Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM

JAMU PENAMBAH NAFSU MAKAN (ORAL)


Sidawareg®

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II

I Putu Surya Dharma Suarka 1208505018


Luh Putu Dessy Hariyanti 1308505005
Tiara Maharani 1308505013
Anak Agung Ngurah Wisnu Wardhana 1308505023
Ida Ayu Gita Pradnyani 1308505056
Wayan Shelia Deviana 1308505061

Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia


Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
Tahun 2016

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nafsu makan merupakan keinginan terhadap jenis makanan tertentu, yang
membuat orang memilih jenis makanan yang diinginkan untuk memuaskan keinginannya
dalam hal makan. Asupan makanan harus selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.Makanan mengandung proporsi protein, karbohidrat, dan lemak
sehingga harus dipertahankan keseimbangan antara semua jenis makanan sehingga semua
segmen sistem metabolisme tubuh dapat bekerja.(Guyton dan Hall, 1999). Sedangkan
lapar menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan konsep
fisiologis (Limananti dan Triratnawati, 2003).
Gangguan nafsu makan umumnya dialami anak-anak usia 1-3 tahun atau usia
prasekolah (Limananti dan Triratnawati, 2003).Pada periode usia 1-3 tahun, anak hanya
mau makan makanan yang disukai sehingga terkesan terlalu pilih-pilih dan sulit makan
(usia food jag). Sulit makan dianggap wajar selama tidak mengganggu kesehatan dan
pertumbuhan anak dan akan hilang dengan sendirinya. Akan tetapi keadaan sulit makan
yang berkepanjangan dapat berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan
intelektual anak (Limananti dan Triratnawati, 2003).
Cara yang sering dipilih masyarakat Indonesia untuk mengatasi sulit makan pada
anak adalah dengan pengobatan tradisional. Obat tradisional Indonesia atau jamu
merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM RI, 2005).
Penggunaan obat tradisional memberikan keuntungan efek samping obat tradisional yang
relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis,
ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan
tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri (Sari, 2006).Formula jamu terdiri dari
bahan aktif utama berkhasiat (BAUK), bahan aktif pendukung khasiat (BAPK), bahan
penghantar, dan bahan tambahan (bahan pewarna, bahan penambah aroma, bahan pengisi,
bahan penambah rasa).Konsep back to nature membuat perkembangan obat tradisional
menjadi lebih pesat. Hal tersebut diperkuat dari rekomendasi WHO dalam penggunaan
obat tradisional termasuk herbal untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan
dan pengobatan penyakit (Sari, 2006).

1
Indonesia kaya akan spesies tanaman yang diantaranya telah banyak digunakan
sebagai bahan jamu penambah nafsu makan. Tanaman yang digunakan tersebut sebagian
besar adalah tanaman temu-temuan dari keluarga Zingiberaceae. Bahan tanaman tersebut
secara empiris digunakan sebagai obat tradisional untuk anak-anak untuk meningkatkan
nafsu makan pada anak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka proposal ini bertujuan untuk merancang
formula jamu penambah nafsu makan dengan bahan tanaman dan mampu menyusun cara
pembuatan jamu dengan benar sesuai bahan-bahan yang digunakan.dari formula yang
telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa formula obat tradisional jamu penambah nafsu makan yang baik?
1.2.2 Bagaimana hasil uji evaluasi sediaan obat tradisional jamu penambah nafsu makan
yang telah di buat?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui formula obat tradisional jamu penambah nafsu makan yang baik.
1.3.2 Mengetahui hasil uji evaluasi sediaan obat tradisional jamu penambah nafsu makan
yang telah di buat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Tradisional


Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (BPOM, 2005). Pengobatan tradisional merupakan upaya pengobatan
dengan cara di luar ilmu kedokteran yang berdasarkan pengetahuan yang bersumber
pada tradisi tertentu (Rahayu dkk., 2006).
Adanya konsep back to nature maka perkembangan obat tradisional menjadi lebih
pesat. Hal tersebut diperkuat dari rekomendasi WHO dalam penggunaan obat tradisional
termasuk herbal untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan
penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Penggunaan
obat tradisional secara tepat dikatakan memiliki efek samping yang lebih sedikit (lebih
aman) jika dibandingan dengan bahan kimia obat (Sari, 2006).
Dibandingkan obat-obat modern, obat tradisional memiliki beberapa kelebihan,
antara lain:
1. Efek sampingnya relatif kecil jika digunakan dengan tepat
2. Komponen dalam suatu bahan memiliki efek yang saling mendukung
3. Pada satu tanaman obat memiliki beberapa efek farmakologi
4. Lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
Selain memiliki beberapa kelebihan, obat tradisional juga memiliki kelemahan
yang jugamerupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional. Adapun beberapa
kelemahantersebut antara lain:
1. Efek farmakologisnya yang lemah,
2. Bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum
dilakukan ujiklinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme(Katno,
2008)
Pada dasarnya obat tradisional dapat digolongkan menjadi tiga jenis yakni:
a. Jamu
Pada umumnya jamu di racik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang belum
diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal secara empiris (berdasarkan
pengalaman turun temurun).
Kriteria jamu :
3
- Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
- Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris;
- Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku;
- Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium;
- Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata – kata : “Secara tradisional
digunakan untuk …”, atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
(BPOM, 2004).
b. Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar umumnya sudah mengalami pemrosesan, misalnya berupa
ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan
keamanannya melalui uji pra klinis (terhadap hewan) di laboraturium. Disebut herbal
terstandar, karena dalam proses pengujiannya telah di terapkan standard kandungan
bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas, serta uji toksisitas.
Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria:
- Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
- Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik;
- Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi;
- Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku;
- Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktian umum dan medium.
(BPOM, 2004).
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang keamanan serta standard proses
pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis (Yuliarti, 2010).
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
- Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
- Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik;
- Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi;
- Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku;
- Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.
(BPOM, 2004).

4
Bahan baku untuk membuat obat tradisional adalah simplisia, sediaan galenik,
bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat,
yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat
tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat didalam produk ruahan.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang
dikeringkan (Ditjen POM, 1994).
Menurut Material Medika (1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat
kimia.
b. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican (mineral) yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia.

2.2 Jamu
Pengobatan secara tradisional di Indonesia telah berkembang selama berabad-
abad sehingga merupakan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sedangkan
pengobatan tradisional menurut World Health Organization (WHO) adalah upaya
menjaga dan memperbaiki kesehatan dengan cara-cara yang telah ada sebelum
munculnya pengobatan modern (Limananti dan Triratnawati, 2003). Jamu adalah obat
tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadipenyusun jamu
tersebut.Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau
cairan.Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu padaresep peninggalan
leluhur.Satu jenis jamu disusun dari berbagai macam obat yang jumlahnya antara 5-10
macam, bahkan bisa lebih.Jamu tidak memerlukan pembuktian 7 ilmiah sampai uji
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.Jamu yang telah digunakan secara turun-
temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun telah membuktikan
keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan (Handayani,
5
2008).Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
No.HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia, pada pasal 2 disebutkan jamu harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan; Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris; Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Logo jamu berupa ranting daun
terletak dalam lingkaran.Logo ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah
atau pembungkus atau brosur. Logo dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.

Gambar 1. Logo jamu

2.3 Nafsu Makan


2.3.1 DefinisiNafsu Makan
Istilah “lapar” berarti keinginan terhadap makanan, dan berkaitan dengan
sejumlah perasaan objektif.Misalnya pada seseorang yang tidak makan selama berjam-
jam, lambung mengalami kontraksi berirama kuat yang disebut sebagai “kontraksi
lapar”. Kontraksi ini menyebabkan rasa penuh atau perih di ulu hati dan kadang-kadang
menyebabkan nyeri atau yang sering disebut dengan hanger pangs.Istilah nafsu makan
serigkali digunakan dengan maksud yang sama seperti lapar. Nafsu makan merupakan
keinginan terhadap jenis makanan tertentu, bukannya semua jenis makanan.Oleh karena
itu nafsu makan membuat orang memilih mutu makanan untuk dimakan (Guyton dan
Hall, 1999).
2.3.2 Pusat Saraf untuk Pengaturan Asupan Makanan
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam regulasi
proses-proses homeostasis, memiliki fungsi dalam pengaturan asupan makan yang
dikenal sebagai teori dual center, yaitu terdapat dua area di hipotalamus yang berperan
sebagai pusat lapar dan pusat kenyang Untuk melangsungkan fungsi ini, hipotalamus
menerima masukan neural endokrin serta sinyal metabolik, menintegrasikannya, dan
menggunakan berbagai jalur efektor untuk menimbulkan respon perilaku, otonom dan
endokrin. Sinyal perifer dapat sampai ke hipotalamus dengan cara: (1) melalui sirkulasi
darah bagi sinyal metabolik dan hormone yang dapat melalui blood-brain barrier; (2)

6
melalui persarafan. Bagi sinyal mekanik dan kimia dari organ visera dan saluran cerna
dan disampaikan ke otak terutama melalui serat averen nervous vagus dan serat aferen
simpatis tingkat servikal, yang diintergrasikan terlebih dahulu di nukleus traktus
solitarius (Schwartz dkk., 2000).

