Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

PERCOBAAN I
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
“Percobaan Uji Efek Obat Analgetik”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
Aisyah Sukarman (F.21.002)

Eva Nursyahlina (F.21.016)

Diya Ana Wulan (F.21.014)

Nessa Sarinah (F.21.031)

Miming (F.21.030)

TANGGAL PARAF/TTD LABORAN/DOSEN NILAI


KOREKSI/ACC PRAKTIKUM

Inggit Suryaningsih, A.md. Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di Indonesia, ada lebih dari 50 obat golongan analgesik-antiperitik

yang telah beredar (BPOM-RI, 2014). Lazimnya obat pereda nyeri

digunakan sesuai dosis yang dibutuhkan, tidak secara berlebihan yang

dapat memberikan efek samping untuk tubuh. Terkadang sebagian

konsumen menggunakannya diluar dosis yang dianjurkan. Alasannya

dikarenakan dengan dosis biasa nyeri yang dirasa tidak kunjung

berkurang. Obat pereda nyeri membuat rasa nyeri pada penderitanya

perlahan berkurang sehingga memberikan rasa nyaman pada tubuh.

Nyeri secara umum dapat diartikan sebagai suatu rasa yang tidak

nyaman, baik itu ringan atau berat. Selain itu nyeri juga dapat disebut

sebagai sensasi dari keadaan yang tidak menyenangkan yang timbul akibat

mengalami cidera atau kerusakan pada tubuh. Sementara itu menurut

International for study of pain (IASP), nyeri adalah perasaan yang tidak

menyenangkan atau menggambarkan suatu kondisi yang tidak

menyenangkan. Nyeri sering dialami oleh setiap orang. Ada banyak cara

mengatasi nyeri dan salah satunya adalah dengan mengonsumsi obat nyeri.

Obat nyeri atau biasa juga disebut dengan obat golongan analgesik-

antiperitik. Obat ini digunakan untuk meredakan rasa nyeri ringan hingga

menengah dan juga untuk menurunkan demam.


Istilah non-steroid digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan

ini dengan obat steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. Kedua

golongan obat diatas sama-sama memberikan efek pereda nyeri bagi yang

menggunakannya. Meskipun NSAID merupakan obat dengan golongan

non-steroid, namun tetap saja dapat memberikan efek samping. Baik itu

yang umum terjadi seperti sakit perut kembung dan lain sebagainya atau

pun kejadian yang tidak diharapkan yang dalam istilah asingnya disebut

dengan Adverse Event (Rhudy, 2011).

Penggunaan obat nyeri golongan NSAID sendiri tetap

mendapatkan pengawasan. Tidak hanya untuk obat dengan golongan

NSAID, tetapi semua jenis obat yang diproduksi dan beredar di

masyarakat. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya setiap obat dapat

menimbulkan adverse event. Pengawasan penggunaan obat-obatan

dilakukan oleh badan atau organisasi tertentu pada setiap negara. Salah

satu dari organisasi tersebut adalah FDA (Food and Drug Administration)

atau badan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat. FDA

menyimpan berbagai data yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat di

Amerika. Salah satu data yang terdapat di FDA adalah data FDA Adverse

Event Reaction System (FAERS). FDA bertanggung jawab untuk

melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin keamanan, khasiat

dan keamanan obat manusia dan hewan, produk biologi, peralatan medis,

persediaan makanan, kosmetik dan produk yang memancarkan radiasi di

Amerika (fda.gov/AboutFDA).
B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui efek obat analgetik yang paling efektif antara

obat Asam Mefenamat, Antalgin, Natrium Diklofenak, Meloxicam,dan

Piroxicam pada hewan uji mencit.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum analgetik

1. Definisi

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran. Salah satu obat analgetik yang sering

ditemui di pasaran yaitu piroxicam.

Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2

golongan yaitu :

a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)

Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat

(asetosal, diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaan–

sediaan golongan non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat

(Gilang, 2010).

b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki

sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama

digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap

semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.


Ada 3 golongan obat ini yaitu(Medicastore,2006) :

1) Obat yang berasal dari opium-morfin

2) Senyawa semisintetik morfin

3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

2. Mekanisme Kerja Obat Anlagetik

a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)

Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada

enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam

sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin.

Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok

pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim

COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi

pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda

dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling

umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus,

kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di

kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam

jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011).

b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika

Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat

enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang

dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya.


Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek 

analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah

pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah

tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek

maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah

pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah

dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya

umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume

distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan

dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh

eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam,

sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara

individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam

mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).

B. Tinjauan umum nyeri

1. Definisi

Nyeri secara umum dapat diartikan sebagai suatu rasa yang

tidak nyaman, baik itu ringan atau berat. Selain itu nyeri juga dapat

disebut sebagai sensasi dari keadaan yang tidak menyenangkan yang

timbul akibat mengalami cidera atau kerusakan pada tubuh. Sementara

itu menurut International for study of pain (IASP), nyeri adalah

perasaan yang tidak menyenangkan atau menggambarkan suatu


kondisi yang tidak menyenangkan. Nyeri sering dialami oleh setiap

orang. Ada banyak cara mengatasi nyeri dan salah satunya adalah

dengan mengonsumsi obat nyeri. Obat nyeri atau biasa juga disebut

dengan obat golongan analgesik-antiperitik. Obat ini digunakan untuk

meredakan rasa nyeri ringan hingga menengah dan juga untuk

menurunkan demam.

2. Mekanisme nyeri

Mekanisme nyeri meliputi 3 hal penting yaitu mekanisme

nosiseptif (transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi), perilaku

nyeri (neuromatrik melzack), dan plastisitas saraf. Pada fase transduksi

terjadi konversi stimulus yang intens apakah itu stimulus kimiawi

seperti pH rendah yang terjadi pada jaringan yang meradang, stimulus

panas diatas 42℃ , atau kekuatan mekanis.

Pada fase transmisi terjadi transfer informasi dari neuron nosiseptif

primer ke neuron di kornu dorsalis, selanjutnya ke neuron proyeksi

yang akan meneruskan impuls ke otak. Berikutnya adalah modulasi

nyeri yang terjadi pada sistem saraf sentral ketika aktivitas nyeri dapat

dihambat oleh analgesik endogen seperti endorfin. Terakhir dari

mekanisme nosiseptif adalah persepsi dimana pada fase ini merupakan

titik kesadaran individu terhadap nyeri. Selanjutnya adalah

neuromatrik melzack yang dianggap bertanggung jawab terhadap

pembentukan persepsi individu terhadap nyeri dan menentukan

perilaku nyeri. Akhir dari mekanisme nyeri adalah plastisitas saraf


yang menyebabkan perubahan dari adaptif menjadi maladaptif

(Witjaksono, Villyastuti YW, Sutiyono D., 2013).

C. Tinjauan umum hewan coba

1. Definisi

Mencit ( Mus musculus) merupakan salah satu hewan mamalia

yangdiduga berasal dan tersebar dari wilayah mediteranian China.

Mencitmemiliki habitat yang berada di sekitar manusia dan cukup

tersebar luas.Mencit memiliki ukuran tubuh sekitar 65-95 mm dan

ekornya memilikipanjang sekitar 60-105 mm. Tubuh mencit dilapisi

rambut yang berwarnaputih hingga kecokelatan sehingga

keberadaannya cukup mudah dideteksi(Ballenger, 1999).

Mencit termasuk salah satu hewan model yang banyakdipilih untuk

suatu penelitian. Penggunaan mencit dalam berbagai

penelitiankhususnya bidang biomedik dan neurobiologi dikarenakan

mencit memilikikarakter genetik yang tidak jauh berbeda dengan

manusia. Karakter genetikini dapat diuji melalui fisiologi, anatomi,

dan metabolisme serta perilakuyang ditunjukkan oleh mencit tersebut

(Your Genome, 2017). Pengujianterhadap aspek tersebut dapat

dilakukan dengan memberikan stimulus yangdapat memicu kognisi

dari mencit. Kognisi ialah serangkaian proses mentalyang melibatkan

kesadaran, persepsi, belajar, dan memori suatu individu.Oleh karena


itu, pada praktikum ini dilakukan pengujian terhadap

komponenkognisi mencit yang meliputi memori, sensori, dan motorik.

Pada trimester 1 dan 2,Studi pada binatang percobaan

memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada

studi terkontrol pada ibu hamil.Obat hanya boleh digunakan jika

besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap

janin.Pada trimester 3 kehamilanKategori D: Ada bukti bahwa

kandungan obat berisiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya

manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya

untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.Piroxicam dapat

terserap ke dalam ASI. Bila sedang menyusui, jangan menggunakan

obat ini tanpa persetujuan dokter.

Sumber:

Dokumentasi Pribadi
2. Klasifikasi mencit (Mus muscullus)

Kingdom : Animalia
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Mus
Sub genus : Mus
Spesies : Mus muscullus

D. Tinjauan umum tentang obat

1. Definisi

Piroxicam merupakan obat golongan Anti Inflamasi Non

Steroid (AINS) yang memiliki kegunaan sebagai anti inflamasi,

antipiretik, dan analgesik dengan cara menghambat sintesis

prostaglandin, melalui penghambatan enzim sikloogsigenase (COX).

Piroxicam diserap dengan baik di sistem saluran pencernaan dengan

konsentrasi plasma puncak 3 sampai 5 jam setelah dikonsumsi secara

oral. Piroxicam 99% terikat dengan protein plasma dan memiliki

waktu paruh eliminasi yang panjang sekitar 50 jam (Sweetman, 2009).

Piroxicam bekerja dengan cara menghambat produksi

prostaglandin, yaitu senyawa yang memicu peradangan ketika jaringan

sendi mengalami kerusakan. Peradangan pada sendi menyebabkan

nyeri, bengkak, kaku, dan kemerahan.


Piroxicam tersedia dalam bentuk tablet, tablet cepat larut, dan

kapsul. Selain obat minum (oral), tersedia pula piroxicam topikal

dalam bentuk gel yang dapat langsung dioleskan ke area yang nyeri.

Piroxicam topikal bekerja secara lokal sehingga risiko terjadinya efek

samping lebih rendah. Piroxicam tersedia dalam bentuk tablet, tablet

cepat larut, dan kapsul. Selain obat minum (oral), tersedia pula

piroxicam topikal dalam bentuk gel yang dapat langsung dioleskan ke

area yang nyeri. Piroxicam topikal bekerja secara lokal sehingga risiko

terjadinya efek samping lebih rendah.

2. Farmakodinamik Piroxicam

Piroxicam merupakan derivat oksikam OAINS yang secara

reversibel menghambat enzim siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-

2 (COX-1 dan COX-2). Hal ini akan menyebabkan berkurangnya

pembentukan prekursor prostaglandin, yang merupakan mediator

inflamasi yang mensensitisasi saraf aferen dan meningkatkan potensi

aksi bradikinin dalam menginduksi nyeri.

3. Farmakokinetik piroxicam

Farmakokinetik piroxicam mengalami beberapa proses, yaitu

absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi.

1. Absorpsi ; Piroxicam dapat diserap baik dengan pemberian secara

oral. Setelah itu, obat ini akan mengalami sirkulasi enterohepatik.

Konsentrasi puncak plasma dapat tercapai dalam 2 hingga 4 jam.

Konsumsi bersamaan dengan makanan akan menunda penyerapan,


sehingga kerja obat dalam mengatasi

penyakit osteoarthritis dan rheumatoid arthritis menjadi kurang

efektif.

2. Distribusi ; Setelah proses absorpsi, sekitar 99% piroxicam akan

berikatan dengan protein plasma dengan volume distribusi 0,14

L/kg.

3. Metabolisme ; Metabolisme piroxicam terjadi melalui hidroksilasi

pada rantai samping cincin piridil, konjugasi oleh siklodehidrasi,

dan dengan lanjutan reaksi yang mencakup hidrolisis ikatan amida,

dekarboksilasi, ring contraction, dan N-demethylation.

