Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

OBAT SISTEM SARAF PUSAT


(UJI ANALGESIK AKIBAT INDUKSI KIMIA DENGAN METODE GELIAT)

DOSEN PEMBIMBING :

TEODHORA CRISTY, M. FARM., APT.

DISUSUN OLEH :

ASHMA CHOIRUNNISA

19330135

KELAS A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit atau nyeri. Rasa
nyeri atau pain adalah suatu fenomena kompleks yang melibatkan aktifitas neuron
dan respon penderita terhadap syaraf tersebut. Stimulasi nyeri antara lain terdiri
dari:
1. Stimulasi Termis
2. Stimulasi fisis
3. Stimulasi Mekanis
4. Stimulasi Kimiawi
5. Senyawa kimia endogen .
Nyeri merupakan salah satu aspek penting dalam bidang medis dan menjadi
penyebab tersering yang mendorong seseorang untuk mencari pengobatan (Price
dan Wilson, 2006). Penelitian yang dilakukan kelompok studi nyeri PERDOSSI
(Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia) pada 14 rumah sakit pendidikan
di Indonesia, pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak
4.456 orang (25% dari total kunjungan rumah sakit) (Sudirman dan Hargiyanto,
2011).
Pengobatan yang umum digunakan untuk mengatasi nyeri salah satunya adalah
golongan non steroid anti-inflammatory drugs (NSAID) yang bekerja dengan cara
menghambat enzim cyclooxigenase (COX), sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi prostaglandin E2 (PGE2) terhambat (Katzung et.al., 2002). Namun
penggunaan analgesik memiliki beberapa keterbatasan misalnya pada penggunaan
NSAID dapat mengiritasi saluran cerna, sedangkan penggunaan opioid
mengakibatkan ketergantungan (Prabhu et.al., 2011).

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mengamati respon geliat atau writhing reflex pada mencit akibat induksi kimia
2. Mengetahui mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat (duration of action) dan
saat obat mencapai efek yang maksimum

