Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

“EFEK OBAT ANALGETIK PADA HEWAN UJI”

DI SUSUN OLEH:

NAMA MAHASISWI : NUR FAJRIANI DEFINA JUFRI


NIM : 17.037.AF
KELAS : REGULER A
KELOMPOK : II (DUA)
HARI/TGL PRAKTIKUM : Senin, 25 MARET 2019
INSTRUKTUR : ZAKIAH THAHIR, S.Farm.,M.Kes.,Apt.

AKADEMI FARMASI YAMASI

MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Rasa nyeri merupakan masalah yang umum terjadi di

masyarakat dan salah satu penyebab paling sering pasien datang

berobat ke dokter karena rasa nyeri mengganggu fungsi sosial dan

kualitas hidup penderitanya. Rasa nyeri akan disertai respon stress,

antara lain berupa meningkatnya rasa cemas, denyut jantung,

tekanan darah, dan frekuensi napas. Nyeri yang berlanjut atau tidak

ditangani secara kuat, memicu respon stress yang berkepanjangan,

yang akan menurunkan daya tahan tubuh dengan menurunkan

fungsi imun, mempercepat kerusakan jaringan, laju metabolisme,

pembekuan darah dan retensi cairan, sehingga akhirnya akan

memperburuk kualitas kesehatan. Nyeri adalah suatu sensasi yang

tidak menyenangkan dan bisa dirasakan sebagai rasa sakit. Nyeri

dapat timbul di bagian tubuh manapun sebagai respon terhadap

stimulus yang berbahaya bagi tubuh, seperti suhu yang terlalu panas

atau terlalu dingin, tertusuk benda tajam, patah tulang, dan lain-lain.

Rasa nyeri timbul apabila terjadi kerusakan jaringan akibat luka,

terbentur, terbakar, dan lain sebagainya. Hal ini akan menyebabkan

individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi tubuhnya. Obat

yang digunakan untuk meredakan nyeri, dikenal sebagai analgetik,


sedangkan obat yang digunakan untuk menurunkan demam dikenal

sebagai antipiretik. Biasanya obat yang memiliki efek analgetik dapat

pula digunakan sebagai antipiretik, tetapi setiap jenis obat tersebut

memilki kemampuan yang berbeda untuk setiap efeknya, misalnya

parasetamol dapat digunakan sebagai antipiretik juga dapat

digunakan sebagai analgetik, tetapi efek antipiretik parasetamol lebih

dominan di bandingkan efek analgetiknya. Pada dasarnya, rasa nyeri

merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Meskipun nyeri berguna

bagi tubuh, namun dalam kondisi tertentu, nyeri dapat menimbulkan

ketidaknyamanan bahkan penderitaan bagi individu yang merasakan

sensasi ini. Sensasi nyeri yang terjadi mendorong individu yang

bersangkutan untuk mencari pengobatan, antara lain dengan

mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri (Analgetik).

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk menghambat atau

mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran Saat ini

telah banyak beredar obat-obatan sintetis seperti obat anti inflamasi

non steroid (AINS). Sebanyak 25% obat yang dijual bebas di

pasaran adalah analgetik asetaminofen. Obat ini banyak dipakai

untuk bayi, anak-anak, dewasa, dan orang lanjut usia untuk keluhan

nyeri ringan dan demam. Pengujian aktivitas analgetik suatu bahan

uji pada induksi nyeri secara kimiawi yang responnya berupa geliat

harus ditentukan daya analgetiknya. Daya analgetik merupakan

perbandingan antara jumlah geliat rata-rata kelompok perlakuan


dengan jumlah geliat rata-rata kelompok kontrol. Daya analgetik

digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan bahan uji

tersebut dalam mengurangi rasa nyeri kelompok kontrol. Dari daya

analgetik dapat dijadikan dasar untuk perhitungan efektifitas

analgetik yang dibandingkan dengan pembanding analgetik untuk

mengetahui keefektifan bahan uji yang diduga berfungsi sebagai

analgetik.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

a. Mengetahui dan memahami efek analgetik dari suatu obat

terhadap hewan uji mencit (Mus musculus).

b. Mengetahui mekanisme terjadinya nyeri terhadap hewan uji

mencit (Mus musculus).

