Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK) IV


“Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya”

Dosen Pengampu : Sujino, M.Pd.I

Oleh :

Kelompok 4

EVIANA SHINTA DEWI NPM.19630068


KARENINA CINDY CLAUDIA NPM.196300
GUSTI PUTU ANGGI WANATA NPM.196300
ROBBY HIDAYATULLAH NPM.19630056

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah AIK IV “Keutamaan Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan

Mengamalkannya” ini dengan tepat waktu. Dalam menulis makalah ini, tidak sedikit masalah

dan rintangan yang dihadapi oleh penulis, namun berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah

berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

walaupun dengan banyak kekurangan. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada Bapak Sujino, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing mata kuliah AIK IV “Keutamaan

Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya” yang telah banyak membimbing

penulis dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan

kepada berbagai pihak yang tidak\ bisa penulis ucapkan satu-persatu. Akhir kata penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan perbaikan dalam menyusun makalah

kedepannya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Metro, 01 Mei 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER.............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 4
2.1 Perintah Menuntut Ilmu.............................................................................. 4
2.2 Keutamaan Orang Berilmu......................................................................... 7
2.3 Kewajiban Mengamalkan Ilmu................................................................... 10
2.4 Kedudukan Ulama Dalam Islam................................................................. 11
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 23
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 23
3.2 Saran........................................................................................................... 24
3.3 Evaluasi....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 26
LAMPIRAN...................................................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak

tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk

mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah

menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya.

Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan

yang dicita-citakannya.

Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak

bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya

akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan

dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan

pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu

dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua

bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. Orang yang berilmu sangat

dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Dizaman yang serba cepat, canggih, dan serba praktis ini, seseorang dituntut

untuk dapat memanfaatkan kecanggihan hasil rekayasa manusia dalam bidang

teknologi dengan sebaik-baiknya. Betapa tidak, tanpa mempedulikan hal tersebut,

seseorang akan tertinggal jauh ke belakang dalam melakukan kegiatan-kegiatan

sosial kemanusiaan. Selain itu, kemampuan menguasai dan menggunakan

perangkat teknologi dapat terhindar dari upaya- upaya jahat yang dapat merugikan

dirinya, seperti penipuan, pemerkosaan, penganiayaan, dan sebagainya.

1
Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar
secara teratur (long live education). Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat
ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting
tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan InsyaAllah
dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat
mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.

Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa

kita hidup di dunia ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan

bertakwa kepadaNya. Jadi semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan,

semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di dunia memerlukan ilmu. Sebab

kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka manusia dapat

berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan

ilmu.

Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan

martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama bagaikan

lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang

membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar

(orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang

bertaqwa.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah

ini adalah :

1. Bagaimana perintah menuntut ilmu dalam islam ?

2. Bagaimana keutamaan orang yang berilmu dalam islam ?

3. Apakah makna dari kewajiban menuntut ilmu ?

4. Bagaimana kedudukan Ulama dalam islam ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memahami perintah menuntut ilmu dalam islam.

2. Untuk menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dalam islam.

3. Untuk memahami makna dari kewajiban menuntut ilmu.

4. Untuk menjelaskan kududukan Ulama dalam islam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perintah Menuntut Ilmu

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak

tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk

mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah

menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya.

Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan

yang dicita-citakannya.

Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu

pertama yang disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw

sebagai landasan utama perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana

untuk mendapatkannya, disertai bagaimana nikmatnya memiliki ilmu,

kemuliaannya, dan urgensinya dalam mengenal ke-Maha Agung-an Sang Khalik

dan mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang

tetap. Sebagaimana firman-Nya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu

yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,

dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan

perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”.

(Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).

Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman : “…Katakanlah : “

Adakah sama orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-

4
orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran”. (Q.S. Az Zumar [39]: 9).

Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama

antara hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari

dirinya, memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah dan

larangan-Nya, dengan orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah, yang

tidak mau mempelajari ilmu agama Allah; 2). Hanya orang-orang yang berakal

sehatlah yang dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan

Allah.

Terkait hal tersebut, Rasulullah saw menandaskan bahwa menuntut,

memahami dan mendalami ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama

setiap muslim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abi Sufyan r.a., ia

mendengar Rasulullah Saw telah bersabda : “siapa yang dikehendaki menjadi

orang baik oleh Allah, Allah akan memberikan kepahaman kepadanya dalam

agama Islam”. (H.R. Bukhari, Muslim). Memahami ilmu agama akan membuat

seorang muslim, baik dan benar dalam beribadah kepada Allah SWT, jauh dari

Bid’ah atau hal-hal lain yang membatalkan ibadah kita. Serta mampu membentengi

diri dan keluarga dari aqidah berbahaya.

Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih

mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.

1). Fardhu ‘ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang

Ilmu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus

dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al

Qur’an dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam

firman-Nya, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak)

Melainkan Allah”. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga yang dimaksudkan oleh

Rasulullah Saw dalam haditsnya, “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”.
5
(H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama

Islam, hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan.

2). Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan

mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-ilmu

yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran,

perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang

mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak

ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung resikonya.

Inilah yang diserukan Allah SWT dalam firman-Nya, “Tidak sepatutnya

bagi orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak

pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan

kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu

dapat menjaga dirinya”. (Q.S. At-Taubah [9]: 122).

Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-Nya serta

menggapai keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan ilmu. Ilmu

adalah cahaya yang dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan kitab-

kitab, dan dengannya pula memberi petunjuk dari kesesatan dan kebodohan.

Dengan ilmu terungkaplah seluruh keraguan, khurafat dan kerancuan. (Q.S. Al

Maidah [5]: 15-16) dan (Q.S. Al-A’raf [7] : 157).

Allah SWT dan Rasul-Nya telah pula menentukan pedoman bagi kita

hingga akhir zaman, barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As

Sunnah (Hadis) Sahih, tidak akan sesat selamanya. Sebagaimana firman Allah SWT

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul(Nya),

dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rosul (sunnahnya),
6
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian

itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “. (Q.S. An Nisa [4] : 59). Dan

hadits nabi Saw.

“ Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu bagimu, jikalau kamu

berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan sesat selamanya, (yaitu) Kitab

Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R. Hakim; at-Targhib, 1 : 60).

Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama. Antara lain mengikuti majelis

taklim yang istiqomah mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah sahih di berbagai tempat

dan media. Ilmu agama ada di Qur’an , Tafsir Qur’an, juga hadis-hadis sahih, yang

sudah diterjemahkan. Jika kita tidak memahami ilmu agama Islam, bagaimana kita

bisa tahu mana perintah dan larangan Allah ? Bagaimana kita bisa tahu ibadah yang

kita lakukan itu sah dan diterima Allah ? Tapi umat Islam juga jangan sembarangan

menimba ilmu. Salah-salah memilih sumber ilmu, maka kelak ilmu yang dimiliki

itu akan tersesat.

2.2 Keutamaan Orang Berilmu

Penekanan terhadap pentingnya ilmu dapat terlihat juga dari kedudukan


orang-orang yang mencari, memiliki, mengajarkan dan mengamalkan ilmu
(‘ulama). Al-Qur’an menegaskan bahwa sangat berbeda sekali antara orang yang
mengetahui dan orang yang tidak mengetahui. Orang-orang yang berilmu dan
menyibukkan dirinya dalam mejelis-majelis keilmuan, tentunya di samping juga
mereka beriman, dalam penilaian Allah SWT memiliki derajat yang sangat
terhormat (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11).
Seacara khusus Nabi Muhammad saw menjamin bahwa orang yang berilmu
dan ilmunya tersebut bermanfaat bagi orang lain, maka pahalanya akan terus
mangalir walau orang yang bersangkutan telah meninggal dunia

7
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak

bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya

akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan

dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan

pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.

Ilmu menurut Imam Al Ghozali, dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Ilmu yang bersifat Syariat

2. Ilmu yangbersifat Akal

Dari keduanya ada yang berupa Ilmiah Teoritis, dan ada yang Ilmiah Praktis

1. Ilmu Syari’at

Ilmu Syariat ini terbagi menjadi 2 :

1. Ilmu Ushul (Pokok) atau Ilmu Tauhid ( Merupakan Ilmiah Teoritis)

2. Ilmu Furu' atau Cabang ( Merupakan Ilmiah Praktis ), hal ini ada

yang menyangkut Hak Alloh Ta'ala seperti segala yang terkait Ibadah,

Hak Hamba Alloh terkait dengan tata pergaulan manusia yang terdiri 2

aspek, yaitu Aspek Mu'amalah dan Aspek Mu'aqodah, serta

Hak Jiwa (Akhlak/Budi pekerti) sifat / akhlak baik harus dibina,

dimiliki, dikembangkan dan sifat / akhlak jelek harus dihindari, dibuang.

