Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

"Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu serta

kerukunan antar umat beragama"

Disusun Oleh:

Eka Widya Astuti 30720011

Dosen Pengampu: Safari Hasan, S. IP., M.M.R.

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri


Jalan KH.Wahid Hasyim 65 Kediri
Telp. (0354) 773229

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Hanya kepada-Nya lah kami memuji
dan bersyukur, meminta ampunan dan memohon pertolongan. Tak lupa shalawat
juga tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW karena telah menyampaikan ajaran-
ajaran Islam dan petunjuk dari Allah SWT, yaitu syariat agama Islam yang
sempurna. Satu-satunya syariat Islam dari Rasulullah SAW adalah karunia terbesar
bagi alam semesta.

Penulisan makalah berjudul "Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu


serta kerukunan antar umat beragama" bertujuan memberikan persepsi dari
berbagai tokoh sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah
tersebut. Setiap tokoh memiliki pandangan terhadap hadist dengan keragaman
pemikiran yang pada zamannya berdampak pada masyarakat serta perkembangan
Islam itu sendiri. Harapannya, kami sebagai mahasiswa pada khususnya, dan para
pembaca pada umumnya dapat mendapatkan sudut pandang baru.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari
bahwa banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan. Demi
kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Kediri, 17 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


BAB I .................................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 5
BAB II................................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Ilmu ................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Menuntut Ilmu .................................................................................. 6
2.3 kewajiban menuntut ilmu dalam Al-Quran dan Hadist....................................... 7
2.4 keutamaan orang yang berilmu ......................................................................... 10
2.5 hukum dan ancaman bagi umat muslim yang tidak mengamalkan ilmunya..... 12
2.6 Kedudukan ulama dalam agama islam.............................................................. 13
BAB III ............................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 17
3.2 Saran ....................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari pengetahuan,


bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang memiliki paradigma, objek
pengamatan, metode, dan media komunikasi membentuk sains baru yang
bertujuan untuk memahami semesta guna memanfaatkannya dan
menemukan diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal Allah
(Mappadjantji Amien). Pada zaman modern ini ilmu pengetahuan
sangatlah penting bagi umat manusia dan menjadi suatu kemuliaan serta
keutamaan bagi orang yang dengan sungguh-sungguh memburunya.

Pada era yang berkembang saat ini ilmu pengetahuan memberikan


kemudahan bagi manusia baik dalam individu maupun kehidupan
dimasyarakat.

Perintah untuk menuntut ilmu bagi umat muslim telah dijelaskan


secara gamblang dalam Al-Qur’an dan Hadist dan suatu kewajiban bagi
perempuan ataupun laki-laki. Dengan ilmu, seseorang tak mudah sesat
dalam kehidupan karena ilmu ibarat cahaya yang akan meneranginya dari
gelapnya kebodohan. Mustahil jika seseorang dapat menjadi khalifah
tanpa ilmu pengetahuan yang cukup untuk mengelola dan merekayasa
kehidupan di bumi ini sehingga bisa melaksanakan hukum-hukum Allah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ilmu?

4
2. Apa pengertian menuntut ilmu?
3. Bagaimana kewajiban menuntut ilmu dalam Al-Qur’an dan Hadist?
4. Apakah keutamaan orang yang berilmu?
5. Bagaimanakah pentingnya mengamalkan ilmu?
6. Apakah hukum dan ancaman bagi umat muslim yang tidak
mengamalkan ilmunya?
7. Apakah kedudukan Ulama dalam Agama Islam?
1.3 Tujuan Penulisan

2. Untuk mengetahui pengertian ilmu


3. Untuk mengetahui pengertian menuntut ilmu
4. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu dalam Al-Qur’an dan
Hadist
5. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu
6. Untuk mengetahui pentingnya mengamalkan ilmu
7. Untuk mengetahui hukum dan ancaman bagi umat muslim yang tidak
mengamalkan ilmunya
8. Untuk mengetahui kedudukan ulama dalam agama islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu

Dalam bahasa arab istilah kata ilmu yaitu, ‘alama yang berarti
pengetahuan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, ilmu sering
disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa Inggris “science”.
Kata “science” berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang
artinya pengetahuan adalah aktivitas yang sistematis yang membangun
dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi
tentang alam semesta.
Istilah ilmu berasal dari bahasa arab yang dipakai didalam alquran
dengan akar kata ain, lam, dan mim. Kemudian kata ini diterjemahkan
kedalam bahasa indonesia yang artinya pengetahuan. Kata ilmu diserap
dan dipergunakan dengan makna yang berbeda. (Abd. Muis Salim dkk,
2009: 45)
Ilmu berasal dari rasa kagum manusia akan alam yang dihadapinya.
Manusia pada dasarnya dibekali hasrat ingin tahu yang dapat ditemukan
sejak masih kanak-kanak. Pertanyaan yang sering muncul mengenai
apa, bagaimana, mengapa dan kenapa suatu masalah dapat terjadi akan
ditemukan sepanjang sejarah manusia dengan adanya dorongan rasa
ingin tahu dan upaya untuk menjawab dari setiap pertanyaan tersebut.
(Sitti Mania, 2013).

2.2 Pengertian Menuntut Ilmu

Mencari dan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi seorang


muslim baik laki-laki maupun perempuan. Rasululullah SAW.,
menjadikan kegiatan menuntut ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkan
oleh kaum Muslimin untuk menegakkan urusan-urusan agamanya,

6
sebagai kewajiban yang Fardlu ‘Ain bagi setiap Muslim. Ilmu yang
Fardlu Ain yaitu ilmu yang setiap orang yang sudah berumur aqil baligh
wajib mengamalkannya yang mencakup; ilmu aqidah, mengerjakan
perintah Allah, dan meninggalkan laranganNya (Suja‟i Sarifandi,
2014).
Istilah “ilmu” sering dipahami sebagai sesuatu hal yang sama
dengan science dalam bahasa Inggris, wissenschaft (Jerman) dan
etenschap (Belanda), yang bermakna “tahu”. Term “ilmu” berasal dari
kata „alima‟ (Arab) yang berakna mengetahui. Dengan demikian secara
bahasa ilmu kata ilmu bermakna pengetahuan. Namun demikian secara
istilah terdapat perbedaan yang cukup jelas antara pengertian atau
definisi yang dikemukakan oleh para ilmuwan pada umumnya, dengan
pengertian yang dikemukakan oleh saintis muslim khusunya.

2.3 kewajiban menuntut ilmu dalam Al-Quran dan Hadist

Dalam islam menuntut ilmu adalah suatu hal yang diwajibkan,


karena dengan adanya ilmu bisa menjadikan bekal umat manusia
didunia maupun diakhirat. Bahkan ayat pertama dalam Al-Quran yang
diturunkan kepada Rasulullah adalah perintah untuk membaca (iqra).
Orang yang menuntut ilmu dianggap sederajat dengan pasukan yang
berjihad. Hal itu dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surah At-
Taubah ayat 122. Dengan demikian, ganjaran penuntut ilmu setara
dengan balasan surga bagi pejuang perang.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bepergian ketika pagi dan sore
guna menuntut ilmu adalah lebih utama daripada berjihad fisabilillah,”
(H.R. Dailami). Dalam hadis lain, beliau menyatakan: "Barang siapa
menempuh satu jalan cara untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti
mudahkan baginya jalan menuju surga," (H.R. Muslim). Ilmu dasar
yang wajib dipelajari seorang muslim adalah ilmu agama. Ilmu yang

