Anda di halaman 1dari 17

Makalah

PENTINGNYA MEMPELAJARI ILMU ISLAM DAN


KEDUDUKAN AKHLAK DALAM AJARAN ISLAM.

Dosen Pembimbing :
Tgk Syakbi,. M. H

Disusun Oleh :

KELOMPOK : 1
MUHAMMAD ZIKRI
MUNA RAUZATUL ALSYI
MUTIA AULIA AZZAHRA
NISBUL AZIZ

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA
BIREUEN – ACEH
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini,
serta salawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW. Semoga di hari kiamat nanti kita mendapatkan syafaat darinya.
Amin ya Rabba Alaamin.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga menyadari dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
maupun sarannya dari pembaca makalah ini. Sehingga di kemudian hari dapat
menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bireuen, 13 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................3
BAB I ................................................................................................................................4
PENDAHULAN ...............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ..........................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................5
1.3 TUJUAN ...............................................................................................................5
BAB II ...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...............................................................................................................6
A. Pentingnya Ilmu Pengetahuan ............................................................................6
B. Perintah Menuntut Ilmu ......................................................................................6
C. Kedudukan Akhlak dalam islam.......................................................................12
BAB III ...........................................................................................................................16
PENUTUP ......................................................................................................................16
A. Kesimpulan .........................................................................................................16
B. Saran ...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG

Islam merupakan Agama yang sempurna yang mengatur segala urusan manusia
di dunia dan di akhirat. Semua hal dari yang terkecil sampai besar diatur di dalam
Agama Islam. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna,
dengan alat indra, akal, hati dan keseluruhan keutuhan jiwa dan raga manusia bisa
melakukan suatu hal yang menakjubkan, seperti melintasi ruang antariksa,
menjelajah bumi, dan menciptakan penemuan yang canggih. 1 Manusia yang
sempurna adalah manusia yang mempunyai hubungan yang baik secara vertikal
maupun secara horizontal. Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan
penciptanya (Allah) atau yang biasa disebut “hablum minaAllah”. Caranya adalah
dengan melakukan segala sesuatu yang diperintah Allah dan menjauhi semua
larangan larangan Allah sesuai dengan tuntunan yang diwariskan oleh Nabi
Muhammad Saw. yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Adapun hubungan secara horizontal
adalah hubungan manusia dengan manusia lainnya atau yang biasa disebut dengan
“hablum minannaas”. Caranya adalah dengan menjaga keharmonisan hidup dalam
masyarakat sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Jika kedua hubungan
tersebut terjaga baik, maka urusan dunia dan akhirat akan seimbang.

Hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia akan bisa di dapati dengan
cara beribadah dan dapat melakukan sosialisasi yang baik dengan masayarakat.
Agar bisa melakukan itu, tentunya kita harus belajar atau mencari ilmu. Ilmu yang
dimaksud di sini adalah semua ilmu pengetahuan, baik ilmu agama seperti : tauhid,
fikih, tafsir, nahwu, dan juga ilmu sosial seperti : ilmu sosiologi, sains, matematika,
bahasa dan lain lain.

1
Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H. Ba’adillah press, Jakarta,
2002, hlm 17.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut, beberapa permasalahan pokok yang akan diteliti


antara lain sebagai berikut :
1. Apa saja kepentingan ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana perintah menuntut ilmu?
3. Bagaimana kedudukan akhlak dalam islam?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuannya adalah :


1. Untuk mengetahui apa saja kepentingan ilmu pengetahuan
2. Untuk mengetahui perintah menuntut ilmu
3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan akhlak dalam islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Ilmu Pengetahuan

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah


beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang
cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha
menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar.
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan
berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi
penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.[1]

Seperti terdapat dalam hadits yang menyebutkan tentang keutamaan ilmu


pengetahuan, yaitu
Artinya : Muawiyah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang
dikehendaki Allah sebagai penyebar kebaikan, Allah pasti memahamkan
kepadanya urusan agama ini.” (Muttafaq’alaih)[2]
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Allah menghendaki kepada siapapun sebagai
penyebar kebaikan (ilmu) dan Allah akan memberikan pemahaman (ilmu) kepada
orang yang menyebarkan ilmu agamaNya. Maka marilah kita bersungguh-sungguh
dalam menyebarkan kebaikan (ilmu), karena dengan ilmu yang kita amalkan maka
kita akan mendapatkan tambahan pemahaman ilmu. Karena ilmu adalah merupakan
bekal hidup kita untuk mencapai kehidupan fiddunyawa akhiroh.

B. Perintah Menuntut Ilmu

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling istimewa. Penciptaan manusia


sebagai makhluk yang tertinggi sesuai dengan maksud dan tujuan terciptanya
manusia untuk menjadi khalifah. Secara harfiah, khalifah berarti pengganti, penerus

6
dan wakil.2 Jadi, manusia adalah wakil atau pengganti di bumi dengan tugas
menjalankan mandat yang diberikan Allah kepadanya, membangun dunia dengan
sebaik-baiknya.

Untuk menjalankan tugasnya itu, manusia harus berbekal ilmu pengetahuan.


Ilmu pengetahuan mempunyai kedudukan tinggi dalam pandangan Islam
diantaranya adalah:3
1. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran.
2. Ilmu pengetahuan sebagai prasyarat amal saleh.
3. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mengelola sumber-sumber alam guna
mencapai ridha Allah SWT.
4. Ilmu pengetahuan sebagai alat pengembangan daya pikir.
5. Ilmu pengetahuan sebagai hasil pengembangan daya pikir.

Agama Islam memerintahkan supaya menuntut ilmu, karena menuntut ilmu


adalah kewajiban utama dan sarana terbaik untuk mencerdaskan umat dan
pembangunan dunia, khususnya bila ilmu itu disertai dengan amal. Menuntut ilmu
dapat disebut pula dengan mencari ilmu atau belajar.
Belajar ialah, berusaha menguasai ilmu pengetahuan baik dengan cara bertanya,
melihat atau pun mendengar. Islam membebankan juga kepada penganut-
penganutnya agar menjadi orang yang berpengetahuan. Mengetahui segala sebab
kemaslahatan dan jalan-jalan kemanfaatan. Menyelami hakikat alam, meninjau dan
menganalisa umat terdahulu, baik yang berkenaan dengan ‘aqo`id dan ibadah
maupun yang berkaitan dengan budi, sosial, ekonomi serta ilmu pengetahuan alam
dan sebagainya.4
Definisi tentang menuntut ilmu atau belajar banyak dipaparkan oleh pakar
pendidikan sebagai berikut:
1. . Syekh Abdul Azizi dan ‘Abdul Majid dalam kitab At-Tarbiyatul wa Thuruqut
Tadris mendefinisikan belajar sebagai berikut:

2
Djamaluddin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam, (Semarang: Rasail, 2006), hlm. 111.
3
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalnya, (Bandung: PT Trigenda Karya, 1993), hlm. 80-81.
4
Teungku M.Hasbi Ash Shieddieqy, Al-Islam, (Semarang: Pustaka Rizq Putra, 2001),
Cet. II, hlm. 611.

7
Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada diri (jiwa)
si pelajar berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki menuju
perubahan baru.5

2. Qardhawi, mengatakan bahwa “belajar adalah suatu upaya untuk mengikis


habis kebodohan dan membuka cakrawala alam semesta serta mendekatkan diri
pada Tuhan”.6
3. Hilgard dan Bower mengemukakan:
Learning refers to the change in a subject’s behavior or behavior potential
to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in
that situation, provided that the behavior change can not be explained on
the basis of the subject’s native response, tendencies, maturation, or
temporary states. 7
(Belajar mengacu pada perubahan tingkah laku seseorang dan potensi
perilaku pada situasi tertentu (yang diberikan) yang dihasilkan oleh
pengalamannya berulang – ulang dalam situasi itu, yang ditetapkan bahwa
perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan pada dasar
kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang).
4. Djamaluddin Darwis dalam bukunya “Dinamika Pendidikan Islam”
menyebutkan bahwa8 “belajar mencari ilmu itu suatu kewajiban dan sekaligus
sebagai kebutuhan umat manusia. Manusia akan lebih mudah dan terarah dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya jika lebih terdidik. Belajar harus dimaknai

5
Shaleh Abdul Aziz dan ‘Abdul Majid, At-tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I, (Mesir:
Darul Ma’arif, tth), hlm. 169.
6
Yusuf Al-Qardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah,
(Bandung: Rosda, 1989), hlm. 187.
7
Gordon H. Bower, Theories of Learning, (Washington, D.C.: National Gallery of Art,
1981), hlm. 11.
8
Djamaluddin Darwis, op. cit. hlm. 158

8
sebagai suatu proses perubahan untuk mencapai kehidupan yang lebih maju dan
lebih mensejahterakan lahir dan batin.”

Perintah untuk “membaca” dalam ayat itu disebut dua kali; perintah kepada
Rasul SAW., dan selanjutnya perintah kepada seluruh umatnya. Membaca adalah
sarana untuk belajar dan kunci ilmu pengetahuan, baik secara etimologis berupa
membaca huruf-huruf yang tertulis dalam bukubuku, maupun terminologis, yakni
membaca dalam arti yang lebih luas. Maksudnya, membaca alam semesta (ayatul-
kaun).9

Di dalam iqra’ terkandung makna yang tinggi karena tidak harus dipahami
sebagai sekedar perintah “membaca saja”. Tetapi lebih dari itu, iqra’ mempunyai
makna membaca asma dan kemuliaan Allah, membaca teknologi genetika,
membaca teknologi komunikasi, dan membaca segala yang belum terbaca.10

Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membumikan AlQur’an,


memaparkan perintah untuk membaca dan menuntut ilmu yang tercermin dengan
jelas dan dimulai dengan iqra’. Tetapi, perintah membaca itu tidak bersifat mutlak,
melainkan muqayyad (terkait dengan suatu syarat), yakni harus Bi Ismi Rabbika
(dengan / atas nama Tuhanmu). Pengaitan ini merupakan syarat, sehingga menuntut
dari si pembaca bukan saja sekedar melakukan bacaan dengan ikhlas tetapi juga
memilih bacaan-bacaan yang tidak mengantarnya kepada hal-hal yang bertentangan
dengan nama Allah itu.11

Manusia yang belajar akan dapat menyingkap sunnah jagat raya serta hakikat
wujud: dengan perantara pendengaran, penglihatan, dan pengamatan, dengan hati
dan pemikiran.12

9
Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:
Gema Insani, 1998), hlm. 235.
10
Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm. 17
11
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 168.
12
Yusuf Al-Qardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah, op. cit.
hlm. 97.

9
Manusia adalah makhluk yang berpikir, dari lahir sampai masuk liang lahat.
Berpikir pada dasarnya sebuah proses yang membuahkan ilmu pengetahuan. Proses
tersebut merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertentu yang akhirnya sampai kepada kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan.
Penggunaan daya pikir selalu dianjurkan oleh Allah untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan.13

Ilmu Allah dapat diketahui melalui dua jalur, yaitu ayat-ayat kauniyah dan jalur
ayat-ayat qur`aniyah. Untuk lebih jelasnya lihat skema dibawah ini:

13
Muhaimin, op.cit., hlm. 82.

10
Inti dari pemahaman skema tersebut diatas adalah:

1. Sumber utama ilmu pengetahuan adalah Allah SWT. Ilmu pengetahuannya


tersebut digelarkan pada ayat-ayatnya baik yang bersifat kauni maupun
qur`ani.
2. Ilmu pengetahuan dapat dicapai manusia setelah tercapai interpretasi (iqra`)
terhadap ayat-ayat kauni dan ayat-ayat qur`ani. Kemudian interpretasi
tersebut menghasilkan ilmu pengetahuan.14

Biasanya, apabila orang Islam berbicara tentang ilmu, maka yang


dimaksudkan dengannya adalah ilmu-ilmu agama, akan tetapi mereka juga
menggolongkannya kedalamnya ilmu-ilmu yang lain. 15

Islam mendorong umatnya untuk mempelajari segala macam ilmu


pengetahuan yang berguna dan memberi hasil kesejahteraan bagi manusia, baik
di dunia maupun di akhirat. Akan tetapi Islam juga melarang mempelajari ilmu
yang tidak berguna apalagi membawa bencana. Sebab Sumber utama ilmu
pengetahuan adalah Allah, ilmu pengetahuan-Nya tersebut digelarkan pada
ayat-ayat Nya baik bersifat kauni (tak tertulis), maupun bersifat qur`ani
(tertulis). Dengan potensi yang dimiliki, manusia berusaha membaca, meneliti,
memahami dan menghayati fenomenafenomena yang menimbulkan ilmu
pengetahuan. Agama Islam menganjurkan setiap umat untuk belajar dan
menggunakan ilmu yang dimilikinya serta berjihad untuk menyebarkan ilmu
tersebut. Islam tidak saja mencukupkan pada anjuran supaya belajar bahkan
menghendaki supaya seseorang itu terus menerus melakukan pembahasan,
research (penelitian) dan studi.16

14
Ibid.
15
Asma Hasan Fahmi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), hlm. 107.
16
Moh. Athiyah Al-Abrasy, Alih Bahasa Bustami A. Gani, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), hlm.35.

11
C. Kedudukan Akhlak dalam islam
Dalam islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting yaitu sebagai salah
satu rukun agama islam. Dalam kaitan ini, rasullah SAW pernah bertanya “
beragama itu apa?” beliau menjawab “berakhlak yang baik (HR. Muslim )
pentingnya kedudukan aklak dapat di lihat ketika melihat bahwa salah sumber
akhlak adalah wahyu
Akhlak memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yang bersifat
individual maupun kolektif. Tak heran jika kemudian al-qur’an memberikan
penekanan terhadapnya. Al-qur’an meletakkan dasar-dasar akhlak yang mulia.
Demikian pula al-hadits telah memberikan porsi cukup banyak dalam bidang
akhlak. Menurut satu penelitian, dari 60.000 hadist, 20.000 diantaranya berkenaan
dengan akidah, sementara sisanya 40.000 berkenaan dengan akhlak dan muamalah.
Ini dapat di jadikan sebagai bukti bahwa al-hadits, sebagaimana al-qur’an, sangat
memperhatikan urusan akhlak.
Diantara hadist yang menekankan pentingnya akhlak adalah sabda Rasulullah
SAW:

‫ا ك مل ال مؤ م ن ين اي ما ن ا اح س نهم خ ل قا )ر واه ال ترمذى‬


Artinya: “ Mukmin yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling bagus
akhlaknya.” ( HR. At-Tirmidzi)

‫)حمد ا واه ر( ال نهار ى م صا ل ل يل ا ى م ق ا ت جا ر د خ ل قه ب ح سن ك ر ي د ال مؤمن ن ا‬

Artinya: “ Sesungguhnya, seorang mukmin akan bisa mencapai derajat sholat


malam dan orang yang puasa dengan akhlaknya yang mulia”

Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW pernah menegaskan:

‫)ل ك واهما ر( ال ح ياء س الم ا ال خ لق و خ لق دي ن ل كل‬

Artinya: “Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak agama islam adalah rasa malu”
)HR. Imam maliki)

12
Islam menuntut setiap pemeluknya untuk menjadikan Rasulullah SAW sebagai
contoh dalam segala aspek kehidupan. Khusus dalam akhlak, Allah SWT memuji
beliau dengan diiringi sumpah:

‫ ال ق لم( عظ يم خ لق ل ع لى ن ك ا و‬: 4)

Artinya: “ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. “


(Al-qalam(68): 4)

Nabi Muhammad SAW. Pun mengkabarkan bahwa orang yang paling sempurna
keimanannya di antara umatnya adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan
demikian, seyogyanya seorang muslim berusaha dan bersemangat untuk memiliki
akhlak yang baik dan merujuk kepada Rosulullah SAW Dalam berakhlak.

Dalam kaitan dengan kedudukan akhlak, Ibnu Maskawaih menerangkan,

“Islam pada hakikatnya adalah suatu aliran etika, islam memperbaiki budi pekerti
manusia sedemikian rupa sehingga manusia sanggup menjadi anggota masyarakat
pergaulan bersama islam menanamkan bibit cinta kasih sayang di dalam jiwa
manusia.”

Paparan ini, dengan jelas menunjukkan bahwa risalah Islam memperjuangkan


kesempurnaan, kebaikan, dan keutamaan akhlak. Dengan demikian, umat Islam
merupakan model terbaik bagi implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana
diperlihatkan dengan baik oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya.

Akhlak sangat penting dalam kehidupan karena ia mempunyai dampak yang amat
besar dalam kehidupan manusia antara lain . Didalam islam akhlak itu mempunyai
kedudukan yang tinggi sekali, antara lain:

 Akhlak sebagai the central teaching of islam ( pusat ajaran islam ) dalam
Al-qur’an terdapat kurang lebih 1500 kata yang mengandung ajaran-ajaran
tentang akhlak, baik yang teoritis maupun tuntutan praktis. Atas dasar ini
hampir seperempat kandungan Al-qur’an berbicara tentang akhlak,
demikian pula dalam hadist, sehingga dapat di simpulkan bahwa akhlak
menempati kedudukan yang sangat urgen dalam islam

13
 Akhlak ukuran keimanan seseorang, akhlak dalam islam juga dijadikan oleh
Allah SWT sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Kesempurnaan iman
seseorang dapat dilihat dari kebaikan akhlaknya. Peryataan ini didasarkan
pada penegasan Rasulullah berikut ini:

‫) مذى ال تر رواه ( خ ل قا اح س نهم اي م نا م ن ين ال مؤ ك مل ا‬

Artinya: “Sesempurnanya iman seseorang mukmin adalah orang yang baik


akhlaknya“.

 Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai


misi pokok risalah islam Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama
Islam.
 Akhlak yang baik akan memberatkan timbngan kebaikan seseorang nanti
pada hari kiamat
 Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlaq sebagai ukuran kualitas
keimananya.
 Islam menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah
kepada Allah SWT.
 Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan Akhlak
beliau

Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlaq ini lebih lanjut dapat dilihat
dari kandungan Al-Qur’an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk
melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah
melakukan kejahatan dan kemungkaran. Perintah tersebut sasaranya antara lain
agar yang melakukanya memiliki akhlak yang mulia. Selanjutnya perhatian Islam
terhadap pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad
SAW. Sebagaimana terlihat pada ucapan dan perbuatanya yangmengandung
akhlak.

Di dalam haditsnya misalnya ditemukan pernyataan bahwa beliau diutus ke muka


bumi ini untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Orang yang paling berat
timbangan amal baiknya di akhirat adalah orang yang paling mulia akhlaknya.
Orang yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling baik akhlaknya.

14
Umat Islam yang dipersiapkan untuk benar-benar menjadi ”ummatan wasathan”,
harus dilengkapi dengan tuntunan itu berupa ajaran akhlaq mulia, yang diharapkan
untuk mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Karena itu sesungguhnya ilmu
komunikasi yang paling hebat adalah ilmu yang didasarkan atas”Al-Akhlaqul
Karimah”, yang menjadi pegangan bagi umat islam. Akhlaq dalam Islam ialah
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan kebaikan bagi
masyarakat. Orang Islam dengan petunjuk agamanya mengikat Akhlak dengan
agama dengan ikatan yang kukuh ia memandang Akhlak sebagai bagian yang tidak
dapat terpisah dari agama. Akhlaq yang baik yang menggambarkan kebaikan dalam
tingkah laku danmu’amalah , sehingga ia menjadi sumber pokok bagi tingkah laku
yang utama dan Akhlak yang mulia dalam Islam.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pemaparan kajian karya ilmiah adalah sebagai berikut:
kedudukan akhlak, terdiri dari tiga macam sendi islam yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Ketiga macam sendi islam tersebut mencakup:
Masalah aqidah (iman), Masalah syari’ah (islam), Masalah ihsan. Dari sinilah kita
dapat mengetahui kedudukan akhlak yang meliputi tiga sendi di atas, dengan fungsi
yang selalu mewarnai sikap dan perilaku manusia dalam memanifestasikan
keimanan, ibadah, serta muamalahnya terhadap sesama manusia.

Landasan Akhlak Islam adalah bersifat religius yaitu Al-qur’an dan Hadits.
Berikut ini ada beberapa bagian dari landasan-landasan yang ada didalam Hadits
dan Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:1.

 Akhlak merupakan salah satu tujuan diutusnya Rasulullah.


 Akhlak yang bagus sebagai standar atau berpengaruh untuk kesempurnaan
iman seseorang.
 Akhlak yang baik dapat memperberat timbangan kebajikan.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi


pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat
menjadi lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Drs.K.H. Hamid, Mag, Abdul. Ilmu Akhlak. CV. Pustaka Setia. Bandung:2010

Prof. Dr. Anwar, Mag, Rosihon. Akhlak tasawuf. CV. Pustaka Setia. Bandung:2010

M. Anwar, Sag, Rosyid. Akhlak Tasawuf.Penerbit Nuansa. Bandung:2005

Rosihan Anwar, “Akhlak Tasawuf” Bandung: CV Pustaka Setia , 2010, hal: 11

Abbudin Nata, “Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia”, Jakarta : PT RajaGrafindo


persada,2013, hal:1

17

Anda mungkin juga menyukai