2. Ilmu Akal

Ilmu Akal itu bersifat berdiri sendiri, yang melahirkan komposisi

keseimbangan.

Ilmu Akal ini menurut beliau dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :

1.Tingkat Kesatu ialah Matematika dan Logika

2.Tingkat kedua ialah Ilmu Alamiah ( Aksi dan Reaksi Alam )

3.Tingkat ketiga, adalah Ilmu Teori tentang Realitas, berujung pada

ilmu Kenabian, Mukjijat, Teori Jiwa yang Suci.

8
Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam

hadits: ”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga

perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh

yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR Bukhori dan Muslim)

2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT:

(Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah

kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu

(juga menyatakan yang demikian itu,). (QS. Ali Imran 18)

3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta

ditambahkan ilmu sebagaimana dalam firman Allah, (… dan katakanlah:

Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114)

4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah,

(… Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian

beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS.

Mujadilah 11)

5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam

firmannya: (…. sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya

hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25).

6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firman-Nya:

(Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-

Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan

barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi

karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat

mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269)

9
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa

yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat

dia paham dalam agama,” (HR Bukhari dan Muslim).

8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa yang

menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan

memudahkan baginya jalan menuju surga,” (HR Muslim)

9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam

dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia

menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu

ia mengamalkannya dan mengajarkannya,” (HR Bukhari )

10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut

ilmu,”Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya

karena ridho atas apa yang dicarinya,” (HR. Ahmad dan Ibnu majah).

2.3 Kewajiban Mengamalkan Ilmu

Banyak orang menuntut ilmu yang tidak diamalkan,ilmunya menjadi sia-sia


hanya digunakan untuk menunjukan kehebatan dan keutamaan dirinya,serta untuk
tujuan yang berbau keduniaan.
Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah. Dalam
mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut,diantaranya :
1.         Jangan melihat tempat dan waktu dalam mengamalkan ilmu
2.         Meskipun sedikit amalkan ilmumu,
Dikisahkan ,sesungguhnya Al – Junaid setelah meninggal dunia ada seorang
yang bermimpi bertemu dia,lalu ia bertanya kepada Al – junaid : “Wahai Abu
Qasim (imam junaid), bagaimana keadaanmu setelah meninggal? ,Al – Junaid
menjawab,”Aduh … kebaikan yang aku lakukan hilang semuanya,dan seluruh
isyarah amal-amal itu juga hilang tidak ada manfa’atnya sedikitpun ,kecuali
beberapa rakaat yang aku lakukan di tengah malam”. Keterangan Al- Junaid

10
membuktikan bahwa derajat seseorang disisi Allah itu tidak dilihat dari banyaknya 
ilmu yang dipelajari dan dikuasai,melainkan dilihat dari pengamalannya. Meskipun
ilmunya sedikit lalu diamalkan itu lebih baik dan berarti dari pada memiliki ilmu
yang banyak tetapi tidak diamalkan.
3.         Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.
4.         Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa
diamalkan.
Ali ra berkata : “Barangsiapa menyangka bahwa tanpa jerih payah beribadah
dirinya bisa mencapai derajat yang tinggi,itu berarti dia mengharapkan perkara
yang sulit datangnya. Barangsiapa menyangka bahwa dengan menyepelekan ibadah
dirinya bisa mencapai derajat tinggi,itu menunjukan kesombongan dirinya (ia sudah
merasa cukup amal ibadahnya)
Al Hasan berkata : “Mencari surga tanpa beramal adalah suatu dosa,dari
jenis dosa-dosa yang lain
Nabi Isa bersabda: “Orang yang mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mau
mengamalkannya,bagaikan seorang wanita yang berbuat zina ditempat
tersembunyi,lalu ia hamil dan perut wanita itu semakin besar,yang akhirnya
ketahuan dia hamil. Begitu juga dengan orang yang tidak mau mengamalkan
ilmunya,pada hari kiiamat nanti Allah akan memperlihatkan dia dihadapan semua
makhluk yang hadir di Makhsyar”

2.4 Kedudukan Ulama dalam Islam

Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama,

serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan

mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh

perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam

kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan

ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan

kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa.

