PENDAHULUAN
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Mereka meramu dan
meraciknya sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun oleh
generasi sebelumnya. Bentuk racikan demikian dikenal sebagai jamu yang wujudnya
Pengggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung
meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan
yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman
preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat
sintesis. Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak
memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunanya kurang tepat. Agar
1
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
obat. Dengan informasi yang cukup diharapkan masyarakat lebih cermat untuk
memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam
cukup ketat membuat pelaku usaha berlomba untuk membuat produk yang memiliki
efek cepat. Obat tradisional telah lama dipercaya turun-tmurun, dapat menjaga
modern ternyata tidak mematikan pengobatan tradisional yang telah dulu dikenal.
Obat tradisional sebagai produk yang sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak masa
lampau juga telah menjadi alternatif yang sudah diyakini khasiatnya. Harganya yang
murah dan efek samping yang rendah menjadi salah satu pertimbangan masyarakat
kepraktisannya masyarakat lebih memilih obat tradisional sediaan jadi dari pada
mengambil langsung dari alam dan mengolahnya sendiri (Sartika et al, 2015).
penambahan bahan kimia obat (BKO) ke dalam jamu. Menurut Permenkes No.006
tahun 2012 jamu tidak diperbolehkan mengandung sedikitpun bahan kimia obat baik
hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat sebagai obat. (Depkes RI, 2012).
2
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah melakukan peninjauan dan
penelitian pada tahun 2013 terhadap obat tradisional yang berkhasiat dapat mengatasi
farmakologis yang sama, yaitu dapat merelaksasi otot polos terutama otot polos
bronkus seperti pada penyakit asma, merangsang SSP, otot jantung, dan
meningkatkan diuresis. Efek samping senyawa ini dapat menyebabkan sakit kepala,
insomnia, mual dan muntah, diare, tekanan darah tinggi, dan osteoporosis (Sari,
2014).
apakah kafein digunakan pada jamu tradisional yang biasa digunakan untuk sesak
kafein dalam jamu tradisional yang diperoleh di Srengseng Sawah, menetapkan kadar
kafein dalam jamu tradisional tersebut dan diharapkan dapat sebaga bahan informasi
kepad a masyarakat selaku konsumen untuk lebih berhati-hati dalam memilih jamu
3
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
1.4 Manfaat Penelitian
bidang farmasi.
4
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat tradisional yang berbahan alami merupakan warisan budaya yang telah
tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal
Terstandar, dan Fitofarmaka, Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
Pada Permenkes RI nomor 006 tahun 2012 tentang industri dan usaha obat
tradisional, pada Bab IV Pasal 37 menyatakan setiap industri dan usaha obat
a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau
c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan
5
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Berdasarkan Permenkes RI nomor 007 tahun 2012 tentang registrasi obat
mengandung:
a. Etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
b. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;
tentang kriteria dan tata cara penarikan obat tradisional yang tidak memenuhi
b. Penarikan kelas II, dilakukan terhadap obat tradisional yang tidak memenuhi
persyaratan mutu berupa Angka Lempeng Total (ALT) dan/atau Angka Kapang
6
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2.2 Jenis-Jenis Obat Tradisional
berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Jamu
Merupakan obat tradisional warisan nenek moyang. Dipasar, bias dijumpai dalam
bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga dalam bentuk segar rebusan
Merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik, bahan baku dan produk jadinya telah di
standarisasi.
3. Fitofarmaka
Merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan kemanan dan khasiat
secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah
di standarisasi.
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, Obat Bahan Alam Indonesia adalah obat
bahan alam yang diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis
klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia
dikelompokkan menjadi:
1. Jamu
7
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Kelompok Jamu harus mencatumkan logo dan tulisan “JAMU” yang dicetak
dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok
warna dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
mencolok kontras dengan warna logo dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri
dari wadah/pembungkus/brosur.
Obat Herbal Terstandar harus mencatumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”, tulisan dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau
warna lain yang mencolok kontras. Logo berupa “JARI-JARI DAUN (3 PASANG)
kiri dari wadah/pembungkus/brosur dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna
putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan warna logo.
3. Fitofarmaka
tulisan dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang
dengan warna di atas dasar putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan
warna logo.
