Anda di halaman 1dari 17

KEWAJIBAN MENUNTUT DAN MENGAMALKAN ILMU

Di Susun Oleh :

Kelompok 7
Nadzheva Kaela Qurrota A'yun 2023206206128

Mei Putri Wulandari 2023206206049

Siti Aprilia 2023206206024

Siti khoiriah 2023206206156

Sonia Anjani 2023206206122

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca. Dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam proses penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.

Pringsewu, 16 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu ..................................................................................................3
2.2 Pengertian Menuntut Ilmu .................................................................................3
2.3 Etika Menuntut Ilmu ..........................................................................................3
2.4 Keutamaan Orang Yang Berilmu .......................................................................4
2.5 Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Mengamalkannya Di Dalam Al-Qur’an ..........7
2.6 Hadist Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Mengamalkannya ..................9
2.7 Manfaat dan Hikmah Menuntut Ilmu ...............................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................13
3.2 Saran .................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menuntut ilmu dalam Islam merupakan kewajiban bagi setiap insan. Tiap-tiap
manusia (muslim) sesungguhnya memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu
(HR. Bukhari dan Muslim). Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Muslim).

Sejak Nabi Saw diangkat menjadi rasul, wahyu yang pertama kali diturunkan
adalah perkara ilmu, yakni membaca atau "iqra" agar manusia mengetahui
perkara-perkara yang tidak diketahuinya. Kata Buya Hamka, ilmu adalah kunci
rahasia alam dan makhluk. Ilmu adalah agama, sebab membebaskan manusia
dari kebodohan.

Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki potensi untuk


meraih ilmu dan mengembangkannya. Allah SWT menganugerahkan “akal”
kepada manusia agar mereka berfikir dan berencana. K.H Ahmad Dahlan
(Pendiri Muhammadiyah) menjelaskan, akal itu bagaikan sebuah biji atau bibit
yang terbenam dalam bumi, agar bibit (akal) itu tumbuh dari bumi dan
kemudian menjadi pohon besar, harus disiangi, disiram secara terus menerus.
Demikian juga dengan akal manusia, tidak akan tumbuh dan bertambah
sempurna apabila tidak disirami dengan pengetahuan.

Allah SWT menjanjikan surga bagi mereka yang senantiasa menuntut ilmu
dengan niat ikhlas semata-mata mengharap Ridha dari-Nya, dan dosanya ikut
terampuni-Nya. Sehingga suatu kenikmatan dan kesyukuran bagi orang yang
dapat menuntut ilmu, membawa kita lebih dekat dengan sang pemilik ilmu,
dimudahkan dalam mencari rejeki, dan diampuni dosa-dosanya.

1
Ada juga peribahasa yang mengatakan “kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina”.
Peribahasa ini mengandung makna penting bagi kita untuk menuntut ilmu
hingga ke negeri orang (negeri lain). Bukan tanpa alasan, hal itu karena negeri
Cina memiliki social-history yang panjang tentang perkembangan dan
peradaban ilmu pengetahuan.

Ilmu saat ini menjadi sangat penting bagi setiap insan guna meningkatkan
kualitas kesejahteraannya dan menghindarkan dari perbuatan merusak. Kata
KH. Ahmad Dahlan, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat
memperbaiki sikap dan tindakan. Ilmu sebagai bekal dalam menjalani pekerjaan
dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Sehingga
merugilah orang-orang yang berilmu, tetapi masih melakukan perbuatan
merusak terutama diri dan lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Keutamaan orang yang berilmu.
2. Kewajiban mengamalkan ilmu.
3. Hikmah memeliki ilmu pengetahuan.

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dan penulis
mendapat pembelajaran.
2. Mahasiswa mampu memahami kewajiban mengamalkan ilmu.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hikmah memiliki ilmu pengetahuan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu


Ilmu, sains atau ilmu pengetahuan adalah suatu usaha sistematis dengan
metode ilmiah dalam pengembangan dan penataan pengetahuan yang
dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi yang teruji sebagai pemahaman
manusia tentang alam semesta dan dunianya.

Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya dan


kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar
pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-
teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

2.2 Pengertian Menuntut Ilmu


Ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan serta pengetahuan. Ilmu
menjadi sebuah sarana untuk bisa menjalankan apa yang menjadi perintah
Allah kepada kita. Tidak akan sempurna akan keimanan serta tak sempurna
pula amal kecuali dengan keutamaan sebuah ilmu. Dengan ilmu Allah
disembah, dengannya juga hak Allah dijalankan, serta dengan ilmu pula
agama-Nya disebarkan.

Manusia akan lebih memerlukan ilmu daripada sebuah makanan juga


minuman. Karena pada makanan dan juga minuman hanya dibutuhkan
sebanyak dua hingga tiga kali sehari, sedangkan ilmu terus diperlukan pada
setiap waktunya.

2.3 Etika Menuntut Ilmu


Etika menuntut ilmu menurut al-Zurnuji ialah sebagai berikut:

Pertama, niat belajar. Niat yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu bukan
untuk mengharap pujian manusia, akan tetapi niat di sini hanya untuk mencari

3
keridhoan Allah agar mendapat kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Jangan sampai para penuntut ilmu salah dalam menentukan niatnya, seperti
menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia, kehormatan
ataupun kedudukan.

Kedua, memilih ilmu. Para penuntut ilmu hendaknya memilih ilmu yang paling
baik dan ilmu yang dibutuhkan untuk kehidupan agamanya untuk masa yang
akan datang. Kita perlu mendahulukan ilmu tauhid dan ma’rifat beserta
dalilnya. Para penuntut ilmu juga harus bersabar dalam menuntut ilmu dan
tabah dalah menghadapi berbagai macam cobaan.

Ketiga, menghormati guru. Termasuk menghormati ilmu adalah dengan


menghormati guru. Para penuntut ilmu juga hendaknya selalu memperhatikan
catatannya, yakni dengan selalu menulis.

Keempat, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Para penuntut ilmu


harus bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan mengulangi pelajarannya
pada malam hari. Kesungguhan yang kuat merupakan pangkal kesuksesan.

Kelima, bertawakal kepada Allah. Dalam menuntut ilmu kita harus bertawakal
kepada Allah dan tidak tergoda dengan urusan dunia. Maka dengan itu,
hendaknya para penuntut ilmu berusaha untuk mengurangi kecintaan mereka
terhadap dunia. Para penuntut ilmu harus bersabar dalam menuntut ilmu, sebab
menuntut ilmu tidak terlepas dari kesulitan. Kebanyakan ulama berpendapat
bahwa menuntut ilmu lebih utama daripada berperang.

Keenam, memanfaatkan waktu belajar. Menuntut ilmu itu dari buaian hingga
liang lahat. Dan masa cermelang dalam menuntut ilmu ialah pada masa muda,
maka manfaatkan masa muda kita untuk menuntut ilmu.

2.4 Keutamaan Orang Yang Berilmu


Orang yang berilmu lebih utama daripada orang yang tidak berilmu.
Keutamaan orang berilmu cukup banyak. Namun ada dua keutamaan yang
kadang luput dari perhatian yaitu cara melihat dan dilihat. Orang yang berilmu

4
lebih banyak melihat sesuatu dari sisi positif dalam pandangannya tidak ada
satu pun peristiwa di dunia ini yang sia-sia. Semuanya pasti ada manfaatnya.
Tentu hal ini berbeda dengan cara pandang orang yang tidak berilmu yang
sering melihat sesuatu dari sisi negatif. Setiap peristiwa terkadang disikapinya
dengan keluh kesah, caci maki dan putus asa. Tidak hanya memandang
kehidupan, keutuamaan orang berilmu juga terdapat pada saat dipandang baik
oleh Allah, manusia, maupun makhluk lainnya. Allah memandang orang
berilmu sebagai makhluk mulia sehingga derajatnya akan diangkat ketempat
yang lebih tinggi.