1.3 Prinsip Percobaan


Metode pengujian aktivasi analgetika dilakukan dengan cara menilai kemampuan zat
uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan,
yang meliputi induksi secara mekanik, termik, elektrik, dan kimia. 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit atau nyeri. Nyeri
merupakan sensasi yang subyektif yang diakibatkan oleh persepsi terhadap suatu
impuls. Rasa nyeri atau pain adalah suatu fenomena komplek yang melibatkan
aktivitas neuron dan respon penderita terhadap aktivitas saraf tersebut. Stimulus
nyeri antara lain terdiri dari stimulus termis, stimulus fisis, stimulus mekanis,
stimulus kimiawi dan senyawa kimia endogen.
Asam asetat glasial merupakan penginduksi nyeri kimia yang digunakan
untuk menstimulasi rasa sakit pada peritoneum mencit; dengan responnya berupa
geliat atau writhing reflex. Selain asam asetat glasial, untuk menginduksi nyeri/ rasa
sakit pada mencit dapat digunakan fenilkinon. Bahan penginduksi tersebut diberikan
secara intraperitoneum. Parietal peritonium sangat sensitif terhadap stimulasi fisik
dan kimia walaupun tidak terjadi inflamasi. Keberadaan cairan dalam peritonium
dapat menstimulasi rasa sakit.
Aspirin, antalgin, asam mefenamat, indometasin dan lain-lain dapat
menghilangkan rasa sakit karena dapat menghambat sintesis prostaglandin dengan
cara hambatan pada enzim siklooksigenase. Efek anakgesik yang ditimbulkan oleh
golongan obat ini bersifat mekanik, fisik atau kimiawi. Prostaglandin adalah
mediator nyeri perifer. Injeksi PGE2 dan PGI2 secara intradermal dalam waktu
singkat menyebabkan respon radang berupa eritema, vasodilatasi, edema dan
hiperalgesia. Respon dapat berlangsung hampir 10 jam.
Reflek geliat atau writhing reflex merupakan reflek nyeri pada mencit akibat
substansi penginduksi nyeri. Dalam waktu ±5 menit setelah diberi penginduksi
nyeri, umumnya mencit mulai merasakan nyeri. Hewan akan berdiam di suatu
tempat, yang biasanya di sudut ruangan, badannya ditekuk, bulunya acapkali berdiri
dan ekornya diangkat ke atas. Setelah beberapa saat, hewan akan bergerak perlahan,
menarik satu atau kedua kaki belakangnya, badannya direntangkan dan perutnya
ditekan hingga menyentuh dasar. Gerakan ini seringkali disertai dengan gerakan
kepala yang menoleh ke belakang sehingga tampak seolah-olah mencit tersebut
menggeliat. Reflek ini dapat terjadi selama masa durasi kerja penginduksi. Refleks
geliat ini selanjutnya digunakan sebagai parameter uji pada metode ini.
Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai
kemampuanzat uji untuk menekan atau menghilangkan ras nyeri yang diinduksi
pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi
secara maknik, termik, elekrik,dan secara kimia. Metode pengujian dengan induksi
nyeri secara mekanik atau termiklebih sesuai untuk mengevaluasi obat-obat
analgetik kuat. Pada umumnya daya kerjaanalgetika dinilai pada hewan dengan
mengukut besarnya peningkatan stimulus nyeriyang harus diberikan sampai ada
respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewanterhadap stimulasi nyeri atau juga
peranan frekuensi respon nyeri (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993).Obat uji
dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri
yangdiinduksi secara (pemberian asam asetat glasial secara intraperitonial) pada
hewan percobaan mencit Manifestasi nyeri akibat pemberian perangsang nyeri asam 
asetatintraperitonium akan menimbulkan refleks respon geliat (writhing) yang
berupa tarikankaki ke belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi) dan kejang
tetani denganmembengkokkan kepala dan kaki belakang. Metode ini dikenal sebagai
Writhing ReflexTest atau Abdominal Constriction Test (Wuryaningsih,1996).
Frekuensi gerakan inidalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang
dirasakannya. Metode ini tidakhanya sederhana dan dapat dipercaya tetapi juga
memberikan evaluasi yang cepatterhadap jenis analgesik perifer (Gupta et al.,
2003).Pada metode geliat, mekanisme aksi stimulus nyeri berdasarkan pada produksi
nyeri yangdisebabkan oleh cairan tubuh.
 Pelepasan cairan tubuh kedalam peritoneum, dapat menyebabkan rasa nyeri
yang parah.Hal ini disebabkan bahwa bagian parietal dari rongga peritoneum sang
atsensitif terhadap stimulus fisik dan kimiawi, walaupun tanpa efek inflamasi.
 Pelepasan cairan gastik ke dalam pefarasi gastrik atau duodedunum
ataukebocoran dari kantong empedu, cairan pankreas atau urin kedalam
rongga peritoneum dapat berakibat rasa nyeri yang parah.
 Cairan gastrik dapat menyebabkan rasa nyeri yang parah apabila ekspose
denganujung syaraf sensoris lida pada kulit, rasa nyeri ini akibat sifat keasaman
dengan ph ≤3.Rasa nyeri pada ulser peptik terutama disebabkan oleh asam HCl.
 Urin dapat menyebabkan rasa nyeri, sebagai akibat dari sifat hipertoniknya
ataudisebabkan oleh kandungan campuran buffer natrium fosfat serta ion kalium.
 Nyeri akibat cairan pankreas disebabkan oleh kandungan tripsin dan kalikerin. 

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan


ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.

 Fisiologi nyeri

 Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangnyeri. Organ tubuh
yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomisreseptor nyeri (nosireceptor ) ada yang bermielien dan ada juga yang
tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya,nosireseptor dapat dikelompokkan
dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus),somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal
dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.Reseptor jaringan kulit
(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

a. Reseptor A deltaMerupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri
dihilangkan. 

b. Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yangterdapat
pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur
reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptornyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh
darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek,
nyeriyang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptornyeri jenis
ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati,
usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yangtimbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif
terhadap pemotonganorgan, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

Analgetik 

Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakitatau nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni
penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosionaldan individu
terhadap perangsang ini. Analgetik diberikan kepada penderita untukmengurangi rasa nyeri yang
dapatditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, danfisis yang melampaui suatunilai
ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Obat penghalang nyeri(analgetik) mempengaruhi proses
pertama denganmempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik
menekanreaksi-reaksi psychis yang diakibatkan olehrangsangan sakit.Atas dasar kerja
farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni :

a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifatnarkotik
dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini. 
b. analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
padafractura dan kanker (Tjay, 2007).

Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam bebrapa kelompok, yakni :

a. Parasetamol 
b. salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat
c. penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll
d. derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
e. derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizolf.
f. lainnya : benzidamin (Tantum) (Tjay, 2007).
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
1. Spuit injeksi 1 ml
2. Jarum sonde oral
3. Timbangan hewan
4. Bejana untuk pengamatan
5. Stop watch
Bahan :
1. Hewan Coba
Mencit putih, jantan (jumlah 9 ekor), bobot tubuh 20-30 g
2. Obat
 Larutan asam asetat glasial 3% sebanyak 0,5 ml secara IP
 CMC Na 1% secara PO
 Asam mefenamat 500 mg/ 70 kg BB manusia secara PO
 Parasetamol 500 mg/ 70 kg BB manusia secara PO

3.2 Prosedur Kerja

Siapkan Mencit

Sebelum pemberian obat, amati terlebih dahulu kelakuan normal masing-


masing mencit selama 10 menit.

Mencit dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor


mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan (faktor perkalian 2):

 Kelompok I : CMC Na 1% secara PO


 Kelompok II : asam mefenamat 500 mg/ 70 kgBB manusia secara PO
 Kelompok III : parasetamol 500 mg/ 70 kgBB manusia secara PO
Hitung dosis dan volume pemberian obat untuk masing-masing mencit.

Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing dan catat waktu


pemberiannya, tunggu 15-30 menit

Beri penginduksi nyeri asam asetat glasial 3% sebanyak 0,5 ml secara IP.

Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan.

Amati, catat dan tabelkan pengamatan respon geliat mencit.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dalam percobaan ini mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing


kelompok terdiri dari 3 ekor mencit, sebagai berikut:

Asam Mmefenamat dan Paracetamol

Kelompok Mencit Berat Badan (gram) Dosis Pemberian (mg) Volume Pemberian
(ml)
I 1 25 1,62 mg 0,162 ml

2 23 1,49 mg 0,14 ml
3 26 1,69 mg 0,162 ml
II 1 30 1,95 mg 0,19 ml
2 21 1,36 mg 0,13 ml
3 24 1,56 mg 0,15 ml
III 1 28 1,82 mg 0,18 ml
2 26 1,69 mg 0,169 ml
3 20 1,3 mg 0,13 ml

PERHITUNGAN DOSIS

Konversi Dosis = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg

 Kelompok 1
Mencit 1
25 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,62 mg
20 g
1,62mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,162 ml
500 mg

Mencit 2
23 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,49 mg
20 g
1,49mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,14 ml
500 mg

Mencit 3

26 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,69 mg
20 g
1,69mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,16 ml
500 mg
 Kelompok 2
Mencit 1
30 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,95 mg
20 g
1,95 mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,19 ml
500 mg

Mencit 2
21 g
a. Dosis Berdasarkan BB =
20 g
x 1,3 mg = 1,36 mg
1,36 mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,13 ml
500 mg

Mencit 3
24 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,56 mg
20 g
1,56 mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,15 ml
500 mg
 Kelompok 3
Mencit 1
28 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,82 mg
20 g
1,82mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,18 ml
500 mg

Mencit 2
26 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,69 mg
20 g
1,69mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,16 ml
500 mg

Mencit 3
20 g
a. Dosis Berdasarkan BB = x 1,3 mg = 1,3 mg
20 g
1,3 mg
b. Volume Pemberian = x 50 ml = 0,13 ml
500 mg

Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :


Efek Geliat

Percobaan Bahan Obat Respon Jumlah Geliat


Mencit
Awal dalam Periode
ke-
15-60 menit
1 + 28
CMC-Na 1%
2 + 30
(PO)
3 + 31

Uji analgesik 1 + 6
Asam Mefenamat
akibat induksi 500mg/70 Kg BB 2 + 6
Mencit
kimia dengan Manusia (PO)
metode geliat 3 + 8
1 + 14
Parasetamol 500mg/70
2 + 13
Kg BB Manusia (PO)
3 + 15