8
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Gambar II.1 Logo Obat Bahan Alam Indonesia
1. Jamu adalah obat tradisional terbukti berkhasiat dana man berdasarkan bukti
2. OHT (Obat Herbal Terstandar) adalah obat tradisional terbukti berkhasiat melalui
uji praklinis dan teruji aman melalui uji toksisitas, bahan terstandar dan
3. Fitofarmaka adalah obat tradisional terbukti berkhasiat melaui uji praklinis dan
uji klinis, teruji aman melalui uji toksisitas, bahan terstandar, dan diproduksi
secara higienis.
9
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2.3 Legislasi Jamu atau Obat Tradisional
dunia, yaitu:
1). Sistem integratif, secara resmi obat tradisional diakui dan telah diintegrasikan
dalam sistem pelayanan kesehatan nasional, sehingga obat tradisional telah menjadi
komponen dari kebijakan obat tradisional. Ada sistem registrasi produk dan regulasi;
obat tradisional digunakan di rumah sakit dan sistem asuransi kesehatan, ada
penelitian dan pengembangan serta pendidikan tentang obat tradisional. Negara yang
menganut sistem integratif ini antara lain yaitu RRC, Korea Utara dan Vietnam.
2). Sistem inklusif, mengakui obat tradisional tetapi belum mengintegrasikan pada
sistem pelayanan kesehatan. Sistem inklusif ini dianut oleh negara sedang
berkembang seperti Nigeria dan Mali maupun negara maju seperti Kanada dan
Inggris.
3). Sistem toleran, sistem pelayanan kesehatan berbasis kedokteran modern tetapi
oleh cuaca yang dingin. Sedangkan musim kemarau, tanaman sirsak akan
10
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dengan merontokkan daunnya untuk
1). Kadar air tidak lebih dari 10%. Ini untuk mencegah berkembang biaknya bakteri,
2). Jumlah kapang dan khamir tidak boleh dari 10.000 (sepuluh ribu).
3). Jumlah bakteri non patogen tidak lebih dari 1.000.000 (satu juta).
5). Tidak boleh tercemar atau diselundupi bahan kimia berkhasiat. Selain itu,
pembuatan jamu tradisional juga memerlukan bahan tambahan berupa pengawet yang
11
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Adapun manfaat dari jamu adalah:
b. Menjaga kecantikan
c. Mencegah penyakit
d. Mengobati penyakit
Sebagian besar orang berpendapat bahwa yang alami lebih aman dan
kecil sekali efek sampingnya karena sifat herbal yang kontruksif terhadap
tubuh. Namun, harus tetap dipahami bahwa yang alami bias saja tidak aman
bila cara pemanfaatannya salah. Selain itu ada beberapa bahan alam yang
c). Ephedra bias menyebabkan serangan jantung dan strok. Produk ephedra
meningkat, detak jantung menjadi tidak teratur, rasa gelisah, sakit kepala, dan
Bahan Kimia Obat (BKO) merupakan senyawa kimia obat yang ditambahkan
dengan sengaja ke dalam jamu, dengan tujuan agar efek yang diinginkan tercapai
lebih cepat dari biasanya. Beberapa jenis obat tradisional dinilai berbahaya karena
12
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Menurut BPOM, obat tradisional yang
sering dicemari BKO umumnya adalah obat tradisional pada beberapa jenis berikut:
Tabel 2.1 Jenis kegunaan obat tradisional yang sering dicemari BKO
deksametason
2.7 Kafein
pada tahun 1820. Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid heteroksiklik yang
terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1 - 4,8%),
kopi (1 – 1,5%), biji kola (2,7 – 3,6%). Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa
atau bumbu pada berbagai industri makanan (Tjay & Kirana, 2003).
13
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Nama Kimia : 1,3,7-Trimetil xantin
percabangan trakea
14
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2.7.1 Mekanisme Kerja Kafein
Mekanisme kerja kafein pada sel saraf dipengaruhi oleh senyawa adenosin.
Adenosin adalah senyawa nukleotida yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf
saat menempel pada sel tersebut. Senyawa kafein juga menempel pada reseptor yang
sama tetapi tidak memperlambat aktivitas sel saraf sebaliknya menghalangi adenosin
aktivitas otak meningkat dan menyebabkan hormon efinefrin atau adrenalin di sebar.
menstimulasi sususnan saraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus
dan stimulasi otot jantung. Pada jantung kadar rendah kafein dalam plasma akan
menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar kafein yang lebih tinggi menyebabka
coroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh darah
Sediaan bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan
lengkap. Kafein didistribusikan ke seluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air
susu ibu. Volume distribusi kafein adalah antara 400 dan 600 ml/kg eliminasi kafein
terutama melalui metabolism dalam hati. Sebagian dieksresikan bersama urin dalam
15
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
bentuk utuh. Kafein di dalam plasma akan mencapai konsentrasi maksimum pada
waktu 1 jam dan waktu paruh plasma kafein antara 3 -7 jam, nilai ini akan menjadi 2
kali lipat pada wanita hamil tua dan wanita yang menggunakan pil kontrasepsi jangka
panjang. Pada penderita sirosis hati (pembentukkan jaringan ikat di jaringan hati) atau
dengan overdosis obat depresan SSP (misalnya analgesik opiat, alkohol) dan shock
listrik.
langsung pada jantung. Pada konsentrasi rendah, efek ini timbul akibat daripada
16
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
yang diakibatkan oleh penghambatan phosphodiesterase. Pada konsentrasi yang
Efek terpenting xantin ialah relaksasi otot polos bronkus, terutama bila otot
mengurangi kelelahan otot diafragma pada orang normal maupun pada pasien
2.7.7 Organoleptis
Bagian organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah indera pencicip, indera
2.8 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi atau zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga
17
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
ekstraksi air merupakan metode pemisahan ataua pengambilan zat terlarut dalam
larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik).
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut
kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian ion
anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar akan terdapat dalam fase air,
sedangkan senyawa organic non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase
organik. Hal ini yang dikatakan “like dissolve like” yang berarti bahwa senyawa polar
akan mudah larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Pemisahan yang dilakukan
padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat
b) Ekstraksi Cair-Cair
18
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari satu campuran
a) Ekstraksi Kontinyu
b) Ekstraksi Bertahap
yang baru sampai proses ekstraksi selesai. Alat yang biasanya digunakan
Hubungan zat terkarut yang terdistribusi diantara dua pelarut yang tidak
saling bercampur dinyatakan pertama kali oleh Walter Nernst (1891), yang
“Jika solut dilarutkan sekaligus ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur, maka solute akan terdistribusi diantara kedua pelarut. Pada keadaan
19
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 2 [C2]
sedangkan sebagai pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur
dengan air. Dengan demikian ion anorganik atau senyawa organik polar
sebagian besar akan terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non
polar sebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini dikatakan “like
dissolves like” yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam
pengocokan. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan
lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan
dilakukan. Hasil yang paling baik diperoleh jika ekstraksi dilakukan berulang
pelarut itu dalam satu kali ekstraksi. Hal ini disebabkan setiap kali melakukan
ekstraksi, jumlah zat terlarut dalam fase air akan selalu berkurang sehingga yang
tersisa tinggal sedikit, meskipun secara teoritis tidak dapat menjadi nol. Dengan
20
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
kata lain ekstraksi yang dilakukan secara bertahap atau berulang akan diperoleh
2.9 Kromatografi
Rusia bernama Michael Twett pada tahun 1903 utnuk memisahkan pigmen
berdasarkan partisi cuplikan antara fase gerak dan fase diam. Fase gerak (mobile
phase) dapat berupa gas atau cairan dan fase diam (stationery phase) dapat
berupa cairan atau padatan. Kromatografi dapat juga di definisikan sebagai suatu
21
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Berdasarkan pada alat yang digunakan kromatografi dapat dibedakan
pemisahan suatu zat molekul karena perbedaan sifat. Menurut fase geraknya,
Salah satu kromatografi cair yang banyak digunakan dalam analisis bidang
farmasi yaitu Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau lebih dikenal
baik dalam analisis kualitatif yaitu dalam bentuk senyawa pemisahan senyawa
suatu larutan. Adapun prinsip dari KCKT yaitu suatu sampel berupa larutan
diinjeksikan ke dalam kolom yang berisi fase diam dan fase gerak, kemudian
diberikan tekanan tinggi sehingga fase gerak dapat mengelusi sampel keluar
kromatogram.
22
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
3) Lebih peka
Wadah fase gerak terbuat dari bahan yang inert terhadap fase
gerak. Bahan yang umum digunakan adalah gelas dan baja ani karat.
