Oleh :
Kelompok 4
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
Mengamalkannya” ini dengan tepat waktu. Dalam menulis makalah ini, tidak sedikit masalah
dan rintangan yang dihadapi oleh penulis, namun berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
walaupun dengan banyak kekurangan. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada Bapak Sujino, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing mata kuliah AIK IV “Keutamaan
penulis dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan
kepada berbagai pihak yang tidak\ bisa penulis ucapkan satu-persatu. Akhir kata penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan perbaikan dalam menyusun makalah
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER.............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 4
2.1 Perintah Menuntut Ilmu.............................................................................. 4
2.2 Keutamaan Orang Berilmu......................................................................... 7
2.3 Kewajiban Mengamalkan Ilmu................................................................... 10
2.4 Kedudukan Ulama Dalam Islam................................................................. 11
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 23
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 23
3.2 Saran........................................................................................................... 24
3.3 Evaluasi....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 26
LAMPIRAN...................................................................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk
mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah
menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya.
Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan
yang dicita-citakannya.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak
bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya
akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan
dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan
pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu
dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua
bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. Orang yang berilmu sangat
dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Dizaman yang serba cepat, canggih, dan serba praktis ini, seseorang dituntut
perangkat teknologi dapat terhindar dari upaya- upaya jahat yang dapat merugikan
1
Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar
secara teratur (long live education). Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat
ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting
tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan InsyaAllah
dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat
mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa
kita hidup di dunia ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan
bertakwa kepadaNya. Jadi semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan,
semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di dunia memerlukan ilmu. Sebab
kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka manusia dapat
ilmu.
lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang
bertaqwa.
2
1.2 Rumusan Masalah
ini adalah :
3
BAB II
PEMBAHASAN
tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk
mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah
menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya.
Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan
yang dicita-citakannya.
Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu
pertama yang disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw
sebagai landasan utama perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana
dan mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang
yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Adakah sama orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-
4
orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”. (Q.S. Az Zumar [39]: 9).
Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama
antara hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari
dirinya, memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah dan
tidak mau mempelajari ilmu agama Allah; 2). Hanya orang-orang yang berakal
sehatlah yang dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan
Allah.
memahami dan mendalami ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama
orang baik oleh Allah, Allah akan memberikan kepahaman kepadanya dalam
agama Islam”. (H.R. Bukhari, Muslim). Memahami ilmu agama akan membuat
seorang muslim, baik dan benar dalam beribadah kepada Allah SWT, jauh dari
Bid’ah atau hal-hal lain yang membatalkan ibadah kita. Serta mampu membentengi
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.
1). Fardhu ‘ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang
Ilmu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus
dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al
Qur’an dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam
Melainkan Allah”. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga yang dimaksudkan oleh
Rasulullah Saw dalam haditsnya, “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”.
5
(H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama
2). Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan
perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang
mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak
bagi orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-Nya serta
adalah cahaya yang dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan kitab-
kitab, dan dengannya pula memberi petunjuk dari kesesatan dan kebodohan.
Allah SWT dan Rasul-Nya telah pula menentukan pedoman bagi kita
hingga akhir zaman, barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As
Sunnah (Hadis) Sahih, tidak akan sesat selamanya. Sebagaimana firman Allah SWT
dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rosul (sunnahnya),
6
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “. (Q.S. An Nisa [4] : 59). Dan
berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan sesat selamanya, (yaitu) Kitab
Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R. Hakim; at-Targhib, 1 : 60).
Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama. Antara lain mengikuti majelis
taklim yang istiqomah mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah sahih di berbagai tempat
dan media. Ilmu agama ada di Qur’an , Tafsir Qur’an, juga hadis-hadis sahih, yang
sudah diterjemahkan. Jika kita tidak memahami ilmu agama Islam, bagaimana kita
bisa tahu mana perintah dan larangan Allah ? Bagaimana kita bisa tahu ibadah yang
kita lakukan itu sah dan diterima Allah ? Tapi umat Islam juga jangan sembarangan
menimba ilmu. Salah-salah memilih sumber ilmu, maka kelak ilmu yang dimiliki
7
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak
bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya
akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan
dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan
Ilmu menurut Imam Al Ghozali, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Ilmu yang bersifat Syariat
2. Ilmu yangbersifat Akal
Dari keduanya ada yang berupa Ilmiah Teoritis, dan ada yang Ilmiah Praktis
1. Ilmu Syari’at
Ilmu Syariat ini terbagi menjadi 2 :
2. Ilmu Furu' atau Cabang ( Merupakan Ilmiah Praktis ), hal ini ada
yang menyangkut Hak Alloh Ta'ala seperti segala yang terkait Ibadah,
Hak Hamba Alloh terkait dengan tata pergaulan manusia yang terdiri 2
2. Ilmu Akal
keseimbangan.
Ilmu Akal ini menurut beliau dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1.Tingkat Kesatu ialah Matematika dan Logika
8
Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh
kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu
beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS.
Mujadilah 11)
5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
9
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa
menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan
dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia
menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu
karena ridho atas apa yang dicarinya,” (HR. Ahmad dan Ibnu majah).
10
membuktikan bahwa derajat seseorang disisi Allah itu tidak dilihat dari banyaknya
ilmu yang dipelajari dan dikuasai,melainkan dilihat dari pengamalannya. Meskipun
ilmunya sedikit lalu diamalkan itu lebih baik dan berarti dari pada memiliki ilmu
yang banyak tetapi tidak diamalkan.
3. Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.
4. Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa
diamalkan.
Ali ra berkata : “Barangsiapa menyangka bahwa tanpa jerih payah beribadah
dirinya bisa mencapai derajat yang tinggi,itu berarti dia mengharapkan perkara
yang sulit datangnya. Barangsiapa menyangka bahwa dengan menyepelekan ibadah
dirinya bisa mencapai derajat tinggi,itu menunjukan kesombongan dirinya (ia sudah
merasa cukup amal ibadahnya)
Al Hasan berkata : “Mencari surga tanpa beramal adalah suatu dosa,dari
jenis dosa-dosa yang lain
Nabi Isa bersabda: “Orang yang mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mau
mengamalkannya,bagaikan seorang wanita yang berbuat zina ditempat
tersembunyi,lalu ia hamil dan perut wanita itu semakin besar,yang akhirnya
ketahuan dia hamil. Begitu juga dengan orang yang tidak mau mengamalkan
ilmunya,pada hari kiiamat nanti Allah akan memperlihatkan dia dihadapan semua
makhluk yang hadir di Makhsyar”
Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama,
serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan
mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh
perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam
kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan
11
Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya,
orang yang tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9) Dan firman-Nya Azza wa Jalla:
ٍ يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آَ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم د ََر َجا
ت
sayapnya karena tunduk akan ucapan mereka, dan seluruh makhluk hingga ikan
yang berada di airpun ikut memohonkan ampun baginya. Para ulama itu adalah
pewaris Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga
dirham, yang mereka wariskan hanyala ilmu, dan pewaris sama kedudukannya
sama dengan yang mewariskannya itu. Di dalam hadits Abi Darda radhiyallahu
“Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhya para malaikat akan
membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang
mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang alim akan dimohonkan ampun
oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.
Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan
Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah
ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sesungguhnya ia telah
Mawarid).
Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan
Allah dan ketaatan kepada-Nya. Juga melarang dari perbuatan maksiat serta
membela agama Allah. Mereka berkedudukan seperti rasul-rasul antara Allah dan
menegakkan hujjah, menepis alasan yang tak berdalih dan menerangi jalan.
antara Allah dan hamba-hamba-Nya, maka perhatikanlah bagaimana dia bisa masuk
di kalangan hamba-hamba-Nya.”
adalah yang menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya, yaitu para
Nabi dan ulama.” Sahl bin Abdullah berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat
majlisnya para Nabi, maka hendaklah dia melihat majelisnya para ulama, dimana
ada seseorang yang datang kemudian bertanya, ‘Wahai fulan apa pendapatmu
orang lain dan bertanya, ‘Apa pendapatmu tentang seorang laki-laki yang
melanggar sumpahnya dengan ucapannya ini.’ Dan ini tidak dimiliki kecuali oleh
Nabi atau orang alim. (maka cari tahulah tentang mereka itu).” Maimun bin Mahran
berkata, “Perumpamaan seorang alim disuatu negeri itu, bagaikan mata air yang
Jikalau para ulama memiliki kedudukan dan martabat yang tinggi seperti itu,
maka wajib atas orang-orang yang awam untuk menjaga kehormatan serta
yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda,
dan tidak tahu kedudukan ulama.” Dan di antara hak para ulama adalah mereka
tentang agama Allah, serta penetapan hukum-hukum dan yang semisalnya dengan
yang biasa dilakukan oleh orang-orang jahil yang tidak tahu akan kedudukan dan
Satu hal yang sudah maklum bagi setiap orang, bahwa mempercayakan
setiap cabang-cabang ilmu tidak dilakukan kecuali kepada para ahli dalam
jangan pula meminta pendapat tentang senibena kepada para dokter, maka
janganlah meminta pendapat dalam suatu ilmu kecuali kepada para ahlinya. Maka
kontemporer? Bagaimana kita meminta pendapat kepada orang yang tidak terkenal
alim mengenainya dan tidak pula punya kemampuan memahaminya jauh sekali
sebagai ulama yang mujtahid dan para imam yang kukuh ilmunya serta ahli fiqh
yang memiliki keupayaan sebagai ahli istimbath? Allah Ta’ala berfirman: "Dan
apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
(Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah
kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara
14
Dan yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam ayat ini adalah para ulama
yang 'Alim dan cermat dalam beristimbath hukum-hukum syariat baik dari kitab
maupun sunnah, karena nash-nash yang jelas tidaklah cukup untuk menjelaskan
kecuali para ulama yang berkelayakan. Abul ‘aliyah mengatakan tentang makna
“Ulil Amri” dalam ayat ini, “Mereka adalah para ulama, tidakkah kamu tahu Allah
berfirman, ‘(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri
dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)’.” Dari
Qatadah, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri
dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).”, tentulah orang-orang yang membahas dan
menyelidikinya mengetahui akan hal itu. Dan dari Ibu Juraij, “(Padahal) apabila
memberitakannya “dan kepada Ulil Amri” orang yang faqih dan faham agama. Al-
Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath al-Bari: Ibnu Attin menukil dari ad-
Dawudi, bahwasanya beliau menafsirkan firman Allah Ta’ala “Dan Kami turunkan
yang telah diturunkan kepada mereka.” An-Nahl : 44, berkata: Allah Ta’ala banyak
Nabi-Nya apa-apa yang diperlukan pada waktu itu, sedangkan apa-apa yang belum
terjadi pada saat itu, penafsirannya di wakilkan kepada para ulama. Sebagaimana
dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka. (QS. an-
15
Nisa`: 83) Al-’Allamah Abdurrahman bin Sa’di rahimahullahu menafsirkan ayat
ini: Ini merupakan pelajaran tentang adab dari Allah untuk para hamba-Nya, bahwa
perbuatan mereka tidak layak, maka sewajarnya bagi mereka, apabila ada urusan
yang penting, juga untuk kemaslahatan umum, yang berkaitan dengan keamanan
dan kebahagiaan kaum mukminin, atau ketakutan yang timbul dari suatu musibah,
maka wajib bagi mereka untuk memperjelas dan tidak tergesa-gesa untuk
menyebarkan berita itu, bahkan mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri dikalangan mereka, yang ahli dalam hal pemikiran ilmu, dan nasehat , yang
Jikalau mereka memandang pada penyebaran berita itu ada maslahat dan
dapat melindungi dari musuh-musuhnya maka hal itu dilakukan, dan apabila
mereka memandang hal itu tidak bermanfaat, atau ada manfaatnya akan tetapi
mudhorotnya lebih besar dari manfaatnya maka tidak menyebarkan berita itu, oleh
mengerahkan pikiran dan pandangannya yang lurus serta ilmunya yang benar. Dan
dalam hal ini ada kaidah tentang etika (adab) yaitu: apabila ada pembahasan dalam
suatu masalah hendaknya di berikan kepada ahlinya dan tidak mendahului mereka,
karena itu lebih dekat dengan kebenaran dan lebih selamat dari kesalahan. Juga ada
maslahat maka disebarkan atau mudharat maka dicegah. Selesai ucapan syaikh
rahimahullahu.