Keterangan :
Respon awal + = mencit memberi reflek geliat, 5 menit setelah induksi asam asetat glasial 3%
Respon awal - = mencit tidak memberi reflek geliat, 5 menit setelah induksi asam asetat glasial
3%

B. PEMBAHASAN
Analgetika adalah obat yang diperlukan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit
atau nyeri. Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengenal, mempraktikkan serta
membandingkan daya analgetika dari obat paracetamol dan asam mefenamat. Pada Percobaan
ini menggunakan metode Metode Geliat , dengan prinsip yaitu menimbulkan geliat (Writhing),
sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara
menelupkan ujung ekor mencit pada air panas. Dengan pemberian obat analgetik (paracetamol
dan asam mefenamat) akan mengurangi respon tersebut.
Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet asam mefenamat dan paracetamol
karena bahan obat sukar larut di dalam air dengan suspending agent CMC Na. Digunakan
konsentrasi CMC Na yang rendah 0,1% sebanyak 1 ml agar suspensi tidak terlalu kental
sehingga mudah untuk mengambil suspensi dengan spuit oral dan mudah masuk ke dalam
esofagus mencit. Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral, setiap
mencit diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na,
setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 30 menit.
Percobaan ini dibagi 3 kelompok yaitu kelompok 1 menggunakan CMC Na 1%,
kelompok 2 menggunakan obat analgetik asam mefenamat dan kelompok 3 menggunakan
paracetamol, setiap kelompok menggunakan 3 mencit untuk diperlakukan sama memberikan
obat secara peroral, lalu tunggu selama 30 menit kira kira sampai obat terabsorbsi secara penuh.
Pada kelompok 1 CMC Na hanya digunakan sebagai plasebo yaitu sebuah pengobatan yang
tidak berdampak.
Pada mencit kelompok 2 yaitu menggunakan asam mefenamat disuntik secara per oral
yang diuji pada 3 mencit dengan berat 30 gram diberikan dosis volume 0,19 ml, pada mencit
dengan berat 21 gram diberikan dosis volume sebanyak 0,13 ml, dan pada mencit dengan berat
24 gram diberikan dosis volume 0,15 ml. Kemudinan dari ketiga menci memberikan respon
awal positif yang artinya mencit memberi reflek geliat, 5 menit setelah induksi asam asetat
glasial 3% dengan jumlah geliat berturut-turut adalah 6, 6 dan 8 dalam periode 15-60 menit.
Kemudian pada mencit kelompok 3 menggunakan paracetamol disuntik secara per oral
yang diuji pada 3 ekor mencit dengan berat badan 28 gram dengan dosis volume 0,18 ml,
kemudian pada mencit dengan berat 26 gram diberikan dosis volume 0,169 ml, dan pada mencit
dengan berat 20 gram diberikan dosis volume 0,13 ml. Ketiga mencit tersebut memberikan
respon awal positif juga yang artinya mencit memberi reflek geliat, 5 menit setelah induksi
asam asetat glasial 3% dengan jumlah geliat berturut-turut adalah 14,13, dan 15 dalam periode
15-60 menit.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Analgetika adalah obat yang diperlukan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit atau
nyeri.
2. Reflek geliat atau writhing reflex merupakan reflek nyeri pada mencit akibat substansi
penginduksi nyeri.
3. Uji coba gelatin ini cocok untuk mendeteksi aktivitas analgesik walaupun beberapa agen
psikoaktif juga menunjukkan aktivitas.
4. CMC Na 1% diberikan langsung sesuai dengan takaran maksimum per rute pemberian
karena CMC Na hanya digunakan sebagai plasebo.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia edisi 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.
2. Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai Penerbit
3. Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta.
4. Sunaryo, Wilmana. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit FK UI: 224-33
5. Tim Dosen Praktikum Farmakologi. Penuntun Praktiuk Farmakologi. Jakarta: ISTN. 2008

Anda mungkin juga menyukai