Gambar 2. Sinyal kenyang dari hati, saluran cerna dan peptida ditransmisikan melalui
nerve vagus dan serat simpatis ke nukleus solitarius (NTS) dan berintegrasi
dengan input dari hipotalamus untuk mengakhiri makan (Schwartz dkk.,
2000).
Nukleus arkuata yang terletak di sekeliling dasar ventrikel III, memiliki dua
populasi neuron yang berbeda untuk mengatur asupan makanan. Neuron yang
memproduksi neuropeptida Y (NPY) bertindak sebagai akselerator yang bekerja untuk
menstimulasi makan. Sedangkan populasi neuron yang lain didekatnya yang memproduksi
proopiomelanocortin (POMC) bekerja pada area otak yang sama dengan area NPY untuk
menyebabkan inhibisi makan. Ketika salah satu neuron teraktivasi, maka populasi lain
mengalami inhibisi. Contohnya,ketika neuron NPY teraktivasi oleh penurunan kadar
leptin, maka NPY yang disekresikan akan berikatan dengan reseptornya di neuron POMC
(reseptor Y1) dan menyebabkan inhibisi terhadap aktivitas neuron POMC tersebut. Neuron
yang memproduksi NPY juga menghasilkan agouti related peptide (AgRP) yang dapat
memblok reseptor MC4R (reseptor bagi α-MSH, turunan POMC) di neuron orde kedua
(Wynne dkk., 2005).
Aktivasi neuron yang mengekspresikan NPY/AgRP ini pada saat keseimbangan
energi negatif, dapat menstimulasi makan dengan dua cara, yaitu dengan pelepasan
7
perangsang nafsu makan NPY dan dengan menurunkan kerja penekan nafsu makan
melanocortin/POMC. NPY kemudian akan berikatan dengan reseptor Y1 dan Y5 di area
lateral hipotalamus (LHA). Pengikatan dengan reseptor Y1 dan Y5 di LHA menyebabkan
aktivasi neuron melanoconcentratinghormone (MCH) dan orexin (sebagai neuron orde
kedua). Aktivasi neuron MCH dan orexin akan berakibat peningkatan nafsu makan melalui
regulasi perilaku oleh pusat yang lebih tinggi yaitu korteks prefrontal bagian median dan
insular (Wynne dkk., 2005).

Gambar 3. Nukleus arkuata (ARC) dan regulasi nafsu makan. Keterangan: α-MSH: α-
melanocyte-stimulating hormone; GHS-R= growth hormone secretagogue receptor; NPY:
neuropeptida Y; AgRP: agouti related peptide; CART: cocaine-and -amphetamine related
transcript (Wynne dkk., 2005).
2.3.3 Fisiologis Kekurangan Nafsu Makan
Anoreksia adalah penurunan nafsu makan atau hilangnya nafsu makan dalam
waktu yang lama. Gejala klinis ini sering terjadi dan perlu dibedakan dengan kelainan
makan anoreksia nervosa yang sering kali disebut anoreksia. Anoreksia dapat disertai
dengan penurunan berat badan atau tidak. Keadaan ini hampir mempunyai satu
penyebab yang mendasari atau lebih.Meskipun mekanisme pasti mekanisme pengaturan
nafsu makan dan berat badan belum diketahui sepenuhnya, riset sekarang ini
memberikan banyak sekali informasi tentang permasalahan ini.Hipotalamus dinilai
dapat mengatur baik rasa kenyang maupun lapar, dengan menghasilkan homeostasis
berat badan dalam keadaan yang ideal.Hipotalamus mengintepretasikan dan
mengintegrasikan sejumlah besar masukan neural dan humoral untuk
mengkoordinasikan tahapan lapar dengan pengeluaran energi sebagai respon terhadap
keadaan perubahan keseimbangan energi.Sinyal jangka panjang yang menghubungkan
informasi tentang simpanan energi badan, status endokrin, dan kesehatan umum
8
terutama merupakan masukan humoral. Sinyal jangka pendek, termasuk hormon usus
dan sinyal neuran dari pusat otak lebih tinggi dan usus, meregulasi tahapan awal dan
akhir proses makan. Hormon-hormon yang terlibat dalam proses inimencakup leptin,
insulin, kolesitokinin, grelin, polipeptida YY, polipeptida pankreas, peptida-1 yang
mirip glukagon, dan oxytomodulin. Perubahan setiap proses humoral atau neuronal
inidapat menimbulkan anoreksia (Morley et al., 1999).

2.4. Tinjauan Bahan yang Digunakan dalam Formulasi


Menurut Pulasari (2009), tanaman kunyit, kencur, dan buah adas tergolong
ke dalam Usada Rare. Tanaman tersebut berkhasiat sebagai zat penambah nafsu makan.
2.4.1 Kunyit
Secara empiris kunyit banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional seperti
untukpenambah nafsu makan, radang, mencret, sakit perut, sakit kuning, gastritis, ulkus
lambung. Dari hasil penelitian ekstrak kunyit menunjukkan efek anti inflamasi,
antibakteri, antioksidan, antiulkus, dan gastoprotektif (Hartono, dkk., 2005). Bagian
kunyit yang banyak digunakan untuk obat tradisional adalah bagian rimpang yang
ditujukan pada gambar 4. Kunyit termasuk ke dalam famili Zingiberaceae dengan
klasifikasi tanaman sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Subkelas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
(Winarto, 2003).

Gambar 4. Rimpang Kunyit (Rukmana, 2005).

9
Kandungan kimia kunyit terdiri atas karbohidrat (69,4%), protein (6,3%), lemak
(5,1%), mineral (3,5%), dan moisture (13,1%). Minyak esensial (5,8%) dihasilkan
dengan destilasi uap dari rimpang yaitu a-phellandrene (1%), sabinene (0.6%), cineol
(1%), borneol (0.5%), zingiberene (25%) and sesquiterpines (53%). Kurkumin
(diferuloylmethane) (3–4%) merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan
untuk warna kuning, dan terdiri dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) and kurkumin
III (0.3%) (Chattopadhyay, et.al., 2004).
Menurut Ishita et al. (2004), menyatakan bahwa senyawa kurkumin dapat
merangsang hati untuk menghasilkan cairan empedu lebih banyak sehingga
mempercepat pencernaan dan absorpsi lemak di usus sehingga proses pengosongan
lambung terjadi lebih cepat, oleh karena dasar ini maka kurkumin dapat meningkatkan
nafsu makan.Menurut BKTM (2013), dengan dosis 1125-2500 mg kurkumin tidak
menunjukkan adanya toksisitas.
2.4.2 Kencur (Kaempferia galanga L.)
Tanaman kencur berupa semak yang bersifat tahunan, dengan tinggi kurang lebih
20 cm. Batang tanaman kencur berupa batang semu, pendek, membentuk rimpang, dan
berwarna coklat keputih – putihan. Daunnya tunggal dengan bentuk lonjong, panjang 7-
15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, hijau. Kencur memiliki
bunga tunggal, bentuk terompet, panjang 2,5-5 cm, benang sari panjang + 4 mm,
kuning, putik putih, putih keunguan. Akar Serabut, coklat kekuningan (Hutapea, 2001).

Gambar 5.Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)(Haryanto, 2005).


Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia
10
Jenis : Kaempferia galanga L. (sinonim : Soncurus Rumph)
(Hutapea, 2001)
Rimpang kencur memiliki berbagai macam kandungan kimia antara lain pati
(4,14 %), mineral (13,73%), minyak atsiri seperti sineol, asam p-metoksisinamat, etil
sinamat, etil p-metoksisinamat, senyawa-senyawa pentadekan, asam sinamat, etil ester,
borneol, kamphene, parakumarin, asam anisat, alkaloid dan gom (Aroonrerk, 2009).
Disamping itu rimpang kencur juga mengandung saponin, flavonoid, dan senyawa-
senyawa fenol (Rahayu, 2010).
Secara empirik, kencur berkhasiat sebagai obat untuk batuk, gatal-gatal pada
tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompres bengkak
atau radang, tetanus, hipertensi, rematik, asma dan penambah nafsu makan (Hasanah
dkk., 2011; Sulaiman dkk., 2007). Mekanisme kencur meningkatkan nafsu makan oleh
minyak atsiri adalah dengan sifat tonikum nya yaitu menguatkan badan dan merangsang
selera makan (Ramali dan Pamoentjak, 2000). Efek tonik yaitu efek yang memacu dan
memperbaiki semua sistim organ dan serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot.
Efek tonik ini terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap sistem saraf pusat.
Efek tonik ini dapat digolongkan ke dalam golongan psikostimulansia. Senyawa
psikostimulansia dapat meningkatkan aktifitas psikis, menghilangkan rasa kelelahan dan
penat (Mutschler, 1986).
2.4.3 Adas

Gambar 6. Tanaman adas (Sherly et al., 2008)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Umbellales
Famili : Apiaceae (Umbelliferae)
Genus : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgare Mill.
(Sherly et al., 2008)
11
Pada ekstrak Foeniculum vulgare dengan pelarut n-hexane mengandung asam
lemak, hidrokarbon, dan sterol. Sedangkan pada ekstrak Foeniculum vulgare dengan
pelarut metil klorida mengandung furocoumarins, imperatorin, psoralen, bergapten,
xanthotoxin dan isopimpinellin. Dan pada ekstrak Foeniculum vulgare dengan pelarut
etil asetat mengandung flavonoid, isorhamnetin 3-O-α-rhamnoside, quercetin dan
kaempferol. Serta pada ekstrak Foeniculum vulgare dengan pelarut methanol
mengandung quercetin 3-O-rutinoside, kaempferol 3-O-rutoside dan quercetin 3-O-β-
glucoside (Nassar et al., 2010).
Adas mengandung minyak asiri (Oleum Foeniculi) 8%, mengandung 50 – 60%
anetol, lebih kurang 10-15% fenshine dan methylchavicol), flavonoid, kumarin, sterol
dan asam octdecenoic. Akar dan biji mengandung stigmasterin (serposterin). Minyak
adas yang mengandung anetol, fenkon, chavicol, dan anisaldehid berkhasiat
menyejukkan saluran cerna dan bekerja menyerupai perangsang napsu makan. Selain
sebagai peningkat nafsu makan, minyak atsiri pada adas juga berfungsi sebagai
antibakteri, antijamur, antioksidan dan oksitoksik (Jamwal et al., 2013)

2.4.5 Asam Jawa


Asam (Tamarindus indica L.) merupakan tanaman yang tergolong famili
Fabaceae sesuai dengan klasifikasi tanaman sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus
Spesies : Tamarindus indica L.
(Soemardji, 2007).

