Anggota Kelompok 1 :
BAGAN ALIR
Siapkan 5 buah sonde yang telah diisi dengan larutan obat sesuai perhitungan
Siapkan spuit injeksi 1ml berisi asam asetat 1% untuk induksi rasa nyeri pada mencit
Sonde pada masing – masing tikus yang telah diberi tanda sesuai dengan volume pemberian pada
tabel perhitungan
Catat masing - masing waktu pemberian 5 larutan obat pada mencit , kemudian setelah 15 menit
berikan suntikan asam asetat 1% secara i.p
A. Diketahui :
Volume Pemberian Maximum mencit 20 - 30 gram :
Per oral : 1,0 ml
Intra Peritoneal : 1,0 ml
Dosis Tablet (dewasa) :
Asetosal : 300 mg
Parasetamol : 500 mg
Ibuprofen : 400 mg
Asam mefenamat : 500 mg
Dosis penyuntikan 30 ml / kg BB
Suspensi obat 1% (asetosal, parasetamol, ibuprofen, asam mefenamat) dalam CMC
Na 0,5%
= 2,08 mg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
• Konsentrasi larutan stok = 1
𝑥 𝑉𝑝 𝑚𝑎𝑥
2
2,08 𝑚𝑔
= 0,5 𝑥 1 𝑚𝑙
= 4,2 mg / ml
Cara pembuatan untuk sediaan 10 ml
• Paracetamol yang dibutuhkan = 4,2 mg/ml x 10 ml
= 42 mg
527 𝑚𝑔
• Ditimbang 1 tablet paracetamol = x 42mg
500𝑚𝑔
= 44,3 mg
2. Ibuprofen
• Konversi dosis = 400mg x 0,0026
= 1,04mg / 20g BB mencit
Untuk mencit BB 32mg
1,04 𝑚𝑔
• Dosis = x 32 g
20
= 1,7 mg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
• Konsentrasi larutan stok = 1
𝑥 𝑉𝑝 𝑚𝑎𝑥
2
1.7 𝑚𝑔
= 0,5 𝑥 1 𝑚𝑙
= 3,4 mg / ml
Cara pembuatan untuk sediaan 10 ml
• Ibuprofen yang dibutuhkan = 4,2 mg/ml x 10 ml
= 42 mg
568 𝑚𝑔
• Ditimbang 1 tablet ibuprofen = x 34mg
400𝑚𝑔
= 48,28 mg
3. Asam Mefenamat
• Konversi dosis = 500mg x 0,0026
= 1,3mg / 20g BB mencit
Untuk mencit BB 32mg
1,3 𝑚𝑔
• Dosis = x 32 g
20
= 2,08 mg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
• Konsentrasi larutan stok = 1
𝑥 𝑉𝑝 𝑚𝑎𝑥
2
2,08 𝑚𝑔
= 0,5 𝑥 1 𝑚𝑙
= 4,2 mg / ml
Cara pembuatan untuk sediaan 10 ml
• Asam mefenamat yang dibutuhkan = 4,2 mg/ml x 10 ml
= 42 mg
508 𝑚𝑔
• Ditimbang 1 tablet asam mefenamat = 500𝑚𝑔 x 34mg
= 42,7 mg
4. Asetosal
• Konversi dosis = 300mg x 0,0026
= 0,78mg / 20g BB mencit
Untuk mencit BB 32mg
0,78 𝑚𝑔
• Dosis = x 32 g
20
= 1,2 mg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
• Konsentrasi larutan stok = 1
𝑥 𝑉𝑝 𝑚𝑎𝑥
2
1.2 𝑚𝑔
= 0,5 𝑥 1 𝑚𝑙
= 2,4 mg / ml
Cara pembuatan untuk sediaan 10 ml
• Asetosal yang dibutuhkan = 2,4 mg/ml x 10 ml
= 24 mg
310 𝑚𝑔
• Ditimbang 1 tablet ibuprofen = x 24mg
300𝑚𝑔
= 24,8 mg
= 1,6 mg
1,6 𝑚𝑔
Vp = x 1 ml
4,2 𝑚𝑔
= 0,4 ml
2. Asam Mefenamat
30,2 𝑔
Dosis mencit 30,2 gram = x 1,3 mg
20 𝑔
= 2 mg
2 𝑚𝑔
Vp = 4,2 𝑚𝑔 x 1 ml
= 0,5 ml
3. Ibuprofen
31,4 𝑔
Dosis mencit 31,4 gram = x 1,04 mg
20 𝑔
= 1,6 mg
1,6 𝑚𝑔
Vp = x 1 ml
3,4 𝑚𝑔
= 0,5 ml
4. Asetosal
30,9 𝑔
Dosis mencit 30,9 gram = x 0,78 mg
20 𝑔
= 1,2 mg
1,2 𝑚𝑔
Vp = x 1 ml
2,4 𝑚𝑔
= 0,5 ml
D. Tabel Data Replikasi
33,25 − 21,3
1. Paracetamol = X 100%
33,25
11,95
= X 100%
33,25
= 36 %
33,25 − 20,25
2. Asetosal = X 100%
33,25
13
= 33,25 X 100%
= 39 %
33,25 − 18,25
3. Asam Mefenamat = X 100%
33,25
15
= 33,25 X 100%
= 45 %
33,25 − 18
4. Ibuprofen = X 100%
33,25
15,25
= 33,25 X 100%
= 47 %
Jumlah
Waktu Pemberian 5 Menit Ke
Mencit Geliat
Nomor
Obat / CMC Asam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Na Asetat
1 Paracetamol 14:05 5 10 5 5 2 9 7 7 12 10 4 3 79
Asam
2 14:08 1 2 0 0 2 0 3 0 3 4 0 0 15
Mefenamat
3 Asetosal 14:14 1 3 4 1 2 2 2 1 1 0 1 1 19
4 Ibuprofen 14:18 1 1 0 1 0 2 2 0 3 3 0 0 11
5 CMC Na 14:25 3 5 6 3 4 4 4 3 3 2 2 1 40
12
10
Rata - Rata Geliat
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum farmakologi dan toksikologi ini mahasiswa melakukan eksperimen uji
aktivitas analgetika dengan mencit sebagai hewan uji. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengenal, mempelajari dan mengetahui efektivitas analgetika sediaan obat (paracetamol,
ibuprofen, asam mefenamat, dan asetosal). Parameter yang dianalisis : jumlah geliat, rasa sakit
/ nyeri sehingga kita dapat membandingkan daya analgetika dari obat – obat tersebut setelah
mencit diberi induktor nyeri asam asetat 1 %.
Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan
prinsip yaitu memberikan asam asetat 1% (indikator nyeri) kepada mencit diberikan secara
peroral yang akan menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit
ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan
membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik (paracetamol,
ibuprofen, asam mefenamat, dan asetosal) akan mengurangi respon tersebut.
Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet paracetamol, asam mefenamat,
ibuprofen, dan asetosal karena bahan obat sukar larut di dalam air dengan suspending agent
CMC Na. Digunakan konsentrasi CMC Na yang rendah 0,5% agar suspensi tidak terlalu kental
sehingga mudah untuk mengambil suspensi dengan spuit jarum oral dan mudah masuk ke
dalam esofagus mencit.
Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral, setiap mencit
diberikan suspensi obat yang berbeda. Sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat
diberikan mencit didiamkan selama 15 menit. Kemudian disuntik secara intraperitoneal dengan
larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karena sediaan
lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek, mencegah penguraian asam asetat
pada jaringan fisiologik organ tertentu serta efek merusak jaringan tubuh jika pada organ
tertentu. Misalnya apabila asam asetat 1% diberikan per oral, akan merusak saluran
pencernaan, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam.
Larutan asam asetat diberikan setelah 15 menit, ini bertujuan agar obat yang telah
diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama
beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1% mencit akan menggeliat
dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap
5 menit selama 60 menit.
Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat
merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat
terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri
akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi
reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat
menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan
histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan
kaki belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan obat yang memiliki daya
analgetik paling tinggi atau kuat adalah Ibuprofen > Asam mefenamat > Asetosal >
Paracetamol. Hasil percobaan didapatkan hasil persen daya analgetik pada setiap obat adalah
sebagai berikut ibuprofen 47%, asam mefenamat 45%, asetosal 39% dan paracetamol 36%.
Pemberian obat analgetik yang berbeda pada hewan uji mencit akan mempengaruhi frekuensi
geliat mencit, semakin tinggi kemampuan analgetik suatu obat maka semakin berkurang
jumlah geliatan mencit yang diakibatkan induksi dengan asam asetat.
Hasil untuk Ibuprofen sudah sesuai dengan teori karena absorbsinya lebih cepat di
lambung, sementara indikator nyeri juga diberikan pada lambung. Kemudian yang seharusnya
memiliki efek analgetik yang terkuat kedua setelah ibuprofen adalah Asetosal, karena
mekanisme kerja asetosal menghambat biosintesis prostaglandin yang efek analgesiknya sama
dengan ibuprofen.
Untuk urutan ketiga adalah Asam mefenamat, sesuai karena obat memberikan efek
analgetik yang lebih ringan disebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada lambung.
Sehingga dengan sifat dan efek sampingnya ini justru dapat meningkatkan nyeri pada lambung
mencit. Dan diikuti oleh parasetamol, karena hanya mempunyai efek ringan pada
siklooksigenase perifer.
Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu ketika sudah 15 menit
setelah pemberian analgetik penyuntikan tidak tepat pada titik pemberian (human eror
)sehingga efek obat analgetiknya sudah berkurang, faktor fisiologis dari mencit yang
mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress atau sudah sakit pada
saat eksperimen pertama, waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi
dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutan stock yang tidak dikocok dahulu
sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk
sediaan suspensi, seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat
yang diambil bukan hanya larutannya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu obat dapat
dilakukan dengan cara mengamati peningkatan waktu reaksi.
2. Dasar-dasar perbedaan daya analgetika dapat dipahami dengan nilai % proteksi dan %
efektivitas.
3. Kesesuaian khasiat yang dianjurkan untuk sediaan-sediaan farmasi analgesika sudah
tepat
6.2 Saran
Praktikan lebih berhati – hati dalam melakukan praktikum untuk menghindari
kesalahan yang dapat terjadi serta lebih cermat dan teliti dalam melakukan setiap percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Universitas Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Cerner Multum. 2009. Aspirin. Available online at: http://www.drugs.com/aspirin.html
[diakses tanggal 5 April 2014]
Goodman and Gilman. 2006. The Pharmacologic Basis of Therapeutics– 11th Ed. McGraw-
Hill Companies. Inc. New York.
Katzung,B.G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik , ed IV. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Mutschler Ernest. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi & Toksikologi edisi V.
Penerbit ITB. Bandung.
Penunjang Medis. 2010. Asam Mefenamat. Available online at:
http://mediapenunjangmedis.dikirismanto.com/asam-mefenamat.html [diakses tanggal 5 April
2014].
Tjay, Hoan Tan. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya.
Edisi ke-6. PT. Gramedia. Jakarta
LAMPIRAN