Anda di halaman 1dari 13

PERSPEKTIF FARMAKOEPIDEMIOLOGI : KEBIJAKAN OBAT

FARMASI/B/IV. KELOMPOK 2
Nama-nama anggota kelompok ii:
Deolina Aida Sombai Erlizia M. Da G. A. Gusmão
(20411104) (204111061)
Dinda Yasin Fitriah Turrahman
(20111064) (204111055)

Dionisius N. Naru Irene A. Uba Lamawitak


(204111045) (204111047)
Pengertian dari Farmakoepidemiologi

Kata Farmakoepidemiologi berasal dari


kata “Pharmacon” (Obat), “Epi” (Pada),
“Demos” (Penduduk) dan “logos” (Ilmu).
Farmakoepidemiologi didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
obat dan efek sampingnya pada sejumlah
besar manusia serta menerapkan ilmu
tersebut untuk memecahkan masalah
tersebut.
Kebijakan Obat dalam perspektif
Farmakoepidemiologi

Menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia, kebijakan telah diartikan
sebagai sebuah rangkaian konsep dan
asas yang akan menjadi garis besar dan
sebagai dasar rencana untuk pelaksanaan
dari suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak (tentang pemerintahan,
organisasi); ungkapan cita-cita, tujuan,
prinsip dan sebagai garis pedoman
manajemen untuk usaha yang mencapai
sasaran.
Obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk dipergunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Kebijakan obat dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan
pemerataan dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keterjangkauan dan penggunaan
obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak dicapai. Semua
obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar
memberikan manfaat bagi kesehatan. Bersamaan dengan itu masyarakat harus
dilindungi dari salah penggunaan dan penyalahgunaan obat.
Kebijakan obat nasional (KONAS) bertujuan
untuk menjamin ketersediaan obat baik dari
segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga
pemerataan, pendistribusian dan penyerahan
obat-obatan harus sesuai dengan kebutuhan.
Dengan adanya pengelolaan obat yang baik
diharapkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat menjadi lebih maksimal (Depkes,
2006).
• Keterjangkauan dan penggunaan obat yang
rasional merupakan bagian dari tujuan yang

Tujuan
hendak dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan
mengutamakan penyediaan obat esensial dapat
meningkatkan akses serta kerasionalan
Kebijaka penggunaan obat.
• Semua obat yang beredar harus terjamin
n Obat keamanan, khasiat dan mutunya agar memberikan
manfaat bagi kesehatan. Bersamaan dengan itu
masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan
dan penyalahgunaan obat.
Pembiayaan Obat: Seleksi obat esensial:
Harga obat esensial Ketersediaan & pemerataan Tersedianya Obat Esensial
dapat terjangkau oleh obat : Obat yang dibutuhkan Nasional (DOEN) sesuai
untuk pelayanan kesehatan, perkembangan ilmu
masyarakat setiap saat terutama obat esensial pengetahuan yang dapat
diperlukan terutama senantiasa tersedia. digunakan dalam pelayanan
masyarakat miskin. kesehatan secara luas.
Langkah- Penilaian dan pendaftaran obat.
langkah Penyusunan dan penerapan standar produk dan sistem mutu.
Kebijakan
Perizinan dan sertifikasi sarana produksi dan distribusi.
Obat
Inspeksi sarana produksi dan sarana distribusi.

Pengujian mutu dengan laboratorium yang terakreditasi.

Pemantauan promosi obat.

Penilaian kembali terhadap obat yang beredar.


Peningkatan sarana dan prasarana pengawasan obat serta pengembangan
tenaga dalam jumlah dan mutu sesuai dengan standar kompetensi.

Pembentukan Pusat Informasi Obat di pusat dan daerah untuk intensifikasi


penyebaran informasi obat.

Peningkatan kerjasama regional maupun internasional.

Pengembangan peran serta masyarakat untuk melindungi dirinya sendiri


dari obat yang tidak memenuhi syarat, obat palsu, dan obat illegal melalui
upaya komunikasi, informasi, dan edukasi.
Sumber :
• Nangi Guntur, dkk.2019.Dasar Epidemiologi. Yogyakarta. Penerbit Deepublish
(CV.BUDI UTAMA)
• Meilani Devi, dkk. Masa Depan Farmakoepidemiologi. Farmaka. Volume 4, Nomor 3,
Suplemen 1. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung - Sumedang Km.
21 Jatinangor 45363. Nomor halaman 1-16
• Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Kebijakan Obat Nasional. Jakarta.
Departemen Kesehatan Ri
• Sinuhaji S. Oryza, dkk. Sumber Data Dalam Farmakorpidemiologi. Farmaka. Volume 14,
Nomor 2, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung - Sumedang Km. 21
Jatinangor 45363. Nomor halaman 246-263.
TERIMA KASIH
THANK YOU
ORBIGADO
KAMSAHAMIDA

Anda mungkin juga menyukai