Gambar 7. Buah Asam (Rukmana, 2005).

12
Bagian buah asam seperti yang terlihat pada gambar 8. mengandung asam organik
seperti tartaric acid, acetic acid, citric acid, formic acid, milic acid, dan succinic acid.
Juga mengandung asam askorbat, Vitamin B1, Vitamin B3, asam amino, dan lain-lain
yang secara empiris digunakan sebagai laxative, antipiretik, pencuci mulut, anti-
inflamasi, antihelmintic, antibakteri, antidiabetes, hepatoprotective dan lain-lain
(Dhamija and Parle, 2012).
Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan jamu yaitu kurkumin memiliki sifat
stabil pada suasana asam, dan akan rusak seiring dengan kenaikan pH (Vedamurthy,
2010) Kestabilan dan ketidakstabilan kurkumin ditandai dengan perubahan warna
ekstrak. Kurkumin merupakan zat berwarna kuning muda yang stabil pada pH 2,5
(Harjanti, 2008). Berikut merupakan tabel perubahan warna kurkumin seiring kenaikan
pH:

Tabel 1. Perubahan warna kurkumin seiring penambahan pH (Harjanti, 2008).


Asam jawa berguna untuk menciptakan suasana asam, dimana pada pelarut yang
sesuai, asam jawa dapat menciptakan suasana asam karena memiliki kandungan seperti
tartaric acid dan asam organik lainnya (Dhamija and Parle, 2012).
2.4.6 Madu
Madu adalah suatu substansi yang berasal dari kumpulan nektar tumbuhan yang
dikumpulkan, dimodifikasi, dan disimpan dalam sarang lebah oleh lebah madu. Madu
adalah suatu produk murni tanpa adanya tambahan substansi lainnya, termasuk air dan
pemanis lainnya (National Honey Board, 2003).Gula yang terkandung didalam madu
terdiri atas glukosa, fruktosa, sukrosa, dan berbagai jenis monosakarida lainnya.
Fruktosa adalah monosakarida dengan konsentrasi tertinggi pada madu (White, 1981).
Fruktosa, tidak seperti glukosa, tidak merangsang sekresi insulin dari selsel Pulau
Langerhans pada pankreas (Mueller et.al., 1998). Insulin berperan dalam menghambat
nafsu makan melalui mekanisme kerjanya pada sel-sel lemak tubuh dan sel-sel saraf
pada sistem saraf pusat. Insulin akan merangsang pelepasan leptin pada sel-sel lemak
(Elliott et. al., 2002), dan menekan pelepasan ghrelin oleh lambung (Saad et. al., 2002).
13
Penurunan konsentrasi insulin dan leptin dalam sirkulasi inilah yang menyebabkan
adanya kecenderungan peningkatan berat badan akibat nafsu makan yang meningkat
(Elliott et. al., 2002).
2.4.7 Daun Pandan
Daun pandanmemiliki klasifikasi tanaman sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Monocotyledone
Orde : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb.
(Van Steenis, 2008)
Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7 meter,
bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar tunjang sekitar pangkal batang.
Daun umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 8–12cm; ujung daun segitiga lancip-lancip,
tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur daun berlilin, berwarna
hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral, soliter atau berbentuk bulir
atau malai yang besar (Rahayu dan Handayani, 2008).
Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid (Dalimartha, 2009).Alkaloid pada serangga bertindak sebagai racun
perut serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetilkolinesterase sehingga
mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat mendegradasi membran sel telur untuk
masuk ke dalam sel dan merusak sel telur (Cania, 2013).Selain itu, senyawa flavonoid
juga memiliki sifat anti insektisida yaitu dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada
beberapa organ vital serangga yang dapat menyebabkan kematian, seperti pernapasan.
Flavonoid yang bercampur dengan alkaloid, phenolic dan terpenoid memilki aktivitas
hormon juvenil sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga (Elimam
dkk., 2009). Saponin juga merupakan entomotoxicity yang dapat menyebabkan
kerusakan dan kematian telur, gangguan reproduksi pada serangga betina yang
menyebabkan adanya gangguan fertilitas (Chaieb, 2010). Dalam beberapa penelitian
dilaporkan bahwa saponin konsentrasi rendah dapat menyebabkan gangguan
pengambilan makanan, penurunan pertumbuhan dan kematian sedangkan dalam
konsentrasi tinggi akan bersifat toksik (Davidson, 2004).

14
2.5 Uji Hedonik
Uji Kesukaan (Hedonik Test) adalah metode uji yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar
penilaian.Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6 orang,
sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang.Uji penerimaan meliputi uji
kesukaan (uji hedonik) dan uji mutu hedonik. Uji kesukaan (uji hedonik) merupakan uji
dimana panelis diminta untuk memberi tanggapan pribadi mengenai kesukaan atau
ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan dalam uji
hedomik disebut skala hedomik, misalnya dalam penilaian “suka” memiliki skala
hedomik seperti amat sangat suka, sangat suka, suka dan agak suka. Sebaliknya,
penilaian “tidak suka” memiliki skala hedonik seperti amat sangat tidak suka, sangat
tidak suka, tidak suka dan agak tidak suka. Skala hedonik memiliki beberapa rentangan,
rentangan tersebut dapat dibuat sesuai kehendak peneliti. Jumlah rentangan skala
hedonik dapat berjumlah enam, tujuh, maupun sembilan (Soekarto, 1985).
Menurut Badan Standar Nasional (2006) syarat-syarat panelis adalah sebagai berikut:
1. Tertarik terhadap uji organoleptik sensori dan mau berpatisipasi
2. Konsisten dalam mengambil keputusan
3. Berbadan sehat
Penilaian sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan panelis.Jumlah tingkat
kesukaan bervariasi.Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan selanjutnya dapat
dianalisis secara statistik untuk penarikan kesimpulan (Badan Standar Nasional, 2006).

15
BAB III
METODE

3.1 Tempat Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan selama 3 bulan, diantaranya pada bulan ke-1
(Oktober) dilaksanakan penyusunan, presentasi proposal dan produksi jamu segar,
bulan ke-2 (November) dilaksanakan produksi jamu instan dan evaluasi untuk jamu
segar maupun instan, dan bulan ke-3 (Desember) dilaksanakan penyusunan dan
presentasi laporan akhir praktikum. Waktu pelaksanaan praktikum dilaksanakan sesuai
Tabel 2. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Hari/Tanggal
No Praktikum
Praktikum
1 7 Oktober 2016 Pengumpulan Proposal Praktikum
2 14 Oktober 2016 Diskusi dan Presentasi Proposal Praktikum
3 21 Oktober 2016 Pengumpulan Revisi Proposal Praktikum
Formulasi Jamu Segar Penambah Nafsu
4 28 Oktober 2016
Makan
4 November Evaluasi Formulasi Jamu Segar Penambah
5
2016 Nafsu Makan
11 November Formulasi Jamu Instan Penambah Nafsu
6
2016 Makan
18 November Evaluasi Formulasi Jamu Instan Penambah
7
2016 Nafsu Makan
25 November
8 Pengumpulan Laporan Akhir Praktikum
2016
2 Desember Diskusi dan Presentasi Laporan Akhir
9
2016 Praktikum
9 Desember
10 Pengumpulan Revisi Laporan Akhir Praktikum
2016

16
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari:
- Pisau
- Panci
- Kompor
- Sendok Pengaduk
- Saringan
- Gelas Takar
- Botol Gelap
- Oven
- Timbangan
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari:
Formula 1
- Kunyit 20 gram
- Kencur 20 gram
- Asam 15 gram
- Daun Pandan q.s
- Madu q.s
- Air 500 mL
Formula 2
- Adas 30 gram
- Kunyit 20 gram
- Asam 15 gram
- Daun Pandan q.s
- Gula Aren q.s
- Air 600 mL

17
3.4 Formula yang Diajukan
3.4.1 Formula I
A. Formula Standar
Tabel 1. Formula Standar Jamu Penambah Nafsu Makan I
No. Bahan Jumlah Yang Digunakan
1. Kunyit 20 gram
2. Kencur 20 gram
3. Asam Jawa 15 gram
4. Gula Aren q.s.
5. Daun pandan q.s.
6. Air 500 mL
(Utami, 2008)
Tabel 2. Formula Standar Jamu Penambah Nafsu Makan II
No. Bahan Jumlah Yang Digunakan
1. Kunyit 20 gram
2. Kencur 20 gram
3. Asam Jawa 15 gram
4. Gula Aren q.s.
5. Daun pandan q.s.
6. Air 500 mL
(Wijayakusuma, 2008)
B. Formula yang digunakan
Tabel 3. Formula Jamu Segar Formula I (Formula I Optimasi I)
No. Bahan Jumlah Yang Digunakan
1. Kunyit 20 gram
2. Kencur 10 gram
3. Asam Jawa 5 gram
4. Gula Aren q.s.
5. Jeruk Nipis q.s
6. Daun pandan q.s.