I.2.2 Tujuan Percobaan

a. Untuk menganalisis efek analgetik dari suspensi ibuprofen

dan infus daun pepaya pada hewan uji mencit

b. Membandingkan efek analgetik dari suspensi ibuprofen dan

infus daun pepaya yang berkhasiat sebagai analgetik

I.3 Prinsip Percobaan

Perbandingan efek analgetik dari suspensi ibuprofen dengan

infus daun pepaya setelah diinduksi dengan asam asetat glasial 1%

secara intra peritoneal dimana dapat dilihat dari penurunan jumlah

geliat mencit (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Analgetik adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif

untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri

lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore

(nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit

dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek

antipiretik dan efek anti inflamasi. Analgetik anti inflamasi diduga

bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin

(penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat dibedakan dalam

tiga kategori:

a. Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dll),

dapat diatasi dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo

b. Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan

analgetik perifer kuat

c. Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu

ginjal, kanker), harus diatasi dengan analgetik sentral atau

analgetik narkotik

(Tim pengajar, 2016).


Beberapa penggolongan analgetik diantaranya:

1. Analgetik narkotik (Analgetik sentral)

Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya

penghalang nyeri yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat

bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran), mempunyai

efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua

perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgesik narkotik

kecuali sensasi kulit. Harus hati-hati menggunakan analgesik ini

karena mempunyai risiko besar terhadap ketergantungan obat

(adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya

dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma

hebat, patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/baju

ginjal. Obat golongan ini hanya dibenarkan untuk penggunaan

insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri

infark) kolik batu empedu, kolik ginjal. Tanpa indikasi kuat, tidak

dibenarkan penggunaannya secara kronik, disamping untuk

mengatasi nyeri hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada

kanker stadium lanjut karena dapat meringankan penderitaan.

Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan sebagai premedikasi

dalam pembedahan karena dapat memperkuat anestesi umum

sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi.

Penggolongan analgesik-narkotik adalah sebagai berikut:

a. Alkaloid alam : Morfin, Codein


b. Derivat semi sintesis : Heroin

c. Derivat sintesis : Metadon, Fentanyl

d. Antagonis morfin : Nalorfin, Nalokson dan Pentazocin

(Tim pengajar, 2016)

2. Analgesik non opiod (Non narkotik)

Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi

susunan syaraf pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat

sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat

demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat

pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer

dikulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya

banyak keringat. Misalnya parasetamol, asetosal, dll. Anti radang

sama kuat dengan analgesik, digunakan sebagai anti nyeri atau

rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti

radang yang lebih kuat contohnya fenilbutason. Sedangkan yang

bekerja serentak sebagai anti radang dan analgesik contohnya

indometasin. Penggolongan berdasarkan rumus kimianya

digolongkan menjadi:

a. Golongan salisilat

b. Golongan para aminofenol

c. Golongan pirazolon (dipiron)

d. Golongan antranilat

(Tim pengajar, 2016)


3. Analgesik anti inflamasi non steroid (AINS)

AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek

analgesik juga memiliki efek anti inflamasi, sehingga obat-obat

jenis ini digunakan dalam pengobatan rheumatik dan gout.

Contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenac, fenilbutason dan

piroxicam. Sebagai besar penyakit rheumatik membutuhkan

pengobatan simpatomatis, untuk meredakan rasa nyeri penyakit

sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal atau

campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan

disebabkan penyakit rheumatik yang meradang harus diberikan

pengobatan dengan AINS (Tim pengajar, 2016).

