DISUSUN OLEH : Nama : May fahtun Ninda NPM : 21.0605.0046
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUMAMMADIYAH MAGELANG 2022/2023 BAB I A. JUDUL Analgetik dan Antiinflamasi
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUS :
Capaian Pembelajaran : a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi b. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri c. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam d. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur C. TUJUAN PRAKTIKUM a. Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan menguasai Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis manusia ke mencit b. Mahasiswa mampu menguasai cara dan mekanisme induksi nyeri pada mencit c. Mahasiswa mampu menguasai persen daya analgetik obat D. DASAR TEORI Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45oC (Tjay, 2007). Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi. (anonim,2010) Menurut The International Association for the Study of Pain (1979, dalam Potter & Perry 2005), nyeri didefenisikan sebagai perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang menyebabkan kerusakan jaringan. Sementara itu defenisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang ada kapanpun individu mengatakannya. Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay, 2007).
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics) Secara farmakologis
praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat (Gilang, 2010). b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat- zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuktajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007). Mekanisme Kerja Obat Analgesik a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics) Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011). Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010). Mekanisme kerja ibuprofen : Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000). Mekanisme kerja antalgin : Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari prostaglandin F2α yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986). Mekanisme kerja ibuprofen : Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000). Mekanisme kerja Paracetamol : Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995). BAB II METODE UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI
A. Metode Praktikum/ Cara Kerja
1. Waktu dan Tempat Praktikum Analgetik dan Antiinflamasi dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2022 di Laboratorium Universitas Muhammadiyah Magelang. 2. Alat dan bahan Alat : spuit 1cc spuit sonde kapas kandang mencit beaker gelas gelas ukur timbangan stopwatch Bahan : Mencit Aqua Na CMC asam asetat Ibuprofen Parasetamol Antalgin Asam Mefenamat 3. Cara Kerja uji antiiflamasi Larutkan obat terlebih dahulu di Na CMC 1% lalu ad aquades Masing masing kelompok mendapat 2 mencit utk uji antiiflamasi (mencit 1: ibuprofen; mencit 2: antalgin) 1) 2 mencit masing masing diukur volume udemnya dengan cara dimasukkan kaki kiri ke dalam alat dan dicatat sebagai volume awal (VO) 2) 2 mencit masing masing diberikan obat (mencit 1: ibuprofen; mencit 2: antalgin) secara oral 3) 30 menit kemudian masing masing mencit disuntik dengan karagen 1% secara subkutan 0,15 ml 4) 30 menit kemudian diukur volume udem telapak kaki (Vt) 5) Ulangi pengukuran setiap 15 menit 6) Hitung presentase inflamasi Uji Analgesik Larutkan obat terlebih dahulu di Na CMC 1% lalu ad aquades Masing masing kelompok mendapat 2 mencit utk uji antiiflamasi (mencit 1: asam mefenamat; mencit 2: parasetamol) 1) Masing masing mencit diberikan obat per oral (mencit 1: asam mefenamat; mencit 2: parasetamol) 2) 15 menit kemudian, masing masing mencit diberikan lar asam asetat 1% ip 3) Amati dan catat geliat yang muncul, catat hasil setiap 5 menit 4. Buat tabel dan grafik BAB III A. Perhitungan Ibu Profen
Antalgin Paracetamol
Asamefenamat Persentase Inflamasi
Gravik Presentase Uji AnalGetik
Mencit 1 Mencit 2
Massa 47,02 gram 54,10 gram
Geliat 1 12 kali 4 kali
Geliat 2 6 kali 1 kali
BAB IV A. Pembahasan Pada praktikum kali ini mahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik dan antiinflamasi. Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa memiliki kemampuan menguasai perhitungan konversi dosis manusia ke mencit, Mahasiswa mampu menguasai cara dan mekanisme induksi nyeri pada mencit, Mahasiswa mampu menguasai persen daya analgetik obat. Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi. (anonim,2010) Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan prinsip yaitu menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara seperti terlentang. Dengan pemberian obat analgetik (paracetamol dan asamefenamat) akan mengurangi respon tersebut. Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara per oral dan IP 1%, sedangkan pemberian obat antiinflamasi diberikan secara oral dan subuktan . setiap mencit diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 5-15 menit. Pada percobaan ini dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok mendapatkan 4 mencit, 2 mencit digunakan untuk obat antiinflamasi yaitu menggunakan obat Ibu Profen dan Antalgin, sedangkan 2 mencit lagi digunakan untuk obat analgesik yaitu parasetamol dan Asamefenamat. Selanjutnya untuk larutan injeksi zat obat asam mefenamat. Tablet asam mefenamat digerus 3tablet hingga halus lalu ditimbang sebanyak 1,921 mg dan masukan kedalam beakerglass Pada praktikum yang pertama ini analgetik yang digunakan adalah Paracetamol dan asam mefenamat, Dengan kontrol menggunakan CMC Na 1%. Lalu Hal pertaman yang dilakukan yaitu menimbang mencit, dalam praktikum ini hewan uji yang digunakan yaitu 4 ekor mencit dengan bobot tubuh yang berbeda. Kami menandai 4 ekor mencit menggunakan tinta pewarna Bobot mencit Ungu 52,8gram Bobot mencit Hitam 57,56 gram Bobot mencit orange (pct) 54,10 gram Bobot mencit hijau (asmet) 47,02 gram Selanjutnya, perhitungan dosis obat berdasarkan masing-masing bobot badan mencit. Dimana menggunakan perbandingan dosis mencit 1,3mg/ BB mencit. Dari perhitungan tersebut diperoleh dosis volume untuk mencit no.1 adalah sebanyak 0,4 ml tragakan 0,5%, mencit no.2 sebanyak 0,35 ml asam mefenamat dalam 0,5 ml tragakan 0,5%. mencit no.3 sebanyak 0,13 ml dalam parasetamol 0,5 ml tragakan 0,5%, dan mencit no.4 sebanyak 0,44 ml tramadol dalam 0,5 ml tragakan 0,5%. Hasil perhitungan tersebut telah sesuai literatur yaitu tidak melebihi dosis volume rute pemberian oral yaitu tidak lebih dari 0,5 ml.
Setelah ditimbang kami melakukan pengujian antiinflamasi terlebih dahulu
pertama adalah pengukuran udem, pada percobaan 2 mencit untuk uji antiinflamasi ini 2 mencit masing masing diukur volume udemnya dengan cara dimasukkan kaki kiri ke dalam alat agar kami mengetahui Volume awal/ untuk mengetahui persentase inflamasinya.