Tabel 4. Formula Jamu Segar Formula II


No. Bahan Jumlah Yang Digunakan
1. Adas 20 gram

18
2. Kunyit 20 gram
3. Asam Jawa 15 gram
4. Gula aren q.s.
5. Daun pandan q.s.
6. Air 300 mL

Tabel 5. Formula Jamu Instan Optimasi I


No. Bahan Jumlah Yang Digunakan
1. Kunyit 20 gram
2. Kencur 10 gram
3. Asam Jawa 5 gram
4. Gula aren 3 sendok teh
5. Jeruk Nipis q.s.
5. Daun pandan q.s.
6. Air 3 sendok makan
7. Gula halus 20 gram

Tabel 6. Formula Jamu Instan Optimasi II


No. Bahan Jumlah Yang Digunakan
1. Kunyit 20 gram
2. Kencur 10 gram
3. Asam Jawa 5 gram
4. Gula aren 3 sendok teh
5. Jeruk Nipis q.s.
5. Daun pandan q.s.
6. Air 3 sendok makan
7. Gula halus 25 gram

C. Fungsi Masing-masing Bahan dalam Formulasi


Tabel 7. Fungsi dan Khasiat Bahan dalam Formula I
No Nama Bahan Fungsi Bahan Khasiat
1. Kunyit BAUK Penambah nafsu makan
Zat tambahan penambah nafsu
2. Kencur BAPK
makan

19
3. Asam BAPK Penstabil dalam formulasi
Madu/Gula Coringen
4. Memberi rasa manis
Aren Saporis
Coringen Memberi aroma khas, penambah
5. Daun Pandan
Odoris nafsu makan
Coringen
6. Jeruk Nipis Memberikan rasa segar
Saporis
7. Air Pembawa Pelarut

Tabel 8. Fungsi dan Khasiat Bahan dalam Formula II


No Nama Bahan Fungsi Bahan Khasiat
1. Adas BAUK Penambah nafsu makan
Zat tambahan penambah nafsu
2. Kunyit BAPK
makan
3. Asam BAPK Penstabil dalam formulasi
Madu/Gula Coringen
4. Memberi rasa manis
Aren Saporis
Coringen Memberi aroma khas, penambah
5. Daun Pandan
Odoris nafsu makan
Coringen
6. Jeruk Nipis Memberikan rasa segar
Saporis
7. Air Pembawa Pelarut

Tabel 9. Fungsi dan Khasiat Bahan dalam Formula I


No Nama Bahan Fungsi Bahan Khasiat
1. Kunyit BAUK Penambah nafsu makan
2. Kencur Zat tambahan penambah nafsu
BAPK
makan
3. Asam Jawa BAPK Penstabil dalam formulasi
4. Gula aren Coringen
Memberi rasa manis
Saporis
5. Jeruk Nipis Coringen Memberi aroma khas, penambah
Odoris nafsu makan
5. Daun pandan Coringen Memberikan rasa segar

20
Saporis
6. Air Pembawa Pelarut
7. Gula halus Pengering Untuk menyerbukkan jamu
segar yang telah dibuat

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Pembuatan Jamu Segar Penambah Nafsu Makan
A. Formula I
Sebanyak 20 gram kunyit dan 20 gram kencur dicuci dengan air bersih serta
ditiriskan dan dipotong-potong kemudian 15 gram asam jawa dibersihkan dan
dipotong kecil – kecil setelah itu ke tiga bahan ditumbuk hingga halus. Air direbus
300 cc pada suhu 100oC dan dtambahkan daun pandan ditunggu hingga mendidih
setelah itu didiamkan hingga dingin. Bahan yang ditumbuk tadi ditambahkan
dengan air rebusan pandan dan ditambahkan 3 sendok teh madu kemudian jamu
dimasukkan ke dalam wadah
B. Formula 2
Sebanyak 20 gram adas dan 20kunyit dicuci dengan air bersih serta ditiriskan
dan dipotong-potongkemudian 15 gram asam jawa dibersihkan dan dipotong kecil
– kecil setelah itu ke tiga bahan ditumbuk hingga halus. Air direbus 300 cc pada
suhu 100oC dan dtambahkan daun pandan ditunggu hingga mendidih setelah itu
didiamkan hingga dingin. Bahan yang ditumbuk tadi ditambahkan dengan air
rebusan pandan dan ditambahkan 3 sendok bebek gula aren kemudian jamu
dimasukkan ke dalam wadah
C. Prosedur Kerja Formula 1 Optimasi I
Sebanyak 20 gram kunyit dan 10 gram kencur dicuci dengan air bersih serta
ditiriskan dan dipotong-potong kemudian 5 gram asam jawa dibersihkan dan
dipotong kecil – kecil setelah itu ke tiga bahan ditumbuk hingga halus. Air direbus
300 cc pada suhu 100oC dan dtambahkan daun pandan ditunggu hingga mendidih
setelah itu didiamkan hingga dingin. Bahan yang ditumbuk tadi ditambahkan
dengan air rebusan pandan dan ditambahkan 1 sendok teh sendok bebek kemudian
jamu dimasukkan ke dalam wadah
3.5.2 Prosedur Kerja Pembuatan Jamu Oral Instan
A. Pembuatan Jamu Instan Penambah Nafsu Makan (Formula I)
Kunyit dan asam (pada hasil optimasi I formula 1) yang akan digunakan dicuci
dengan air bersih serta ditiriskan dan dipotong-potongkemudian asam jawadibersihkan
21
dan dipotong kecil – kecil setelah itu ketiga bahan ditumbuk hingga halus. Air direbus
pada suhu 100oC dan dtambahkan daun pandan ditunggu hingga mendidih setelah itu
didiamkan hingga dingin.Bahan yang ditumbuk tadi ditambahkan dengan 3 sendok
makanair rebusan pandan. Campuran tersebut disaring dan ditambahkan dengan 1
sendok teh gula aren dan air perasan jeruk nipis. Jamu kemudan dikeringkan dengan
penambahan gula halus sebanyak 20 gram. Jamu kemudian dioven dengan suhu 40°C
selama 5 hari. Jamu yang telah membentuk massa yang kering digerus sampai halus
dan siap direkonstitusi.
B. Optimasi I Jamu Instan Penambah Nafsu Makan (Formula I)
Bahan-bahan aktif utama dan bahan pendukung (pada hasil optimasi I formula 1)
yang akan digunakan dicuci dengan air bersih serta ditiriskan dan dipotong-
potongkemudian asam jawa dibersihkan dan dipotong kecil – kecil setelah itu ketiga
bahan ditumbuk hingga halus. Air direbus pada suhu 100oC dan dtambahkan daun
pandan ditunggu hingga mendidih setelah itu didiamkan hingga dingin.Bahan yang
ditumbuk tadi ditambahkan dengan 6 sendok makanair rebusan pandan dan air perasan
jeruk nipis.Ditambahkan dengan 3 sendok teh gula aren dan air perasan jeruk nipis.
Jamu kemudan dikeringkan dengan penambahan gula halus sebanyak 25 gram. Jamu
yang masih kental lalu dikeringkan dengan hairdryer selama 10 menit serta dibungkus
dengan plastik ikan agar tidak terkontaminasi dan diberi lubang agar air pada jamu
lebih cepat menguap. Jamu dioven pada suhu 50°C selama 3 hari. Jamu yang telah
membentuk massa yang kering digerus sampai halus dan siap direkonstitusi.

3.5.3Rekonstitusi Jamu Instan (Formula I)


A. Rekonstitusi Jamu Instan
Sebanyak 20 gram jamu instan dilarutkan dalam 75 mg air dengan perbandingan
serbuk dan air 1:15. Diadum sampai larut kemudian jamu siap dihidangkan.
B. Optimasi Rekonstitusi Jamu Instan (Formula I)
Sebanyak 20 gram jamu instan dilarutkan dalam 75 mg air dengan perbandingan
serbuk dan air 1:10. Diadum sampai larut kemudian jamu siap dihidangkan.

3.5.5 Pengemasan Jamu Instan (Formula I)


Sebanyak 20 gram jamu instan dimasukkan ke dalam plastik klip dan ditempelkan
dengan etiket. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan sekunder dan diberi brosur.

22
3.5.6 Uji Hedonik Jamu Instan yang Telah Direkonstitusi
Jamu yang telah direkonstitusi dibagi-bagi ke dalam gelas kecil. Kemudian
dilakukan uji hedonik kepada 30 orang panelis kemudian panelis diminta untuk
mengisi kuisioner

3.6 Kemasan Jamu


3.6.1 Etiket Kemasan Primer
Untuk kemasan primer menggunakan klip plastik berwarna bening kemudian
dilapisi dengan etiket

3.6.2 Kemasan Sekunder

23
3.6.3 Brosur

3.7 Evaluasi Mutu Jamu


3.7.1 Evaluasi secara Fisik
Evaluasi fisika terhadap sediaan oral bentuk cairan meliputi evaluasi
organoleptik. Evaluasi organoleptis terdiri dari evaluasi terhadap bau, rasa,
warna, kejernihan.
3.7.2 Evaluasi Kemasan
Evaluasi kemasan meliputi kelengkapan etiket, brosur dan penandaan pada
kemasan.

24
3.7.3 Uji Kesukaan (Uji Hedonik)
Tabel 10. Tabel Uji Hedonik
Nomor Panelis: Produk: Jamu Penambah Nafsu Makan
Pria/Wanita: Tanggal:
Jenis Tingkat Kesukaan Tanggapan
Pengujian Amat Sangat Suka Agak Agak Tidak Sangat
Sangat Suka Suka Tidak Suka Tidak
Suka Suka suka
Rasa
Warna
Aroma
Kemasan

Saran :……………………………………………………………………..
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

3.8 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil evaluasi sediaan jamu yang dilakukan berupa
skala Hedonik yang kemudian dikonversikan kedalam skala numerik.
Tabel 11 Konversi Skala Hedonik ke Skala Numerik

Skala Hedonik Skala Numerik


Amat sangat suka 7
Sangat suka 6
Suka 5
Agak suka 4
Agak tidak suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1

Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai total kepuasan dari masing-masing


jenis pengujian dengan :

25
Keterangan :
JP : Jumlah panelis
Sn : Skala numeric
AAS : Amat sangat suka
SS : Sangat suka
S : Suka
As : Agak suka
Ats : Agak tidak suka
TS : Tidak suka
STS : Sangat tidak suka

Nilai total kepuasan yang diperoleh dicocokkan dengan Tabel 3.8.2 untuk
mengetahui tingkat kepuasan akhir dari masing-masing pengujian.
Tabel 12. Nilai Kepuasan Akhir

Skala hedonik Rentang Skala numerik


Amat sangat suka 151-175
Sangat suka 126-150
Suka 101-125
Agak suka 76-100
Agak tidak suka 51-75
Tidak suka 26-50
Sangat tidak suka 0-25

26
3.9 Skema Kerja
3.9.1Skema Kerja Formula Standar
A. Pembuatan Formula 1 Jamu untuk Menambah Nafsu Makan

Peralatan yang digunakan dicuci dengan air panas sampai bersih, tangan
dicuci dan dikeringkan

Bahan disiapkan, dan dicuci sampai bersih

Diambil 20 gram kunyit dan 20 gram kencur, dan 15 gram asam dan
dipotong kecil-kecil kemudian ditumbuk sampai halus.

