Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ANISA NURCAHYATI

NIM : 7319002

TUGAS : UTS HERBAL

1. Jelaskan secara lengkap beserta contohnya perkembangan obat di Indonesia ?


 Obat di Indonesia sudah ada pada zaman dahulu kala, salah satunya sudah terdapat
pada naskah kuno yang ditemukan di Bali yang ditulis pada daun lontar kering, serta
ada juga pada naskah kuno dalam bahasa jawa sansakerta dalam setiap lontar tersebut
terdapat kata “Usada atau “ usadi yang berarti obat. Publikasi tertua tentang tanaman
obat dari Indonesia di tulis oleh J.Bontius tahun 1685 dengan judul De Indiae
Untrisquere Nuturali et Medica. Kemudian Rumph (1741) menerbitkan Herbarium
Amboinense dan Linnaeus Flora Zaylanica. Lalu dilakukan Pameran ”Jamu Asli
Indonesia” beserta bahan-bahannya oleh perkumpulan ”Taman Ibu” Yogyakarta
dalam kongres kedua VIG (Ikatan Dokter Indonesia) tahun 1940 kemudian pada
Tanggal 5 juni 1944 pada masa penjajahan jepang, didirikan suatu panitia bernama
”Yakusho Katyo I-Inkai” atau ”Panitia Jamu Asli Indonesia” di pimpin oleh Prof. Dr
Sato, kepala jawatan kesehatan pemerintah. Ketika itu ketua Perhimpunan Dokter
Indonesia (Djawa Izi Hookoo kai) adala Dr A.Rasjid dan diberi tugas untuk memberi
petunjuk dan menjaga kelancaran usaha kerja sama dengan para penghasil jamu.
Badan ini kemudian di kenal sebagai ”Badan Penghimpoen Ramoean Djamoe”. Lalu
masuk pada masa kemerdekan Tahun 1947 didirikan Lab Kimia dan Lab
Farmakoterapi di Klaten, serta Hortus Medicus di Tawangmangu, Karanganyar,
Surakarta. Pada tahun 1950 didirikan juga Werkgroep voor medicinale planten di
Bogor dan komisi Farmakoterapi KemKes. Dan berlanjut tahun 1951 dibentuk
”Komisi Interdepartemental pharmacoterapie” untuk mendapatkan obat yang berguna
bagi rakyat serta Kementrian Pertanian membentuk pula ”Balai Tanaman Obat-
obatan”. Kemudian Tahun 1963 Kementrian Kesehatan membentuk Badan Perancana
Penggunaan Obat Asli. Di Jakarta tahun 1977 Herman Soesilo selaku pejabat tinggi
kesehatan mengadakan uji-coba Jamu masuk Puskesmas. Serta Pada tahun 1980
Ditjen POM memperkenalkan ide ”Apotik Hijau” yang kemudian di ganti menjadi
proyek ”Taman Obat Keluarga” atau ”Toga”. Lalu pada tahun 2008 pencanangan
jamu sebagai brand Indonesia oleh mantan presiden Susilo Banbang Yudhoyono
disebut juga sebagai momentum kebangkitan jamu di Indonesia, kemudian di tahun
2010 sudah dimulainya pelaksanaan program peneltian saintifikasi jamu oleh
kementrian kesehatan. Bukan hanya itu tahun 2011 Jamu sudah mulai digunakan di
12 rumah sakit sebagai bagian dari penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Kini
telah 4.000 industri jamu dari yang berskala kecil, menengah, sampai besar.
2. Uraikan secara lengakap proses perkembangan obat herbal menjadi obat modern ?
 Tahap uji preklinis merupakan persyaratan uji untuk calon obat. Hasil dari uji ini
diperoleh informasi tentang efek farmakologi, farmakokinetik, farmakodinamik untuk
memprediksi efek pada manusia, toksisitas untuk melihat keamanannya, kemudian
pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi
secara in vitro dan pengujian pada hewan secara in vivo. Uji preklinis dilaksanakan
setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan dikembangkan menjadi
fitofarmaka. Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan coba disesuaikan
dengan rencana pemberian pada manusia. Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas
akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas khusus yang meliputi uji teratogenisitas,
mutagenisitas, dan karsinogenisitas. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk
menentukan DL50 (Dosis Letal50) yaitu dosis yang mematikan 50% hewan coba,
menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ, dan cara kematian.
Uji DL50 perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada manusia.
Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut. Pada uji toksisitas
sub-kronik obat diberikan selama satu atau tiga bulan, sedangkan pada uji toksisitas
kronik obat diberikan selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas sub-kronik dan
kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian
jangka lama. Lama pemberian sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan
lama pemberian obat pada manusia. Tahap uji klinis obat tradisional dilakukan pada
manusia untuk dapat menjadi fitofarmaka dengan dibuktikan khasiat dan
keamanannya. Uji klinis pada manusia hanya dapat dilakukan apabila obat
tradisional/obat herbal tersebut telah terbukti aman dan berkhasiat pada uji preklinis.
Pada uji klinis obat tradisional prinsip etika uji klinis harus dipenuhi. Standardisasi
sediaan merupakan hal yang penting untuk dapat menimbulkan efek yang
terulangkan. Uji klinis dibagi empat fase yaitu: Fase I, obat tradisional diujikan pada
sukarelawan sehat, pada fase ini ditentukan keamanan suatu obat dan tolerabilitas
obat tradisional. Fase II awal, dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas, tanpa
pembanding. Fase II akhir, dilakukan pada pasien jumlah terbatas, dengan
pembanding. Pada fase II diamati efikasi pada penyakit yang diobati dan diharapkan
dari obat adalah mempunyai efek potensial dengan efek samping rendah atau tidak
toksik. Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk
persediaan obat. Fase III, uji klinis definitif, melibatkan kelompok besar pasien, di
sini obat baru dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang
sudah diketahui. Fase IV, pascapemasaran, untuk mengamati efek samping yang
jarang atau lambat timbulnya. Obat tradisional yang sudah lama beredar luas di
masyarakat dan tidak menunjukkan efek samping yang merugikan, setelah mengalami
uji preklinis dapat langsung dilakukan uji klinis dengan pembanding. Obat tradisional
yang belum digunakan secara luas harus melalui uji klinis pendahuluan (fase I dan II)
guna mengetahui tolerabilitas pasien terhadap obat tradisional tersebut.
3. Apakah bedanya jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dan sebutkan contohnya
masing-masing.
 Jamu adalah salah satu bentuk obat tradisional. Pada jamu tidak boleh ada klaim
khasiat menggunakan istilah farmakologi/medis seperti jamu untuk hipertensi, jamu
untuk diabetes, jamu untuk hiperlipidemia, jamu untuk TBC, jamu untuk asma, jamu
untuk infeksi jamur candida, jamu untuk impotensi dll.
Pada Jamu sendiri harus memenuhi kriteria berikut, yaitu :
- aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
- klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
- memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
- jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: ” Secara tradisional
digunakan untuk …”.
Contoh jamu bermerek adalah Kuku bima, Pegal linu, Gemuk sehat, Tolak angin,
Tuntas, Rapet wangi, Kuldon,  Strong pas, Tolak Angin, Antangin Mint, Antangin
Jahe merah, Darsi, Enkasari, Batugin elixir, ESHA, Buyung upik, Susut perut,
Selangking singset, Herbakof, Curmino.

 Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan
percobaan) dan bahan bakunya telah distandarisasi.
Pada OHT harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
- aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
- klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan percobaan).
- telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi.
- Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal, Mastin,


Lelap, Diapet.

 Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada
manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi. Memang fitofarmaka
merupakan obat herbal yang diresepkan oleh para dokter mengingat sudah teruji baik
pada hewan maupun manusia.

Pada Fitofarmaka sendiri harus memenuhi kriteria sebagai berikut :


- aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
- klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan) dan klinik (pada
manusia).
- Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi.
- Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
- Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.
Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin
plus, Rheumaneer.
4. Jelaskan mengenai kompunen bioaktif dari obat herbal. Apakah bedanya metabolit
primer dan sekunder ?
- Beberapa komponen bioaktif yang terdapat dalam herbal dan rempah seperti
flavonoid (Flavonoid adalah salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder
yang banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman, termasuk dalam golongan
senyawa phenolik, yang dicirikan oleh kerangka karbon C6-C3-C6 ), fenol
( Senyawa polifenol berpotensi sebagai antioksidan yang dapat mencegah
penyakit degeratif ). Aktivitas biologis dari ( senyawa polifenol diakibatkan oleh
kemampuannya untuk menyumbangkan hidrogen ke radikal bebas dan dapat
memecah rantai oksidasi lipid pada tahap inisiasi awal ), karotenoid ( Karotenoid
adalah pigmen larut lemak yang disintesis oleh tanaman, ditemukan dalam jumlah
yang relatif tinggi dalam berbagai buah dan sayuran yang berwarna oranye,
kuning dan hijau tua. ) dan lain sebagainya yang memiliki efek peran penting di
bidang pangan, kesehatan maupun industry.
- Metabolit primer merupakan senyawa yang secara langsung terlibat dalam
pertumbuhan suatu tumbuhan sedangkan metabolit sekunder adalah senyawa yang
dihasilkan dalam jalur metabolisme lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap
tidak penting perannya dalam pertumbuhan suatu tumbuhan.
5. Jelaskan mengenai perkembangan dari penggunaan herbal di keperawatan berdasarkan
perkembangan sejarah dan jelaskan pula apakah peran dan fungsi perawat?
 Terapi komplementer telah menjadi bagian dari perawatan kesehatan dan telah
berkembang pesat selama 10 tahun terakhir dalam hal pengenalan, penerimaan, dan
penggunaan. Integrasi terapi komplementer dalam pengobatan konvensional
merupakan tantangan bagi semua sektor perawatan kesehatan, Tetapi terutama bagi
perawat, yang berada di ujung tombak penyediaan perawatan kesehatan pasien,
pendidikan kesehatan, dan informasi. Dalam konteks asuhan keperawatan, beberapa
perawat menyebut terapi ini sebagai “instrumen”, karena terapi adalah sarana atau
alat di tangan kita untuk memberikan perawatan kesehatan. Faktanya, laporan WHO
“Praktek Keperawata Laporann Komite Ahli WHO” pada tahun 1996
merekomendasikan bahwa perawat menggunakan semua sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai kesehatan untuk semua dan di antara sumber daya itu
menyebutkan metode tradisional dan komplementer. Namun, ada kesenjangan dalam
pengetahuan perawat. Penting untuk memodifikasi keyakinan kemanjuran dan
kebutuhan pembelajaran pendidikan tinggi untuk memfasilitasi integrasi CAM dalam
praktik keperawatan.
 Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional,
meliputi:
 Caregiver
Peran perawat memberikan pelayanan langsung kepada pasien dalam terapi
komplementer, seperti :
- Masase
- Terapi musik
- Diet
- Teknik relaksasi
- Vitamin dan produk herbal
 Educator
Peran perawat dapat memberitahukan informasi tentang terapi komplementer.
 Konselor
Peran perawat sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya untuk
pasien, konsultasi dan diskusi sebelum mengambil keputusan tentang terapi
komplementer yang akan dipilih.
 Koordinator
Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat
dan unit manajer terkait.
 Advokat
Peran perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan
komplementer yang akan diberikan dan perawat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pasien.
 Konsultan
Peran perawat membantu dalam memecahkan masalah yang dialami pasien.
 Kolaborator
Peran perawat berkolaborasi dengan dokter atau tenaga medis lainnya dalam
memberikan terapi komplementer.

