatif yang diijinkan dalam proses
analisis adalah tidak lebih dari 2%. Pada proses ini, simpangan baku relatif
melebihi 2%, hal ini terjadi karena kurangnya hitam eriokrom yang ditambahkan
pada saat penetapan kadar. Sehingga pada penetapan kadar kalsium laktat hasil
titrasi yang didapat berwarna biru keabu-abuan.
21
VII. KESIMPULAN
7.1
Pada
penetapan
kadar
kalsium
laktat
digunakan
metode
titrasi
22
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Day, A. R., dan A. L. Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi IV.
Jakarta: Erlangga.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Khopkar, S. M.. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
23