Daya tampung wadah harus lebih besar dari 500 ml, yang dapat
ml/menit.
elusi).
23
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Elusi gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan
C. Pompa
kecepatan alir 0,1-10 ml/menit. Pompa ada 2 jenis yaitu pompa volume
konstan dan pompa tekanan konstan. Pompa terbuat dari bahan yang
gelas baja antikarat dan teflon. Aliran pelarut dari pompa harus tanpa
Teknik ini bias digunakan karena difusi di dalam aliran kecil dan
24
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2) Septum: injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak umumnya
ke dalam kolom.
E. Kolom
1. Kolom analitik
25
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori, umumnya 10-30
2. Kolom preparatif
kolom 25-100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan
F. Detektor
(noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi
digunakan.
26
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2.10 Kesesuaian Sistem
berdasar atas konsep, bahwa elektronik, peralatan, zat uji dan kondisi
operasional analitik membentuk satu sistem analititk tunggal yang dapat diuji
2.11.1 Presisi
27
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Presisi dapat diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku
keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama
pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Reproducibility
CV = SD x 100%
Keterangan:
SD : Standar Deviasi
X : Nilai rata-rata
2.11.2 Linieritas
dinyatakan dalam istilah variasi sekitar arah garis regresi yang dihitung
berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit
terdiri dari minimal empat konsentrasi yang berbeda dengan rentang 50-
150% dari kadar analit sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang
28
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
konsentrasi yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang dianalisis
korelasi (r) dan korelasi determinasi (R) pada analisis regresi linier y= bx + a
respon instrumen).
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama.
garis regresi linier dari kurva. Nilai pengukuran akan sama dengan niali b
29
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko
3Sy
x
LOD =
Sl
10Sy
LOQ - x
Sl
30
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Lebih lanjut sampel yang diperoleh didokumentasikan merk produk dengan masing-
masing merk diberi/ditambahi dengan kode abjad sampel “A”, “B”, “C”,”D”, “E”,
Sampel penelitian diperoleh 10 sampel jamu kuat yaitu terdiri dari 5 sampel
jamu kuat yang teregistrasi di BPOM dan 5 sampel jamu kuat yang tidak teregistrasi
penelitian ini didasarkan kepada merk produk yang didapatkan dari toku jamu yang
3.3.1 Alat
1. Alat suntik
31
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2. Beaker glass
4. Corong pisah
5. Erlenmeyer
6. Kolom C18
7. Labu ukur
9. Timbangan Analitik
11. Waterbath
3.3.2 Bahan
1. Aquades
2. Asam asetat 1%
5. Kalsium karbonat
7. Kloroform
32
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
3.4 Prinsip Penelitian
3.5 Prosedur
33
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Dipipet 1 ml larutan 60 ppm menggunakan mikropipet lalu
34
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Fase gerak dibuat dari campuran metanol : asam asetat 1% (30 :
6. Uji Linearitas
pembanding.
35
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
saring. Hasil penyaringan ditambahkan ± 0,375 g kalsium karbonat
recoverinya
36
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
37
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
3.6 Tahap Alur Penelitian
Perolehan 5 sampel
Sampel Jamu Kuat yang
beredar di pasaran teregistrasi dan 5 sampel
tidak teregistrasi
38
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
BAB IV
Sampel yang dianalisis adalah jamu kuat dikumpulkan dari toko obat
tradisional yang beredar di pasaran daerah Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, dengan
karakteristik berbentuk sediaan serbuk padat, tanggal kadaluarsa, ada lima yang tidak
terdaftar dan lima yang terdaftar di BPOM, serta dengan asumsi sampel mempunyai
karakter yang sama (homogen). Pada daerah sekitar Srengseng Sawah, Jakarta
Selatan terdapat 12 toko jamu dengan 10 sampel jamu kuat yang di sampling