4. Eliminasi ; Waktu paruh piroxicam cukup panjang, yakni sekitar

30-86 jam. Piroxicam diekskresikan dua kali lebih banyak pada

urine dibandingkan pada feses, dimana kurang dari 5% obat

diekskresikan dalam urine dalam bentuk tidak diubah.

4. Rute pemberian obat

Pemberian obat pada praktikum ini, dilakukan secara bertahap, yaitu:

1. Pemberian secara oral

Pemberian secara oral pada mencit dilakuakan dengan alat

suntik yang dilengkapi jarum berujung tumpul, yang telah diisi

cairan obat (aquades) 0,5 ml. kita menarik kulit pada

bagiantengkuk mencit dengan jari tengah dan ibu jari tangan kiri,

dan tangan kanan memegangekornya lalu membalikkan tubuh


mencit sehingga menghadap ke kita dan menjepit ekordengan

kelingking dan jari manis tangan kiri, dimana posisi kepala mencit

menengadah danmulutnya sedikit terbuka, sonde oral (jarum

tumpul) ditempatkan pada langit langit mulut atasmencit kemudian

memasukkan perlahan sampai ke esophagus dan cairan obat

dimasukkan.

2. Pemberian secara subkutan

Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah tengkuk

dengan mencubit tengkuk di antara jempol dan telunjuk. Bersihkan

area kulit yang akan disuntik dengan alkohol 70%.Masukkan obat

dengan menggunakan alat suntik 1 ml secara paraler dari arah

depan menembuskulit sampai terdengar bunyi klik. Kita

melakukan dengan cepat untuk menghindari pendarahan yang

terjadi dengan kepala mencit.

3. Pemberian secara intra muscular

Obat disuntikkan pada paha posterior. Mencit dipegang dengan

cara menyamping,dimana ibu jari dan telunjuk memegang kepala

mencit dengan tangan kiri kemudian kelingkingdan jari manis

memegang paha dan perut bagian kiri mencit. Bersihkan area kulit

yang akandisuntik dengan alcohol 70%. Masukkan obat dengan

menggunakan alat suntik 1 ml.

4. Pemberian secara intra peritoneal


Mencit dipegang dan diposisikan telentang, pada penyuntikan

posisi kepala lebih rendahdari abdomen. Jarum disuntikkan dari

abdomen yaitu, pada daerah yang menepi dari garistengah, agar

jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi

supaya tidakterkena penyuntikan pada hati.

5. Uraian bahan

1. Piroxicam (sweetman.2009;117)

Nama resmi : PIROXICAM

Nama lain : piroksikam,piroxicamum,piroxikam

Rumus molekul : C15H13N3O4S

Berat molekul : 331,3

Pemerian : kristal bubuk putih atau agak kuning

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air;sedikit larut

dalam alkohol dehidrasi;larut dalam

diklorometana

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara.

Indikasi : mengatasi nyeri dan peradangannterutama

nyeri yang disebabkan oleh radang sendi.

Obat ini biasa digunakan untuk mengatasi


gejala osteoarthritis,atau ankylosing

spondylitis.

Kontra indikasi : ibu hamil dan menyusui,dan mengalami

masalah kesuburan.

Efek samping : Gangguan lambung,sakit kepala,iritasi dan

ulkus gaster (Dosis diatas 20 mg per hari)

Dosis : Ankilosa spondilitis : 1 x Sehari 20

mg;Gangguan muskolos keletal akut : 40 mg

per/hari dalam dosisi tunggal atau terbagi

selama 2 hari kemudian 1 x sehari 20 mg

selama 7-14 hari ; Gout akut : dosis awal 40

mg dosis tunggal atau terbagi selama 4-6

hari. Tidak untuk terapi gout jangka panjang.

Aturan pakai : Sesudah makan.

2. Na-cmc ( Dirjen POM,1979 : 401 )

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHIL CELULLOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa


Pemerian : serbuk atau butiran putih atau kuning gading,tidak

berbau,dan bersifat higroskopik

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk suspense

koloida,tidak larut dalam etanol

Kegunaan : Sebagai kontrol

3. Aquadest ( FI Edisi III,1979 )

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Aquadest

Rumus molekul : H20

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna,tidak

berbau,tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

BAB III

METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan Yang Digunakan Pada Praktikum

a. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum yaitu spoit dan canula, gelas

kimia 1000 ml, gelas kimia 100 ml, batang pengaduk.

b. Bahan

bahan yang digunakan pada praktikum yaitu, na cmc 0,5 %, asam

asetat 0,5 %, natrium diklofenak, dan aquadest dan mencit jantan.