7
digunakan untuk membangun hubungan dengan Allah SWT dengan
ibadah ataupun amal kebaikan lainya. Selanjutnya, ia juga dituntut
untuk menimba ilmu duniawi sesuai dengan bidang yang ia gemari dan
menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari
Selain itu hadits mengenai perintah kewajiban menuntut ilmu juga
diriwayatkan oleh Ibnu Majah “Dari Anas bin Malik ia berkata,
Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim,
memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang
mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas” (HR.Ibnu
Majah). Dari hadits tersebut mengandung pengertian, bahwa mencari
ilmu itu wajib bagi setiap umat muslim, kewajiban itu berlaku bagi
semua umat muslim tanpa memandang umur, gender dan status sosial
dan tidak ada alasan untuk malas mencari ilmu. Ilmu yang wajib
diketahui oleh setiap muslim adalah ilmu agama yang berkaitan dengan
tata cara beribadah kepada Allah SWT. Sedangkan ibadah tanpa ilmu
akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan dan ibadah yang salah tidak
akan dapat diterima oleh Allah. seorang yang mengajarkan ilmu kepada
orang yang tidak mengetahui atau tidak paham agama maka akan sia-
sia. Maksudnya, ilmu itu harus disampaikan sesuai dengan dasar pola
berfikir si penerima ilmu, memberikan ilmu secara tidak tepat
diibaratkan mengalungkan perhiasan pada babi, meskipun babi
diberikan perhiasan kalung emas maka babi tetap kotor dan
menjijikkan.
Dalil mengenai ilmu pengetahuan dan kewajiban menuntut ilmu
banyak tertera dalam ayat Al-Quran, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. QS. Al-Mujadalah Ayat 11
‫ّللاُ لَ ُكم‬
َ ‫سح‬ َ َ‫َيا أَيُّ َها الَذينَ آ َمنُوا إذَا قي َل َل ُكم تَف‬
َ ‫س ُحوا في ال َم َجالس فَاف‬
َ ‫س ُحوا َيف‬
‫ّللاُ الَذينَ آ َمنُوا من ُكم َوالَذينَ أُوتُوا العل َم‬
َ ‫ش ُزوا يَرفَع‬ ُ ‫ش ُزوا فَان‬ُ ‫َوإذَا قي َل ان‬
‫ّللاُ ب َما تَع َملُونَ خَبير‬
َ ‫دَ َر َجات ۚ َو‬

8
Bacaan latinnya: "Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum
tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā
qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa'illāhullażīna āmanụ mingkum
wallażīna ụtul-'ilma darajāt, wallāhu bimā ta'malụna khabīr"
Artinya: "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majelis',
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: 'Berdirilah kamu',
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan," (QS. Al-Mujadalah [58]: 11).
2. QS. Shad Ayat 29
‫ارك ليَدَب َُروا آيَاته َوليَتَذَ َك َر أُولُو اْلَلبَاب‬
َ َ‫كتَاب أَنزَ لنَاهُ إلَيكَ ُمب‬
Bacaan latinnya: "Kitābun anzalnāhu ilaika mubārakul
liyaddabbarū āyātihī wa liyatażakkara ulul-albāb" Artinya:
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-
ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran," (QS. Shad [38]: 29).
3. QS. At-Taubah Ayat 122
‫طائفَة ل َيتَفَقَ ُهوا‬
َ ‫َو َما َكانَ ال ُمؤمنُونَ ل َينف ُروا كَا َفة ۚ َف َلو َل نَف ََر من ُكل فر َقة من ُهم‬
َ‫ في الدين َوليُنذ ُروا قَو َم ُهم إذَا َر َجعُوا إلَيهم لَعَلَ ُهم يَحذَ ُرون‬Bacaan latinnya:
"Wa mā kānal-mu`minụna liyanfirụ kāffah, falau lā nafara
ming kulli firqatim min-hum ṭā`ifatul liyatafaqqahụ fid-dīni
wa liyunżirụ qaumahum iżā raja'ū ilaihim la'allahum
yaḥżaruun" Artinya: "Tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama

9
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya," (QS. At-Taubah [9]: 122).

2.4 keutamaan orang yang berilmu

Banyak sekali manfaat dan keutaaman dari orang yang berilmu dan
menuntut ilmu, keutamaan dari menuntut ilmu tertuliskan didalam Al-Quran
maupun seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Berikut adalah keutamaan
dari orang yang berilmu:

Pertama, keutamaan orang berilmu seperti keutamaan Rasulullah

‫ّللا َع َليه َو َس َل َم َفض ُل ال َعالم َع َلى ال َعابد َكفَضلي َع َلى أَدنَا ُكم ثُ َم‬ُ َ ‫ص َلى‬ َ ‫سو ُل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫َح َدثَنَا َمك ُحول َقا َل َقا َل َر‬
َ‫ّللا َو َم ََلئ َكتَ ُه َوأَهلَ َس َم َاواته َوأَ َرضيه َوال ُّنون‬ َ َ ‫ت َََل هَذه اْل َي َة { إ َن َما َيخشَى‬
َ َ ‫ّللا من ع َباده ال ُع َل َما ُء } إ َن‬
َ ‫ص ُّلونَ َع َلى ا َلذينَ ُي َعل ُمونَ ال َن‬
‫اس الخَي َر‬ َ ‫في ال َبحر ُي‬

Makhul ia berkata: "Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


'keutamaan seorang yang berilmu dari seorang ahli ibadah bagaikan
keutamaanku atas orang-orang yang paling rendah diantara kalian, kemudian
beliau membaca surat Fathir ayat 28, "Innama Yakhsyallaha Min 'Ibadihil
'Ulama`" (bahwa yang takut kepada Allah dari hamba-hambaNya adalah para
ulama). sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, serta
ikan di lautan (selalu) bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia' ".

Kedua, Allah mudahkan jalannya menuju surga

َ‫كَثير بن َقيس َقا َل ُكنتُ َجالسا َم َع أَبي الدَر َداء في َمسجد د َمشقَ َفأَتَا ُه َر ُجل َف َقالَ َيا أَ َبا الدَر َداء إني أَتَيتُك‬
‫ص َلى‬َ ‫ّللا‬ َ ‫سول‬ ُ ‫ّللا َع َليه َو َس َل َم ل َحديث َب َلغَني َعنكَ أَ َنكَ تُ َحدثُ ُه َعن َر‬
ُ َ ‫ص َلى‬
َ ‫سول‬ ُ ‫الر‬ َ ‫من ال َمدينَة َمدي َنة‬
َ َ‫ارة َقا َل َل َقالَ َو َل َجا َء بكَ غَي ُر ُه َقالَ َل َقا َل َسمعتُ َرسُول‬
‫ّللا‬ َ ‫ّللا َع َليه َو َس َل َم َقا َل َف َما َجا َء بكَ ت َج‬
َُ
ُ ‫طريقا من‬
‫ط ُرق ال َج َنة‬ َ ‫ّللا به‬
ُ َ َ‫س به علما َس َهل‬ َ َ‫ّللا َع َليه َو َس َل َم َي ُقو ُل َمن َس َلك‬
ُ ‫طريقا َيلتَم‬ ُ َ ‫ص َلى‬
َ

10
‫ب العلم َل َيستَغف ُر َل ُه َمن في ال َس َماء َواْلَرض‬ َ ‫ض ُع أَجن َحتَ َها رضا ل‬
َ ‫طالب العلم َوإ َن‬
َ ‫طال‬ َ َ‫َوإ َن ال َم ََلئ َك َة َلت‬
‫َحتَى الحيتَانُ في ال َماء َوإ َن َفض َل ال َعالم َع َلى ال َعابد َكفَضل ال َق َمر َع َلى َسائر ال ُّن ُجوم إ َن ال ُع َل َما َء هُم‬
‫َو َرثَ ُة اْلَنب َياء إ َن اْلَنب َيا َء َلم ي َُورثُوا دينَارا َو َل درهَما َوإ َن َما َو َرثُوا العل َم َف َمن أَ َخ َذ به أَخَ َذ ب َحظه أَو ب َحظ‬
‫َوافر‬

Dari Katsir bin Qais ia berkata: "Aku sedang duduk bersama Abu
Darda` radliallahu 'anhu di Masjid Damaskus. Tiba-tiba seorang laki-laki
datang, dan berkata: "Wahai Abu Darda`, aku mendatangimu dari Madinah
kota Rasulullah sallallahu `alaihi wa Sallam karena dorongan memperoleh
hadits yang datang darimu, yang kamu ceritakan dari Rasulullah sallallahu
`alaihi wa sallam. Abu darda' bertanya: 'Apa sebenarnya yang mendorongmu
kemari, dagangkah barangkali?, dia menjawab: 'tidak'. Abu darda" bertanya
lagi: Tidak pula dorongan lain? ', dia menjawab: 'tidak'.

Abu darda' berkata: 'Rasulullah sallallahu `alaihi wa sallam bersabda:


'Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari untuk mencari ilmu, Allah
memudahkan jalan baginya (menuju) surga, dan Malaikat membentangkan
sayapnya karena ridha terhadap pencari ilmu. Sesungguhnya pencari ilmu,
penghuni langit dan di bumi selalu memintakan ampun kepadanya hingga ikan
paus yang ada di air.

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 66 yang artinya:


“Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan
kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan
lebih menguatkan mereka.”

Selain itu keutamaan orang-orang yang mengamalkan ilmunya


dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

Pertama, sebagai jalan untuk menambah semangat dalam menuntut ilmu.


Sehingga setiap apa yang kita dapatkan, dapat bermanfaat pula untuk
orang lain.

11
Kedua, sebagai bentuk ajakan untuk diri kita sendiri dalam meluruskan
niat menuntut ilmu. Sebaiknya tujuan utama kita menuntut ilmu adalah
agar bisa diamalkan kembali.

Ketiga, sebagai jalan untuk mendapatkan ilmu baru. Sebagaimana janji


Allah, barang siapa yang mengamalkan ilmu yang telah didapatnya, maka
Allah akan berikan ilmu yang belum diketahuinya.

Keempat, sebagai bentuk jihad. Mengamalkan ilmu termasuk salah satu


bentuk jihad, yakni jihad tafkiriy. Sebagaimana disebutkan dalam hadis:
“Orang-orang yang menganggap pergi dan pulang menuntut ilmu bukan
termasuk jihad, berarti akal pikirannya telah berkurang.” HR. Ad-Darimiy.

Kelima, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dan


mengamalkannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-
Mujadilah ayat 11 yang artinya: “Allah akan meninggikan derajat orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

2.5 hukum dan ancaman bagi umat muslim yang tidak mengamalkan
ilmunya

Terdapat banyak dalil yang menunjukkan ancaman bagi orang yang


tidak mengamalkan ilmunya. Orang yang berilmu akan ditanya tentang
ilmunya, apa yang telah ia amalkan dari ilmu yang ia dapat tersebut.
Barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmunya sia-sia dan
akan menjadi penyesalan baginya diakhirat kelak. Allah berfirman :

َ‫َاب أَفََلَ ت َعقلُون‬


َ ‫س ُكم َوأَنتُم ت َتلُونَ الكت‬
َ ُ‫سونَ أَنف‬ َ َ‫أَت َأ ُم ُرونَ الن‬
َ ‫اس بالبر َوت َن‬

12
“ Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedangkan
kamu melupakan kewajiban dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? “ (Al Baqarah : 44)

َ‫ّللا أَن تَقُولُوا َما َل ت َفعَلُون‬


َ َ‫يَا أَيُّ َها الَذينَ آ َ َمنُوا ل َم تَقُولُونَ َما َل تَفعَلُونَ َكب َُر َمقتا عند‬

“ Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan


sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. “ (Ash
Shaf 2-3)

‫طعتُ َو َما تَوفيقي إلَ بالل‬ َ َ‫عنهُ إن أُريدُ إلَ اإلصَلَ َح َما است‬
َ ‫َو َما أُريدُ أَن أُخَالفَ ُكم إلَى َما أَن َها ُكم‬
ُ‫علَيه ت ََو َكلتُ َوإلَيه أُنيب‬
َ

“ Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu dengan mengerjakan apa


yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku
melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku
bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.“ (Huud : 88)

2.6 Kedudukan ulama dalam agama islam.

Tidak lah asing bagi seluruh kaum muslimin akan kedudukan dan derajat
yang tinggi dari para Ulama. Karena mereka berada di dalam kebaikan, mereka
adalah seorang panglima yang diikuti langkahnya, diikuti perbuatannya,
diambil pendapat dan persetujuan mereka.

Para Malaikat meletakkan sayap mereka sebagai bentuk keridhoan atas apa
yang mereka lakukan, seluruh makhluk memintakan ampun kepada Allah untuk
mereka, sampai-sampai ikan di lautan. Ilmu yang mereka miliki telah

13
menyampaikan mereka pada kedudukan terbaik dan derajat muttaqin, yang
dengannya tinggilah kedudukan dan derajat mereka.

َ ‫َس ُحوا في ال ذَا قي‬


Sebagaimana firman Allah Ta’ala, ‫َل‬ َ ‫م َجال س فَاف‬
َ ‫س ُحوا م تَف‬
ُ ‫لَكُ َمنُوا إ ذي َن آ َ َها ال ُّ ي َ يَا أ َمنُوا ذي َن آ َ َََ َلَلُ ال ذَا قي َل ان‬
ُ ‫ش ُزوا فَان‬
‫ش ُزوا‬
‫سح ي ر ُو َن َخب َمل َما ت َع َو َََ َلَلُ ب َر َجا ت َ دَ م عل وتُوا ال ُ ذي َن‬
َ ‫ي رفَع َوإ م َََ َلَلُ لَكُ يَف‬
َ
ُ‫أ َ َوال م منك‬

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11)

Al-Imam Abu Bakar Al-Ajurri rahimahullah berkata mengenai kedudukan


ulama, “para ulama lebih utama dibanding seluruh orang mukmin dalam setiap
waktu 13 dan kesempatan, mereka ditinggikan dengan ilmu dan dihiasi oleh
hikmah, melalui mereka diketahuilah halal-haram, haq-batil, dan keburukan
dari sesuatu yang bermanfaat dan kebaikan dari sesuatu yang buruk. Keutamaan
mereka sangat agung dan kedudukan mereka sangatlah tinggi. Mereka adalah
pewaris para Nabi dan penyejuk pandangan para wali Allah. Ikan yang berada
di lautan memintakan ampunan untuk mereka, para malaikat meletakkan sayap-
sayap mereka sebagai bentuk keridhaan untuk mereka. para ulama memberikan
syafaat setelah para Nabi di hari kiamat nanti, majlis mereka memberikan
hikmah, orang-orang akan tercegah dari kelalaian dengan perbuatan mereka,
mereka adalah seutama-utama hamba dan setinggi-tingginya jihad. Kehidupan
mereka adalah ghanimah dan kematian mereka adalah musibah. Mereka
memperingatkan orang yang lalai dan mengajari orang yang tidak tahu.
Keburukan tidaklah membahayakan mereka dan kejahatan tidaklah membuat
mereka takut.” Sampai pada perkataan beliau, “mereka adalah lentera yang

14
menerangi para hamba, cahaya yang menyinari sebuah negeri, pemimpin umat
dan mata air hikmah. Mereka membuat setan marah dengan cara menghidupkan
hati-hati para pencari kebenaran dan memadamkan hati-hati para pelaku
penyimpangan. Permisalan mereka di dunia sebagaimana bintang-bintang yang
ada di langit yang dengannya manusia manusia dibimbing dari gelapnya daratan
dan lautan. Maka jika bintang-bintang hilang mereka akan bingung, namun jika
kegelapan pergi mereka akan melihat.” Sekian perkataan Syaikh rahimahullah,
dan atsar dari salaf yang semakna dengan ini banyak sekali.

Para ulama adalah nahkoda di dalam perahu keselamatan, pemandu di


pantai yang tenang, dan penerang di tengah gelap gulita

. ‫ي هدُو َن ب ئ َمة َ نَا منهُ م أ ل َو َج َع يُوقنُو َن‬


َ ‫َصب ُروا َما م رنَا َل َ أ‬
َ ‫آ َياتنَا َوكَانُوا ب‬
Artinya : “kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang
memberikan petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Dan
mereka adalah orangorang yang yakin terhadap ayat-ayat kami” (QS.As-Sajdah
: 24).

Mereka adalah hujjah Allah di atas muka bumi, mereka lebiih mengetahui
ilmu yang dapat membuat manusia cinta kepada Allah dan perkara yang dapat
memperbaiki urusan dunia dan akhirat seorang muslim dengan apa yang datang
dari Allah berupa ilmu, dan dengan apa yang dapat menumbuhkan kecintaan
mereka kepada Allah melalui pemikiran dan pemahaman. Dengan ilmu yang
mendalam mereka memberikan fatwa, dengan pemikiran yang jitu mereka
memutuskan sebuah perkara, dan dengan pandangan yang tajam mereka
memberikan hukum. Hukum-hukum tersebut tidak dijatuhkan secara
serampangan, mereka tidak menggoncangkan barisan kaum muslimin sehingga
tercerai-berai, mereka tidak tergesa-gesa mengeluarkan fatwa tanpa penelitian
dan pengkajian lebih dalam, dan tidak pula meremehkannya ataupun
melampaui batas, mereka tidak menyembunyikan kebenaran dari manusia
dengan cara menyombongkan diri dihadapan mereka.

15
Di antara tanda-tanda rusaknya seseorang adalah jauhnya dari para ulama
yang berilmu, meninggalkan fatwa-fatwa para ulama yang berkompeten, dan
tidak percaya 16 dengan para ahli fikih yang ahli di bidangnya. Ketika
sekelompok umat meninggalkan para ulama, mereka seakan-akan sekelompok
manusia yang berada di padang pasir yang tandus dan tanah yang gersang tanpa
seorangpun pemimpin yang menasehati dan seorang pembimbing yang
menunjukkan jalan. Maka perkara mereka akan hancur dan berakhirlah perkara
tersebut kepada kerugian.

16
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Ilmu dalam Bahasa arab yaitu, ‘alama yang berarti pengetahuan


artinya pengetahuan adalah aktivitas yang sistematis yang membangun
dan mengatur pengetahuan.Menuntut ilmu adalah suatu hal yang
diwajibkan, karena dengan adanya ilmu bisa menjadikan bekal umat
manusia didunia maupun diakhirat. Bahkan ayat pertama dalam Al-
Quran yang diturunkan kepada Rasulullah adalah perintah untuk
membaca (iqra).Orang yang menuntut ilmu dianggap sederajat dengan
pasukan yang berjihad. Hal itu dijelaskan dalam firman Allah SWT
dalam surah At-Taubah ayat 122. Dengan demikian, ganjaran penuntut
ilmu setara dengan balasan surga bagi pejuang perang. Orang yang
berilmu akan ditanya tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan dari
ilmu yang ia dapat tersebut. Barangsiapa yang tidak mengamalkan
ilmunya maka ilmunya sia-sia dan akan menjadi penyesalan baginya
diakhirat kelak. Para ulama adalah nahkoda di dalam perahu
keselamatan, pemandu di pantai yang tenang, dan penerang di tengah
gelap gulita.

3.2 Saran

Sebagai umat muslim tentu kita diwajibkan untuk selalu


menuntut ilmu yang gunanya adalah sebagai pedoman dalam kehidupan
didunia maupun diakhirat. Bukan hanya diwajibkan untuk menuntut
ilmu saja, akan tetapi kita juga diwajibkan untuk mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari agar ilmu yang kita dapat tidak sia-sia

17
DAFTAR PUSTAKA

Makbul. M. “Filsafat Ilmu: (Filsafat Ilmu, Kasifikasi Ilmu, Ciriciri Ilmu,


Dan Sistem Kerja Keilmuan)”

Hadi Abdul. 2021 "Ayat Al-Qur'an Tentang Ilmu Pengetahuan &


Kewajiban Menuntut Ilmu", https://tirto.id/gkUo. <Akses 22 November 2021>

Abdullah. “Keutamaan Pencari Ilmu”.web.ipb.ac.id. <Akses 22


November 2021>

Abdul Qodir Jawas, Yazid. 2019. “Adab & Akhlak Penuntut Ilmu”. Bogor:
Pustaka At-Taqwa

Mianoki Andika. 2019. “Berilmu Tapi Tidak Perhatian Terhadap


Amal”. https://muslim.or.id/. <Akses 22 November 2021>

Utomo Budi dkk.2019. “Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan


Mengamalkan” lampung.

Hafil Muhammad. 2021. “Keutamaan orang Berilmu”.


https://ihram.co.id/berita/r25cq5430/keutamaan-orang-berilmu. . <Akses 22
November 2021>

18

Anda mungkin juga menyukai