syariatnya tidak semua orang boleh campur tangan dalam masalah itu, kecuali para
16
ulama yang memiliki bashirah dalam agama. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
bukan alim menjadi orang yang alim, kalau seandainya ucapan dalam ilmu dan
agama itu berdasarkan kedudukan dan jabatan niscaya khalifah dan sulthan
(pemimpin negara) lebih berhak untuk berpendapat dalam ilmu dan agama. Juga
dimintai fatwa oleh manusia, dan mereka kembali kepadanya pada permasalahan
Lebih dihususkan lagi bagi para pengajar dan pendidik Agama (Syariah),
yang punya tugas besar dan komplek, selain menjadi contoh dan suri tauladan
perkataannya, perbuatannya dan prilakunya , juga punya tugas yang terus menerus
dalam kehidupannya bukan hanya dibatasi sekedar dilokasi kelas saja tetapi juga
mempunyai tugas untuk mengajarkannya diluar kelas ,seperti di masji, di rumah
dipasar dan ditempat-tempat yang lain . Oleh karena itu seorang pendidik Agama
hususnya harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut:
1. Al- Imaniyyah
17
pada diri seorang pendidik atau muallim. Maka jika seorang pendidik
tidak memiliki keyakinan ini, maka tidaklah mungkin ilmu yang ia ajarkan
bisa sampai dan meresap pada hati para pelajar.
2. Al-Khoufiyyah
ِ ﴾ َوتَ َز َّودُوا فَإ ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َو ٰى َواتَّقُو ِن يَا أُولِي اأْل َ ْلبَا
197 : ب ﴿البقرة
3. Al-Ikhlash.
Yaitu seorang pendidik ( murobby dan muallim) tidak ingin
mengharapkan sesuatu apapun yang ia lakukan yang sifatnya materi atau
duniawi ,dan juga tidak ingin mendapatkan pujian pimpinannya,
pengawasnya dan manusia pada umumnya.
18
4. Ash-Shiddiq.
( jujur atau Benar), karena jujur adalah salah satu sifat yang diajarkan
islam ,jujur dalam perkataan dan jujur dalam perbuatan dan
jujur,sebagaimana Allah berfirman
5. Al-Adlu.
Yaitu adil menempatkan sesuatu pada tempatnya, adil dalam melayani
para didiknya , adil dalam memberikan nasehat dan arahannya dan lain
sebagainya.
6. Ash-Shobru.
Sabar dalam memikul kesulitan-kesulitan yang dihadapi, karena belajar
mengajar adalah bukan pekerjaan mudah, tapi pekerjaan yang mungkin bisa
menghabiskan waktu, karena seorang pendidik atau guru harus senantiasa
mempersiapkan diri dan mencari cara pembelajaran yang lebih baik sehingga
apa yang diharapkan tercapai sesuai dengan tujuan.