Air dan pandan direbus dengan mengunakan panci sebanyak 300 cc pada
suhu 100°C

Bahan yang telah ditumbuk ditambahkan dengan air rebusan pandan

Campuran kemudian disaring dan ditambahkan dengan madu

Dimasukkan kedalam botol kaca gelap

Botol diberi label dan dikemas

Dilakukan evaluasi

Analisis Hasil

27
B. Pembuatan Formula 2 Jamu untuk Menambah Nafsu Makan

Peralatan yang digunakan dicuci dengan air panas sampai bersih, tangan
dicuci dan dikeringkan

Bahan disiapkan, dan dicuci sampai bersih

Diambil 20 gram adas, 20 gram kunyit, dan 15 asam jawa kering dan
dipotong kecil-kecil dan ditumbuk hingga halus

Bahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam panci

Air dan pandan direbus dengan mengunakan panci sebanyak 300 cc pada
suhu 100°C

Bahan yang telah ditumbuk ditambahkan dengan air rebusan pandan.


Campuran kemudian disaring dan ditambahkan dengan madu

Dimasukkan kedalam botol kaca gelap

Botol diberi label dan dikemas

Dilakukan evaluasi

Analisis Hasil

28
C. Pembuatan Jamu instan untuk Menambah Nafsu Makan

Peralatan dan bahan yang digunakan dicuci dengan air panas sampai
bersih, tangan dicuci dan dikeringkan

BAUK dan BAPK dipotong-potong kemudian 15 gram asam jawa


dibersihkan

Bahan-bahan tersebut dipotong kecil – kecil setelah itu ke tiga bahan


ditumbuk hingga halus

Air direbus pada suhu 100oC dan dtambahkan daun pandan ditunggu
hingga mendidih setelah itu didiamkan hingga dingin.

Bahan yang ditumbuk tadi ditambahkan dengan sedikit air rebusan


pandan campuran tersebut disaring setelah itu ditambahkan gula halus
hingga berbentuk seperti serbuk

Serbuk yang didapatkan diayak dengan mesh 40

jamu dimasukan dalam kemasan yang kedap udara.

Dilakukan evaluasi

Analisis Hasil

29
3.9.2 Skema Kerja Laboratorium
A. Pembuatan Jamu Segar Penambah Nafsu Makan
- Formula I
Dibersihkan alat dan bahan yang digunakan

Ditimbang 20 gram kunyit, 20 gram kencur dan 15 gram asam

Ketiga bahan tersebut dipotong kecil-kecil dan ditumbuk sampai halus

Dibuat air rebusan daun pandan sebanyak 300 mL dan didinginkan

Ditambahkan air rebusan pandan ke dalam campuran ketiga bahan yang telah
ditumbuk halus dan diaduk

Campuran tersebut kemudian disaring dan ditambahkan dengan 3 sendok teh gula
aren

Jamu dimasukkan ke dalam wadah dan siap dihidangkan

- Formula II
Dibersihkan alat dan bahan yang digunakan

Ditimbang 20 gram adas, 20 gram kunyit dan 15 gram asam

Ketiga bahan tersebut dipotong kecil-kecil dan ditumbuk sampai halus

Dibuat air rebusan daun pandan sebanyak 300 mL dan didinginkan

Ditambahkan air rebusan pandan ke dalam campuran ketiga bahan yang telah
ditumbuk halus dan diaduk

Campuran tersebut kemudian disaring dan ditambahkan dengan 3 sendok teh gula
aren
30
Jamu dimasukkan ke dalam wadah dan siap dihidangkan

B. Optimasi I Jamu Segar Penambah Nafsu Makan (Formula I)

Dibersihkan alat dan bahan yang digunakan

Ditimbang 20 gram kunyit, 10 gram kencur dan 5 gram asam

Ketiga bahan tersebut dipotong kecil-kecil dan ditumbuk sampai halus

Dibuat air rebusan daun pandan sebanyak 300 mL dan didinginkan

Ditambahkan air rebusan pandan ke dalam campuran ketiga bahan yang telah
ditumbuk halus dan diaduk

Campuran tersebut kemudian disaring dan ditambahkan dengan 3 sendok teh gula
aren.

Jamu dioptimasi dengan membagi jamu ke dalam 2 wadah, yang mana 1 jamu
ditambahkan dengan air perasan jeruk nipis dan 1 jamu lagi tanpa air perasan jeruk
nipis. Jamu siap untuk dihidangkan.

C. Pembuatan Jamu Instan Penambah Nafsu Makan (Formula I)

Dibersihkan alat dan bahan yang digunakan

Ditimbang 20 gram kunyit, 10 gram kencur dan 5 gram asam

Ketiga bahan tersebut dipotong kecil-kecil dan ditumbuk sampai halus

31
Dibuat air rebusan daun pandan

Ditambahkan 3 sendok air rebusan pandan ke dalam campuran ketiga bahan yang
telah ditumbuk halus dan diaduk

Campuran tersebut kemudian disaring dan ditambahkan dengan 1 sendok teh gula
aren dan air perasan jeruk nipis

Jamu kemudian dikeringkan dengan penambahan gula halus sebanyak 20 gram

Jamu tersebut dioven dengan suhu 40ºC selama 5 hari

Jamu yang telah membentuk massa yang kering digerus sampai halus dan siap
direkonstitusi

D. Optimasi I Jamu Instan Penambah Nafsu Makan (Formula I)

Dibersihkan alat dan bahan yang digunakan

Dibuat jamu instan sebanyak 3 kali jumlah formula

Ditimbang 60 gram kunyit, 30 gram kencur dan 15 gram asam

Ketiga bahan tersebut dipotong kecil-kecil dan ditumbuk sampai halus

Dibuat air rebusan daun pandan

Ditambahkan 6 sendok air rebusan pandan ke dalam campuran ketiga bahan yang
telah ditumbuk halus dan diaduk

32
Campuran tersebut kemudian disaring dan ditambahkan dengan 3 sendok teh gula
aren dan air perasan jeruk nipis

Jamu tersebut dibagi ke daam 3 loyang kaca dan masing-masing dikeringkan dengan
penambahan 25 mg gula halus

Jamu yang masih kental kemudian dikeringkan dengan hairdryer selama 10 menit
serta dibungkus dengan plastik ikan agar tidak terkontaminasi dan diberi lubang agar
air pada jamu lebih cepat menguap

Jamu tersebut dioven dengan suhu 50ºC selama 3 hari

Jamu yang telah membentuk massa yang kering digerus sampai halus dan siap
direkonstitusi

E. Rekonstitusi Jamu Instan (Formula I)

Sebanyak 5 gram jamu instan dilarutkan dalam 75 mg air dengan perbandingan


serbuk dan air sebanyak 1:15

Diaduk sampai larut

Jamu siap dihidangkan

F. Optimasi I Rekonstitusi Jamu Instan (Formula I)

Sebanyak 20 gram jamu instan dilarutkan dalam 200 mg air dengan perbading
serbuk dan air sebanyak 1:10

Diaduk sampai larut

33
Jamu siap dihidangkan

G. Pengemasan Jamu Instan (Formula I)

Ditimbang jamu instan sebanyak 20 gram

Jamu instan dimasukkan ke dalam plastik klip dan ditempelkan dengan etiket

Dimasukkan ke dalam kemasan sekunder dan diberi brosur

H. Uji Hedonik Jamu Instan yang Telah Direkonstitusi

Jamu yang telah direkonstitusi dibagi-bagi ke dalam gelas kecil

Dilakukan uji hedonik kepada 30 orang panelis

Panelis diminta mengisi kuisioner

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Jamu Segar Penambah Nafsu Makan (Formula I)
No. Bahan Jumlah yang Digunakan Hasil
1. Kunyit 20 gram Bau : Khas aroma kencur
2. Kencur 20 gram Warna : Orange
3. Asam Jawa 15 gram Rasa : Rasa kebas dilidah
4. Madu 3 sendok teh dan terasa asam
5. Daun Pandan q.s Pengamatan : Terdapat
6. Air 300 mL endapan saat didiamkan

b. Jamu Segar Penambah Nafsu Makan (Formula II)


No. Bahan Jumlah yang Digunakan Hasil
1. Adas 20 gram Bau : Agak manis
2. Kunyit 20 gram dengan aroma kunyit yang
3. Asam Jawa 15 gram khas
4. Madu 3 sendok teh Warna : Kuning jingga
5. Daun Pandan q.s Rasa : Manis keasaman
6. Air 300 mL dengan rasa khas kunyit

c. Optimasi I Jamu Segar Penambah Nafsu Makan (Formula I)


No. Bahan Jumlah yang Digunakan Hasil
1. Kunyit 20 Ram - Dengan Air Perasan
2. Kencur 10 gram Jeruk Nipis
3. Asam Jawa 5 gram Bau : Khas kunyit dan
4. Gula Aren 3 sendok teh kencur dengan sedikit asam
5. Daun Pandan q.s Warna : Kuning jingga
6. Air 300 mL Rasa : Manis keasaman
dengan rasa khas kunyit
dan kencur yang segar

35
- Tanpa Air Perasan Jeruk
Nipis
Bau : Khas kunyit dan
kencur dengan sedikit asam
Warna : Kuning jingga
Rasa : Manis keasaman
dengan rasa khas kunyit
dan kencur yang kuat

d. Jamu Instan Penambah Nafsu Makan (Formula I)


No. Bahan Jumlah yang Digunakan Hasil
1. Kunyit 21 Ram - Sebelum dioven
2. Kencur 10 gram Bau : Khas kunyit
3. Asam Jawa 5 gram dan manis
4. Gula Aren 3 sendok teh Warna : Kuning agak
5. Daun Pandan q.s orange
6. Air 300 mL Bentuk : Cairan Kental
7. Gula halus 20 gram - Setelah dioven
Bau : Khas kunyit
dan manis
Warna : Kuning agak
orange
Bentuk : Lempengan
kering
Bobot serbuk : 21,23 gram

e. Optimasi I Jamu Insan Penambah Nafsu Makan (Formula I)


No. Bahan Jumlah yang Digunakan Hasil
1. Kunyit 20 ram - Sebelum dioven
2. Kencur 10 gram Bau : Khas kunyit dan
3. Asam Jawa 5 gram manis
4. Gula Aren 3 sendok teh Warna : Kuning agak

36
5. Daun Pandan q.s orange
6. Air 300 mL Bentuk : Cairan Kental
7. Gula halus 25 gram - - Setelah dioven
Bau : Khas kunyit
dan manis
Warna : Kuning agak
orange
Bentuk : Lempengan
kering
Bobot serbuk : 61,3 gram

f. Rekonstitusi Jamu Instan (Formula I)


Warna : kuning orange
Bau : khas kunyit
Rasa : manis dengan rasa sedikit kunyit dan agak tawar karena penambahan air yang
terlalu banyak

g. Optimasi I Rekonstitusi Jamu Instan (Formula I)


Warna : kuning agak orange
Bau : khas kunyit
Rasa : manis dengan rasa sedikit khas kunyit yang segar

h. Uji Kemasan Jamu Instan (Formula I)


Kemasan primer : plastik klip yang ditempelkan etiket
Kemasan sekunder : kotak dan diberi brosur
Di dalam kemasan sudah tercantum lambang jamu, khasiat, komposisi, cara
pemakaian, tempat produksi, harga, berat sediaan. Dari uji kelengkapan kemasan jamu
penambah nafsu makan “Sida Wareg”, hasil menunjukkan etiket, brosur, dan
penandaan pada kemasan sudah lengkap.

i. Uji Hedonik (Formula I)


Dilakukan uji hedonik terhadap 30 orang panelis.
Tabel 12. Hasil Uji Hedonik

37
Jenis Tingkat Kesukaan
Pengujian Amat Sangat Suka Agak Agak Tidak Sangat
Sangat Suka Suka Tidak Suka Tidak
Suka Suka Suka
Rasa 4 11 10 4 1 - -
Aroma 3 11 13 1 - 1 -
Warna 5 14 9 1 1 - -
Kemasan 7 7 14 2 - - -

Perhitungan Nilai Total Kepuasan:

- Rasa
Nilai Total = [(4x7) + (11x6) + (10x5) + (4x4) + (1x3) + (0x2) + (0x1)]
= 163
Nilai Kepuasan Akhir : Amat Sangat Suka
- Aroma
Nilai Total = [(3x7) + (11x6) + (13x5) + (1x4) + (0x3) + (1x2) + (0x1)]
= 158
Nilai Kepuasan Akhir : Amat Sangat Suka
- Warna
Nilai Total = [(5x7) + (14x6) + (9x5) + (1x4) + (1x3) + (0x2) + (0x1)]
= 171
Nilai Kepuasan Akhir : Amat Sangat Suka
- Kemasan
Nilai Total = [(7x7) + (7x6) + (14x5) + (2x4) + (0x3) + (0x2) + (0x1)
= 169
Nilai Kepuasan Akhir : Amat Sangat Suka

- Pie Chart untuk Parameter Rasa

38
Uji Hedonik Parameter Rasa
ASS SS S AS ATS TS STS
0%
3% 0%

13% 13%

34% 37%

Gambar 8. Grafik Pie untuk Parameter Rasa


Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa persentase amat sangat suka yaitu 13%,
sangat suka 37% , suka 34%, agak suka 13% dan agak tidak suka 3%. Tidak ada
panelis yang memberikan penilaian tidak suka dan sangat tidak suka.
- Pie Chart untuk Parameter Aroma

Uji Hedonik Parameter Aroma


ASS SS S AS ATS TS STS

4% 0%3% 0%

10%

45% 38%

Gambar 9. Grafik Pie untuk Parameter Aroma


Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa persentase amat sangat suka yaitu 10%,
sangat suka 38% , suka 45%, agak suka 4% dan tidak suka 3%. Tidak ada panelis
yang memberikan penilaian agak tidak suka dan sangat tidak suka.
- Pie Chart untuk Parameter Rasa

39
Uji Hedonik Parameter Warna
ASS SS S AS ATS TS STS

3% 3% 0% 0%

17%
30%

47%

Gambar 10. Grafik Pie untuk Parameter Warna


Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa persentase amat sangat suka yaitu 17%,
sangat suka 47% , suka 30%, agak suka 3% dan agak tidak suka 3%. Tidak ada
panelis yang memberikan penilaian tidak suka dan sangat tidak suka.
- Pie Chart untuk Parameter Kemasan

Uji Hedonik Parameter Kemasan


ASS SS S AS ATS TS STS

0% 0% 0%

7%
23%

47%
23%

Gambar 11. Grafik Pie untuk Parameter Kemasan


Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa persentase amat sangat suka yaitu 23%,
sangat suka 23% , suka 47%, dan agak suka 7%. Tidak ada panelis yang
memberikan penilaian agak tidak suka, tidak suka dan sangat tidak suka.

40
4.2 Pembahasan
Permasalahan kurangnya nafsu makan sangat sering terjadi pada anak-anak. Hal ini
merupakan suatu gejala yang timbul akibat terjadi perubahan metabolisme dalam tubuh anak
tersebut. Kurangnya nafsu makan dapat memperburuk kondisi anak-anak yang mengalami
malnutrisi, karena dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh anak tersebut sehingga tubuh
anak dapat dengan mudah terserang penyakit. Cara yang dapat dilakukan agar nafsu makan
anak-anak kembali normal adalah dengan pemberian bahan-bahan yang dapat meningkatkan
nafsu makannya misalkan dengan pemberian jamu penambah nafsu makan. Sifat jamu sampai
saat ini masih mengutamakan daya preventif yaitu menjaga kesehatan daripada daya
kuratifnya untuk mengobati suatu penyakit. Sehingga dengan membiasakan diri meminum
jamu akan mendapatkan manfaat yang baik bagi tubuh. Karena itu dilakukansebuah
pendekatan ilmiah terhadap jamu penambah nafsu makan serta optimasi dari formula yang
diuji didasarkan dari pengujian organoleptis, stabilitas dan hedonik.
Formula jamu terdiri dari bahan aktif utama berkhasiat (BAUK), bahan aktif
pendukung khasiat (BAPK), bahan penghantar, dan bahan tambahan (bahan pewarna, bahan
penambah aroma, bahan pengisi, bahan penambah rasa). Pada pembuatan jamu penambah
nafsu makanan ini, kami mempunyai dua formula.Pada formula I terdiri dari bahan aktif
utama berkhasiat yaitu kunyit sebanyak 20 gram, bahan aktif pendukung khasiat yaitu kencur
sebanyak 20 gram dan asam 15 gram, bahan penambah rasa yaitu gula aren secukupnya,
bahan penambah aroma yaitu daun pandan secukupnya, dan air sebagai pelarut sebanyak 300
mL. Pemilihan kunyit sebagai bahan aktif utama yaitu dari kandungan metabolit sekunder
yang terkandung di dalam kunyit yaitu curcumin dan minyak atsiri yang dapat meningkatkan
nafsu makan.Adanya senyawa kurkumin dan minyak atsiri pada kunyit mengakibatkan dapat
merangsang hati untuk menghasilkan cairan empedu lebih banyak sehingga mempercepat
pencernaan dan absorpsi lemak di usus sehingga proses pengosongan lambung terjadi lebih
cepat (Ishitaetal., 2004). Selain itu kunyit telah banyak digunakan secara empiris oleh
masyarakat sebagai jamu untuk penambah nafsu makan. Minyak atsiri yang terkandungdalam
kunyit memiliki bau aroma sedikit tajam yang mudah menguap pada suhu ruangan akan
memberikan kemudahan ketika minyak atsiri tersebut menguap sehingga akan terhirup oleh
hidung. Maka dari itu tidak menutup kemungkinan apabila minyak atsiri tersebut terhirup
akan mengakibatkan adanya rasa lapars ehingga dapat membantu dalam peningkatan nafsu
makan.
Jamu pada formula ini, terdapat juga bahan aktif pendukung khasiat yaitu kencur dan
asam jawa. Kencur dalam formula ini dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan
dengan cara meningkatkan sekresi makanan maka proses pengosongan lambung terjadi lebih
41
cepat sehingga merangsang selera makan. Hal ini diakibatkan dari kandungan minyak atsiri
dari kencur yang diduga berpotensi sebagai penambah nafsu makan (Ramali dan Pamoentjak,
2000). Adanya minyak atsiri yang terkandung dalam kencur tidak menutup kemungkinan
dapat merangsang nafsu makan mengingat minyak atsiri menguap pada suhu ruang sehingga
dapat terhirup.
Asam jawa digunakan untuk menciptakan suasana asam karena memiliki kandungan
tartaric acid dan asam organik lainnya (Dhamija and Parle, 2012). Hal ini disebabkanpada
formula jamu ini, terdapat bahan kunyit yang memiliki stabil pada suasana asam dan akan
rusak seiring dengan kenaikan pH (Vedamurthy, 2010). Selain bahan aktif utama berkhasiat
(BAUK) dan bahan aktif pendukung khasiat (BAPK) yang sudah disebutkan, digunakan juga
air sebagai bahan penghantar atau pelarut yang bersifat sebagai solubilizer, danmadu sebagai
coringen saporis yang berfungsi untuk menutupi rasa pahit dari kunyit dan rimpang kencur
sertadaunpandansebagaicoringenodorisuntukmenutupi aroma rimpangkencur yang kuat.
Pada Formula II terdiri dari bahan aktif utama berkhasiat yaitu adas 20 gram, bahan
aktif pendukung khasiat yaitu kunyit 20 gram dan asam sebanyak 15 gram, bahan penambah
rasa yaitu madu secukupnya, bahan penambah aroma yaitu daun pandan secukupnya, dan air
sebagai pelarut 300 mL. Pada formula II ini yang membedakan pada bahan aktif utama
berkhasiat dan bahan aktif pendukung berkhasiat. Pemilihan adas sebagai bahan aktif utama
berkhasiat karena kandungan minyak atsiri yang dapat meningkatkan nafsu makan (Jamwal et
al., 2013). Pada formula jamu ini,bahan aktif pendukung berkhasiat menggunakan kunyit dan
asam. Kunyit mengandung kurkumin dan minyak atsiri yang dapat merangsang hati untuk
menghasilkan cairan empedu lebih banyak sehingga mempercepat pencernaan dan absorpsi
lemak di usus sehingga proses pengosongan lambung terjadi lebih cepat (Ishitaet al., 2004).
Asam jawa digunakan untuk menciptakan suasana asam karena memiliki kandungan tartaric
acid dan asam organik lainnya (Dhamija and Parle, 2012). Hal ini disebabkan pada formula
jamuini, terdapat bahan kunyit yang memiliki stabil pada suasana asam dan akan rusak seiring
dengan kenaikan pH (Vedamurthy, 2010).Pada formula jamu II tidak ada yang membedakan
selain bahan aktif utama berkhasiat dan bahan aktif pendukung berkhasiat.
Setelah kami mengajukan dua formulasi pada pembuatan jamu ini, dilanjutkan dengan
tahap formulasi dengan membuat kedua formula jamu yang diajukan. Formula I dihasilkan
jamu dengan warna jingga, bau khas aromatik kencur, rasa kecut dan terasa kebas di lidah
serta terdapat endapan. Formula II dihasilkan jamu dengan warna kuning jingga, bau agak
manis dengan aroma kunyit yang khas, rasa manis keasaman dengan rasa khas kunyit serta
terdapat endapan. Kemudian dilakukan optimasi, pada jamu formula I setelah dilakukan
optimasi yaitu dengan penggantian madu dengan gula aren, penambahan jeruk nipis dan
42
pengurangan jumlah kencur dan asam. Jeruk nipis digunakan sebagai penambah rasa pada
jamu, sehingga akan menimbulkan rasa segar saat diminum. Sedangkan jumlah kencur
dikurangi untuk menghilangkan rasa kebas di lidah. Dengan penambahan perasan jeruk nipis,
jamu yang dihasilkan dengan warna kuning jingga, bau khas kencur dan sedikit asam, rasa
manis keasaman dengan sedikit rasa kencur, sedangkan apabila tidak ada penambahan jeruk
nipis jamu yang dihasilkan warna kuning jingga, bau khas kencur, rasa manis sedikit rasa
kencur. Pada formula II optimasi tidak dilakukan karena pada jamu formula II memberikan
rasa yang kurang nyaman pada saat diminum. Ini diakibatkan dari adanya endapan yang
sangat pekat apabila disaring endapan tetap ada dan tidak bisa direkonstitusi, sedangkan pada
formula I endapan yang dihasilkan dapat di rekonstitusi kembali. Berdasarkan rasa dan
adanya endapan dari Formula I dan II yang telah dibuat, maka dipilihlah jamu dengan formula
I dengan penambahan jeruk nipis sebagai formula dalam pembuatan jamu instan penambah
nafsu makan. Pada pembuatan jamu instan, pengeringan dengan suhu 40°C membutuhkan
waktu yang cukup lama yaitu selama 5 hari. Untuk mempersingkat waktu pengeringan, maka
pada optimasi pembuatan jamu instan ditambahkan jumlah gula halus menjadi 25 gram yang
sebelumnya 20 garam. Sebelum dikeringkan dengan oven, dilakukan pengeringan dengan
menggunakan hair dryer untuk membantu pengeringan jamu. Suhu oven yang digunakan juga
ditingkatkan menjadi 50°C dan digunakan loyang kaca besar untuk menampungjamu yang
akan dikeringkan, dengan harapan akan mempercepat proses pengeringan. Dengan optimasi
ini, pengeringan jamu instan membutuhkan waktu yang lebih singkat dari sebelumnya yaitu
selama 3 hari.
Analisis hasil terhadap sediaan jamu dilakukan dengan evaluasi fisik yang meliputi uji
organoleptis dan stabilitas, evaluasi kemasan, dan evaluasi pengukuran tingkat kesukaan
terhadap produk (uji hedonik). Berdasarkan pengamatan akhir uji organoleptis diperoleh
sediaan jamu instan penambah nafsu makan yang berwarna kuning agak jingga, berbau khas
kunyit dengan aroma gula aren, memiliki rasa manis dan khas kunyit, serta bentuk berupa
serbuk halus. Setelah direkontitusi memiliki warna kuning agak orange, bau khas kunyitdan
rasa manis dan sediki tkunyit. Tetapi pada jamu instan ini terdapat kekurangan dari rasa jeruk
nipis yang hilang. Sehinga dirasa tidak perlu dilakukan penambahan perasan jeruk nipis untuk
formulasi jamu instan, karena rasa jeruk nipis tersebut akan hilang saat pengeringan dengan
oven. Sedangkan untuk evaluasi kemasan jamu penambah nafsu makan sudah lengkap,
kelengkapan tersebut meliputi penggunaan plastik klip sebagai kemasan primer dan etiket
yang kemudian dimasukkan ke dalam kemasan sekunder. Pada kemasan sekunder sudah
terdapat brosur dan tercantum penanda kemasan sepertila ang jamu, khasiat, komposisi,
carapemakaian, tempatproduksi, harga, bobot sediaan. Dalam pengujian hedonik dilakukan
43
menggunakan jamu instan yang sebelumnya telah direkonstitusi dan dinilai berdasarkan aspek
rasa, bau, warna, dan kemasan jamu. Uji hedonik dilakukan pada 30 orang panelis yang
merupakan mahasiswa Jurusan Farmasi FMIPA Unud. Uji hedonik bertujuan sebagai tolak
ukur penilaian terhadap jamu yang telah dibuat, sehingga nantinya jamu penambah nafsu
makan ini dapat diterima oleh masyarakat atau sesuai dengan kebutuhan pasar. Tingkat
kesukaan dari responden di ukur menggunakan 7 tingkat pengukuran yaitu amat sangat suka,
sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka dan sangat tidak suka. Setelah
dilakukan analisis data terhadap nilai tingkat kepuasan responden dari aspek rasa, bau, warna
serta kemasan, diperoleh hasil kepuasan akhir yaitu amat sangat suka. Hal ini menunjukkan
bahwa jamu penambah nafsu makan “Sida Wareg” dapat diterima oleh responden, baik dari
segi rasa maupun aseptabilitasnya.

44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Formula jamu penambah nafsu makan untuk anak anak dengan optimasi
terbaik adalah formula 1 dengan komposisi kunyit 20 gram, kencur 10
gram, asam jawa 5 gram, gula aren 3 sendok teh, jeruk nipis, daun pandan,
air dan juga gula halus sebanayk 25 gram.
5.1.2 Hasil uji evaluasi jamu penambah nafsu makan adalah dengan pengujian
hedonik dari segi rasa, bau dan warna, sediaan yang telah direkonstitusi
maka darinilai tingkat kepuasan responden dari segi rasa, bau, warna serta
kemasan, didapat hasil kepuasan akhir yaitu amat sangat suka. Ini
menunjukkan bahwa jamu penambah nafsu makan “Sida Wareg” dapat
diterima oleh responden, baik dari segi rasa maupunaseptabilitasnya.
5.2 Saran
5.2.1 Jamu merupakan obat tradisional yang diformulasi tanpa pengawet
sehingga sebaiknya digunakan langsung setelah pembuatan dan maksimal
digunakan 2 hari jika sudah disimpan di lemari pendingin. Jika dalam
formulasi skala industri yang akan dipasarkan dalam kurun waktu tertentu
maka harus ditambahkan bahan pengawet dan diberi keterangan tanggal
kadaluarsa.
5.2.2 Pada praktikum selanjutnya agar dapat memformulasi jamu penambah
nafsu makan dengan bahan lain agar menghasilkan rasa yang disukai
anak-anak.

