Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Aspirin adalah Kristal putih dengan rumus senyawa

CH3COO6H4COOH, aspirin juga merupakan sejenis obat turunan dari

salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (menahan rasa

sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan antiinflamasi

(peradangan). Aspirin juga memiliki efek koagulan dan dapat digunakan

dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.

Asetosal atau aspirin merupakan obat antiinflamasi non steroid

(OAINS), memiliki efek sebagai analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan

antiagregasin platelet yang saat ini penggunaannya sudah digantikan oleh

OAINS yang baru. Namun sampai saat ini aspirin dengan dosis rendah

merupakan anti platelet yang sering digunakan untuk pasien dengan

penyakit jantung coroner maupun pada hipetensi berat untuk mencegah

stroke. Aspirin sebagai anti platelet digunakan jangka panjang yang sering

menimbulkan gastritis. Kondisi ini akhirnya dapat menurunkan kepatuhan

pasien terhadap pengobatan.

Mekanisme kerja aspirin adalah menginhibisi enzim siklooksigenase,

baik siklooksigenase 1 maupun siklooksigenase 2. Enzim siklooksigenase


1 berfungsi mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin pada

jaringan fisiologi sehingga terbentuklah prostasiklin (PGI2), prostaglandin

E2 (PGE2), dan prostaglandin F2 (PGE2). Prostasilin berfungsi

menghambat sekresi asam lambung, protaglanin E2 (PGE2) dan

prostaglandin F2 (PGF2) berfungsi merangsang sintesis mucus, sekresi

bikarbonat, dan peningkatan aliran darah ke mukosa lambung. Inhibisi

sintesis prostaglandin dapat menggangu pertahanan dan perbaikan

mukosa.

I.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

I.2.2 Tujuan Percobaan

Menentukan kadar asetosal dengan metode alkalimetri

I.3 Prinsip Percobaan

Penetapan kadar asetosal dengan metode alkalimetri menggunakan

larutan baku NaOH 0,1 N sebagai pentiter. Dimana titik akhir ditandai

dengan warna pink


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Obat antiradang bukan steroid (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs =

NSAID) adalah obat yang mempunyai efek mengurangi rasa nyeri

(analgesik), mengurangi peradangan pada jaringan (antiradang),

menurunkan demam (antipiretik) dan dapat menghambat agregasi

platelet (antiplatelet). Prinsip mekanisme NSAID sebagai antiradang,

analgesic dan antipiretik adalah blockade sintesa prostaglandin melalui

hambatan enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Efek antiradang NSAID

disebabkan karena penurunan prostaglandin E2 dan prostasiklin yang

secara langsung akan mengurangi vasodilatasi pembuluh darah, dan

secara tidak lansung akan mengurangi udema (pembengkakan). Efek

analgesik disebabkan menurunnya sensitivitas ujung saraf nociceptive ke

mediator nyeri seperti bradikinin dan 5-hidroksitriptamin, sedang efek

antipiretik terjadi karena NSAID dapat mencegah pelepasan interleucine-

1 (1L-1), semyawa yang bertanggung jawab terhadap peningkatan set

pont hipotalamus untuk control suhu sehingga terjadi demam.

Kebanyakan obat NSAID, selain menghambat COX-2 juga dapat


menghambat COX-1. COX-1 adalah enzim yang berperan pada

homeostasis jaringan, dapat merangsang produksi prostaglandin yang

terjadi pada gastric cyto protection dimukosa lambung, menghambat

agregasi platelet, dan autoregulasi aliran darah ginjal. Hambatan COX-1

tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak lambung dan

meningkatnya resiko pendarahan karena ada hambatan agregasi

platelet, sehingga dicari obat analgesik yang selektif terhadap COX-2.

Enzim COX-2 tidak selalu ada di dalam jaringan, tetapi akan cepat

muncul bila dirangsang oleh mediator inflamasi, cedera/luka

setempat,sitokin,interleukin,interferon dan tumor necrosing factor.

(Siswandono,2016).

Asam asetilsalisilat atau aspirin merupakan salah satu obat analgetik

tertua dan sepanjang masa paling sukses, yang sampai kini terbanyak

digunakan diseluruh dunia. Penggunaan, selain merupakan analgetik

sekarang ini asetosal banyak digunakan sebagai alternatif dari

antikoagulan pencegah infark serangan kedua. Hal ini berkat khasiat

antitrombotinya. Intreraksi, asetosal memperkuat daya kerja

antikoagulansia, anti diabetika oral dan metotreksat. (Tjay,Dkk, 2015).

