Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FAEDAH DALAM MENCARI ILMU

Disusun oleh:

Abdul Hafie (7319004)

Jamila (7319014)

Program Studi S1 keperawatan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan


pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahnya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Faedah Dalam Mencari
Ilmu” tepat waktu. Dosen Makalah “Faedah Dalam Mencari Ilmu” disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Etika Belajar Dalam Islam di Universitas Pesantren
Tinggi Darul Ulum Jombang.

Selama penulisan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan


dukungan sehingga dapat menyelesakan makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih sebeesar besarnya kepada pihak yang membantu.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.

Jombang,23 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………….

Kata Pengantar…………………………………………………………………….

Daftar isi……………………………………………………………………………

BAB I……………………………………………………………………………….

PENDAHULUAN………………………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………
C. Tujuan……………………………………………………………………...

BAB II……………………………………………………………………………...

PEMBAHASAN…………………………………………………………………...

A. Pengertian ilmu dan mencari ilmu……………………………………….

B. Manfaat Memiliki Ilmu dan Faedah Mencari Ilmu……………………..


C. Hadist berkaitan tentang faedah mencari ilmu………………………….
BAB III……………………………………………………………………………..
PENUTUPAN……………………………………………………………………...
A. Kesimpulan………………………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-
penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat,
dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan
akan diperoleh oleh orang yang memburunya.
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang
sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan
kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan
bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh
segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan
kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu
pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama
manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena
ilmu yang ia miliki.[2] Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa
kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan
yang melingkupi.
Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib
dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang
merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu.
Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada
dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam aturan-
aturan yang telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci
menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya
Uraian di atas hanyalah uraian singkin betapa pentingnya ilmu
pengetahuan bagi manusia, baik untuk kehidupan dirinya pribadi, maupun
dalam hubungan dirinya dengan benda-benda di sekitarnya. Baik bagi
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Ada banyak hadits, firman Allah,
dan pendapat para ulama tentang pentingnya ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu
2. Apa pengertian mencari ilmu
3. Bagaimana manfaat orang yang memiliki ilmu
4. Apa faedah dalam mencari ilmu
5. Bagaimana hadist tentang faedah mencari ilmu

C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian ilmu
2. Mengetahui apa pengertian mencari ilmu
3. Mengetahui bagaimana manfaat orang yang memiliki ilmu
4. Mengetahui bagaimana faedah dalam mencari ilmu
5. Mengetahui bagaimana hadist-hadist Rasulullah SAW yang
menjelaskan pentingnya ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu dan Mencari Ilmu


1. Pengertian ILmu
Secara bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/Jahil,
sedangkan secara istilah berarti sesuatu yang dengannya akan
tersingkaplah segala hakikat yang secara sempurna. Secara istilah Syar’i
pengertian ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan amal, baik amalan hati,
lisan maupun anggota badan dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw.”
Ibnu Munir berkata: “Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan
perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu
harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan
pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat
yang benar.”
Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan
apa yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan
kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia.”
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas
dapat disimpulkan bahwa, ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi
kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan
manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara
lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu
kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting
dalam kehidupan seperti kebutuhan manusia akan oksigen untuk bernapas.

2. Pengertian Mencari Ilmu


Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena
pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan
meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman
sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya:

“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”

Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara


laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu
ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu
perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.
B. Manfaat Memiliki Ilmu dan Faedah Mencari Ilmu
1. Manfaat memiliki ilmu
Terdapat 4 manfaat bagi orang yang memiliki ilmu agama:
a. Di tinggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat oleh Allah
SWT.
Di akhirat, Allah akan meninggikan derajat orang yang
berilmu beberapa derajat berbanding lurus dengan amal dan
dakwah yang mereka lakukan. Sedangkan di dunia, Allah
meninggikan orang yang berilmu dari hamba-hamba yang lain
sesuai dengan ilmu dan amalan yang dia lakukan.
Allah Ta’ala berfirman:

ٍ ‫يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ َآ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم د ََر َجا‬
‫ت‬