Manusia dan makhluk lain pun melihat orang berilmu sebagai sosok yang
mulia. Banyak diantara mereka yang merasa tenang, nyaman dan tercerahkan
ketika melihatnya dan dekat dengannya. Oleh karena itu, mereka selalu
mengapresiasi keberadaanya dengan senantiasa mendoakan dan memohon
ampunan baginya, sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadis yang berbunyi,
“Sesungguhnya para malaikat melebarkan sayapnya karena ridha kepada orang
yang menuntut ilmu. Sesungguhnya makhluk yang berada di langit dan di bumi
sampai ikan paus yang di dalam lautan senatiasa memohonkan ampun (kepada
Allah) bagi orang yang berilmu (alim)” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)dari
sahabat Abu Hurairah RA. Nabi SAW bersabda :

Artinya : “ Barangsiapa yang menempuh suatu jalan menuju ilmu, maka Allah
akan menempatkannya pada jalan menuju syurga. Dan sesungguhnya orang
yang berilmu itu di mohonkan ampun oleh makhluk-makhluk di bumi, sampai-
sampai ikan yang ada di lautan. Sesungguhnya ulama pewaris para nabi.” (HR.
Muslim).

Hadis di atas telah menjelaskan mengenai keutamaan orang yang menuntut


ilmu sebagai berikut:
1. Allah SWT akan memberikan kemudahan bagi penuntut ilmu menuju
surga.

5
2. Para malaikat bertawadu’ kepada para pencar ilmu sebagai suatu
kehormatan kepada mereka.
3. Para penghuni langit dan bumi serta ikan di lautan akan memohon ampun
kepada orang yang alim.
4. Orang yang berilmu itu kedudukannya lebih utama dari pada ahli ibadah.
5. Orang yang berilmu merupakan pewaris para Nabi.
Diantara keutamaan orang yang berilmu dan mau mengajarkan ilmunya adalah
pahala akan terus mengalir meskipun ia telah meninggal.

Berikut ini keutamaan menuntut ilmu dalam hadits Nabi SAW:


1. Dimudahkan Jalan ke Surga
Keutamaan menuntut ilmu yang pertama adalah dimudahkan jalan ke
surga, sebagaimana hadits Nabi SAW yaitu :
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

2. Ditinggikan Derajatnya
Hadis mencari ilmu lain juga menunjukan tingginya derajat orang berilmu
dibanding manusia lainnya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu: ketika menafsirkan ayat : (Allah
meninggikan orang-orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat. al-mujadalah:11); dia berkata
maksudnya adalah “Allah meninggikan orang-orang yang diberi ilmu
atas orang-orang yang beriman beberapa derajat”. (HR. Darimi) No.
356.

3. Dicintai Rasulullah
Rasulullah SAW juga mendoakan orang yang mencari ilmu seperti hadits
Nabi SAW yaitu:
“Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Semoga Allah memperindah
orang yang mendengar hadits driku lalu menghafal dan
menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang

6
menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak
pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR. Abu Daud) No. 3175.Shahih.

4. Paling Utama
Orang menjadi paling utama karena belajar Al Qur’an dan
mengajarkannya, sebagaimana sabda Nabi SAW yaitu:
“Dari Utsman bin Affan ia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang
yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) No. 4640.
Shahih.

5. Dimintakan Ampun Seisi Bumi dan Langit


Keutamaan lain orang berilmu yakni dimintakan ampun seisi bumi dan
langit sebagaimana hadits Nabi SAW yaitu:
“Dari Abu Ad Darda` ia berkata; “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya akan memintakan ampun
untuk seorang alim makhluk yang di langit dan di bumi hingga ikan hiu di
dasar laut.” (HR. Ibnu Majah) No.235. Shahih.

6. Bahagia Dunia dan Akhirat


Dengan ilmu juga akan membawa kebahagiaan bagi seseorang baik di
dunia maupun di akhirat. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yaitu:
“Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan
barangsiapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntutlah ilmu dan
barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan.”

2.5 Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Mengamalkannya Di Dalam Al-Qur’an


Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak
dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk
mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang
telah menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-
Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari
tujuan yang dicita-citakannya.

7
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya
akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan
dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi
akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.

Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dua bagian, yaitu
1. Fardhu ‘ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim
tentang Ilmu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar,
mu’amalahnya lurus dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla,
yang tertuang dalam Al Qur’an dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang
diperintahkan Allah dalam firman-Nya,
2. Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan
mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-
ilmu yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum,
kedokteran, perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada
yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan
jika tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung
resikonya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semuanya (ke


medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

8
2.6 Hadist Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Mengamalkannya
Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan. Ketika Allah telah menurunkan perintah yang mewajibkan
atas suatu hal, maka kita harus menaatinya.
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , beliau bersabda :

Artinya : Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allâh mengutusku dengannya


laksana hujan deras yang membasahi tanah. Ada tanah subur yang dapat
menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang
banyak. Ada tanah kering yang dapat menampung air, lalu Allâh memberikan
manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa meminumnya,
mengairi tanaman, dan bercocok tanam. Hujan itu juga menimpa jenis (tanah
yang) lain yaitu yang tandus, tidak dapat menampung air dan tidak pula
menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan orang yang mendalami agama
Allâh, lalu ia mengambil manfaat dari apa yang Allâh mengutus aku
dengannya, sehingga ia berilmu lalu mengajarkannya. Dan perumpamaan
orang yang tidak peduli dengannya dan tidak menerima hidayah Allâh yang
aku diutus dengannya. (Hr. Bukhori).

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi manusia berdasarkan


penerimaan dan persiapan mereka dalam menjaga ilmu, pemahaman tentang
makna maknanya, pengambilan hukum-hukumnya, dan penguraian hikmah-
hikmah dan faidahnya, menjadi tiga kelompok :

Pertama, orang yang hafal dan paham. Yaitu mereka yang menjaga ilmu dan
memahaminya, memahami makna-maknanya,mengamalkannya untuk diri
sendiri dan juga orang lain, serta mengambil atau menetapkan hukum-hukum,
hikmah dan faidah darinya. Mereka ini seperti tanah yang menyerap air –ini

9
seperti kedudukan menghafal, kemudian menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dan rerumputan yang banyak, yakni orang-orang yang di ajarkan ilmu tersebut
lalu merasakan manfaat dari ilmu yang di pelajari. Inilah pemahaman ilmu,
pengetahuan, dan pengambilan hukum, yang kedudukannya seperti
menumbuhkan tanaman dan rerumputan dengan air.

Kedua, penghafal yang dikaruniai hafalan ilmu, menyalinnya, dan


mengoreksinya, tetapi ia tidak diberikan pemahaman dalam makna-maknanya,
tidak juga dalam pengambilan hukum, penguraian hikmah-hikmah dan faidah
dari ilmu tersebut. Mereka ini seperti orang yang membaca al-Qur’ân,
menghafalnya, memperhatikan huruf-hurufnya dan i’rabnya, tetapi tidak
dikaruniai pemahaman khusus oleh Allâh, sebagaimana perkataan Ali bin Abi
Thalib z, ‘Kecuali pemahaman yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan
kepada hamba-Nya dalam kitab-Nya.

Ketiga, orang-orang yang tidak mendapat bagian dari ilmu, tidak menghafal,
tidak juga pemahaman, periwayatan, dan pengetahuan. Mereka ini seperti
tanah yang tandus, tidak dapat menumbuhkan tanaman dan tidak pula
menampung air. Mereka adalah orang orang yang sengsara dan celaka.

2.7 Manfaat dan Hikmah Menuntut Ilmu


 Menjadi Orang yang Takut Hanya kepada Allah SWT
Semakin luasnya ilmu pengetahuan seseorang, harusnya membuat dirinya
menjadi hamba yang takut kepada Tuhannya. Ilmu tersebut dapat
menjadikan dirinya merasa bahwa tidak ada yang bisa melebihi kuasa
Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Faathir ayat 28


yang berbunyi:

Artinya: "Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang


melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara

10
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun."

 Memudahkan Jalan Seseorang Meraih Surga


Keberkahan dari menuntut ilmu bisa membuat seseorang lebih mudah
meraih surga-Nya. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut:

Dari Abu al Darda ra mengatakan: Aku mendengar Rasulullah SAW


bersabda: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan ke surga, dan sesungguhnya para
malaikat membentangkan sayapnya kepada pencari ilmu, karena rida
terhadap apa yang ia perbuat.

Sesungguhnya, penghuni langit dan bumi sampai ikan-ikan di laut pun


memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Keutamaan seorang berilmu
dibandingkan ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama dibandingkan
semua bintang-bintang. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan
ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mendapatkan
bagian yang banyak." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

 Pahala Ilmu yang Diajarkan Mengalir Selamanya


Seseorang yang membagikan ilmunya kepada orang lain akan
mendapatkan pahala yang mengalir terus meski ia sudah wafat. Dari
sahabat Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah


amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

 Derajatnya Diangkat oleh Allah SWT


Ilmu membuat seseorang memiliki derajat yang berbeda di depan manusia
maupun Allah SWT. Hal tersebut dijelaskan dalam Al Quran Surat Al
Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

11
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
"Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,
"Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu
kerjakan."

 Memiliki Kualitas Berbeda di Mata Allah SWT


Selain diangkat derajatnya, seseorang yang sungguh-sungguh menuntut
ilmu karena Allah SWT maka kualitas dirinya berbeda dengan manusia
lainnya yang malas menuntut ilmu. Allah SWT berfirman:

Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pandangan umum tentang kewajiban menuntut ilmu diketahui
bahwa menuntut ilmu adalah salah satu bagian terpenting bagi kehidupan
manusia, tanpa adanya ilmu manusia tidak akan bisa berkembang. Menuntut
ilmu juga dianggap sebagai titik tolak dalam menumbuhkan kesadaran dalam
bersikap. Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang
diperoleh melalui metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun
gejala alam yang dapat diukur maupun diamati. Menuntut ilmu dalam
pandangan Islam bukan hanya ajakan saja, akan tetapi telah menjadi suatu
kewajiban bagi setiap umat Islam.

3.2 Saran
1. semua orang harus meyakini dan menyadari akan keutamaan dan
pentingnya ilmu, terutama bagi kalangan pendidik. Hendaklah kita lebih
mendalami di dalam mempelajari keutamaan dan pentingnya ilmu, baik
yang bersumber dari al-Qur’an, hadis, kitab-kitab para ulama islam. Karena
begitu besarnya keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita
tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai sabda Rasulullah
Saw bahwa menuntut ilmu tetap harus diharuskan sampai tubuh kita
terkubur dalam liang lahat.
2. Hasil yang peneliti sajikan di sini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan sumber penelitian. Akhirnya semoga karya
tulis ini bisa menambah khazanah ilmiah yang nyata dan bermanfaat bagi
penulis khususnya serta bagi pembaca umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alkaf H. Idrus. Terjemah kitab Durrotunnasihin, (Surabaya : Karya Utama)


Al-alamah syeikh Utsman bin Hasan Bin Ahmad Asy Syakir Al-Khaubawi,
Durotunnasihin, Karya Utama, Surabaya
https://almanhaj.or.id/12674-keutamaan orang-yang-berilmu-dan-
mengajarkannya-2.html.
Manik Wagiman. Kewajiban Menuntut Ilmu ( Medan : Jurnal Waraqat 2017 )
Khasanah Wikhdatun. , Kewajiban Menuntut Ilmu, Jurnal Riset Agama,Bandung,
2021

14

Anda mungkin juga menyukai