II.3 Uraian Bahan

1. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA


Nama lain : Air suling, Aquadest

Rumus kimia : H2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Asetosal (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 43)

Nama Resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM

Nama Lain : Asam Asetilsalisilat

Rumus Molekul : C9H8O4

Berat Molekul : 180,16

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak

berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol

(95%)p; larut dalam kloroform p dan dalam eter p

Khasiat : Analgetikum; Antipiretikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, Etanol

Rumus molekul : C2H5OH

Berat molekul : 46,068 g/mol

Rumus struktur : CH3 – CH2 – OH


Pemerian : Cairan tidak berwarna; jernih; mudah menguap dan

Mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,

dan

Dalam eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

4. Fenolftalein (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 43)

Nama Resmi :

Nama Lain :

Rumus Molekul :

Berat Molekul :

Pemerian :

Kelarutan :

Khasiat :

Penyimpanan : 

5. Kalium Biftalat (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 43)

Nama Resmi :

Nama Lain :

Rumus Molekul :

Berat Molekul :

Pemerian :
Kelarutan :

Khasiat :

Penyimpanan : 

6. NaOH (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979: 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

Rumus Molekul :NaOH

Berat Molekul : 40,00

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis

dan korosif. Segera menyerap karbondioksida

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%)

Khasiat : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan yang digunakan

III.1.1Alat yang digunakan

Ball pipet, beker gelas, buret, erlenmeyer, gelas ukur 25 ml

dan 100 ml, pipet tetes, statif dan klem, timbangan analitik

III.1.2 Bahan yang digunakan

Asetosal tablet, aqua destillata,NaOH 0,1 N, Kalium biftalat,

indikator PP.

III.2 Prosedur Kerja

1. Pembakuan

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dipanaskan aquadest sebanyak 100 ml

c. Ditambahkan 25 ml air paas, kocok sampai larut

d. Ditambahkan 2 tetes indikator PP, lalu dikocok

e. Dititrasi dengan larutan baku NaOH sampai berwarna pink muda,

dicatat titik akhir

2. Penetapan Kadar
a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 10 tablet asetosal kemudian diserbukan

c. Ditimbang seksama serbuk asetosal setara 300 mg asetosal

murni, dimasukkan kedalam elenmeyer

d. Dilarutkan dengan 15 ml etanol neral , dikocok hingga larut

e. Ditambahkan 3-5tetes indikaor PP, lalu dikocok

f. Dititrasi dengan larutan baku NaOH sampai berwana pink

3. Pembuatan etaol netral

a. Disiapka alat dan bahan

b. Diukr etanol 95% sebanyak 50 ml

c. Ditambahkan 2 tetes indikator PP, lalu dikocok

d. Dititras dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai berwarna pink


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan

Perhitungan bahan asetosal tablet

Berat 10 tablet = 1,8873 g

1,8873
Berat rata-rata = = 0,1887g
10

300 mg
Berat yang ditimbang = x 0,1887 g= 0,7076 g
80 mg

IV.1.1Tabel pengamatan

Tabel 1 Hasil Titrasi Pembakuan

No Berat zat Volume


Pembacaan skala buret
(g) titrasi
Titik Awal Titik Akhir
1 0,3090 0,0 ml 19,0 ml 19,0 ml
2 0,3071 19,0 ml 37,6 ml 18,6 ml
3 0,3080 0,0 ml 18,4ml 18,4 ml
Perhitungan Normalitas

1. Titrasi Pertama

mgrek kalium biftalatmgrek NaOH

W
= V .N
BE

309
=19. N
204,44

1,5114=19. N

1,5114
N =
19

N =0,0795

2. Titrasi Kedua

mgrek kalium biftalatmgrek NaOH

W
= V .N
BE

307,1
=18,6. N
204,44

1,504=18,6. N

1,504
N =
18,6

N =0,0807 N
3. Titrasi Ketiga

mgrek kalium biftalatmgrek NaOH

W
= V .N
BE

308
=18,4. N
204,44

1,5065=18,4. N

1,5065
N =
18,4

N =0,0818 N

Normalitas rata-rata

Titrasi1+Titrasi 2+Titrasi3
N=
3

0,0795 N + 0,0807 N + 0,0818 N


=
3

= 0,0806 N

Tabel 2 Data Hasil Titrasi Sampel

No Berat zat Volume


Pembacaan skala buret
(g) titrasi
Titik Awal Titik Akhir
1 0,7081 0,0 ml 24,9 ml 24,9 ml
2 0,7093 24,9 ml 50,0 ml 25,1 ml
3 0,7079 0,0 ml 28,6 ml 28,6 ml
Perhitungan Kadar Antalgin
1. Titrasi Pertama

mgrek Asetosalmgrek NaOH

mg
= V.N
BE

mg mgrek
=24,9 ml x 0,0806
180,2 ml

mg
mg =2,0869 mgrek x 180,2
mgrek

mg =361,643 mg 0,3616 g (a)

a
Tiap tablet asetosal  = x berat rata−rata
Berat yang ditimbang

0,4153 g
= x 0,1887 g
0,7079 g

=0,1107 g (b)

b
% Kemurnian = Kadar etiket x 100 %

0,1107 g
= x 100 %
0,08 g

=13,37 %

2. Titrasi Kedua

mgrek Asetosalmgrek NaOH

mg
= V.N
BE

mg mgrek
=25,1 ml x 0,0806
180,2 ml
mg
mg =2,0230 mgrek x 180,2
mgrek

mg =364,5446 mg 0,3645 g (a)

