Anda di halaman 1dari 27

Tanda Tangan ACCLaporan

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
Apt. Zakiah Thahir, S.Farm,M.Kes

PRAKTIKUM VI
EFEK ANALGETIK PADA HEWAN UJI

Oleh:
KELOMPOK IV
KELAS REGULER C

TITI PUSPA DEWI ( 18.119.AF )


TRI PUTRI RESKIAWATI ( 18.199.AF )
VINDI LADYVIRGINIA ( 18.123.AF )
YULI YANA DAHLAN ( 18.128.AF )
WIWI SAFITRI ( 18.125.AF )
WELSI PADALLINGAN (18.124.AF )
YESSI SHAGUILLEN PUTRI ( 18.127.AF)
SUNARTI (18.114.AF)
AKBAR WIDIANTO (18.2198.AF )
ZULFITA ZAKARIA ( 18.130.AF )

AKADEMI FARMASI
YAYASAN MA’BULO SIBATANG
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Rasa sakit pada tubuh sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut dapat terjadi jika organ tubuh, otot, atau kulit terluka
oleh benturan, penyakit kram atau bengkak yang akan menimbulkan rasa
nyeri. Obat yang banyak digunakan untuk mengatasi nyeri disebut
analgetik.
Rasa nyeri merupakan suatau gejala yang berfungsi melindungi
tubuh. Nyeri dianggap sebagai syarat bahaya tentang adanya gangguan
di jaringan seperti peradangan yang disebabkan oleh gangguan mekanis,
kimiawi, atau fisika yang dapat menimbukkan kerusakan pada jaringan.
Obat adalah unsur aktif secara fisiologis di pakai dalam diagnosis,
pencegahan, pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit pada
manusia atau hewan. Obat dapat beraal dari alam dapat diperoleh dari
sintesis kimia organik atau biosintetis. Meskipun obat dapat
menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang
menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
obat dapat bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam
pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi,
apabila obat digunakan salah dalam pengobatan atau dengan dosis yang
berlebihan, maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil,
maka kita tidak akan memperoleh penyembuhan.
I. 2 Maksud dan Tujuan
I. 2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu mengetahui dan
memahami efek analgetik dari suatu obat terhadap hewan uji mencit
(Mus musculus).
I. 2. 2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
a. Untuk menganalisis efek analgetik dari ibuprofen pada hewan
uji mencit.
b. Membandingkan efek analgetik ibuprofen dan infus daun
meniran terhadap hewan uji mencit.
I. 3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini yaitu, semakin tinggi kemampuan
analgetik suatu obat semakin berkurang jumlah geliatan mencit yang
diakibatkan induksi dengan asam asetat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum


Analgetika (obat penghalang nyeri) adalah obat yang digunakan
untuk mengurangi atau menekan rasa sakit, misalnya rasa sakit kepala,
otot, perut, gigi, dan sebagainya tanpa menghilangkan kesadaran
penderita. Karena khasiat dari obat analgetika ini dapat mengurangi rasa
sakit atau nyeri, maka obat analgetika ini sangat populer dan di senangi
oleh masyarakat, meskipun tidak dapat menyembuhkan atau
menghilangkan penyakit dari penyebabnya.
Secara umum obat analgetika ini dapat dibagi menjadi 2 golongan
yaitu :
a. Analgetik non narkotik
Analgetika non narkotika yang disebut juga dengan analgetik
antipiretika (antipiretika=menurunkan panas). Analgetika golongan ini
selain dapat mengurangi rasa sakit juga dapat menurunkan rasa
panas badan. Obat yang termasuk dalam golongan ini dan banyak
digunakan oleh masyarakat ialah:
1) Salisilamida
2) Fenacetina dan paracetamol
3) Piramidon dan novalgin
b. Analgetika narkotika
Analgetika narkotika mempunyai sifat analgetika dan hipnotik
(hipnotik= menyebabkan kesadaran berkurang seperti bermimpi indah,
dalam istilah sehari-hari disebut “fly”). Yang dimaksud analgetika
narkotika ini ialah alkaloid golongan opium,misalnya
morfina,codeina,tebaina dan sebagainya. Alkaloid golongan opium ini
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan golongan papaver somniferum
(widjajanti,2014).
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak
nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan
psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat
menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula
menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu
perasaan subjektif pripadi dan ambang toleransi nyeri berbedda-beda
bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada
44º 45ºC.
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan
beberapa cara, yakni dengan :
a. analgetika perifer, yang merintangi terbentuknya rangsangan pada
reseptor nyeri perifer.
b. analgetika lokal, yang merintangi penyaluran rangsangan di saraf-
saraf sensoris.
c. analgetika sentral (narkotika),yang memblokir pusat nyeri SSP
dengan anestesi umum.
d. antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf,
mekanisme kerjanya belum diketahui, misal amitripillin.
e. antiepileptika, yang meningkatkan jumlah neurotransmiter di ruang
sinaps pada nyeri, misal pregabalin. Juga karbamazepin, fenitorin
dan lain-lain (Tjay dkk,2008).
Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, enteral dan
parenteral:
a. Enteral
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui
saluran cerna.
1) Oral
Memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian
obat yang paling umum tetapi paling bervariasi dan memerlukan
jalan yang paling rumit untuk mencapai jarinagn. Beberapa obat
di absorbsi di lambung. Namun duodenum sering merupakan
jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan
absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat di absorbsi dari
saluran cerna dan masuk ke dalam hati sebelum disebarkan ke
sirkulasi umum. Metabolisme langkah pertama oleh usus atau
hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral
(Noviani,2017).
2) Sublingual
Penempatan dibawah lidah memungkinkan obat tersebut
berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara
langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu
obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan
bypass melewati usus dan hati dan obat di inaktivasi oleh
metabolisme (Noviani,2017).
3) Rektal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi
portal, jadi biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute
sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu
mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau ph rendah di
dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat
menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk
pemberian rektum umumnya adalah suppositoria dan ovula
(Noviani,2017).
b. Parenteral
pengobatan parenteral digunakan untuk obat yang aborbsinya
buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang
tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam
keadaan yang memerlukan kerja obat yang tepat. Pemberian
parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang
sesungguhnya dimasukkan ke dalam tubuh (Noviani,2017).
1 ) Intravena (I.V)
Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral
yang sering dilakukan. Untuk obat yang tidak di absorbsi secara
oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat
mengindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu
efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat
dalam sirkulasi (Noviani,2017).
2 ) Intramuskular (I.M)
Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat
berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering
berupa suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti
etilenglikol. Absobsi obat dalam larutan cepat sedangkan
absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah
vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap
pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan
memberikan suatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang
lebih lama dengan efek terapeutik yang panjang (Noviani,2017).
3 ) Subkutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan
dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil
epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat
untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai
vasokonstiktor lokal dan mengurangi pembuangan obat
sepertilidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain
pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti
kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levoneegestrel yang
di implantasi untuk jangka yang sangat panjang (Noviani,2017).
Pemanfaatan hewan percobaan ialah untuk penelitian yang
berdasarkan pengamatan aktivitas biologi. Hewan coba yang di gunakan
adalah mencit putih jantan. Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat
yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlahnya variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik. Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya
dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup dalam terus
menerus kandang atau secara bebas sebagai hewan liar.
Mencit dapat dikekang dengan cara memegang ekornya dengan jari
atau pinset yang ujungnya di laisi karet, sedangkan tangan kanan memegang
bagian leher.
Untuk tujuan penyuntikan dan pemeriksaan, mencit diangkat ekornya
lalu ditempatkan pada permukaan yang kasar tersebut. Lalu tangan yang
satu memegang punggung dan leher (Malole, dkk, 1989).
Analgesik, baik non-narkotik maupun narkotik, diresepkan untuk
meredakan nyeri, pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri. Nyeri yang
ringan sampai sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan
dengan pemakaian analgesic non-narkotik. Nyeri yang sedang sampai berat
pada otot polos, organ, dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik
(Indijah,2016).
Jenis-jenis nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak
enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Ada lima
klasifikasi dan jenis nyeri, yaitu nyeri (Indijah, 2016) :
1. Akut yang dapat ringan, sedang, atau berat
2. Kronik
3. Superficial
4. Somatic (tulang, otot rangka dan sendi)
5. Visceral atau nyeri dalam.
Berikut adalah tabel jenis-jenis nyeri, yaitu :
Jenis nyeri Defenisi Pengobatan
Nyeri akut Nyeri terjadi Nyeri ringan non-narkotik:
mendadak dan (asetaminofen), Nyeri sedang :
memberikan respons kombinasi non-narkotik dan
terhadap narkotik (kodein dan asetaminofen),
pengobatan. Nyeri berat : narkotik.
Nyeri kronik Nyeri menetap WHO, tangga analgetika untuk
selama lebih dari 6 Nyeri hebat : asetosal dan kodein
bulan dan sulit untuk Narkotik lemah : d-propoksipen,
diobati atau tramadol, dan kodein atau
dikendalikan kombinasi parasetamol-kodein
Narkotik kuat : morfin dan derivate-
derivatnya serta zat sintetis
narkotik.