11
Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya,

menjadi agung dan mulia kehormatannya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:


ْ‫يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمونَ الَّ ِذينَ يَ ْست َِوي هَلْ قُل‬

 Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-

orang yang tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9) Dan firman-Nya Azza wa Jalla:

ٍ ‫يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آَ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم د ََر َجا‬ 
 ‫ت‬

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu

beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11)

Diantara keutamaannya adalah para malaikat akan membentangkan

sayapnya karena tunduk akan ucapan mereka, dan seluruh makhluk hingga ikan

yang berada di airpun ikut memohonkan ampun baginya. Para ulama itu adalah

pewaris Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga

dirham, yang mereka wariskan hanyala ilmu, dan pewaris sama kedudukannya

dengan yang mewariskannya, maka bagi pewaris mendapatkan kedudukan yang

sama dengan yang mewariskannya itu. Di dalam hadits Abi Darda radhiyallahu

‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah

akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhya para malaikat akan

membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang

mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang alim akan dimohonkan ampun

oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.

Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan

purnama atas seluruh bintang.

Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para

Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah

ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sesungguhnya ia telah

mendapatkan bagian yang paling banyak.” (Shahih, HR Ahmad (V/196), Abu


12
Dawud (3641), at-Tirmidzi (2682), Ibnu Majah (223) dan Ibnu Hibban (80/al-

Mawarid).

Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan

melanjutkan peranan dakwah di tengah-tengah umatnya untuk menyeru kepada

Allah dan ketaatan kepada-Nya. Juga melarang dari perbuatan maksiat serta

membela agama Allah. Mereka berkedudukan seperti rasul-rasul antara Allah dan

hamba-hamba-Nya dalam memberi nasehat, penjelasan dan petunjuk, serta untuk

menegakkan hujjah, menepis alasan yang tak berdalih dan menerangi jalan.

Muhammad bin al-Munkadir berkata, “Sesungguhnya orang alim itu perantara

antara Allah dan hamba-hamba-Nya, maka perhatikanlah bagaimana dia bisa masuk

di kalangan hamba-hamba-Nya.”

Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Manusia yang paling agung kedudukannya

adalah yang menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya, yaitu para

Nabi dan ulama.” Sahl bin Abdullah berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat

majlisnya para Nabi, maka hendaklah dia melihat majelisnya para ulama, dimana

ada seseorang yang datang kemudian bertanya, ‘Wahai fulan apa pendapatmu

terhadap seorang laki-laki yang bersumpah kepada istrinya demikian dan

demikian?’ Kemudian dia menjawab, ‘Istrinya telah dicerai.’ Kemudian datang

orang lain dan bertanya, ‘Apa pendapatmu tentang seorang laki-laki yang

bersumpah pada istrinya demikian-demikian?’ Maka dia menjawab, ‘Dia telah

melanggar sumpahnya dengan ucapannya ini.’ Dan ini tidak dimiliki kecuali oleh

Nabi atau orang alim. (maka cari tahulah tentang mereka itu).” Maimun bin Mahran

berkata, “Perumpamaan seorang alim disuatu negeri itu, bagaikan mata air yang

tawar di negeri itu.”

Jikalau para ulama memiliki kedudukan dan martabat yang tinggi seperti itu,

maka wajib atas orang-orang yang awam untuk menjaga kehormatan serta

kemuliaannya. Dari Ubadah bin Ashomit radhiyallahu ‘anhu bahwasanya


13
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Bukan termasuk umatku orang

yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda,

dan tidak tahu kedudukan ulama.” Dan di antara hak para ulama adalah mereka

tidak diremehkan dalam hal keahlian dan kemampuannya, yaitu menjelaskan

tentang agama Allah, serta penetapan hukum-hukum dan yang semisalnya dengan

mendahului mereka, atau merendahkan kedudukannya, serta sewenang-wenang

dengan kesalahannya, juga menjauhkan manusia darinya atau perbuatan-perbuatan

yang biasa dilakukan oleh orang-orang jahil yang tidak tahu akan kedudukan dan

martabat para ulama.