 Fungsi Perawat
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya,
fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Ruang lingkup dan
fungsi keperawatan semakin berkembang dengan fokus manusia tetap sebagai
senral pelayanan keperawatan. Bentuk asuhan yang menyeluruh dan utuh,
dilandasi tentang keyakinan tentang manusia sebagai makhluk biopsiko-sosio-
spiritual yang unik dan utuh.
6. Seorang pasien mengeluh badan terasa panas, mual muntah dan diare tentukan pilihan
jenis herbal yang digunakan (lebih dari 2) kemudian jelaskan 1) nama herbal dan
spesiesnya 2) bentuk sediaan obat 3) cara kerja dan kompunennya 4) jumlah /doses 5)
ADVERSE REACTIONS (reaksi singkat) 6 ) Interaksi 7) Lab yang diperlukan, 8) Yang
perlu diperhatikan, 9) pertimbangan keperawatan 10). Peringatan, 11) Edukasi pada
pasien.
a. Jenis herbal menurunkan panas, mual muntah dan diare.
- Jahe
Obat tradisional pertama yang bisa meredakan demam adalah jahe. Obat herba
tradisional ini mengandung zat yang dapat membasmi bakteri, virus, dan jamur,
serta memiliki efek antiradang yang baik untuk meredakan demam dalam
semalam dan nyeri. Selain bisa digunakan sebagai obat demam tradisional, jahe
juga dapat membantu meringankan batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan mual.
- Sambiloto
Meski rasanya sangat pahit, kandungan antiradang yang terdapat
pada sambiloto dinilai bermanfaat untuk mengatasi demam. Selain itu, tanaman
herba ini juga dikenal dapat menangani batuk, pilek, gangguan pencernaan, sakit
tenggorokan, dan sinusitis.
- Jambu biji
Tanaman jambu biji adalah sumber serat makanan yang baik. Oleh karena itu,
makan lebih banyak jambu biji dapat membantu pergerakan usus tetap sehat dan
mencegah sembelit. Ekstrak daun jambu biji juga dapat bermanfaat bagi
kesehatan pencernaan, mengurangi intensitas dan durasi diare. Karena ekstrak
daun jambu biji bersifat antimikroba yang dapat menetralkan mikroba berbahaya
di usus yang biasa menyebabkan diare.
b. Nama herbal dan spesiesnya.
- Jahe.
Jahe memiliki nama ilmiah ( Zingiber officinale ) yang pertama kali dinamai oleh
William roxburgh dalm bukunya flora indica yang di terbitkan pada tahun 1832.
Kata Zingier berasal dari bahasa yunani “ Zingiberi “ yang diserab dari kata “
Singabera “ dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna “tunduk” karena bentuk
jahe yang mirip dengan tanduk rusa. Jahe sendiri adalah tanaman yang masuk
kedalam golongan family Zingiberaceae ( Temu-temuan ).
- Sambiloto
Sambiloto termasuk kedalam keluarga Acanthaceae, merupakan jenis tanaman
yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Nama spesies tanaman
sambiloto adalah Andrographis paniculata, merupakan tumbuhan khas daerah
yang beriklim tropis.
- Jambu biji
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu. Jambu biji merupakan
tanaman dari keluarga melati ( Myrtaceae ).
c. Bentuk sediaan obat.
- Salah satu contoh sedian obat yang terbuat dari jahe adalah sediaan infisum
Zingiber offcinaale yang memiliki stabilitas paling baik.
- Ada berbagai macam sedian obat dari tanaman sambiloto, salah satunya yaitu
Kapsul Sambiloto.
- Bentuk sedian dari tanaman jambu biji salah satunya yaitu Serbuk Effervescent
Sari Buah Jambu Biji (Psidium Guajava)
d. Cara kerja dan kompunennya.
- Bahan infus berasal dari bahan alam berupa simplisia Zingiber officinale, dan
bahan alam ini juga mengandung konstituen lain berupa nutrisi untuk
pertumbuhan mikroorganisme terutama jamur dan sediaan yang akan di buat
adalah sediaan multidose dengan pembawa air maka di butuhkan pengawet
seperti metil paraben. Metil paraben ini efektif bekerja pada pH 4-8 dan
aktif dalam menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri gram positif.
- Kapsul Sambiloto adalah obat herbal yang memiliki kandungan Andrographis
paniculata Herba (sambiloto) sebagai zat aktifnya. Kapsul Sambiloto secara
tradisional dapat membantu menurunkan demam, membantu meringankan gejala
kencing manis ringan, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
- Formulasi sediaan serbuk effervecent yang terdiri dari berbagai komposisi
diantaranya asam sitrat, asam tartrat, natrium bikarbonat, laktosa, dan serbuk
kering sari buah jambu biji, formula ini dapat membantu mengatasi diare.

Anda mungkin juga menyukai