Nyeri Nyeri dari daerah Nyeri ringan : non-narkotik


superfisical permukaan, seperti Nyeri sedang : kombinasi obat
kulit dan selaput analgesik narkotik dan nonnarkotik
mukosa.
Nyeri Nyeri dari otot polos Obat-obat narkotik
Visceral dan organ
Nyeri Nyeri dari otot Nonnarkotik : aspirin, asteaminofen,
Somatic rangka, ligament dan asam mefenamat
sendi
(Indijah, 2016)
Adapun volume maksimum larutan obat yang diberikan pada hewan
percobaan :
Jenis Cara pemberian obat dan volume maksimum (ml)
i.v i.m i.p s.c p.o
hewan
(berat
badan)
Mencit 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0* 1,0
(20-30g)
Tikus 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0* 5,0
(100g)
Hamster - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5
(50g)
Marmut - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0
(250g)
Merpati 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
(300g)
Kelinci 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0
(2,5)
Kucing 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0
(3kg)
Anjing 10,0- 5,0 20,0-50,0 10,0 100,0
(5kg) 20,0
Keterangan :
* = Didistribusikan ke daerah yang lebih luas
i.v = intravena
i.m = intramuskular
i.p = intraperitonial
s.c = subkutan
p.o = peroral ( Arief.Raymond.2017)

II.2 Uraian hewan


II.2.1 Klasifikasi hewan uji (Akbar,2010)
Mencit (Mus musculus)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

II.2.2 marfologi HU(Akbar, 2010)


Mencit (Mus musculus) memiliki bentuk tubuh kecil, berwarna
putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Mencit betina
dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35g. Lama
hidupnya 1-2 tahun, dapat mencapai 3 tahun. Masa reproduksi mencit
betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapt
dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari.
Jumlah anak mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-
1,5g.
II.3 Uraian bahan / tanaman yang digunakan
II.3.1 Uraian Obat
1. Alkohol (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk , jauh dari nyala api.
2. Ibuprofen (Martindale, 2009)
Nama Resmi : IBUPROFEN
Nam Lain : Ibu profenas, ibu profen dan ibu profenox
Pemerian : putih atau hampir putih, serbuk kristal atau kristal
berwarna
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton,
sangat mudah larut dalam etanol, metil alkohol,
sedikit larut dalam etil asetat.
Khasiat : Analgesik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Na-CMC (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama Lain : Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading,
tidak berbau atau hampir berbau; higroskopik
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspense kaloidal; tidak larut dalam etanol
(95%)P; dalam eter p dan dalam pelarut organik
lain.
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
II.3.2 Uraian Tumbuhan
Klasifikasi tumbuhan ( Daun Meniran )
Nama Lain :Chamber bitter, gripeweed, shatterstone,
stonebreaker atau leafflower
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllathaceae
Genus : Phyllanthus L.
Spesies : Phyllanthus urinaria L.
BAB III
METODE KERJA

III. I Alat dan Bahan yang Digunakan


III. I. 1 Alat yang Digunakan :
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu
batang pengaduk, spoit oral, stop watch, timbangan, spoit 1ml
dan gelas kimia.
III. I. 2 Bahan yang Digunakan :
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
ibuprofen tablet, infus daun meniran, alkohol, asam asetat 1%
dan Na-CMC.
III. 2 Cara Kerja
III.2.1 Cara pembuatan bahan
a. Pembuatan larutan Na-CMC
Dibuat dengan cara menimbang 1g Na-CMC kemudian
dilarutkan sedikit demi sedikit dengan air panas sambil diaduk
hingga mengembang. Dimasukkan dalam labu ukur 100ml dan
di cukupkan dengan aquadest hingga tanda.
b. Pembuatan asam asetat 1%
larutan asam asetat dibuat dari asam asetat glasial (100%)
dengan cara pengenceran menggunakan rumus V1.C1 =
V2.C2.
c. Pembuatan Larutan obat
untuk membuat larutan ibuprofen dengan kadar 0,780%,
dilakukan dengan menimbang ibuprofen tablet sebanyak 780mg
lalu dimasukkan kedalam 100 labu ukur dan larutkan ibuprofen
dengan 100 ml aquadest, kocok hingga homogen.

d. Pembuatan infus daun meniran


dengan merebus daun meniran dengan beberapa ml
aquadest. Konsentrasi tanaman disesuaikan dengan literatur
yang diperoleh
II.2.2 Cara penanganan hewan uji
1. 9 ekor hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok
dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor.
2. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda.
3. Sebelum perlakuan mencit dipuasakan selam 8 jam tetapi tetap
diberikan air minum dan diberikan makanan standar.
4. Mencit ditimbang berat badannya kemudian diberi perlakuan.
Kelompok I sebagai kontrol diberi suspensi Na-CMC 1%.
5. Kelompok II diberi sirop (parasetamol/ibuprofen/antalgin).
6. Kelompok III sebagai bahan alam (tanaman berkhasiat obat)
secara oral.
7. Semua pemberian dilakukan secara oral dengan volume
pemberian 1ml/20g BB mencit.
8. 30 menit setelah pemberian, semua mencit kemudian disuntik
secara intraperitoneal dengan larutan asam asetat 1% v/v
dengan dosis 75mg/kgBB.
9. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut
kejang dan kaki ditarik kebelakang).
10.Catat jumlah kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5
menit selama 60 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL PENGAMATAN
IV.1.1 Tabel volume permberian oral dan peritoneal
Perlakuan Replikasi Berat badan Volume pemberian

Peroral Intraperitoneal
Sirup ibuprofen 1 30 0,2 ml 1 ml
(control positif)
Daun meniran 2 27 0,18ml 0,9 ml
(sampel uji)
Na-CMC 3 23 0,17 ml 0,83 ml
(control)

IV.1.2 Tabel jumlah geliatan mencit

Perlakuan Nomor Jumlah geliatan tiap 5 menit Jumlah


Hewan kumulatif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
uji
Sirup 1 2 20 13 18 16 13 14 7 8 6 3 122
Ibuprofen 2
(control
positif)
Daun 2 6 19 18 15 10 8 6 4 2 3 3 95
Meniran 1
(sampel uji)
Na-CMC 3 2 21 25 29 30 35 38 30 30 26 24 313
(Control) 23
IV. 2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis dan
membandingkan efek analgetik dari suspensi ibuprofen dengan infus
daun meniranyang berkhasiat sebagai analgetik terhadap hewan uji
mencit.
Analgetik adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika
pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain
misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenorhe(nyeri haid)
dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir
semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi
analgetik. Analgetik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan
penghambatan sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri).
Pada pengujian efek obat analgetik digunakan hewan uji coba
mencit putih (Mus musculus) dengan karakteristik jantan dan berat
badan 25-30 gram. Perlakuan mencit dibagi menjadi 3 kelompok
kemudian di induksi secara intraperitoneal dengan asam asetat glasial
1% guna untuk meningkatkan permeabilitas geliat pada menict.
Pemilihan asam asetat glasial 1% sebagai induksi nyeri karena nyeri
yang dihasilkan berasal dari reaksi inflamasi akut lokal, yaitu pelepasan
proton H+ dan asam arikidonat dari jaringan fosfolipid melalui jalur
siklooksigenase dan menghasilkan prostaglandin, terutama
prostaglandin E2 (PGE 2) dan prostaglandin F2 (PGF 2) didalam cairan
peritoneal.prostaglandin dapat menyebabkan rasa nyeri dan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, suatu senyawa
yang dapat menghambat geliat pada mencit memiliki efek analgetik
yang cenderung menghambat sintesis prostaglandin.pada pemberian
larutan steril asam asetat 1% diberikan 30 menit setelah pemberian
obat, hal ini diharapkan agar obat yang diberikan belum bekerja
sehingga asam asetat langsung berefek dan juga untuk mempermudah
pengamatan dari obat. Gejala sakit pada mencit sebagai akibat
pemberian asam asetat adalah adanya kontraksi pada dinding perut,
kepala dan kaki ditarik kebelakang sehingga abdomen menyentuh dasar
dari ruang yang ditempatinya, gejala ini dinamakan geliat (writhing).
Pada percobaan efek obat analgetik kelompok pertama sebagai kontrol
( Na-CMC ), kelompok kedua sebagai kontrol positif (ibuprofen),
digunakan ibuprofen karena mempunyai mekanisme kerja ibuprofen
yaitu menghambat sintesis prostaglandin dengan hambatan pada enzim
siklo oksiginase sehingga konversi asam arakidonat menjadi terganggu.
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat yang banyak
digunakan sebagai obat anti inflamasi non steroid analgetik dan
antipiretik. Ibuprofen merupakan inhibitor non selektif cyclooksiginase
(COX) yang dapat menghambat enzim COX 1dan COX 2. Enzim COX
1bertanggung jawab untuk toksisitas gastrointestinal dan enzim COX 2
diduga bertanggung jawab untuk efek anti inflamasi NSAID. Dan
kelompok 3 kontrol positif kedua (infus daun meniran), kemampuan
daun meniran dalam mengatasi rasa nyeri karena adanya kandungan
flavonoid yang merupakan senyawa yang dapat melindungi membran
lipid dari kerusakan dan menghambat enzim siklooksigenase 1 yang
merupakan jalur pertama sintesis mediator nyeri seperti prostaglandin.
Jadi setelah melakukan percobaan efek analgetik dapat diketahui
bahwa daun meniran lebih baik digunakan karena memiliki persen daya
analgetik 69,65%, sedangkan persen daya analgetik pada ibuprofen
hanya 61,02%.
BAB V
PENUTUP

VI. 1 Kesimpulan
a. Dari data yang didapatkan dari hasil praktikum dapat disimpulkan
bahwa ibuprofen dan infusa daun meniran berkhasiat sebagai
analgetik.
b. persen daya analgetik daun meniran adalah 69,65% dan persen daya
analgetik ibuprofen adalah 61,02%.
VI. 2 Saran
Sebaiknya dalam menangani hewan coba lebih diperhatikan etika-
etika penanganan hewan coba di laboratorium dan praktikan lebih
berhati-hati dalam penanganan hewan uji saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Budhi. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang


Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press: Jakarta

Arief Raymond, 2017. Buku Praktis Farmasi, Aplikasi dalam Teori dan Praktik
Ilmu Farmasi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta

Indijah Sujati Woro dan Purnama Fajri.2016. Farmakologi Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Malole, Sri Utami Pramono. 1989. Pengunaan Hewan-Hewan Percobaan di


Laboratorium. Institut Pertanian: Bogor

Noviani, Nita dan Nurilawati Vitri.2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi


Farmakologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Sweetman, S.C.2009. Martindale. The Drug References. Thirty-sixth edition.


USA. Pharmaceutical Press

Tim Farmakologi. 2015. Penuntun Praktikum Farmakologi. Akademi Farmasi


Yamasi, Makassar
LAMPIRAN

a. Perhitungan bahan
Pembuatan suspensi ibu profen
Dosis lazim ibuprofen untuk manusia = 400 mg
Konversi dosis mencit BB 20 gram = dosis lazim x FK
= 400 mg x 0,0026
= 1,04 mg
Untuk mencit dengan berat 30 gram =( 30 gram/20 gram ) x 1,04 mg
= 1,56
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml di buat larutan
Persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah ibuprofen yang digunakan = 100 ml/ 0,2 ml x 1,56 mg
= 780 mg atau 0,780 gram
% kadar ibuprofen = ( 0,780 / 100 ml ) x 100 %
= 0,780%
Jika akan digunakan sirup ibu profen :
Diketahui sirup ibuprofen tersedia dalam 2 konsentrasi yaitu sirup dengan
konsentrasi 400ml/5ml dan 200mg/5ml misalnya dalam percobaan ini
menggunakan sirup ibuprofen dengan kadar 200mg/5ml maka akan
membuat suspense ibuprofen dengan kadar 0,780% maka:
Konsentrasi sirup ibuprofen = 200mg/5ml
Jumlah ibuprofen yang dibutuhkan = 780 mg
Jadi jumlah sirup ibuprofen yang di ambil = ( 780 mg/200mg) x 5 ml
= 19,5 ml
b. Perhitungan volume pemberian
 Oral
1. Mencit 1 = 30 / 30 × 0,2 ml = 0,2 ml
2. Mencit 2 = 27 /30 × 0,2 ml = 0.18 ml
3. Mencit 3 = 25 / 30 × 0,2 ml = 0.17 ml
 Intra peritoneal
1. Mencit 1 = 30 / 30 × 1 ml = 1 ml
2. Mencit 2 = 27 /30 × 1ml = 0.9 ml
3. Mencit 3 = 25 / 30 × 1ml = 0.83 ml
c. Perhitungan daya analgetika
 % Daya analgetik ibuprofen sirup
=100% - ( jumlah geliatan mencit 1 / jumlah geliatan kontrol × 100% )
= 100% – ( 122/313 × 100% )
= 100% – 38.98%
= 61, 02%
 % Daya analgetik infus meniran
= 100% - (jumlah geliatan mencit 2/ jumlah geliatan kontrol x 100%)
= 100% - (95/313 x 100%)
= 100% - 30,35%
= 69,65%
LITERATUR

Anda mungkin juga menyukai