Satu hal yang sudah maklum bagi setiap orang, bahwa mempercayakan

setiap cabang-cabang ilmu tidak dilakukan kecuali kepada para ahli dalam

bidangnya. Jangan meminta pendapat tentang kedokteran kepada makanik, dan

jangan pula meminta pendapat tentang senibena kepada para dokter, maka

janganlah meminta pendapat dalam suatu ilmu kecuali kepada para ahlinya. Maka

bagaimana dengan ilmu syariah, pengetahuan tentang hukum-hukum dan fiqh

kontemporer? Bagaimana kita meminta pendapat kepada orang yang tidak terkenal

alim mengenainya dan tidak pula punya kemampuan memahaminya jauh sekali

sebagai ulama yang mujtahid dan para imam yang kukuh ilmunya serta ahli fiqh

yang memiliki keupayaan sebagai ahli istimbath? Allah Ta’ala berfirman: "Dan

apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,

mereka (langsung) menyiarkannya, (padahal) apabila mereka menyerahkannya

kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin

mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka

(Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah

kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara

kamu). (QS. an-Nisa`: 83)

14
Dan yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam ayat ini adalah para ulama

yang 'Alim dan cermat dalam beristimbath hukum-hukum syariat baik dari kitab

maupun sunnah, karena nash-nash yang jelas tidaklah cukup untuk menjelaskan

seluruh permasalahan kontemporer dan hukum-hukum terkini, dan tidaklah begitu

mahir untuk beristimbath serta mengerluarkan hukum-hukum dari nash-nash

kecuali para ulama yang berkelayakan. Abul ‘aliyah mengatakan tentang makna

“Ulil Amri” dalam ayat ini, “Mereka adalah para ulama, tidakkah kamu tahu Allah

berfirman, ‘(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri

di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan

dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)’.” Dari

Qatadah, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri

di antara mereka”, dia mengatakan, “Kepada ulamanya.” “Tentulah orang-orang

yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi)

dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).”, tentulah orang-orang yang membahas dan

menyelidikinya mengetahui akan hal itu. Dan dari Ibu Juraij, “(Padahal) apabila

mereka menyerahkannya kepada Rasul” sehingga beliaulah yang akan

memberitakannya “dan kepada Ulil Amri” orang yang faqih dan faham agama. Al-

Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath al-Bari: Ibnu Attin menukil dari ad-

Dawudi, bahwasanya beliau menafsirkan firman Allah Ta’ala “Dan Kami turunkan

az-Zikir (al-Qur`an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa

yang telah diturunkan kepada mereka.” An-Nahl : 44, berkata: Allah Ta’ala banyak

menurunkan perkara-perkara yang masih bersifat global, kemudian ditafsirkan oleh

Nabi-Nya apa-apa yang diperlukan pada waktu itu, sedangkan apa-apa yang belum

terjadi pada saat itu, penafsirannya di wakilkan kepada para ulama. Sebagaimana

firman Allah Ta’ala : (padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul

dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui

kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka. (QS. an-
15
Nisa`: 83) Al-’Allamah Abdurrahman bin Sa’di rahimahullahu menafsirkan ayat

ini: Ini merupakan pelajaran tentang adab dari Allah untuk para hamba-Nya, bahwa

perbuatan mereka tidak layak, maka sewajarnya bagi mereka, apabila ada urusan

yang penting, juga untuk kemaslahatan umum, yang berkaitan dengan keamanan

dan kebahagiaan kaum mukminin, atau ketakutan yang timbul dari suatu musibah,

maka wajib bagi mereka untuk memperjelas dan tidak tergesa-gesa untuk

menyebarkan berita itu, bahkan mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil

Amri dikalangan mereka, yang ahli dalam hal pemikiran ilmu, dan nasehat , yang

faham akan permasalahan, kemaslahatan dan mafsadatnya.

Jikalau mereka memandang pada penyebaran berita itu ada maslahat dan

sebagai penyemangat bagi kaum mukminin, yang membahagiakan mereka, serta

dapat melindungi dari musuh-musuhnya maka hal itu dilakukan, dan apabila

mereka memandang hal itu tidak bermanfaat, atau ada manfaatnya akan tetapi

mudhorotnya lebih besar dari manfaatnya maka tidak menyebarkan berita itu, oleh

karena itu Allah berfirman : “tentulah orang-orang yang ingin mengetahui

kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka.” Yaitu:

mengerahkan pikiran dan pandangannya yang lurus serta ilmunya yang benar. Dan

dalam hal ini ada kaidah tentang etika (adab) yaitu: apabila ada pembahasan dalam

suatu masalah hendaknya di berikan kepada ahlinya dan tidak mendahului mereka,

karena itu lebih dekat dengan kebenaran dan lebih selamat dari kesalahan. Juga ada

larangan untuk tergesa-gesa menyebarkan berita tatkala mendengarnya, yang patut

adalah dengan memperhatikan dan merenungi sebelum berbicara, apakah ada

maslahat maka disebarkan atau mudharat maka dicegah. Selesai ucapan syaikh

rahimahullahu.

Dengan penjelasan ini diketahui wahai teman-teman semua, bahwa perkara

yang sulit dan hukum-hukum yang kontemporer serta penjelasan hukum-hukum

syariatnya tidak semua orang boleh campur tangan dalam masalah itu, kecuali para
16
ulama yang memiliki bashirah dalam agama. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

rahimahullahu berkata, “Jabatan dan kedudukan tidaklah menjadikan orang yang

bukan alim menjadi orang yang alim, kalau seandainya ucapan dalam ilmu dan

agama itu berdasarkan kedudukan dan jabatan niscaya khalifah dan sulthan

(pemimpin negara) lebih berhak untuk berpendapat dalam ilmu dan agama. Juga

dimintai fatwa oleh manusia, dan mereka kembali kepadanya pada permasalahan

yang sulit difahami baik dalam ilmu ataupun agama.

Ilmu bukannya hanya sekedar dipelajari saja tetapi juga mengajarkannya


kepada orang lain ,kepada orang yang membutuhkannya, karena para ulama , para
pengajar dan pendidika adalah sebagai pewaris para Nabi, diantara tugas-tugas
tersebut ialah meluruskan kehidupan manusia menjadi berAkhlakul karimah.

‫إنما بعثت ألتمم مكارم ألخالق‬ 


Dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia

Lebih dihususkan lagi bagi para pengajar dan pendidik Agama (Syariah),
yang punya tugas besar dan komplek, selain menjadi contoh dan suri tauladan
perkataannya, perbuatannya dan prilakunya , juga punya tugas yang terus menerus
dalam kehidupannya bukan hanya dibatasi sekedar dilokasi kelas saja tetapi juga
mempunyai tugas untuk mengajarkannya diluar kelas ,seperti di masji, di rumah
dipasar dan ditempat-tempat yang lain . Oleh karena itu seorang pendidik Agama
hususnya harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut:

1. Al- Imaniyyah

Yaitu sifat keyakinan dan ke imanan kepada Allah Subhanahu wataala,


karena Syariat Allah bukan hanya sekedar Aturan ataupun undang-undang
yang dibuat oleh manusia yang berlaku disuatu negara, tetapi syariat
adalah aturann yang tidak ada kebatilan sedikitpun didalamnya. Maka sifat
imaniyah ini dijadikan sebagai dasar pokok yang harus senantiasa ada

17
pada diri seorang pendidik atau muallim. Maka jika seorang pendidik
tidak memiliki keyakinan ini, maka tidaklah mungkin ilmu yang ia ajarkan
bisa sampai dan meresap pada hati para pelajar.

2. Al-Khoufiyyah

Yaitu takut kepada Allah subhanahu wataala, karena apa yng


dilakukannya senantiasa ada dalam pengawasanNya secara sembunyi
ataupun secara terang –terangan.

ِ ‫﴾ َوتَ َز َّودُوا فَإ ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َو ٰى َواتَّقُو ِن يَا أُولِي اأْل َ ْلبَا‬     
197 : ‫ب ﴿البقرة‬

Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan


bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. Maka seorang
muslim dan seorang pendidik atau pengajar harus punya insting atau rasa
takut kepada Allah subhanahu wataala, karena taqwa dapat membantu,
menolong dan menumbuhkan keikhlasan seorang guru atau pendidik
dalam melaksanakan tugas kewajibannya,sehingga menjadikan dirinya
istiqomah ketika berada didalam sekolah atau diluar sekolah karena
merasa bahwa dirinya ada dalam pengawasan Allah subhanahu Wataala.