memenuhi kriteria untuk di uji. Dihitung banyaknya pedagang jamu yang menetap,
kemudian dipilih sepuluh pedagang jamu secara acak dan diambil 1 merk sampel
jamu dari setiap pedagang jamu yang dipilih secara acak sehingga diperoleh sepuluh
merk jamu kuat yang berbeda. Sepuluh merk sampel yang diperoleh kemudian
didokumentasikan dan masing-masing merk ditandai dengan kode abjad sampel “A”,
Hasil uji organoleptik sampel jamu kuat dapat dilihat pada tabel berikut:
39
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
B e r d a s a k a n
No Sampel Bentuk Warna Rasa Bau
Sediaan
1 A Serbuk Krem Pahit Khas
2 B Serbuk Krem Pahit Khas
3 C Serbuk Krem Pahit Khas
4 D Serbuk Krem Pahit Khas
5 E Serbuk Putih Pahit Khas
6 F Serbuk Krem Pahit Khas
7 G Serbuk Krem Pahit Khas
8 H Serbuk Krem Pahit Khas
9 I Serbuk Krem Pahit Khas
10 J Serbuk Krem Pahit Khas
sediaan serbuk, mempunyai bau yang khas dan rasa yang pahit. Perbedaan tiap
warna krem, sampel E mempunyai warna putih, sampel F mempunyai warna krem,
ppm, 12,5 ppm, 6,25 ppm, 3,125 ppm, dan 1,5625 ppm. Spektrum dibuat dengan
secara overlay pada panjang gelombang 220 – 330 nm. Hasil penetapan panjang
40
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
maksimum pada 272,5 nm. Namun, pada pengujian selanjutnya dengan metode
KCKT digunakan panjang gelombang maksimum 272 nm, karena alat KCKT yang
Pada penelitian kali ini menggunakan fase gerak metanol : asam asetat 1% (70
: 70) karena tidak memiliki waktu retensi yang tidak terlalu lama. Tabel dibawah ini
Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah alat, metode, dan
kondisi KCKT dapat membentuk sistem tunggal dan memberikan hasil yang baik.
Pada uji ini, larutan baku kafein 6,25 ppm diukur luas areanya sebanyak 5x replikasi
dan luas puncak yang diperoleh dapat dilihat pada table berikut
41
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
4 1,181 619,9544
5 1,180 622,2543
Rata-rata 1,1804 621,53876
SB 0,000273861 0,7984
SBR (%) 0,02% 0,12%
Tabel IV. 2 Hasil Uji Kesesuaian Sistem
Hasil uji kesesuaian sistem menunjukan bahwa nilai simpangan baku relatif
(SBR) dari waktu retensi dan luas puncak kafein memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia Edisi IV, yaitu nilai SBR tidak boleh lebih dari 2%. Dari hasil uji
kafein secara KCKT sudah membentuk suatu kesatuan sistem yang dapat
memberikan hasil yang baik. Kromatogram hasil penyuntikan untuk uji kesesuaian
Uji linearitas baku pembanding kafein dibuat dengan mengukur satu seri
hubungan antara konsentrasi kafein (ppm) sebagai sumbu x dan luas pucak kafein
sebagai sumbu y. Kurva kalibrasi baku pembanding kafein digunakan untuk melihat
gambaran alat KCKT yang digunakan dalam kondisi baik atau tidak. Hasil uji
(ppm)
1,5625 1,179 190,16774
42
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
3,125 1,181 315,37622
6,25 1,179 627,48578
12,5 1,178 1195,68103
25 1,177 2273,25171
50 1,174 4422,63818
Kurva kalibrasi
6000
5000
4000
Luas area
3000
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (ppm)
Dari kurva uji linearitas baku pembanding kafein, diperoleh persamaan garis
regresi y= 87,40x + 68,99 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,999. Nilai
koefisien korelasi (r) yang mendekati satu menunjukkan bahwa alat tersebut masih
berikutnya dan dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara
43
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
konsentrasi dan area artinya dengan meningkatnya konsentrasi, maka area juga
meningkat.
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
deteksi dan batas kuantitasi diperoleh melalui perhitungan simpangan baku residual
yang masih dapat dideteksi. Sedangkan nilai LOQ (batas kuantitasi) merupakan
konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat ditentukan. Berdasarkan
hasil perhitungan, di dapat yaitu nilai LOD 0,7421 µg/ml dan nilai LOQ 2,473 µg/ml.
Penetapan kadar kafein dilakukan pada 10 sampel jamu kuat yang terbagi
menjadi 5 yang teregistrasi dan 5 yang tidak teregistrasi oleh BPOM yang beredar
44
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
45
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
46
Institut Sains Dan Teknologi Nasional