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS Al
Mujadalah: 11)

b. Seorang yang berilmu adalah cahaya yang banyak dimanfaatkan


manusia untuk urusan agama dan dunia mereka.
Dalilnya, satu hadits yang sangat terkenal bagi kita, kisah
seorang laki-laki dari Bani Israil yang membunuh 99 nyawa.
Kemudian dia ingin bertaubat dan dia bertanya siapakah di antara
penduduk bumi yang paling berilmu, maka ditunjukkan kepadanya
seorang ahli ibadah. Kemudian dia bertanya kepada si ahli ibadah,
apakah ada taubat untuknya. Ahli ibadah menganggap bahwa
dosanya sudah sangat besar sehingga dia mengatakan bahwa tidak
ada pintu taubat bagi si pembunuh 99 nyawa. Maka dibunuhlah
ahli ibadah sehigga genap 100 orang yang telah dibunuh oleh laki-
laki dari Bani Israil tersebut.
Akhirnya dia masih ingin bertaubat lagi, kemudian dia
bertanya siapakah orang yang paling berilmu, lalu ditunjukkan
kepada seorang ulama. Dia bertanya kepada ulama tersebut,
“Apakah masih ada pintu taubat untukku”. Maka ulama tersebut
mengatakan bahwa masih ada pintu taubat untuknya dan tidak ada
satupun yang menghalangi dirinya untuk bertaubat. Kemudian
ulama tersebut menunjukkan kepadanya agar berpindah ke sebuah
negeri yang penduduknya merupakan orang shalih, karena
kampungnya merupakan kampung yang dia tinggal sekarang
adalah kampung yang penuh kerusakan. Oleh karena itu, dia pun
keluar meninggalkan kampung halamannya. Di tengah jalan
sebelum sampai ke negeri yang dituju, dia sudah dijemput
kematian. (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Ilmu adalah Warisan Para Nabi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٍّ ‫ِإ َّن اَأل ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َورِّ ثُوا ِدينَارًا َوالَ ِدرْ هَ ًما ِإنَّ َما َو َّرثُوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن َأ َخ َذ بِ ِه َأخَ َذ بِ َح‬
‫ظ َوافِ ٍر‬

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,


mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang
mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang
banyak.” (HR Abu Dawud)

d. Orang yang Berilmu yang Akan Mendapatkan Seluruh Kebaikan.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِى الدِّي ِن‬

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh


kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Taimiyah mengatakan, “Setiap orang yang Allah


menghendaki kebaikan padanya pasti akan diberi kepahaman
dalam masalah agama. Sedangkan orang yang tidak diberikan
kepahaman dalam agama, tentu Allah tidak menginginkan
kebaikan dan bagusnya agama pada dirinya.” (Majmu’ Al Fatawa)

2. Faedah mencari ilmu


a. Dapat Mengetahui Kebenaran
Dengan Ilmu kita bisa menjadi saksi kebenaran tentang
keberadaan Allah dan itu disebutkan dalam firman Allah SWT:

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak


untuk disembah) melainkan Dia, Yang Menegakkan Keadilan. Para
malaikat dan orang-orang berilmu (juga yang menyatakan
demikian itu). Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran:
18)
b. Mendapatkan Pahala Sama dengan Orang yang Diajarkan
Dari penjelasan Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al
Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia memaparkan berdasarkan sabda
Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang menunjuk kepada kebaikan maka dia


akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya.” (HR. Muslim) Kemudian diperkuat dengan
hadits lainnya yang melengkapi penjelasan sebelumnya yakni,
sabda Rasulullah berikut ini: “Barang siapa mengajarkan suatu
ilmu, maka dia mendapatkan pahala dari orang-orang yang
mengamalkannya dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala
orang yang mengerjakannya itu.” (HR Ibnu Majah).
c. Tanda Seseorang Diberikan Petunjuk dan Hidayah
Ketika seorang hamba mendapatkan kemudahan untuk
memahami serta mempelajari ilmu syar’i. Itu berarti bahwa Allah
telah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, serta
membimbing hambanya menuju kepada perihal yang diridhai-Nya.
Dengan keberadaan ilmu tersebut kehidupannya menjadi
berarti, masa depannya cemerlang, selain itu juga kenikmatan yang
tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Hal tersebut
telah dikatakan pada Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada
seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamanya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

e. Ahli Ilmu Lebih Utama Daripada Ahli Ibadah


Ilmu saja sebenarnya merupakan bagian dari sebuah ibadah,
yaitu jika ilmu yang kita miliki diajarkan kepada manusia lain akan
bernilai jariyah. Selain itu dengan Ilmu kita dapat lebih mengerti
tentang ibadah yang kita lakukan sehingga niat, maksud, dan
tujuan dari kita ibadah lebih terarahkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding
ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama dibanding
seluruh bintang- bintang.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Dimana yang dimaksud dalam hadits ini bahwasanya ahli
ilmu itu sangat sedikit sedangkan ahli ibadah, itu bisa mencakup
hampir seluruh muslim yang jumlahnya sangat banyak.
f. Terhindar dari Fitnah dan Laknat Allah Azza Wa Jalla
Hal ini telah disebutkan dalam sebuah hadits yang di
riwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya,
kecuali zikir kepada Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian
pula seorang yang alim atau yang belajar.” (HR.Tirmidzi dan Ibnu
Majah, dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam sahih al-jami’)
Dalam menjelaskan makna dari hadits tersebut, syaikh Al-
Munawi berkata: “dunia terlaknat, disebabkan karena ia
memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan
kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada
Allah lalu mengikuti hawa nafsunya.” (Tuhfatul ahwadzi:6/504)

g. Dia yang Paling Takut Pada Allah Adalah Orang Yang Berilmu
Allah berfirman:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang
paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para
ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal
Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan
Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia
mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat
takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 6: 308).

h. Allah Tidak Memerintahkan Nabi-Nya Meminta Tambahan Selain


Ilmu
Allah berfirman:
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku
ilmu“. (QS. Thaaha [20] : 114). Ini dalil tegas diwajibkannya
menuntut ilmu.

i. Orang Yang Di pahamkan Agama Adalah yang Dikehendaki


Kebaikan
Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh
kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

j. Amalan yang Tidak Akan Terputus


Mencari ilmu merupakan bentuk amalan yang tidak akan
terputus. Sebagaimana anjuran menuntut ilmu dari buaian hingga
liang lahat, maka amalan ini merupakan amalan yang harus terus
dilakukan. Mereka yang sudah tidak muda lagi saja masih
memiliki  semangat yang luar bisa untuk terus belajar, maka bagi
anda yang dalam kondisi sempurna dan normal justru bermalas
malasan. Hal ini juga ditegaskan dalam hadits berikut ini:
”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya,
kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat
dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR
Bukhori dan Muslim).

k. Perintah Allah SWT


Perintah menuntut ilmu merupakan perintah langsung dari
Allah kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta
ditambahkan ilmu seperti pada tujuan penciptaan manusia menurut
Islam. Maka sebagai umatnya kita juga wajib melaksanakan
perintah ini.  Sebagaimana dalam firman Allah,
“Dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku
ilmu” (QS.Thahaa 114).

l. Orang Berilmu Akan Diangkat Derajatnya


Dengan mencari ilmu, maka kita akan menjadi seorang
yang berilmu dan sebagai cara sukses dunia akhirat menurut Islam.
Jangan lupa bahwa janji Allah yang kepada mereka yang berilmu
ialah mengangkat derajat mereka. Sebagaimana dalam artikel
berikut ini:
“Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara
kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan). (QS. Mujadilah 11).

m. Keberadaan Ilmu Merupakan Sebuah Anugerah


Ilmu merupakan sebuah anugerah dan juga dasar hukum
Islam yang di karuniakan Allah SWT.  Maka dari itu, mencari ilmu
merupakan sebuah keutamaan yang luar biasa, sebagaimana dalam
firman Allah SWT berikut ini:
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah”. (QS. Al-Baqarah 269).
n. Ilmu Sebagai Benteng dari Syubhat dan Fitnah
Karena dengan keutamaan menuntut ilmu kita dapat
menjaga diri dari berbagai syubhat (kerancuan pemikiran) yang
menyerang. Dengan ilmu juga kita dapat membantah argumen
orang-orang yang ingin merusak agama.
o. Ilmu adalah Jalan Menuju Surga
Umroh.com merangkum, dengan ilmu kita bisa beribadah
yang benar sehingga akan mengantarkan kita kepada surga Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu,
maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR.
Muslim).
p. Menjalankan Kewajiban
Jika diingat kembali bahwa wahyu pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan surat Al-
alaq 1-5 yang di dalamnya berisi perintah untuk membaca. Dalam
hal ini tentu sangat berkaitan dengan keutamaan mencari ilmu,
dimana tentunya hal ini merupakan sebuah bentuk kewajiban yang
harus dijalankan oleh semua umat muslim yang ada di dunia.
Dimana untuk senantiasa mencari ilmu agar memperoleh nilai nilai
dan pengetahuan yang bermanfaat. Hal tersebut sebagaimana
dalam firman Allah SWT berikut ini:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5)

C. Hadist berkaitan tentang faedah mencari ilmu


Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai,
sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling
bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya
dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT
berfirman:

)9 :‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوي الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َواَلَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمونَ (الزمر‬

Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang


yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar:
9)
Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang
berilmu dan orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan
keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat
oleh orang yang berilmu