Mekanisme kerja umum OAINS (Obat anti inflamasi non

steroid) yaitu menghambat sintesis prostaglandin dengan

hambatan pada enzim sikooksigenase sehingga konversi asam

arakidonat menjadi terganggu (Team medical, 2017)


OAINS

OAINS COX OAINS COX OAINS COX-2


Nonselective Preferential selective

Aspirin Nimesulide Generasi 1 : Generasi 2:

Indometasin Meloxicam Selecoxib Lumiracoxib

Piroxicam Nabumeton Rofecoxib

Ibuprofen Diclofenac Valdecoxib

Naproxen Parecoxib

Asam Etoricoxib
Pemberian obat pada hewan coba dapat menggunakan:

1. Alat suntik

a. Tabung dan jarum suntik harus steril jika akan digunakan

pada kelinci, marmot, dan anjing. Tetapi tidak perlu steril

melainkan sangat bersih untuk tikus dan mencit

b. Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum suntik tersebut,

semprotkan cairan kedalam gelas beker, dan jarum suntik

dipegang erat-erat. Ulangi cara ini 3 kali.

2. Heparinisasi

a. Untuk heparinisasi (Mencegah darah menggumpal), dipakai

10 unit heparin per 1 ml darah.

b. Untuk mencegah penggumpalan darah , sebelum dipakai,

tabung dan jarum suntik dicuci terlebih dahulu dengan

larutan jenuh natrium oksalat steril.

(Tim Farmakologi, 2015)


II.2 Uraian Bahan

a. Asam Asetat Glasial (Depkes RI, 1995)

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM GLACIALE

Nama Lain : Asam asetat glasial

Rumus Molekul : C2H4O2

Berat Molekul : 60,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas,

menusuk; rasa asam jika diencerkan dengan

air. Mendidih pada suhu lebih kurang 118 .

Bobot jenis lebih kurang 1,05.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol,

dan dengan gliserol.

b. Alkohol (Depkes RI, 1995)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol, Etil Alkohol

Rumus Molekul : C2H6O

Berat Molekul : 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.

Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar

pada lidah. Mudah menguap walaupun pada

suhu rendah dan mendidih pada suhu

78.Mudah terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur


dengan semua pelarut organik.

c. Aqua Destillata (Depkes RI, 1995)

Nama Resmi : AQUA PURIFICATA

Nama Lain : Air Murni

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau.

d. Natrium CMC (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama Lain : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning

gading; tidak berbau atau hampir tidak berbau;

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal; tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

II.3 Uraian Obat

a. Ibuprofen (Team Medical, 2017)

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, Demam.

Kontra Indikasi : Ulkus peptikum, riwayat hipersensitif terhadap

ibuprofen atau OAINS lain, kehamilan trimester

akhir.
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare,

konstipasi, nyeri ulu hati), ruam kulit, gangguan

perdarahan (trombositopenia), sakit kepala,

gangguan pendengaran.

Interaksi Obat : Menurunkan efek diuretik dan beta blocker.

Meningkatkan kadar warfarin dalam plasma,

dapat memperpanjang masa perdarahan.

Mengurangi efek antihipertensi obat beta

blocker, prazosin, dan captopril.

Dosis : Dewasa = 3-4 x 200-400 mg/hari

Anaka = 20-30 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis

terbagi.

II.4 Uraian Tanaman

II.4.1Klasifikasi Daun Pepaya (Herbie, 2015)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi :  Angiospermae

Kelas :  Dicotyledoneae

Bangsa :  Violales

Suku :  Caricaceae

Marga :  Carica

Jenis :  Carica papaya L.

Nama lokal : Pente (Aeeh); Pertek (Gayo); Botik (Batak


Toba); Bala (Nias); Sikailo (Mentawai); Kates

(Palembang); Kalikih (Minangkabau); Gedang

(Lampung); Gedang (Sunda); Kates (Jawa

tengah); Kates (Madura); Gedang Kustela

(Banjar); Bua Medung (Dayak Busang); Buah

Dong (Dayak Kenya); Kates (Sasak);

Kampaya (Bima); Kala Jawa (Sumbawa);

Padu (Flores); Papaya (Gorontalo); Papaya

(Buol); Kaliki (Baree); Papaya (Manado); Unti

Jawa (Makassar); Kaliki Riaure (Bugis); Papai

(Buru); Papaya (Halmahera); Papae (Ambon);

Palaki (Seram); Kapaya (Tidore); Tapaya

(Ternate); Ihwarwerah (Sarmi); Siberiani

(Windesi).