B. Skema Kerja Metode Geliat

Mencit dipuasakan minimal 8


jam

Ditimbang berat badan mencit

As.
Na. Meloxicam
Mefenamat Piroxicam Na.CMC
dilofenak Antalgin 50 15 mg
500 mg 10 mg 0,5%
25 mg mg
C. Prosedur kerja
1. Pembuatan Suspensi Na.CMC 0,5% 200 mL
1) Ditimbang Na.CMC sebanyak 1 gram di atas timbangan digital
menggunakan kertas perkamen
2) Dipanaskan Aquadest di atas gelas kimia 200 mL menggunkan hot
plate hingga mendidih
3) Dimasukkan sedikit demi sedikit serbuk Na.CMC ke dalam
aquadest yang telah mendidih sambih dilakukan pengadukan
hingga bening
4) Didiamkan hingga dingin
2. Pembuatan Asam Asetat 0,5% 50 mL
1) Dipipet asam asetat sebanyak 0,25 mL menggunakan spoit 1cc
2) Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
3) Dicukupkan volumenya menggunakan aquadest hingga tanda batas
4) Digojog hingga homogen
5) Diberi etiket
3. Pengujian Efek obat Analgetik dengan Metode Kerja Writing Test
(Geliat)
1) Sebanyak 6 hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok
2) Setiap hewan uji diberikan perlakuan secara per oral :
a. Kelompok 1 diberi suspensi Asam mefenamat 500 mg
b. Kelompok 2 diberi suspensi Antalgin 500 mg
c. Kelompok 3 diberi suspensi Natrium diklofenak 25 mg
d. Kelompok 4 diberi suspensi Meloxicam 15 mg
e. Kelompok 5 diberi suspensi Piroxicam 10 mg
f. Kelompok 6 diberi suspensi Na. CMC 0,5%
3) Setelah seluruh hewan uji mendapat masing-masing perlakuan, 5
menit kemudian seluruh hewan uji diberi suntikan i.p. dengan
larutan asam asetat 0,5 % v/v
4) Beberapa menit kemudian mencit mulai menggeliat (perutnya
kejang dan kaki ditarik ke belakang)
5) Catat jumlah geliat kumulatif yang timbul pada menit ke 15, 30, 45,
60, dan 90
6) Buat kurva t (menit) vs jumlah geliat tiap perlakuan
7) Hitung luas daerah di bawah kurva (AUC) dari kurva tersebut
(ingat rumus menghitung luas persegi panjang, segi tiga dan jajaran
genjang).
8) Hitung persen daya analgetika dengan rumus:

( AUC Perlakuan)
% Daya Analgetika = 1- x 100 %
( AUC Kontrol)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
1. Hasil pengamatan efektifitas obat analgetic
Tabel 1. Hasil pengamatan efek obat analgetik

Obat BB Volume Jumlah Geliat Kumulatif Pada Menit


Hewan Pemberian ke- (kali)
Uji (mL)
15 30 45 60 90

As. mefenamat 29,3 g 0,94 mL 3 11 11 17 24

Antalgin 25,8 g 0,83 mL 1 8 6 2 2

Na. diklofenak 27,4 g 0,88 mL 19 20 8 7 2

Meloxicam 27,0 g 0,87 mL 3 3 2 2 8

Piroxicam 29,3 g 0,94 mL 8 5 6 3 15

Na. CMC 0,5% 30,9 g 1 mL 5 11 11 22 29

2. Kurva AUV
a. AsamMefenamat 500 mg
30

25

20

15

10

0
15 30 45 60 90

Gambar 1. Kurva AUC AsamMefenamat 500 mg

b. Antalgin 500 mg

Kurva Hubungan Perlakuan Obat


Terhadap Geliat
10
8
6
4
2
0
0 15 30 45 60 90
Gambar 2. Kurva AUC Antalgin 500 mg

c. Natrium diklofenak

25

20

15

10

0
15 30 45 60 90

Gambar 3. Kurva AUC Natrium diklofenak

d. Meloxicam 15 mg
KURVA AUC

Y(Jumblah geliat tiap


25
20

perlakuan)
15
10
5
0
15 30 45 60 90 120
X (Waktu)

Gambar 4. Kurva AUC Meloxicam 15 mg

e. Piroxicam 10 mg

16
14
12
10
8
6
4
2
0
15 30 45 60 90

Gambar 5. Kurva AUC Piroxicam 10 mg

f. Na-CMC

Kurva Hubungan Perlakuan Obat


Terhadap Geliat
35
30
25
20
10
5
0
15 30 45 60 90

Gambar 6. Kurva AUC Na-CMC

3. Hasil persentase daya analgetik

Tabel.2 % Daya analgetik

Obat % Daya Analgetika

Asam mefenamat 500 mg 20,5%

Antalgin 500 mg 84,7%

Natrium diklofenak 50 mg 63,8%

Meloxicam 15 mg 79,01%

Piroxicam 10 mg 72%

Na-CMC 0%

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan obat analgetik terhadap

mencit jantan yang bertujuan untuk mengetahui efek obat analgetik yaitu

asam mefenamat 500 mg, natrium diklofenak 25 mg, antalgin 500 mg,

meloxicam 15 mg dan piroxicam 10 mg.

Analgetik secara menyeluruh adalah senyawa atau obat yang

digunakan pasien untuk mengobati atau mengurangi rasa sakit serta nyeri

yang diakibatkan oleh rangsangan yang diterima tubuh, baik rangsangan

secara mekanik, kimiawi atau fisika yang kemudian akan menimbulkan

kerusakan pada jaringan hingga akan memicu pelepasan impuls nyeri

seperti brodikinin atau prostagladin. Hingga kemudian mampu

mengaktifkan reseptor nyeri pada saraf perifer, kemudian diteruskan ke

otak untuk diproses dan menimbulkan aksi berupa rasa sakit yang akan

diterima oleh pasien. Analgetik berfungsi dengan menghambat penyaluran

sinyal rasa sakit atau kerusakan pada jaringan ini hingga otak akan

mendeteksi bahwa tubuh sedang berada dalam keadaan baik-baik saja

karena tidak aktifnya saraf reseptor pada saraf perifer.

Pengujian efek daya analgetik menggunakan metode geliat

(Writhing test). Obat-obat analgetik yang digunakan bertindak sebagai

kontrol positif dan Na-CMC sebagai kontrol negatif. Pada metode ini

digunakan asam asetat 0,5%v/v sebagai penginduksi nyeri terhadap

mencit yang akan menimbulkan respon geliat (Writhing), yaitu mencit

menarik kaki ke belakang dan mengalami kejang.


Pada pengujian ini, hewan uji yang digunakan sebanyak 6 ekor mencit

jantan yang didapatkan BB maximal seberat 30,9 gram dan BB minimal

seberat 25,8 gram. Pemberian cairan pada mencit harus disesuaikan

dengan dosis koversi dan volume pemberian yang telah dihitung

sebelumnya untuk menghindari terjadinya kelebihan dosis yang dapat

menyebabkan kematian pada hewan uji. Konversi dosis yang dilakukan

dapat dilihat pada tabel konversi, yaitu dari dosis mencit ke dosis manusia

ditetapkan faktor konversinya adalah 0,0026.

Berdasarkan tabel % daya analgetik yang diperoleh perhitungan kurva

AUC masing-masing perlakuan diperoleh data obat analgetik Asam

mefenamat 500 mg sebesar 20,5%, Natrium diklofenak 25 mg sebesar

63,8%, Antalgin 500 mg sebesar 84,7%, Meloxicam 15 mg sebesar

79,01%, dan piroxicam 10 mg sebesar 72%. Kelompok Na.CMC

merupakan kelompok kontrol negatif yaitu Na.CMC tidak memuliki efek

farmakologi terhadap tubuh sehingga diperoleh % daya analgetik yaitu

0%.

Pada kelompok perlakuan obat diperoleh % daya anlgetik yang

paling kuat yaitu kelompok Antalgin sebesar 84,7% dan Meloxicam

sebesar 79,01%. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana keempat

kelompok perlakuan obat analgetik yaitu antalgin, meloxicam, natrium

diklofenak, dan piroxicam menunjukkan efek/ daya analgetik yang baik,

kecuali asam mefenamat berbanding terbalik dengan teori dimana asam


mefenamat seharusnya menunjukan efek/daya analgetic akan tetapi hasil

yang didapatkan % daya analgetic dari asam mefenamat sebesar 20,5%.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan % daya analgetic dari
obat analgetic sebesar :
 Antalgin 500 mg : 84,7%
 Meloxicam 15 mg : 79,01%
 Piroxicam 10 mg :72%
 Natriun diklofenak 25 mg : 63,8%
 Asam mefenamat 500 mg : 20,5%
Jadi dapat disimpulkan bahwa obat analgetic yang paling efektif menahan
rasa nyeri yaitu obat antalgin 500 mg.
B. Saran
1. Praktikan harus lebih teliti dalam pengamatan geliat hewan uji

2. Praktikan harus memperhatikan waktu untuk memulai penyuntikan, agar

tidak terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan efek analgetik obat

menjadi berkurang

3. Praktikan harus berhati-hati pada saat pemberian perlakuan obat analgetik

agar tidak tumpah sehingga tidak mengurangi dosis yang akan diberikan

pada hewan uji.

4. Praktikan harus memperhatikan pada saat pengambilan larutan stock yang

berbentuk suspensi, yaitu harus dikocok terlebih dahulu agar pada saat

pengambilan menggunakan spoit bukan hanya larutanya saja yang diambil,

melainkan bersamaan dengan obat yang berkhasiat sebagai zat aktif

(analgetik).
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia

Edisi III. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia

Edisi IV. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia

Edisi VI. Jakarta.

Ballenger, L & Poor, A. (1999). “ Mus musculus”, Animal Diversity

Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.

Halodoc. (2020). www.halodoc.com

Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat,

Penggunaan Dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Keenam. PT

Elex Media Komputindo. Jakarta.


LAMPIRAN

1. Perhitungan dosis

Perhitungan dosis konversi = Dosis lazim x Dosis konversi

= 10 mg x 0,0026

= 0,026 mg

BB Max
Dosis Pemberian = x Dosis konversi
BB Min

30,9 g
= x 0,026 mg
25,8 g

= 0,03 mg

dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x Bobot rata-rata
dosislazim
tablet

0,03 mg
= x 0,2 gram
10 mg

= 0,0006 gram

Pengenceran suspensi obat = Bobot yang ditimbang x volume


suspensi

= 0,0006 gram x 10 ml

= 0,006 gram

BB Hewan uji
Volume pemberian = x volume pemberian
BB Max
maksimal

29,3 g
= x 1 ml
30,9 g
2. Perhitungan bangunan

1
I. x Alas x Tinggi
2
1
= x 15 x 8
2
= 60

1
II. x Alas x Tinggi
2
1
= x 15 x 3
2
= 22,5

1
III. x Alas x Tinggi
2
1
= x 15 x 1
2
= 7,5

IV. L=PxL
= 30 x 2
= 60
V. L=PxL
= 65 x 3
= 195
1
VI. x Alas x Tinggi
2
1
= x 15 x 3
2
= 22,5
1
VII. x Alas x Tinggi
2
1
= x 30 x 12
2
= 180
547,5
Jumlah = = 78,2
7
Lu as AUC perlakuan
% Daya analgetik= 1-
Luas AUC kontrol
78,2
= 1-
2271,2

= 0,72 x 100 %
=72%

3. Dokumentasi praktikum

1. Penimbangan BB mencit 2. Penimbangan bobot tablet

3. Di gerus tablet piroxicam 4. Ditimbang sebuk


piroxicam
5. Pemberian obat secara
6. Diinduksi dengan asam
oral
stearat
Secara i.p

Anda mungkin juga menyukai