19
7. Ar-Rohmah.
Jika seorang muslim harus memiliki sifat rohmah atau kasih sayang,
maka seorang guru harus lebih kasih sayang kepada para pelajarnya atau
mahasiswanya,karena guru dan pendidik adalah seorang pemberi petunjuk
yang mengajarkan manusia agar beretika dan ber akhlaqulkarimah, jika
tidak demikian , Allah subhanahu wataala berfirmsn ;
ِ فَبِ َما َرحْ َمـ ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم َولَـوْ ُك ْنتَ فَظًّــا َغلِــــــيظَ ْالقَ ْل
ب اَل ْنفَـــــــــــــــــــضُّوا ِمن َحوْ لِــكَ فَــاعْفُ َع ْنهُ ْم
١٥٩: فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِي ﴿آل عمران,اورْ هُ ْم فِي اأْل َ ْم ِر
ِ ﴾ َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش
8. Al-Amanah
Allah berfirman
اس أَ ْن تَحْ ُك ُمــوا بِ ْال َعـ ْد ِل ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم ِ إن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوا اأْل َ َمانَا
ِ َّت إِلَى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن َّ
58:صيرًا ﴿النساء ِ َبِ ِه إِ َّن هَّللا َ َكانَ يعًا ب
20
Sungguh Allah menyuruhmu meyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara
manusia hendaknya kamu menetapkanya dengan adil. Sungguh, Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah maha
mendengar maha melihat. (Q.S An-Nisa 58)
9. Rendah hati
Seorang Guru harus memiliki sifati ini, yaitu disifati dirinya dengan
tawadhu, mudah berintraksi dengan orang lain, mudah menolong orang
lain, lemah lembut, tidak cepat marah dan jauh dari sifat sombong dan
takabur.
)63 : ض هَوْ نًا َوإِ َذا خَاطَبَهُ ُم ْال َجا ِهلُونَ قَالُوا َساَل ًما (الفرقان
ِ َْو ِعبَا ُد الرَّحْ َم ِن الَّ ِذينَ يَ ْم ُشونَ َعلَى اأْل َر
21
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah, dan ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tentram
hukum dalam satu pendapat tanpa mengambil pendapat yang lain, kecuali
dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, maka orang yang tidak memiliki jabatan
Taimiyah. Dan kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberkati kita,
dengan adanya para ulama, juga memberikan kita manfaat dengan ilmu
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. . Tidak ada cara dan jalan untuk
mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah
menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya.
Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan
yang dicita-citakannya. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para
ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu
kifayah.
ditambahkan ilmu.
Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama,
serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan
23
mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh
perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam
kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan
kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama
kehormatannya.
Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah
ditanamkan dalam hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal
manusia di dunia dan di akherat. Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa
dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita sebagai umat muslim akan
3.2 Saran
menuntut ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan
akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Selain dari itu, ilmu juga memiliki
banyak keutamaan. Maka dari itu, setelah kta memahami tentang perintah menuntut
ilmu dalam islam, keutamaan ilmu dan kedudukan orang yang berilmu, kita sebagai
hari.
24
3.3 Evaluasi
2. Apa yang akan kamu lakukan jika ingin kuliah, tetapi ekonomi orang Tua tidak
memungkunkan.
darahnya syuhada. 7. mengapa orang yang ber ilmu yang dapat mengambil
manfaat dari Ilmunya lebih baik dari seribu orang ahli ibadah jelaskan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Rahmalia. (18 April 2019). Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan.
Dikutip 30 April 2021 dari Al-Farabi :
`https://aikkelompok4.blogspot.com/2019/04/kewajiban-menuntut-ilmu-
mengembangkan.html
Khairiyah, Nelti dan Endi Suhendi Zen. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti /
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
Salim, Asbar. 2015. Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan. Makalah.
(17 Mei 2015). Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan. Dikutip 30 April
2021 dari Fauzia’s Life Style : ` http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/kewajiban-
menuntut-ilmu-mengembangkan_17.html
(25 Oktober 2015). Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan. Dikutip 30
April 2021 dari T-end RI : https://tenri02.blogspot.com/2015/10/kewajiban-menuntut-
ilmu-mengembangkan.html
26
LAMPIRAN
27
28
29
30
31