II.4.2Morfologi Daun Pepaya

Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8-10 m dengan

akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan

manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua

bagian persis di tengah, ia kelihatan simetris. Rongga dalam

pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang

buahnya dipotong melintang (Herbie, 2015).

Semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus,

bulat silindris, di atas bercabang atau tidak, sebelah dalam


serupa spons dan berongga, di luar terdapat tanda bekas

daun yang banyak, tinggi 2,5-10 m. Daun berjejal pada ujung

batang dan ujung cabang; tangkai daun bulat silindris,

berongga, panjang 25-100 cm; helaian daun bulat telur bulat,

bertulang daun menjari, bercangap menjari berbagi menjari,

ujung runcing dan pangkal berbentuk jantung, garis tengah

25-75 cm, taju selalu berlekuk menyirip tidak beraturan. Bunga

hampir selalu berkelamin 1 dan berumah 2, tetapi kebanyakan

dengan beberapa bunga berkelamin 2 pada karangan bunga

yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang serupa malai

dan bertangkai panjang, kelopak sangat kecil; mahkota bentuk

terompet, putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju 5 dan

tabung yang panjang, langsing, taju terputar dalam kuncup;

kepala sari bertangkai pendek dan duduk. Bunga betina

kebanyakan berdiri sendiri; daun mahkota lepas atau hampir

lepas, putih kekuningan; bakal buah beruang 1; kepala putik 5,

duduk. Buah buni bulat telur memanjang atau bentuk pir

(seperti bohlam lampu, Peny.), berdaging dan berisi cairan; biji

banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan, di

dalamnya berduri tempel berjerawat. Dari Amerika, ditanam

sebagai pohon buah. Pepaya, Ind, Gedang, S, Md, Kates, J,

Md (Van Steenis, 2013).


II.4.3Kandungan Daun pepaya (Herbie, 2015)

Daun pepaya mengandung berbagai macam zat, antara

lain: Vitamin A 18250 SI, Vitamin B1 0,15 mg, Vitamin C 140

mg, Kalori 79 kal, Protein 8,0 gr, Lemak 2 gr, Hidrat arang

11,9 gr, Kalsium 353 mg, Fosfor 63 mg, Besi 0,8 mg, dan Air

75,4 gr.

II.5 Uraian Hewan Uji

II.5.1 Klasifikasi Mencit (Budhi, 2010)

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

II.5.2 Karakteristik Mencit (Arief Raymond, 2017)

Pubertas : 35 hari

Masa beranak : Sepanjang tahun

Lama Hamil : 19-20 hari

Jumlah Anak sekali lahir (ekor) : 4-12, biasanya 6-8

Lama Hidup : 2-3 tahun

Masa Tumbuh : 6 bulan

Masa Laktasi : 21 hari


Frekuensi Kelahiran per Tahun :4

Suhu tubuh (C) : 37,9-39,2

Kecepatan respirasi per menit : 136-216

Tekanan darah : 147/106

Volume darah : 7,5

Luas permukaan tubuh Q=K3g2 :K=11,4dan g=Berat badan

II.5.3 Morfologi Mencit (Budhi, 2010)

Mencit (Mus musculus) memiliki bentuk tubuh kecil,

berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari.

Mencit betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat

badan 18-35g. lama hidupnya 1-2 tahun, dapat mencapai 3

tahun. Masa reproduksi mencit betina berlangsung 1,5 tahun.

Mencit betina ataupun jantan dapat dikawinkan pada umur 8

minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari. Jumlah anak mencit

rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan yang digunakan

III.1.1Alat yang digunakan

Batang pengaduk, gelas piala, spoit oral, spoit 1 ml, stop

watch, timbangan.

III.1.2 Bahan yang digunakan

Alkohol, aqua destillata, asam asetat glasial, infus daun

pepaya, kapas, natrium cmc, dan suspensi ibuprofen.

III.2 Hewan Uji yang digunakan

Mencit (Mus musculus).

III.3 Cara Kerja

III.3.1 Cara Pembuatan Bahan

a. Natrium CMC 1%

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

dipanaskan aquadest 100 ml kemudian ditimbang Natrium

CMC 1 gram, lalu dimasukkan air panas kedalam lumpang.

