Kelas : C
Disusun Oleh:
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Herbal medicine atau fitomedisin adalah sebuah studi tentang botani dan
penggunaan tanaman obat atau produk obat yang secara eksklusif mengandung zat
aktif yaitu salah satu atau lebih zat herbal. Herbal adalah bahan alam yang diolah
maupun tidak diolah , digunakan untuk tujuan kesehatan dapat berasal dari
tumbuhan, hewan atau mineral (FHI, 2017). Obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan galenik, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat (Kemenkes, 2017).
Sampai saat ini, obat-obat dari bahan alam dibedakan menjadi 3 yaitu
jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisional yang
keamanan dan manfaatnya dibuktikan secara turun temurun (empiris), OHT
adalah obat yang berasal dari jamu dimana riwayat keamanan dan manfaatnya
telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik (uji toksisitas dan uji
farmakodinamik), dan fitofarmaka adalah obat bahan alam yang keamanan dan
manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produk jadi telah terstandarisasi (BPOM, 2020). Setiap jenis
obat-obatan dari bahan alam juga memiliki proses pembuatan dan kontrol kualitas
yang berbeda-beda oleh karena itu akan menjadi hal baik apabila pemahaman
terhadap hal tersebut menjadi dasar pengetahuan yang dimiliki.
BAB II
ISI
II. Obat Herbal Terstandar : Obat Herbal Terstandar adalah produk yang
mengandung bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi.
Contoh produk OHT: Kiranti, Mastin, dan Tolak Angin (BPOM, 2019).
2. Uji praklinik : uji yang dilakukan pada hewan coba yang meliputi
uji toksisitas akut dan subkronik/kronik untuk membuktikan
keamanan, uji toksisitas khusus, serta uji farmakodinamik untuk
membuktikan khasiat. Untuk herbal yang memiliki riwayat empiris
didaftarkan menjadi OHT dan dilanjutkan uji klinik untuk menjadi
fitokimia, namun untuk herbal yang tidak memiliki riwayat empiris
tidak dapat didaftarkan sebagai OHT tetapi harus dilanjutkan ke
tahap uji klinik menjadi fitofarmaka.
3. Uji klinik : Uji yang dilakukan pada manusia yang terdiri dari 4
fase. Fase pertama untuk melihat keamanan pada manusia sehat,
fase kedua untuk melihat khasiat pada subjek sakit dengan jumlah
subjek terbatas, fase ketiga untuk melihat khasiat dan efek samping
yang timbul pada jumlah subjek yang lebih banyak, dan fase
keempat evaluasi produk obat yang telah beredar di masyarakat
(BPOM, 2020).
IV. Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) : Obat modern asli Indonesia
(OMAI) adalah OHT dan FF yang diproduksi di Indonesia dengan
menggunakan bahan asli dari alam Indonesia. Contoh produk OMAI: HI
Stimuno dan Niran yang merupakan OHT, New Divens dan Stimuno
Forte yang merupakan fitofarmaka (BPOM, 2020).
V. Obat Sintetik dan Obat Tradisional : Obat sintetik dan obat tradisional
memiliki perbedaan dalam bahan baku serta teknik pembuatan. Obat
sintetik adalah obat yang dibuat dari bahan sintetik dan digunakan serta
diresepkan dokter dan kalangan medis untuk mengobati penyakit tertentu
dan bisa dari bahan alam yang diolah secara modern. Pada saat ini,
masyarakat lebih sering menggunakan obat sintetik dibandingkan obat
herbal dikarenakan pengembangan teknologi dan pembuatan obat sintetik
lebih banyak. Walaupun begitu, masyarakat yang lebih mempercayai
manfaat bahan alam lebih memilih menggunakan obat herbal (Lau et al.,
2019).
Jamu (obat tradisional), OHT, FF, dan OMAI (OHT dan FF)
masing-masing memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memberikan efek terapi,
berkhasiat, aman serta harus memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan
BPOM. Perbedaannya terletak pada tingkat pembuktian keamanan dan
khasiatnya, Jamu merupakan obat tradisional yang keamanan dan khasiatnya
dibuktikan secara turun temurun (empiris), OHT memiliki keamanan dan khasiat
yang dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik (uji toksisitas dan
farmakodinamik) memiliki bahan baku yang terstandarisasi dan diproduksi oleh
IOT yang memiliki sertifikat CPOTB, FF memiliki keamanan dan khasiat yang
dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan
produk jadi yang telah distandarisasi serta diproduksi oleh IOT yang memiliki
sertifikat CPOTB (BPOM, 2020).
PENUTUP
Herbal medicine atau fitomedisin adalah sebuah studi tentang botani dan
penggunaan tanaman obat atau produk obat yang secara eksklusif mengandung zat
aktif yaitu salah satu atau lebih zat herbal. Sampai saat ini, obat-obat dari bahan
alam dibedakan menjadi 3 yaitu jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka. Lalu,
yang termasuk sebagai Obat modern asli Indonesia (OMAI) adalah obat herbal
terstandar (OHT) dan fitofarmaka (FF) yang diproduksi di Indonesia dengan
menggunakan bahan asli dari alam Indonesia.
Obat sintetik adalah obat yang dibuat dari bahan sintetik dan digunakan
serta diresepkan dokter dan kalangan medis untuk mengobati penyakit tertentu.
Sedangkan, Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA