Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ILMU, PENGERTIAN, TUJUAN, CARA MENUNTUT ILMU DAN KEUTAMANNYA

NAMA DOSEN : Ahmad Firdaus, S.Ag

NAMA KELOMPOK PENYUSUN MAKALAH :

1. Adinda Nurazizah (CF201120022)


2. Ananda Hana Azzahra (CF201120144)
3. Ilham Fergian (CF201120161)
4. Pitriyana (CF201120037)
5. Titin Sukaesih (CF201120143)
6. Sigit Andriyan (CF201110030)

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI FAKULTAS MANAJEMEN


LOGISTIK TAHUN ANGKATAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas Rahmat, Karunia serta
kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai mata kuliah pendidikan
agama tentang ilmu, pengertian dan cara menuntut ilmu dan keutamaannya. Sholawat serta
salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula saya ucapkan
terimakasih kepada Bapak Ahmad Firdaus, S.Ag selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Agama.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan, baik yang berkenan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan Ilmu
Pengetahuan dan di harapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 27 Juni 2021

Penyusun Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah...........................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Ilmu...........................................................................................................................6
2.2 Tujuan Ilmu.................................................................................................................................7
2.3 Cara Menuntut Ilmu dan Keutamaan Ilmu...................................................................................9
2.4 Syarat-syarat Ilmu......................................................................................................................11
2.5 Keutamaan Ilmu........................................................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islam merupakan Agama yang sempurna yang mengatur segala urusan manusia di dunia
dan di akhirat. Semua hal dari yang terkecil sampai besar diatur di dalam Agama Islam.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, dengan alat indra, akal, hati
dan keseluruhan keutuhan jiwa dan raga manusia bisa melakukan suatu hal yang
menakjubkan, seperti melintasi ruang antariksa, menjelajah bumi, dan menciptakan
penemuan yang canggih.

Perkembangan ilmu pengetahuan di jaman modern seperti saat ini sangatlah penting dan
telah dimanfaatkan perkembanganya. Karena semua bidang kehidupan memanfaatkan
perkembangan tersebut, mulai dari sektor terkecil hingga ke sektor-sektor besar yang
digunakan untuk menunjang perekonomian suatu Negara. Oleh sebab itu, keberadaan dan
juga perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah dibutuhkan oleh seluruh umat didunia ini
karena bila ilmu pengetahuan hanya berhenti pada suatu titik dan tidak mampu berkembang
menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan umat manusia maka akan fatal
akibatnya bagi kelangsungan masing-masing individunya. Dunia akan bisa kita dapatkan
dengan ilmu pengetahuan sosial, dan akhirat akan kita dapatkan dengan ilmu agama. Ilmu
agama sebagai dasar menghamba kepada Allah dan ilmu sosial sebagai pengembangan dari
ilmu agama agar bisa menjadi khalifah di atas bumi. Istilah mencari ilmu sekarang lebih
dikenal dengan sebutan pendidikan, pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pada
mencari ilmu. Karena dalam pendidikan yang diajarkan bukan hanya kompetensi akal
(pengetahuan) saja melainkan juga kompetensi sikap dan ketrampilan.

Adapun hadist yang membahas tentang ilmu pengetahuan dalam islam : “barang siapa
yang menginginkan dunia maka dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat maka
dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan ahirat) maka juga
dengan ilmu”. (HR. Bukhori dan Muslim) Hadits di atas menerangkan bahwa pentingnya
mencari ilmu. Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, terutama ilmu agama.

Dunia akan bisa kita dapatkan dengan ilmu pengetahuan sosial, dan akhirat akan kita
dapatkan dengan ilmu agama. Ilmu agama sebagai dasar menghamba kepada Allah dan ilmu
sosial sebagai pengembangan dari ilmu agama agar bisa menjadi khalifah di atas bumi.

4
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan
hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui jalur
pendidikan formal, informal maupun non formal, karena belajar merupakan kunci untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat
diperoleh. Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka perkembangan sangat
pesat dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat kemajuan pengetahuan
dan teknologi karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa semakin
maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Ilmu
2. Tujuan Ilmu
3. Cara menuntut ilmu dan keutamaan ilmu

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan makalah ini mengetahui apa itu pengertian ilmu, tujuan ilmu dan cara
menuntut ilmu dan keutamaan ilmu dalam agama islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu


Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu
yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan
Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual
mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di
bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab ‫علم‬, masdar dari ‫ عَـلِ َم – يَـعْـلَ ُم‬yang
berarti tahu atau mengetahui. Secara bahasa ilmu adalah lawan kata bodoh/jahl. Secara istilah
ilmu berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkap secara sempurna segala hakikat yang
dibutuhkan. Sedangkan menurut para ulama definisi ilmu di antaranya adalah:
a. Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufradat Fi Gharibil
Qur’an. ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Hal tersebut
terbagi menjadi dua; pertama, mengetahui inti sesuatu itu dan kedua adalah
menghukumi sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu yang tidak
ada.
b. Menurut Imam Muhammad bin Abdur Rauf Al-Munawi.  ilmu adalah keyakinan
yang kuat yang tetap dan sesuai dengan realita. Atau ilmu adalah tercapainya
bentuk sesuatu dalam akal. Adapun menurut syari’at ilmu adalah pengetahuan
yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW dan diamalkan, baik berupa amal
hati, amal lisan, maupun amal anggota badan.
Dalam pengertian syari’at, ilmu yang benar adalah yang diperoleh berdasarkan
sumber yang benar yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang disebut juga ayat-ayat
syar’iah; dan penelitian terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta yang
disebut juga ayat-ayat kauniah, melahirkan rasa ketundukan kepada Allah, dan diamalkan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 28:
Artinya: “ Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan
hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara

6
hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguhnya Allah Maha
Perkasa, Maha Pengampun”.
Anjuran Umat Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan  Malaikat menghamparkan
sayapnya karena senang kepada orang yang mencari ilmu. Malaikat telah mengetahui bahwa
Allah sangat mengutamakan ilmu. Hal itu terbukti ketika mereka disuruh hormat kepada
Adam setelah Adam menunjukkan kelebihan ilmunya kepada malaikat. Oleh sebab itu,  para
malaikat merasa senang kepada orang-orang yang berilmu karena mereka dimuliakan oleh
Allah.

Orang yang menuntut ilmu dimintakan ampun oleh makhluk-makhluk Allah yang
lain. Ini merupakan ungkapan yang menunjukkan kesenangan Rasulullah SAW. kepada para
pencari ilmu. Ilmu itu sangat bermanfaat bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan
manusia. Dengan ilmu pengetahuan yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga dengan
indah. Penjagaan dan pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan. Jadi,
orang yang memiliki ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan alam semesta merupakan
orang mulia yang pantas didoakan oleh penghuni alam ini.

Orang berilmu pengetahuan lebih utama daripada ahli ibadah. Keutamaannya


diumpamakan oleh Rasulullah SAW. bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari
bintang. Keutamaan bulan malam purnama yang jelas dari bintang-bintang adalah dalam hal
fungsi menerangi. Bulan itu bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula
menerangi yang lain. Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya untuk dirinya
sendiri. Sifat seperti itu terdapat pula pada orang yang berilmu pengetahuan dan ahli ibadah.
Orang yang berilmu pengetahuan dapat menerangi dirinya sendiri dengan petunjuk dan dapat
pula menerangi orang lain dengan pengajarannya. Dengan kata lain, orang ‘alim itu
memberikan manfaat untuk dirinya dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.

2.2 Tujuan Ilmu

Bagi Islam, tujuan seseorang menuntut ilmu tidak lain daripada mewujudkan figur yang
sempurna (insan kamil). Kesempurnaan itu pun tidak menjadi tujuan di dalam dirinya an
sich, melainkan alat untuk menunaikan kewajiban eksistensial manusia, yakni khalifah Allah
di muka bumi. Karena itu, manusia yang berilmu dituntun untuk memanfaatkan ilmunya
demi maslahat bagi semesta, bukan mengeksploitasi alam demi tujuan yang zalim. Syed

7
Naquib melanjutkan, sesungguhnya bagi Islam, ilmu itu termasuk iman. Di antara tujuan ilmu
adalah mengasuh dan memupuk kebaikan dengan tujuan menjaga keadilan.  
a. Ilmu merupakan sarana dan alat untuk mengenal Allah SWT. (QS.Muhammad [48]:
19). Artinya :” Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan ( yang patut disembah )
selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat
tinggalmu”.
b. Ilmu akan menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
c. Ilmu merupakan syarat utama diterimanya seluruh amalan seorang hamba, maka
orang yang beramal tanpa  ilmu akan tertolak seluruh amalannya. Sebagaimana sabda
Nabi SAW: “ Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah
(ilmu)nya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim dari ‘Aisyah binti
Abu Bakar).
Nabi juga mengingatkan kepada ahli ilmu untuk tidak menjadikan segala sesuatu menjadi
tujuannya, melainkan hanya kepada Allahlah kita mengarahkan semua usaha dan amalan kita.
“Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mencari ridha Allah, tetapi ia
mempelajarinya untuk mendapatkan dunia, kelak pada hari kiamat ia tidak akan mencium
bau surga”. (HR. Abu Daud, Ibn Majah dan Ahmad). Ilmu yang mesti dituntut oleh seorang
manusia yang mengharapkan ridha Allah ialah ilmu bermanfaat yakni ilmu-ilmu untuk
mengenal keesaan Allah termasuk di dalamnya ilmu tentang kecintaan kepada Allah,
kecintaan kepada rasulNya, kecintaan kepada para sahabat dan keyakinan bahwa kebenaran
bersama jamaah”. (Tajul Arus, Ibn ‘Athaillah Al-sakandari:477).

Ilmu bermanfaat ialah ilmu yang cahayanya terhujam dalam dada (al-Shadr) dan tirainya
tersingkap dari hati dan menerangi insan dan makhluk Allah yang lain. Ilmu bermanfaat ialah
yang dapat berdaya guna bagi kepentingan Agama. Rasulullah bersabda “Cintailah Allah
kerana Dia telah memberikan berbagai nikmatNya kepada kalian. Cintailah diriku melalui
cintamu kepada Allah, cintailah keluargaku melalui cintaku kepada mereka”. (HR. Al-
Tirmidzi). Jadi pada dasarnya tujuan utama dari menuntut ilmu ialah agar manusia lebih takut
(al-khasyah) kepada Allah dan untuk dapat memberi manfaat bagi makhluk-makhluk Allah
Azza Wajalla.

Tujuan lain daripada menuntut ilmu seperti dinyatakan Habib Zain ibn Ibrahim ibn Smith
dalam al-Fawaid al-Mukhtarah/13. Untuk menjaga agar hati terus hidup tidak mengalami

8
kematian seperti halnya orang sakit akan mati jika tidak memakan dan meminum obat.
Kematian hati dapat terjadi jika selama tiga hari tidak mendapatkan siraman hikmah (ilmu
dan nasihat).

2.3 Cara Menuntut Ilmu dan Keutamaan Ilmu


Bagi seorang muslim, menuntut ilmu adalah tanggung jawab sehingga harus
dipastikan kebenaran dan manfaatnya. Ilmu yang diperoleh nantinya digunakan untuk
memperbaiki diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Rasulullah SAW dalam sebuah hadits telah menjelaskan tugas dan tanggung jawab muslim
untuk menuntut ilmu
َ ‫ير ْال َجوْ هَ َر َواللُّْؤ لَُؤ َوال َّذه‬
‫َب‬ ِ ‫اض ُع ْال ِع ْل ِم ِع ْن َد َغي ِْر َأ ْهلِ ِه َك ُمقَلِّ ِد ْالخَ ن‬
ِ ‫َاز‬ َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
ِ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم َو َو‬
Artinya: "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu
kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di
sekitar leher hewan." (HR Ibnu Majah).
a. Berikut 6 syarat menuntut ilmu dalam Islam:
b. Cerdas akal, emosi, dan akhlak
c. Kemauan yang kuat
d. Sabar saat menemui kesulitan dan kemudahan
e. Punya cukup bekal
f. Belajar dari guru yang kompeten
g. Waktu yang tidak kurang untuk belajar.
Begitu pentingnya sebuah adab dalam Islam memunculkan sebuah pepatah Arab yang
menyatakan, “Kemuliaan itu adalah karena adab kesopanan, bukan karena keturunan.” Lalu
Imam Malik juga pernah berkata perihal nasihat ibunya ketika Imam Malik berpamit untuk
menuntut ilmu, “Pelajarilah adab darinya, sebelum kau mengambil ilmunya.” Kemudian,
Imam Abu Hanifah pun dulu lebih menyukai mempelajari kisah-kisah para ulama
dibandingkan menguasai bab fiqih. Imam Abu Hanifah berkata, “Kisah-kisah para ulama dan
duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai bab fiqih. Karena dalam kisah
mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.”Juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang
penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus
mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun
kepada orang lain.
Berikut di antara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut
ilmu syar’i.

9
a. Pertama, mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu kita
harus ikhlas karena Allah ta’ala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang
bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali
agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya
dalam (menjalankan)  agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
memurnikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah:
5)
b. Kedua, bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa
haus ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “Dua orang yang rakus
yang tidak pernah kenyang: yaitu, orang yang rakus terhadap ilmu dan tidak pernah
kenyang dengannya dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang
dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
c. Ketiga, rajin berdoa kepada Allah ta’ala, memohon ilmu yang
bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu
memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah ta’ala dan berlindung kepadaNya dari
ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum Muslimin yang justru mempelajari
ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu
hukum sekuler, dan lainnya.
d. Keempat, menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertakwa kepada Allah
ta’ala. Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak
melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi
ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan
mendatangkan siksa Allah ta’ala.
e. Kelima, tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam
menuntut ilmu. Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan
mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya. Imam Mujahid
mengatakan, “Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang
sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)
f. Keenam, mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh
atau guru. Allah ta’ala berfirman,“… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu
kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS.
az-Zumar: 17-18)

10
g. Ketujuh, diam ketika pelajaran disampaikan. Ketika belajar dan
mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada
keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak
boleh ngobrol. Allah ta’ala berfirman,“Dan apabila dibacakan Alquran, maka
dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. al-A’raaf: 204)
h. Kedelapan, mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan. Ketika belajar, seorang
penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan
manfaat) dari ayat, hadis dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil
bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang
disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia
mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr).
i. Kesembilan, mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya)
adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya
sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
2.4 Syarat-syarat Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada
persyaratan Ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1) Objetif Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2) Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu
yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

11
3) Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang
ketiga.
4) Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-
ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai
tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
ADAB-ADAB DALAM MENUNTUT ILMU :
Setelah seorang mengetahui dan memahami akan keutamaan menuntut ilmu, maka
hendaknya ia memiliki perhatian yang besar terhadap permasalahan adab-adab dalam
menuntut ilmu, diantaranya adalah;
1.      Ikhlas
Seorang penuntut ilmu sebaiknya punya perhatian besar terhadap keihlasan niat dan
tujuan dalam menuntut ilmu, yaitu hanya untuk Allah SWT. Karena menuntut ilmu
adalah ibadah, yang namanya ibadah tiadk akan diterima kecuali jika ditunjukkan hanya
untuk Allah SWT.
2.      Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Sesungguhnya seorang hamba butuh kepada kesungguhan dan semangat untuk
memperoleh ilmu. Dia harus memaksakan dirinya untuk jauh dari sifat lemah dan malas.
Karena malas akan menyebabkan terhalanginya seseorang untuk mendapatkan kebaikan
yang banyak.
3.      Minta pertolongan kepada Allah SWT.
Ini adalah perkara penting yang harus diperhatikan oleh seseorang dalammenuntut ilmu,
bahkan perkara ini adalah dasar yang harus ada dalam diri.
4.      Mengamalkan ilmu
Seseorang dalam menuntut ilmu harus punya perhatian serius terhadap perkara
mengamalkan ilmu. Karena tujuan dari menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Oleh
sebab itu, seseorang harus benar-benar berusaha mengamalkan ilmunya. Adapun jika

12
yang dilakukan hanya mengumpulkan ilmu namun berpaling dari beramal, maka ilmunya
akan mencelakakannya.

5.      Berhias dengan akhlaq mulia


Seorang berilmu sebaiknya menghiasi diriknya dengan akhlaq mulia seperti lemah
lembut, tenang, santun dan sabar.
6.      Mendakwahkan ilmu
Jika seseorang penuntut ilmu mendapatkan taufiq untuk misa mengambil manfaat dari
ilmumya, hendaknya ia juga bersemangat untuk menyampaikan ilmu dan
mengajarkannya kepada orang lain.

2.5 Keutamaan Ilmu


Ilmu merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu, Allah memerintahkan
manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata atau beramal. Firman Allah: “
Maka ketahuilah  bahwa sesungguhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan
bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki  dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad :19)Ilmu
sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah berkata: manusia paling bodoh adalah
yang membiarkan kebodohannya, manusia paling pandai adalah yang mengandalkan
ilmunya, sedangkan manusia paling utama adalah yang takut kepada Allah.
Ibnu Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang
disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas.
b. Ilmu tentang persoalan-persoalan masalalu yang dikabarkan Allah; persoalan-
persoalan masa kini, dan persoalan-persoalan masa mendatang, seperti yang
dikabarkan dalam Al-Qur’an yaitu ayat tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman,
surga, neraka, dan sebagainya.
c. Ilmu tentang perintah Allah yang berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti
iman kepada Allah melalui pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman
ini bersumber pada pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam.
Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang “Barang siapa yang Allah
menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama.” (HR
Bukhori dan Muslim)

13
Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, “Barang siapa yang menempuh suatu jalan
dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR Muslim) Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu, “Sesungguhnya
para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya.”
(HR Ahmad dan Ibnu Majjah)
Keutamaan ilmu lainnya :
Terdapat banyak dalil dari kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya terkait keutamaan ilmu dan
pemilik ilmu. Di antaranya adalah:
1. Memudahkan seseorang mendapatkan surga.

Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Artinya:"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

2. Ilmu sebagai amal jariyah.

Artinya:"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
yaitu, sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim
no. 1631)

3. Akan diangkat derajatnya oleh Allah.

Artinya:Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah (58): 11) Artinya:

"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS. Al-
Mulk : 10)

4. Orang berilmu adalah orang yang paling takut dengan Allah.

Seperti dalam surah Fatir 28, Allah menjelaskan seseorang dengan ilmu akan lebih
memahami bagaimana kehidupan diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa
Allah sebagai sang Maha Pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang
mengandung dosa karena ia memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran Allah
SWT.

Artinya:

14
"Dan demikian pula di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan
ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah
yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha
Pengampun."

5. Orang berilmu diberi kebaikan di dunia dan akhirat oleh Allah.

Artinya:"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah


akan memahamkan dia tentang agama." (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037)

Karakteristik Ilmu dalam Islam

A. Sumber dan Metode Ilmu


Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti
tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu dalam Islam berdasarkan paham
kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah Swt. Tujuan dari semua ilmu dikembangkan
berdasarkan Islam ialah untuk menunjukkan kesatupaduan dan saling berhubungan dari
segala yang ada. Turunnya wahyu Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, membawa
semangat baru bagi dunia ilmu pengetahuan, memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam
membawa manusia kepada sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru, yakni
lahirnya tradisi intel-induktif. al-qur’an menganggap ”anfus” (ego) dan ”afak” (dunia)
sebagai sumber pengetahuan. Allah menumpahkan tanda-tandaNya dalam pengalaman batin
dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas,
pengalaman batin merupakan pengembangan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan
inteleknya. Jiwa kebudayaan Islam yang diarahkan kepada yang konkrit dan terbatas serta
yang telah melahirkan metode observasi dan eksperimen bukanlah sebuah hasil kompromi
dengan pikiran Yunani.

B. Keterbatasan Ilmu
Manusia diberi anugerah oleh Allah dengan alat-alat kognitif yang alami terpasang
pada dirinya. Dengan alat ini manusia mengadakan observasi, eksperimentasi, dan
rasionalisasi. ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur (AnNahl:78)

15
Keterbatasan ilmu manusia tidak menghilangkan makna ayat-ayat Allah di alam semesta
yang diciptakan agar manusia dapat mengenal eksistensinya. Makna ayat-ayat Allah tetap
relevan mengantarkan manusia kepada Tauhid dari dahulu hingga sekarang, dari zaman batu
hingga zaman komputer.

C. Ilmu-Ilmu Semu
Banyak orang yang mempelajari ilmu pengetahuan tetapi dirinya bersikap sekuler.
Tak terkesan sedikitpun kecenderungan kepada Islam. Ilmu-ilmu seperti inilah yang disebut
sebagai ilmu yang semu karena tidak membawa manusia kepada tujuan hakiki.
Pertama, sikap apriori dari para pencari ilmu dengan tidak meyakini bahwa ajaran Islam
benar-benar dari Allah Swt, dan berguna bagi kehidupan manusia di dunia ini.
Kedua, terbelenggunya akal pikiran karena peniruan yang membabi buta terhadap karya-
karya pendahulu (nenek moyang) mereka. Ketiga, mengikuti persangkaan yang tidak
memiliki landasan ilmiah yang kokoh, hanya bersifat spekulatif belaka.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pandangan Islam ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul
terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ilmu yang benar
menurut syari’at Islam adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah serta
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini. Dalam Al-Qur’an maupun As-Sunah
kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dan dihukumi wajib. Karena
sesungguhnya ilmu merupakan syarat utama diterimanya suatu amalan.
Fungsi dan peran ilmu tiga di antaranya adalah sebagai sarana dan alat untuk
mengenal Allah SWT, sebagai penunjuk jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan, sebagai syarat utama diterimanya amalan suatu hamba. Pengetahuan agama
adalah pengetahuan yang diwahyukan, yaitu pengetahuan tentang Al-qur'an dan hadis serta
semua pengetahuan tentang isinya yang biasa dikembangkan dalam tradisi islam. Ilmu
pendidikan Islam adalah Ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-qur'an, hadis, dan akal.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://annisawally0208.blogspot.com/2016/04/ilmu-dalam-pandangan-islam.html?m=1
https://sinar5news.com/prof-dr-harapandi-tujuan-menuntut-ilmu/#:~:text=Jadi%20pada
%20dasarnya%20tujuan%20utama,makhluk%2Dmakhluk%20Allah%20Azza%20Wajalla
https://www.dictio.id/t/bagaimana-cara-atau-adab-menuntut-ilmu-yang-baik-dan-benar-
menurut-islam-agar-ilmu-pengetahuan-berkah/19653
Makhmudah, S. (2018). Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan Islam. AL-
MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman, 4(2), 202-217.
PAI, D. J. P. A. I., & Tungkal, S. A. N. K. KEUTAMAAN ILMU DAN ADAB DALAM
PERSEFEKTIF ISLAM.
Bagir, Z. A. (2008). Islam dan Ilmu Pengetahuan. Research & Development Center for
Philosophi, Science, Civilization and Spiritualism.[on line]. pada tanggal, 28.

18

Anda mungkin juga menyukai