Setelah itu ditaburkan Natrium CMC lalu didiamkan hingga

Natrium CMC mengembang kemudian digerus, dimasukkan

kedalam cawan dan disterilkan diautoklaf pada suhu 121C

selama 15 menit setelah itu dikeluarkan.


b. Asam asetat 1%

Disiapkan alat dan bahan. diukur asam asetat sebanyak 10

ml lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan

aquadest sebagian lalu dikocok. dicukupkan volume hingga

tanda lalu dihomogenkan setelah itu dipindahkan kedalam

wadah vial dan ditutup dengan penutup karet dengan kuat

kemudian dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit lalu dikeluarkan.

III.3.2Cara Pembuatan Larutan Obat

a.Suspensi Ibuprofen

Disisapkan alat dan bahan, kemudian diambil ibuprofen

tablet lalu serbukkan dan timbang sebanyak 1,14

dimasukkan kedalam gelas kimia kemudian diitambahkan

100 mg Na CMC lalu diaduk dan diimasukkan kedalam labu

ukur 100 ml dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml.

b.Infus Daun Pepaya

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang simplisia daun pepaya

sebanyak 10 gram, setelah itu diukur aquadest sebanyak

100 ml. Simplisia daun pepaya dimasukkan kedalam panci

dan dimasukkan aquadest setelah itu direbus hingga

mencapai suhu 90°C selama 15 menit.


III.3.3 Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Diambil hewan uji sebanyak 9 ekor dibagi menjadi tiga

kelompok, kemudian diinduksi dengan asam asetat glasial 1%

secara intra peritonial selama 30 menit. mencit kelompok 1

sebagai kontrol diberi natrium cmc, melalui oral sesuai dosis

volume pemberian. mencit kelompok 2 diberi suspensi

ibuprofen, melalui oral sesuai dosis volume pemberian dan

mencit kelompok 3 diberi infus daun pepaya, melalui oral

sesuai dosis volume pemberian, setelah itu diamati geliat

mencit (Mus musculus) dicatat jumlah geliat setiap 5 menit

selama 30 menit, dan dihitung komulatif geliat dan % daya

analgetik dari suspensi ibuprofen dan daun pepaya terhadap

mencit (Mus musculus).


BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan

IV.1.1Tabel volume pemberian oral dan intra peritoneal

Berat Volume pemberian (ml)


Nomor
Perlakuan Badan
HU Peroral Intraperitoneal
(g)

Peroral Biru 1 25 0,83 0,083


Biru 2 25 0,83 0,083
(Na.CMC 1%) Biru 3 29 0,96 0,096
Peroral (Suspensi Merah 1 25 0,16 0,083
Merah 2 29 0,19 0,096
Ibuprofen 400 mg)
Merah 3 29 0,19 0,096
Hitam 1 27 0,9 0,09
Peroral (Infus Daun
Hitam 2 24 0,8 0,08
Pepaya 10%)
Hitam 3 22 0,73 0,073

IV.1.2Tabel Jumlah Geliatan Mencit


Jumlah geliatan tiap 5 menit Jumlah
No. (kali) Kumulatif
Perlakuan
HU
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’
Peroral B1 - 1 3 3 3 3 13
B2 4 5 3 5 2 1 18
(Na.CMC 1%)
B3 7 8 3 2 2 1 23

Peroral (Suspensi M1 - - 1 1 2 1 5
M2 1 2 1 1 2 - 7
Ibuprofen 400
M3 1 - - 2 3 1 7
mg)
Peroral (Infus H1 1 - 2 2 2 1 7
H2 1 5 4 4 3 3 11
Daun Pepaya

10%) H3 3 1 1 2 2 2 11

Rata-rata Geliat :

54+19+29
=
3

102
=
3

= 34

Daya analgetik :

Suspensi Ibuprofen :100− ( 1954 x 100 %)


:100−35,1%

:64,4 %

Infus Daun Pepaya :100− ( 2954 x 100 %)


:100−53,7 %
: 42,3%

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis dan

membandingkan efek analgetik dari suspensi ibuprofen dengan infus

daun pepaya yang berkhasiat sebagai analgetik terhadap hewan uji

mencit.