Rasulullah SAW bersabda:

)‫اس ْال ُمْؤ ِمنُ ْال َعالِ ُم الَّ ِذيْ ِإ ِن احْ تِ ْي َج ِإلَ ْي ِه نَفَ َع وَِإ ِن ا ْستُ ْغنِ َي َع ْنهُ َأ ْغنَى نَ ْف َسهُ (رواه البيهقي‬ َ ‫َأ ْف‬
ِ َّ‫ض ُل الن‬
Artinya:   “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu.
Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan
maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Baihaqi)
[6]
Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang,
dimana ia akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang
disekitarnya. Bahkan jika seorang yang berilmu terangsingkan dari
kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia miliki akan memberikan manfaat
kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur dalam kesendiriannya

Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada
Ali bin Abi Thalib:

)‫ك ِم ْن ُح ْم ِر النَّ َع ِم (رواه البخاري ومسلم‬


َ َ‫ َوا ِحدًا َخ ْي ٌر ل‬, ‫ك َر ُجاًل‬ َ ‫فَ َوهللَا ِ َأَل ْن يَ ْه ِد‬
َ ِ‫ي هللاُ ب‬

Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang


karenamu, maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari
Muslim)

Rasulullah SAW bersabda:

‫ُأ‬ ‫ُأ‬
‫ َو َم ْن َد َع––ا‬, ‫ُور ِه ْم َش ْيًئا‬
ِ ‫ك ِم ْن ج‬ ِ ‫َم ْن َدعَا إلَى هُدًى َكانَ لَهُ ِم ْن اَأْلجْ ِر ِم ْث ُل ج‬
َ ِ‫ اَل يَ ْنقُصُ َذل‬, ُ‫ُور َم ْن تَبِ َعه‬
)‫ضاَل لَ ٍة َكانَ َعلَ ْي ِه ِم ْن اِإْل ْث ِم ِم ْث ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ اَل يَ ْنقُصُ َذلِكَ ِم ْن آثَا ِم ِه ْم (رواه مسلم‬
َ ‫إلَى‬.

Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala


seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun
dari phala-pahala itu. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka
baginya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi
sedikitpun dari dosa-dosa itu” (HR. Muslim)
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Mencari Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting.
Oleh sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk
keshalehan individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Paling tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun
harus mampu menyadari akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu
menyalurkannnya kepada peserta didik, sehingga manfaat dan fungsi ilmu
pengetahuan dapat dirasakan secara menyeluruh, bukan sekadar formalitas
belaka.
Faedahnya pun terasa kebada orang yang berilmu. Orang orang berilu
mendapat manfaat yang luar bagi dirinya maupun orang lain. Firman Allah
dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan ulama, sebagaimana
dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan, kemulian dan
pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

B. Saran
Seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa semua orang harus
menyadari dan meyakini akan keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama bagi
kalangan pendidik. Untuk selanjutnya penulis merumuskan saran-saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya kita lebih mendalam di dalam mempelajari keutamaan dan
pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-Qur’an, hadits, kitab-kitab
para ulama islam, maupun para cendekiawan yang lain.
2. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita
raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang di
sekitar kita.
3. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita
tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai dengan sabda
Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita
terkubur dalam liang lahat.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mawardi, Ali bin Muhammad bin Habib.“Adab al-Dun-ya wal al-Din”,


Beirut: Dar Iqra’, 1985
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. “Ihya’ Ulum al-Din”, Beirut: Darul
Ma’rifah, tt,
Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, Ensiklopedi Fiqih, Kairo: Dar
As-Shofwah, 2007
An-Nawawi, Yahya bin Syaaf, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, Kairo:
Maktabah al-Muniriyah, tt, Juz. 1 hlm. 40-41

Catatan Kaki
[1] Al-Mawardi, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’, 1985, hlm.
36
[2] Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1 hlm.12
[3] Ibid
[4] Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, Ensiklopedi Fiqih, Kairo:
Dar As-Shofwah, 2007, juz. 30 hlm. 291
[5] Al-Ghazali, op.cit, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, Juz 1 hlm. 5
[6] Ibid, hlm. 6
[7] An-Nawawi, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, Kairo: Maktabah al-
Muniriyah, tt, Juz. 1 hlm. 40-41
[8] Ibid
[9] Al-Ghazali, op.cit. hlm. 13
[10] Al-Ghazali, op.cit. hlm. 8
[11] Al-Mawardi, op.cit. 37
[12] Ibid

Anda mungkin juga menyukai