a
Tiap tablet asetosal  = x berat rata−rata
Berat yang ditimbang

0,3645
= x 0,1887 g
0,7093 g

=121,12g (b)

b
% Kemurnian = Kadar etiket x 100 %

121,12 g
= x 100 %
0,08 g

=151,4 %

3. Titrasi Ketiga

mgrek Asetosalmgrek NaOH

mg
= V.N
BE

mg mgrek
=28,6 ml x 0,0806
180,2 ml

mg
mg =2,3051 mgrek x 180,2
mgrek

mg =415,3790 mg 0,4153g (a)

a
Tiap tablet asetosal  = x berat rata−rata
Berat yang ditimbang

0,4153
= x 0,1887 g
0,7079 g
=0,1107 (b)

b
% Kemurnian = Kadar etiket x 100 %

0,1107 g
= x 100 %
0,08 g

=138,37 %

Titrasi1+Titrasi 2+Titrasi3
Rata-rata % kemurnian =
3

120,37 %+151,4 %+138,37 %


=
3

= 136,7 %

IV.2 Pembahasan
Analisis volumetri banyak digunakan ada analisis reaksi kimia.

Analisis volumetri merupakan penggunaan kadar berdasarkan volume

titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suau

zat dengan menggunakanz zat lain yag sudah diketahui

koonsentrasinya. Dalam praktikum ini, dilakukan percobaan titrasi

asam-basa dimana titrasi ni merupakan reaksi penetralan. Pada titrasi

asam-basa dikenal dua metode yaitu acidimetri dan alkalimetri. Jika

laruta bakunya asam disebut acidmetri sedangkan jika laruan bakunya

basa disebut alkalimetri. Acidimetri dan alkalietri termasuk reaksi

netralisasi yaitu reaksi antar ion hidrogen yang berasal dari asam

dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air

yang bersifat netral.

Pada titrasi asam-basa ini digunakan sampel miniaspi 80mg.

Ada tirasi ini digunakan metode alkalimetri karena sampel yang

digunakan adalah asam da penetralnya adalah basa, yaitu NaOH

sehingga reaksi yang terjadi nantinya adalah reaksi penetralan .

miniaspi 80mg ditimbang sebanyak 10 tablet kemudian dihitung berat

rata-rata tablet dan diserbukkan. Setelah itu ditimbang kurang lebih

300 mg asetosal murni dan dilarutkan dengan etanol netral.

Penggunaan etanol netral dalam pelarutan sampel digunakan karena

sampel tidak dapat larut dengan air, etanol yang digunakan adalah
etanol netral karea etanol biasa memunya pH yang dapat

mempengaruhi sifat keasaman dari asetosal dan dapat menyebabkan

kadarnya tidak sesua dengan yang sebenarnya. Cara pembuatan

etano netral yaitu diukur 50 ml etanl 95% ditambahkan 2-3 tetes

indikatorPP setelah itu ditambahkan tetes demi tetes NaOH 0,1 N

hingga larutan berwarna pink muda. Pada pembuatan etanol netral

diguakan etanol 95% karena ketika ditambahkan NaOH adar

etanolnya tidak terlalu menurun hanya kisaran 90% saja. Pada

percobaan ini digunakan indikator PP dengan pH 6,8-9,4 dengan

menunjukan bahwa laruan telah kembali menjadi netral.

Setelah dilakukan titrasi maka didapatkan volume titrasi

asetosal sebanyak 24,9 ml, 25,1 ml, 28,6 ml. Berdasarkan volme

titrasinya dapat dihitung rata-rata % kadar asetosal yaitu 136,7 %,

menurut Farmakope Indonesia edisi III asetosal mengandung tidak

kurang dari 99,5%, hasil dari praktikum ini tidak memenuhi syara kadar

asetosal. Adapun faktor kesaahan yang mungkin terjadi yaitu

kelebihan pada saat mentitrasi da indikator yang digunakan kurang

baik serta larutn baku yang dignakan daam keadaan kurang baik.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

a. Hasil titrasi pebakun NaOH denga metode alkalimetri didapatkan

normaitas yaitu 0,0806 N

b. Hasil titrasi penetapan kadar asetosal, kadar kemurnian asetosal adalah

136,7% tidak memenuhi prsen kadar kemurnian ang tertera pada

farmakope indonesia edisi III

V.2 Saran

Sebaiknya praktikan dalam melakukan praktikum harus mengikuti

prosedur kerja sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia edisi III. Direktorat Jenderal POM:


Jakarta.

Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Direktorat Jenderal POM:


Jakarta

Siswandono dan Soekardjo,B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234,


239, Airlangga University Press, Surabaya.

Tjay, Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007. Obat- obat Penting, PT


Gramedia,Jakarta..

Anda mungkin juga menyukai