Analgetik adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif

untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri

lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore

(nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit

dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek

antipiretik dan efek anti inflamasi Analgetik anti inflamasi diduga

bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin

(penyebab rasa nyeri).

Pada pengujian efek obat analgetik digunakan hewan uji coba

mencit putih (Mus musculus) dengan karakteristik jantan, dan berat

badan antara 22-29 g. Perlakuan mencit dibagi menjadi 3 kelompok

kemudian diinduksi secara intraperitonial dengan asam asetat glasial

1% guna untuk meningkatkan permeabilitas geliat pada mencit,

namun pada saat diberikan secara intraperitonial terjadi kesalahan

terhadap praktikan sehingga menyebabkan pendarahan/terluka pada


daerah paha disalah satu hewan uji mencit. Pemilihan asam asetat

glasial 1% sebagai induksi nyeri karena nyeri yang dihasilkan berasal

dari reaksi inflamasi akut lokal, yaitu pelepasan proton H+ dan asam

arakidonat dari jaringan fosfolipid melalui jalur siklooksigenase dan

menghasilkan prostaglandin, terutama prostaglandin E2 (PGE 2) dan

Prostaglandin F2 (PGF 2) didalam cairan peritoneal. Prostaglandin

dapat menyebabkan rasa nyeri dan meningkatkan meningkatkan

permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, suatu senyawa yang dapat

menghambat geliat pada mencit memiliki efek analgetik yang

cenderung menghambat sintesis prostaglandin. Pada pemberian

larutan steril Asam Asetat 1 % diberikan 30 menit setelah pemberian

obat, hal ini diharapkan agar obat yang diberikan belum bekerja

sehingga Asam Asetat langsung berefek dan juga untuk

mempermudah pengamatan dari obat. Gejala sakit pada mencit

sebagai akibat pemberian asam asetat adalah adanya kontraksi dari

dinding perut, kepala dan kaki ditarik kebelakang sehingga abdomen

menyentuh dasar dari ruang yang ditempatinya, gejala ini dinamakan

geliat (writhing). Pada percobaan efek obat analgetik kelompok

pertama penandaan warna biru sebagai kontrol negatif (Na.CMC),

kelompok kedua penandaan warna merah sebagai kontrol positif

pertama (Ibu Profen), digunakan ibuprofen karna mempunyai

mekanisme kerja yaitu menghambat sistesis prostaglandin dengan

hambatan pada enzim sikooksigenase sehingga konversi asam


arakidonat menjadi terganggu. Ibuprofen merupakan derivat asam

fenil propionat yang banyak digunakan sebagai obat anti inflamasi

non steroid, analgetik dan antipiretik. Ibuprofen merupakan inhibitor

non selektif cyclooksigenase (COX) yang dapat menghambat enzim

COX 1 dan COX 2. Enzim COX 1 bertanggung jawab untuk

toksisitas gastrointestinal dan enzim COX 2 diduga

bertanggungjawab untuk efek anti inflamasi NSAID. dan kelompok

ketiga penandaan warna hitam sebagai kontrol positif kedua (Infus

Daun Pepaya), digunakan daun pepaya karna daun pepaya

diketahui mengandung flavonoid, flavonoid berperan sebagai

analgetik yang mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim

sikooksigenase. Dengan demikian akan mengurangi produksi

prostaglandin oleh asam arakidonat sehingga mengurangi rasa nyeri.

Jadi setelah melakukan percobaan efek obat analgetik dapat

diketahui bahwa ibuprofen lebih baik digunakan karna memilki

persen daya analgetik 64,4% sedangkan persen daya analgetik infus

daun pepaya hanya 42,3%


BAB V

KESIMPULAN

a. Dari hasil yang dilakukan bahwa ibuprofen dan infus daun pepaya

berkhasiat sebagai analgetik.

b. Persen daya analgetik ibuprofen 64,4% dan persen daya analgetik

infus daun pepaya 42,3%


DAFTAR PUSTAKA

Akbar Budhi. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang


Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press: Jakarta.

Arief.Raimond, Hidayah.Nurul B, 2017. Buku praktis Farmasi: Teori dan


Praktik Ilmu Farmasi. EGC: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


Direktorat Jenderal POM : Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Direktorat Jenderal POM : Jakarta

Herbie.Tandi, 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat


untuk Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Octopus
Publishing House: Yogyakarta.

Tim Farmakologi, 2015. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Program Studi


Ilmu Farmasi: Universitas Esa Unggul

Tim Pengajar, 2016. Farmakologi 2. SMK Farmasi syekh yusuf al-


makassari: Gowa

Van Steenis, C.G.G.J., 2013. Flora. PT Balai Pustaka (Persero): Jakarta


LAMPIRAN

Penimbangan berat badan mencit Pemberian secara Oral

Pemberian secara

Intraperitonial
A. Perhitungan volume pemberian intraperitonial

1. Kelompok 1

berat mencit (g)


B1 = x 0 ,1 ml
30 g

25 g
= x 0,1 ml
30 g

= 0,083 ml

berat mencit (g)


B2 = x 0 ,1 ml
30 g

25 g
= x 0,1 ml
30 g

= 0,083 ml

berat mencit (g)


B3 = x 0 ,1 ml
30 g

29 g
= x 0,1 ml
30 g

= 0,096 ml

2. Kelompok 2

berat mencit (g)


M1 = x 0 ,1 ml
30 g

25 g
= x 0,1 ml
30 g

= 0,083 ml

berat mencit (g)


M2 = x 0 ,1 ml
30 g

29 g
= x 0,1 ml
30 g
= 0,096 ml

berat mencit (g)


M3 = x 0 ,1 ml
30 g

29 g
= x 0,1 ml
30 g

= 0,096 ml

3. Kelompok 3

berat mencit ( g)
H1 = x 0,1ml
30 g

27 g
= x 0,1 ml
30 g

= 0,09 ml

berat mencit (g)


H2 = x 0 ,1 ml
30 g

24 g
= x 0,1ml
30 g

= 0,08 ml

berat mencit (g)


H3 = x 0 ,1 ml
30 g

22 g
= x 0,1 ml
30 g

= 0,073 ml

B. Perhitungan volume pemberian peroral

1. Kelompok 1

berat mencit (g)


B1 = x 0,2ml
30 g

25 g
= x 0,2 ml
30 g
= 0,83 ml

berat mencit (g)


B2 = x 0,2ml
30 g

25 g
= x 0,2 ml
30 g

= 0,83 ml

berat mencit (g)


B3 = x 0,2ml
30 g

29 g
= x 0,2 ml
30 g

= 0,96 ml

2. Kelompok 2

berat mencit (g)


M1 = x 0,2ml
30 g

25 g
= x 0,2 ml
30 g

= 0,16 ml

berat mencit (g)


M2 = x 0,2ml
30 g

29 g
= x 0,2 ml
30 g

= 0,19 ml

berat mencit (g)


M3 = x 0,2ml
30 g

29 g
= x 0,2 ml
30 g

= 0,19 ml

3. Kelompok 3
berat mencit ( g) berat mencit ( g)
H1 = x 0,2ml H3 = x 0,2ml
30 g 30 g

27 g 22 g
= x 0,2 ml = x 0,2 ml
30 g 30 g

= 0,9 ml = 0,73 ml

berat mencit ( g)
H2 = x 0,2ml
30 g

24 g
= x 0,2ml
30 g

= 0,8 ml

C. Perhitungan Pemberian Dosis

1. Ibuprofen tab 400 mg

Ibuprofen tab 400mg

FK ke mencit = 400 mg x 0.0026

= 1,04 mg/20gBB mencit

30
Untuk mencit 30g = x 1,04 mg
20

= 1,56/BB mencit

Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml

Dibuat larutan sebanyak = 100 ml

100 ml
Jumlah ibuprofen yang diberikan = x 1,56 mg
0,2 ml

= 780mg

= 0,780 g

2. Asam asetat glasial 1%


V1.K1 = V2.K2

10 x V1 = 100.1

10V = 100

100
V =
10

V = 10 ml

Anda mungkin juga menyukai