Anda di halaman 1dari 4

Asam asetat adalah senyawa asam organik yang berfungsi sebagai

iritan yang dapat merusak jaringan secara lokal dan menyebabkan nyeri
rongga perut pada pemberian intraperitonial (Wulandari dan Hendra, 2011).
Asam asetat digunakan sebagai penginduksi rasa nyeri pada pengujian efek
analgesik. Dalam pengujian ini, asam asetat menyebabkan peradangan pada
dinding rongga perut sehingga menimbulkan respon geliat berupa kontraksi
otot atau peregangan otot perut. Timbulnya respon geliat akan muncul
maksimal 5-20 menit setelah pemberian asam asetat dan biasanya geliat akan
berkurang 1 jam kemudian (Puente, et al., 2015).
Obat analgetik merupakan kelompok obat yang
memiliki aktivitas mengurangi rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Pengujian aktivitas
analgetik dilakukan dengan dua metode yaitu
induksi nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara
termik. Daya kerja analgetik dinilai pada hewan
dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus
nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri
atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap
stimulus nyeri (Sirait dkk., 1993).
Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi
pada hewan uji ditunjukkan dalam bentuk gerakan
geliat, frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu
menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya,
sedangkan rasa nyeri setelah induksi nyeri cara
termik pada hewan uji ditunjukkan dengan menjilat
kaki belakang atau meloncat saat diletakkan di atas
hot plate. Selang waktu antara pemberian stimulus
nyeri yang berupa panas sampai terjadinya respon
disebut waktu reaksi. Obat-obat analgetik dapat
memperpanjang waktu reaksi ini (Sirait dkk., 1993;
Sumardiyanta, 1999). Hasil penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh Sumardiyanta (1999)
yaitu dalam bentuk infus umbi teki dengan induksi
nyeri cara termik didapatkan bahwa infus umbi teki
tersebut dapat memperpanjang waktu reaksi
mencit, sedangkan penelitian ini menggunakan
umbi teki dalam bentuk ekstrak dan pengujian
aktivitas analgetik menggunakan dua metode yaitu induksi nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri
cara
termik. Daya kerja analgetik dinilai pada hewan
dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus
nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri
atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap
stimulus nyeri (Sirait dkk., 1993).
Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi
pada hewan uji ditunjukkan dalam bentuk gerakan
geliat, frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu
menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya,
sedangkan rasa nyeri setelah induksi nyeri cara
termik pada hewan uji ditunjukkan dengan menjilat
kaki belakang atau meloncat saat diletakkan di atas
hot plate. Selang waktu antara pemberian stimulus
nyeri yang berupa panas sampai terjadinya respon
disebut waktu reaksi. Obat-obat analgetik dapat
memperpanjang waktu reaksi ini (Sirait dkk., 1993;
Sumardiyanta, 1999).
Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat
merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat
terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri
akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi
reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat
menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin
merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki
belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja. Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil
bahwa urutan obat yang memiliki daya
analgetik paling tinggi atau kuat adalah antalgin, paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat.
Hasil yang didapat setelah diuji dengan menggunakan tabel ANOVA yang kemudian didapat
hasil “berbeda bermakna”, artinya pemberian obat analgetik yang berbeda pada hewan uji
mencit akan mempengaruhi frekuensi geliat mencit, sesuai dengan efektivitas obat sebagai
analgetik, yaitu antalgin > Paracetamol > ibuprofen > asam mefenamat. Hasil untuk Asam
mefenamat sudah sesuai karena obat memberikan efek analgetik yang
lebih ringandisebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada lambung. Sehingga
dengan sifat dan efek sampingnya ini justru dapat meningkatkan nyeri pada lambung mencit.
Namun hasil ini juga kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya memiliki efek
analgetik yang lebih kuat adalah ibuprofen, karena absorbsinya lebih cepat di lambung,
sementara indikator nyeri juga diberikan pada lambung. Kemudian yang seharusnya memiliki
efek analgetik yang terkuat kedua setelah ibuprofen
adalah Antalgin, karena bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri,
menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Dan diikuti oleh parasetamol, karena
hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Penyimpangan ini dapat terjadi
karena beberapa faktor, yaitu ketika sudah 30 menit
setelah pemberian analgetik, tidak segera disuntikan asam asatet sehingga efek obat
analgetiknya sudah berkurang, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali
percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah
sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock yang
tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang
dibuat adalah.
Nyeri merupakan mekanisme untuk melindungi
tubuh terhadap suatu gangguan dan kerusakan di
jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik dan
kejang otot dengan pembebasan mediator nyeri
yang meliputi prostaglandin, bradikinin, serotonin,
histamin, ion kalium dan asetilkolin (Mutschler,
1991; Guyton, 1995; Tjay dan Rahardja, 2002).
Nyeri permukaan dapat terjadi apabila ada
rangsangan secara kimiawi, fisik, mekanik pada
kulit, mukosa, dan akan terasa nyeri di daerah
rangsang. Nyeri pertama terbentuk setelah tertusuk
pada kulit dan cepat hilang setelah berakhirnya
rangsang dengan pembebasan mediator nyeri yaitu
bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium dan
asetilkolin. Nyeri kedua bersifat membakar yang
lambat hilang dengan pembebasan prostaglandin
sebagai mediator yang spesifik untuk nyeri yang
berlangsung lama (Satyanegara, 1978; Mutschler,
1991)

Respon nyeri setelah induksi cara termik pada


mencit ditunjukkan dalam bentuk menjilat kaki
belakang, termasuk ke dalam nyeri kedua yang
reseptornya terletak di kulit dan mediator nyeri
yang spesifik untuk nyeri ini adalah prostaglandin.
Parameter yang diukur pada induksi nyeri cara
termik ini adalah waktu reaksi yaitu selang waktu
antara pemberian stimulus nyeri sampai terjadinya
respon. Waktu reaksi ini dapat diperpanjang oleh
obat-obat analgetik. Perpanjangan waktu reaksi ini
dapat dijadikan ukuran dalam mengevaluasi aktivi-
tas analgetik (Turner, 1965; Sirait dkk., 1993).

Metode pengujian analgetik yang digunakan yaitu metode rangsang kimia atau metode
geliat, yang diinduksi asam asetat 1%.Asam asetat digunakan sebagai perangsang
nyeri karena asam asetat dapat menimbulkan nyeri pada jaringan sehingga dapat
menimbulkan geliat pada mencit sebagai tanda nyeri yaitu menarik kedua kakinya ke
belakang dan perut menyentuh lantai.

Pemberian asam asetat 1% pada


hewan percobaan yang digunakan sebagai
penginduksi nyeri karena menyebabkan rasa
sakit akibat iritasi yang berat pada mukosa
membran rongga perut sehingga kaki tertarik
ke belakang, meregang dan abdomen
menyentuh dasar plate form. Nyeri seperti ini
termasuk nyeri dalaman (viseral) atau nyeri perut mirip sifat menekan dan disertai reaksi
vegetatif. Nyeri ini disebabkan oleh adanya
rangsang yang merangsang syaraf nyeri di
daerah visceral terutama dalam rongga dada
dan perut Pada penelitian ini pemberian sediaan
dilakukan 30 menit sebelum diberi
penginduksi. Hal ini bertujuan untuk melihat
kerja dari ekstrak dalam memberikan efek
proteksi terhadap rasa nyeri yang akan
ditimbulkan oleh penginduksi, dan untuk
menyembuhkan nyeri dengan menurunkan
jumlah geliatan sampai sembuh dan
menyesuaikan dengan pemakaian yang
biasa dipakai oleh manusia.

Suatu bahan uji dikatakan memiliki daya


analgetik jika pada hewan uji yang diuji
mengalami pengurangan geliatan hingga
50% atau lebih

Antalgin merupakan derivate antarnilat dengan khasiat analgetik, antipiretik dan


antiradang. Antalgin mencapai kadar puncak dalam plasma dalam waktu 30-60 menit
dan mempunyai waktu paruh yang pendek yaitu 1-3 jam. Obat ini sering digunakan
untuk nyeri. Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap dan
terikat 90% pada protein plasma. Efek samping yang paling sering terjadi adalah
gangguan lambung-usus. Pemakaian obat ini dikontradiksi pada kehamilan, belum
dibuktikan kemanjuran dan keamanannya pada anak kecil.

Anda mungkin juga menyukai