3. Al-Ikhlash.
Yaitu seorang pendidik ( murobby dan muallim) tidak ingin
mengharapkan sesuatu apapun yang ia lakukan yang sifatnya materi atau
duniawi ,dan juga tidak ingin mendapatkan pujian pimpinannya,
pengawasnya dan manusia pada umumnya.

18
4. Ash-Shiddiq.
( jujur atau Benar), karena jujur adalah salah satu sifat yang diajarkan
islam ,jujur dalam perkataan dan jujur dalam perbuatan dan
jujur,sebagaimana Allah berfirman

﴾33 : ‫ أولئك هم المتــــــــــــتتتقون ﴿الزمر‬, ‫والذي جاء بالصدق وصــــــــــدق به‬

Jika seorang pendidik jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan


maka seorang pendidik akan dihormati peserta didiknya, dihormati
masyarakatnya dan akan mendapatkan ketenangan , ketentraman ,
keselamatan didunia dan akan mendapatkan balasan pahala di akhirat
kelak.

5. Al-Adlu.
Yaitu adil menempatkan sesuatu pada tempatnya, adil dalam melayani
para didiknya , adil dalam memberikan nasehat dan arahannya dan lain
sebagainya.

6. Ash-Shobru.
Sabar dalam memikul kesulitan-kesulitan yang dihadapi, karena belajar
mengajar adalah bukan pekerjaan mudah, tapi pekerjaan yang mungkin bisa
menghabiskan waktu, karena seorang pendidik atau guru harus senantiasa
mempersiapkan diri dan mencari cara pembelajaran yang lebih baik sehingga
apa yang diharapkan tercapai sesuai dengan tujuan.

19
7. Ar-Rohmah.

Jika seorang muslim harus memiliki sifat rohmah atau kasih sayang,
maka seorang guru harus lebih kasih sayang kepada para pelajarnya atau
mahasiswanya,karena guru dan pendidik adalah seorang pemberi petunjuk
yang mengajarkan manusia agar beretika dan ber akhlaqulkarimah, jika
tidak demikian , Allah subhanahu wataala berfirmsn ;
ِ ‫فَبِ َما َرحْ َمـ ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم َولَـوْ ُك ْنتَ فَظًّــا َغلِــــــيظَ ْالقَ ْل‬
‫ب اَل ْنفَـــــــــــــــــــضُّوا ِمن َحوْ لِــكَ فَــاعْفُ َع ْنهُ ْم‬
١٥٩:‫ فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِي ﴿آل عمران‬,‫اورْ هُ ْم فِي اأْل َ ْم ِر‬
ِ ‫﴾ َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.

8. Al-Amanah

Yaitu bahwa manusia harus menunaikan hak-hak Allah , dan hak


manusia adalah bertanggung jawab akan kehidupannya,

‫كلم راع وكلكم مسؤول عن رعيته‬

Allah berfirman

‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُمــوا بِ ْال َعـ ْد ِل ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم‬ ِ ‫إن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوا اأْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬ َّ
58:‫صيرًا ﴿النساء‬ ِ َ‫بِ ِه إِ َّن هَّللا َ َكانَ يعًا ب‬

20
Sungguh Allah menyuruhmu meyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara
manusia hendaknya kamu menetapkanya dengan adil. Sungguh, Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah maha
mendengar maha melihat. (Q.S An-Nisa 58)

9. Rendah hati

Seorang Guru harus memiliki sifati ini, yaitu disifati dirinya dengan
tawadhu, mudah berintraksi dengan orang lain, mudah menolong orang
lain, lemah lembut, tidak cepat marah dan jauh dari sifat sombong dan
takabur.
)63 : ‫ض هَوْ نًا َوإِ َذا خَاطَبَهُ ُم ْال َجا ِهلُونَ قَالُوا َساَل ًما (الفرقان‬
ِ ْ‫َو ِعبَا ُد الرَّحْ َم ِن الَّ ِذينَ يَ ْم ُشونَ َعلَى اأْل َر‬

Adapun hamba-hamba Tuhan yang maha pengasih itu adalah orang-


orang yang berjalan di bumi Allah dengan rendah hati dan apabila orang-
orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina ), mereka
mengucapkan salam (Q.S Al-Furqan 63)

10. Banyak mengingat Allah

Seorang guru harus senantiasa dirinya ingat kepada Allah sebai


manusia biasa yang kadang-kadang benar, salah, sukses dan gagal.
Seorang guru apabila memperoleh ujian dan cobaan suka ataupun duka
tidak merasa takut dan gelisah tetapi banyak berdoa, membaca AL-Qur.an,
sehingga apapun yang menimpa dirinya tetap ia menjadi tenang dan
dijadikan sesuatu yang teamat berharga dan bernilai.