45
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, E. dan T. Lentera. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang Penyembuh
Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Alireza, V., Mihdzar A.K., Soon G.T., Daryush T., Mohd P.A. and Sonia N., Nain-e Havandi.
2011. Andrographis paniculata Present Yesterday, Absent Today: A Plenary Review on
Underutilized Herb of Iran’s Pharmaceutical Plants. Int J Mol Cell Bio. Vol. 39(5):
5409-5424.
Aroonrerk, N. and K. Narisa. 2009. Anti-Inflammatory Activity of Quercus infectoria,
Glycyrrhiza Uralensis, Kaempferia galangaand Coptis chinensis, The Main
Components of Thai Herbal Remedies for Aphthous Ulcer. J Health Res. 23(1): 17-22
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Uji Hedonik. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
BKTM Makassar. 2013. Pengaruh Pemberian Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb)
terhadap Kenaikan Berat Badan pada Anak Usia Sekolah. Makassar: BKTM.
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonsesia Nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran
Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK.00.05.41.1384 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Jakarta: Badan Pengawasan
Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonsesia
Nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia
BPOM. 2004. Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional,Obat Herbal
Terstandar dan Fitofarmaka. Jakarta: Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Cania, E. 2013.Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) Terhadap
Larva Aedes aegypti.Medical Journal of Lampung University. Vol. 2(4): 52-60.
Chaieb, I. 2010. Saponin as Insecticides: A Review. J. of Plant Protection.Vol. 5: 39−50.

46
Chattopadhyay I., Biswas K., Bandyopadhyay U., Banerjee R.K. 2004. Turmeric and
curcumin: Biological actions and medicinal applications. Current science. Vol. 87,
No.1: 1-11.
Cholid, S., B. Santosa, dan Suhartono. 2011. Pengaruh Pemberian Madu pada Diare Akut.
Sari Pediatri. Vol. 12, No. 5: 289-295
Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Dalimartha. 2005. Temulawak dalam Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Diakses pada
halaman:http://pusdiknakes.or.id/persinew/news/content/temulawak_herbal.pdfpada
tanggal 20 Sepetember 2015.
Davidson,M.V.2004. Phytochemical. http://micro.Magnet.fsu.edu?
phytochemicals/pages/saponin.html (diakses : 6 Oktober 2016)
DepKes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dhamija I. And Parle M. 2012. IMLII: A Craze Lovely. International Research Journal of
Pharmacy Vol. 3, No. 8: 110-115.
Ditjen POM. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik
(CPOTB). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Elimam A. M., Elmalik K. H. , Ali F. S. 2009. Larvicidal, Adult Emergence Inhibition and
Oviposition Deterrent Effects of Foliage Extract from Ricinus communis L. against
Anopheles arabiensis and Culex quinquefasciatus in Sudan.Tropical
Biomedicine.Vol.26(2):130–139.
Elliott S., N.L. Keim, J.S. Stern, K. Teff and P.J. Havel. 2002. Fructose, Weight Gain, and the
Insulin Resistance Syndrome. Am. J. Clin.Nutr. Vol.76: 911–922.
Guyton, A.C. and Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA,
USA: Elsevier Saunders
Guyton, C.A. dan J.E. Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Eisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal 1113-1118.
Handayani, L. dan Suharmiati.2008. Cara Benar Meracik Obat Tradisional.Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Harjanti, R.S. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses Vol.2
No.2. Hal. 49-54.
Hartono, I. Nurwati, F. Ikasari, dan Wiryanto. 2005. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit
(Curcuma domestica) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih
(Rattus novergicus) akibat Pemberian Asetaminofen. Biofarmasi. Vol. 3, No.2: 57-60.
Haryanto, S. 2005. Sehat dan Bugar Secara Alami. Depok: Penebar Plus. Hlm. 57-58
47
Hasanah, A. N., Fikri N., Ellin F., dan Ade Z. 2011. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan
Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galangan L.). Jurnal
Matematikan dan Sains. Vol. 16(3): 147-152.
Hutapea ,J.R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jilid 1. Jakarta : Balitbangkes
Depkes RI. Hal 85-86.
Hutapea, J. R. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jamwal, N.S., S. Kumar dan A.C. Rana. 2013. Phytochemical and Pharmacological Review
on Foeniculum vulgare. Pharma science monitor. 4(3). Pp. 327-341.
Karimah,A., S. Purwanti, R. Rogomulyo. 2013. Kajian Perendaman Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorriza Roxb.) dalam Urin Sapi dan Air Kelapa untuk Mempercepat
Pertunasan. vegetalika. 2(2). Hal: 1-6.
Limananti, A. I dan A. Triratnawati. 2003. Ramuan Jamu Cekok sebagai Penyembuhan
Kurang Nafsu Makan pada Anak: Suatu Kajian Etnomedisin. Makara Kesehatan. Vol.7,
No.1: 11-20.
Limananti, I. A. dan A. Triratnawati. 2003. Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan
Kurang Nafsu Makan Pada Anak: Suatu Kajian Etnomedisin. Makara, Kesehatan, Vol.
7, No. 1 Juni 2003.
Marni, R.A. 2015. Khasiat Jamu Cekok Terhadap Peningkatan Berat Badan pada Anak.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.Vol.11, No.1: 102-111.
Morley, J. E., Bch M. B., and David R. T. 1999. Anorexia and Aging: Pathophysiology.
Nutrition. Vol. 15(6): 499-503.
Mueller WM., Gregoire F.M., Stanhope K.L., Mobbs C.V., Mizuno T.M., Warden C.H., Stern
J.S, and Havel P.J. 1998. Evidence that Glucose Metabolism Regulates Leptin Secretion
from Cultured Rat Adipocytes. Endocrinology. Vol. 139: 551–558.
Mutschler, E. 1986. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi Kelima. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Nassar, M.I., E. A. Aboutabl, Y. A. Makled, E. A. El-Khrisy, and A. F. Osman. 2010.
SecondaryMetabolisme and Pharmacology of Foeniculum vulgare Mill. Subsp.
Piperitum. Rev.Latinoamer. Quim.
National Honey Board. 2003. Definition of Honey and Honey Products. Diakses pada
halaman: www.honey.com/images/downloads/honeydefs.pdf pada tanggal 23
September 2015.

48
Nurhayati, T. 2008. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Kencur (Kaempferia galangal
L.) sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster (Skripsi). Surakarta
: Universitas Muhammadiyah
Pulasari. 2009. Nawa Usadha Bali. Surabaya: Paramita. Hlm. 35-92.
Rahayu, M., S. Sunarti, D. Sulistiarini, S. Prawiroatmodjo. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan
Obat Secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara.
Biodiversitas. Vol 7 (3) : 245-250.
Rahayu, S. E dan S. Handayani.2008. Keanekaragaman Morfologi dan Anatomi Pandanus
(Pandanaceae) di Jawa Barat.Vis Vitalis. Vol. 1(20): 29 – 44.
Ramali, A. dan Pamoentjak. 2000. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Rukmana, H.R. 2005a. Asam. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rukmana, H.R. 2005b. Kunyit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Saad M.F., Bernaba B., Hwu C.M., Jinagouda S., Fahmi S., Kogosov E., and Boyadjian R.
2002. Insulin Regulates Plasma Ghrelin Concentration. J Clin EndocrinolMetab. Vol.
87: 3997–4000.
Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya. Jember: Program Studi Farmasi Universitas Jember.
Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.3(1): 1-7.
Sari, L.O.R.K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(1): 1-7.
Schwartz, M. W., Woods S. S., Porte D., Seeley R. J., dan Baskin D. G. 2000. Central
Nervous System Control of Food Intake.Nature. Vol 404(6778): 661-669.
Sherly, et al. 2008.Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup.
Jakarta:Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Hlm. 83.
Soemardji, A.A. 2007. Tamarindus indica L. or “Asam Jawa”: The Sour but Sweet and
Useful. Diaksespadahalaman:
http://www.docstoc.com./docs/116947541/07reviewarticle+&cd=9&hl=en&ct=clnk&gl
=id pada tanggal 5 Oktober 2016.
Sulaiman, M. R., Z. A. Akaria, I. A. Daud, F. N. Ng, Y.C. Ng, dan M. T. Hidayat. 2007.
Antinociceptive and Anti-inflammatory Activities of the Aqueous Extract of
Kaempferia galanga Leaves in Animal Models. J. Nat. Med. Vol. 62: 221-227.
Tjitrosoepomo, G. 1999. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Utami, P. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia pustaka. Hal. 314.
Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
49
Vedamurthy J., Mohammed G., Sarasija S., Rajesh K. 2010. A Comparative Study: Solution
Stability and Dissolution Behavior of Solid Dispersions Curcumin. Indian Journal of
Novel Drug Delivery System. Vol.2, No.3: 88-95.
White J.R.J.W. 1981. Honey, Its Composition and Properties. In Agricultural Handbook. Vol.
335: 56-64.
Wijayakusuma, H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Jakarta: Pustaka
Bunda
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di
Indonesia. Jilid ke-2. Jakarta: Pustaka Kartini.
Winarto, W.P. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Wynne, K., Stanlet S., McGowan B., dan Bloom S. 2005. Appetite Control. J. Endocrine.
Vol. 184:291-318.
Yuliarti, N. 2010. Sehat, Cantik, Bugar Dengan Herbal Dan Obat Tradisional. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Yuniarti, T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
MedPress.

50
LAMPIRAN PUSTAKA

1. Sumber formula jamu I

51
2. Sumber formula jamu II

52
LAMPIRAN FOTO HASIL PRAKTIKUM

Gambar 1. Hasil Jamu Segar Formula I Gambar 2. Proses Penyaringan

Gambar 4. Bahan-bahan yang digunakan


untuk formula I

Gambar 3. Bahan-bahan yang sudah


ditumbuk hingga homogen

53
Gambar 5. Persiapan untuk Uji Hedonik Gambar 6. Proses Uji Hedonik

Gambar 7. Hasil Jamu Instan Jamu Penambah Nafsu Makan Formula I

54
Gambar 8. Panelis Uji Hedonik

55

Anda mungkin juga menyukai