Anda di halaman 1dari 3

Nama: Shafira Jannati Nasywa

NIM: 192231110

RESUME
PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Prof. Dr. Sukardiman., Apt., MS.

PENDAHULUAN
Pengobatan tradisional merupakan salah satu aset bangsa, aset Nusantara, budaya
Nusantara yang berkontribusi pada pembangunan kesehatan di Indonesia. Undang-Undang
Kesehatan no. 17 tahun 2023 yang mengatur tentang Kesehatan kosiderannya berisi bahwa
negara menjamin hak setiap warga negara untuk mewujudkan kehidupan yang baik, sehat, serta
sejahtera lahir dan batin demi tercapainya tujuan nasional dalam melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan dalam UUD RI Tahun 1945.
Kesehatan adalah keadaan sehat seseorang, baik secara fisik, jiwa, maupun sosial dan
bukan sekadar terbebas dari panyakit untuk memungkinkannya hidup prokuktif. Upaya
kesehatan adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif, rehabilitativ, dan/ atau paliatif oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan/ atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu layanan kesehatan secara modern juga
komplementer (tradisional) yang juga diakui keberadaannya melalui UU kesehatan RI.
Pengobatan tradisional adalah sebuah layanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk
megobati, mencegah, promotif, kuratif, dan juga rehabilitatif yang berbasis pada sumber daya
lokal dan bahan alam di Indonesia. Sedangkan obat bahan alam atau obat tradisional adalah
adalah bahan, ramuan bahan, atau produk yang berasal dari sumber daya alam berupa
tumbuhan, hewan, jasad renik, mineral, atau bahan lain dari sumber daya alam, atau campuran
dari bahan tersebut yang telah digunakan secara turun temurun.

MATERI INTI
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan di Indonesia, yaitu transformasi layanan
primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi
sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi
kesehatan. Terdapat 4 pilar lainnya yang membantu menjaga kebijakan obat di Indonesia, yaitu
obat kimiawi, obat hasil bioteknologi, vaksin, dan obat bahan alam. Indonesia adalah negara
biodiversitas yang tentunya memiliki kekayaan alam yang luar biasa, menempati urutan ke-3
dari 5 negara dengan Mega biodiversitas terbesar di dunia. Di tahun 2017 tercatat bahwa
terdapat 32.000 lebih tanaman obat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan 32.104
ramuan dan 2.848 spesies tumbuhan obat tersebar pada 405 etnis di 34 provinsi di Indonesia.

Salah satu komoditi yang banyak digunakan adalah bahan rempah populer dan dapat
dikembangkan untuk pengobatan, yaitu jamu. Contohnya cengkeh untuk sakit gigi, kayu manis
untuk diabetes, lada hitam untuk kembung, kunyit, jahe, temulawak untuk daya tahan tubuh.
Hampir lebih dari 11.000 produk jamu digunakan secara turun-temurun dan telah memenuhi
syarat pembuatan yang baik dan higenis. Untuk mendapatkan keamanan dan efektifitas obat
tradisional / obat bahan alam harus memenuhi regulasi pengembangan obat bahan alam menuju
produk OHT/fitofarma diantaranya penyiapan bahan baku sehingga diperoleh standarisasi
mutu bahan baku untuk selanjutnya dilakukan uji praklinik, baik uji infitro ( uji diluar tubuh),
uji praklinik (uji di dalam tubuh) yaitu uji toksisitas, uji farmakodinamik/uji khasiat. yg
selanjutnya diformulasi menjadi obat yang sesuai dan dilakukan pembuatan produk didalam
industri yang sudah memenuhi syarat yaitu CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik) setelah itu dilakukan uji klinik pada manusia yang kemudian dikembangkan menjadi
obat fitofarmaka.

Jika sudah memenuhi syarat bisa dilakukan registrasi di BPOM (Badan Pemeriksa
Obat dan Makanan) yang akan diberikan evaluasi dan mendapatkan ijin edar. Untuk
selanjutnya dapat dikomersilkan/dipasarkan. Bila sudah memenuhi standarisasi mutu bahan
baku dan standarisasi produk jadi, maka produk /obat bahan alam sudah dapat
dipertanggungjawabkan tentang jaminan mutu, jaminan khasiatnya dan jaminan toksisitasnya.
Saat ini terdapat 77 produk obat herbal terstandar yang mendapat register OHT. Sedangkan
Fitofarmaka yang menempati uturan saat ini terdapat 24 produk yang telah mencapai posisi
fitofarmaka.

Terdapat 2 jenis standarisasi, yaitu standarisasi bahan baku dan standarisasi produk jadi.
Standarisasi adalah, beberapa tantangan standarisasi dalam pengembangan Obat Bahan Alam,
yaitu kontinuitas ketersediaan bahan baku, kendala dalam penentuan zat/senyawa, perbedaan
dalam pemilihan teknologi preparasi, keterbatasan pustaka maupun standar referensi,
keterbatasan standar senyawa marker dan yang terakhir keterbatasan sarana prasarana pada
UMKM

KESIMPULAN

Pengembangan obat tradisional atau obat bahan alam Bahan alam memiliki potensi
besar untuk terus dikembangkan menjadi produk obat tradisional baik sebagai jamu, obat
herbal terstandar, maupun hingga menjadi fitofarmaka. Pengembangan obat tradisional ini
perlu didukung oleh berbagai pihak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. BPOM
berkomitmen melalui pendampingan pelaku usaha, fasilitasi dalam perizinan, peningkatan
layanan publik, peningkatan kapasitas pelaku usaha, dan perkuatan kolaborasi lintas sektor
dapat membantu mewujudkan kemandirian negara Indonesia di bidang teknologi kesehatan
dan farmasi.

Anda mungkin juga menyukai