ْ ‫َط َمئِ ُّن قُلُوبُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ أَاَل بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ت‬


)28 ‫َطـــــــــــ َمئِ ُّن ْالقُلُوبُ (الرعد‬ ْ ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوت‬

21
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah, dan ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tentram

Apabila pemimpin negara saja tidak mengaku akan kemampuan itu

pada dirinya, dan tidak memerintahkan rakyatnya untuk mengikuti suatu

hukum dalam satu pendapat tanpa mengambil pendapat yang lain, kecuali

dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, maka orang yang tidak memiliki jabatan

dan kedudukan lebih tidak dianggap pendapatnya.” Selesai ucapan Ibnu

Taimiyah. Dan kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberkati kita,

dengan adanya para ulama, juga memberikan kita manfaat dengan ilmu

mereka, serta membalas mereka dengan sebaik-baik balasan.

Sesungguhnya Allah Maha mendengar dan mengabulkan permintaan.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak

tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. . Tidak ada cara dan jalan untuk

mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah

menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya.

Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan

yang dicita-citakannya. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para

ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu

kifayah.

Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya.

2. Menjadi saksi terhadap kebenaran.

3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta

ditambahkan ilmu.

4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu.

5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT.

6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar.

7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang.

8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surge.

9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu.

10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu

Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama,

serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan

23
mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh

perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam

kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan

ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan

kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama

menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia

kehormatannya.

Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah

ditanamkan dalam hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal

manusia di dunia dan di akherat. Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa

dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita sebagai umat muslim akan

menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu.

3.2 Saran

Untuk menuntut dan mengamalkan Ilmu Pengetahuan harus kita dasar


dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. agar dapat memberikan
jaminan kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.

Sebagai seorang muslim kita sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam

menuntut ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan

akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Selain dari itu, ilmu juga memiliki

banyak keutamaan. Maka dari itu, setelah kta memahami tentang perintah menuntut

ilmu dalam islam, keutamaan ilmu dan kedudukan orang yang berilmu, kita sebagai

ummat muslim diharapkan dapat mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-

hari.

24
3.3 Evaluasi

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

1. Setiap muslim diperintahkan untuk menuntut ilmu dan menga Malkannya.

Bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?

2. Apa yang akan kamu lakukan jika ingin kuliah, tetapi ekonomi orang Tua tidak

memungkunkan.

3. Jelaskan kandungan Q.S. at-Taubah/9:122!

4. Jelaskan keutamaan orang yang menyebarkan ilmu!

5. Jelaskan kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia!

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penanya ulama,lebih utama daripada

darahnya syuhada. 7. mengapa orang yang ber ilmu yang dapat mengambil

manfaat dari Ilmunya lebih baik dari seribu orang ahli ibadah jelaskan.

8. Terbagi berapakah wajib itu, berilah pengertiannya masing masing

9. jelaskan hukum menuntut ilmu agama dan ilmu umum.

10. Tuliskan hadist yang mewajibkan kita untuk menuntut ilmu .

25
DAFTAR PUSTAKA

Rahmalia. (18 April 2019). Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan.
Dikutip 30 April 2021 dari Al-Farabi :
`https://aikkelompok4.blogspot.com/2019/04/kewajiban-menuntut-ilmu-
mengembangkan.html

Khairiyah, Nelti dan Endi Suhendi Zen. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti /
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.

Salim, Asbar. 2015. Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan. Makalah.

(17 Mei 2015). Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan. Dikutip 30 April
2021 dari Fauzia’s Life Style : ` http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/kewajiban-
menuntut-ilmu-mengembangkan_17.html

(25 Oktober 2015). Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan dan Mengamalkan. Dikutip 30
April 2021 dari T-end RI : https://tenri02.blogspot.com/2015/10/kewajiban-menuntut-
ilmu-mengembangkan.html

26
LAMPIRAN

27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai