Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AGAMA ISLAM

“ISLAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERNISASI”

Dosen Pengampu :
Drs. Moh. Saifulloh, M.Fil.I

Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Septya Nurmala Hayati (2035221048)
2. Aniyatul Fitria (2035221073)
3. Muhammad Rafli Ardian (2035221075)
4. Samudro Luhur Trapsilo (2035221086)

Program Studi Teknik Rekayasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Banguan


Sipil
Departemen Teknik Infrastruktur Sipil
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi
dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan semak simal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Tidak hanya itu mungkin saja makalah
kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudul Islam Menghadapi
Tantangan Modernisasi ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Surabaya, 11 Februari 2022

Hormat kami,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep IPTEK dan Seni Dalam Islam....................................................... 3
2.2 Integrasi Iman, IPTEK dan Amal ...........................................................6
2.3 Tanggung Jawab Ilmuwan Islam Dalam Menghadapi Tantangan
Modernitas .............................................................................................7
BAB III STUDI KASUS DAN SOLUSINYA
3.1 Degradasi Moral ..................................................................................10
3.2 Melemahnya Semangat Dalam Mencari Ilmu Seperti Ilmuwan
Terdahulu ............................................................................................11
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan...............................................................................................12
DAFTAR PUSAKA ..............................................................................................13
LAMPRAN ...........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Modern merupakan suatu fase kehidupan yang berdasarkan pada cara
befikir, dan gaya hidup yang rasional. Sedangkan Islam secara
teologis, merupakan suatu bentuk sistem nilai dan ajaran yang bersifat
transenden. Hal ini berarti Islam sebagai pandangan dunia yang dapat
memberikan kacamata pada manusia dalam memahami realitas. Sedangkan
secara sosiologis, Islam merupakan suatu bentuk fenomena peradaban dan
realitas sosial kemanusiaan.
Agama islam dizaman modern saat ini sangat ditentukan dengan sejauh
mana kemampuan umat islam dalam merespon secara tepat tuntutan dan
perubahan yang terjadi. Agama dipaksa untuk bisa hidup secara eksisten serta
diharapkan memiliki nilai signifikansi moral dan kemanusiaan bagi
kelangsungan hidup umat manusia. Namun, hal itu masih bertumbukan dengan
adanya kehadiran bentuk modernitas yang terus menerus berubah diatas putaran
dunia sehingga menimbulkan gesekan bagi agama dan kehidupan dunia.
Dizaman modern saat ini, kemajuan akan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) serta seni, sangatlah berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan
manusia. Peran islam dalam perkembangan IPTEK pada dasarnya ada dua.
Pertama yaitu menjadikan aqidah islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Yang kedua, menjadikan syariah islam (yag lahir dari aqidah islam) sebagai
standar bagi pemanfaatan IPTEK dengan ketentuan halal dan haram. Disamping
itu semua jika hanya mempunyai iman dan takwa tetapi tertinggal dari ilmu
pengetahuan dan teknologi maka umat islam akan bergantung kepada bangsa
lain sehingga islam akan terpinggirkan dari percaturan dunia. Begitupun
sebaliknya bila hanya unggul secara IPTEK tetapi tidak memiliki iman dan
takwa umat islam hanya akan menjadi bangsa yang arogan.
Agama Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
terdapat berbagai pedoman dan petunjuk tentang bagaimana seharusnya
manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan yang ada. Oleh sebab itu agama.

1
harus menjadi pedoman hidup manusia yang ingin mencapai kebahagiaan hidup
baik di dunia maupun di akhirat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengkaji kaidah-kaidah
pokok islam dalam menghadapi tantangan modernisasi. Melalui kajian tersebut,
diharapkan pemahaman penulis dan pembaca terhadap isi dan makna islam
dalam menghadapi tantangan modernisasi akan meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep IPTEK dan seni dalam islam?
2. Bagaimana integrasi iman, IPTEK, dan amal?
3. Bagaimana tanggung jawab ilmuwan islam dalam menghadapi tantangan
modernitas?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka diperoleh tujuan
sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep IPTEK dan seni dalam islam.
2. Mengetahui integrasi iman, IPTEK, dan amal.
3. Mengetahui tanggung jawab ilmuwan islam dalam menghadapi tantangan
modernitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep IPTEK dan seni dalam islam


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan sosok yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu
memberikan kemampuan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.
Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan
dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk
berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa
dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji
dan digali dalam Al-Qur’an sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-
keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi
Peran Islam dalam perkembangan IPTEK adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum
Syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan IPTEK, bagaimana
pun juga bentuknya. IPTEK yang boleh dimanfaatkan adalah yang telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sedangkan Iptek yang tidak boleh dimanfaatkan
adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, keindahan, dan
kemuliaan. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul
bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap
Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi)
sifat-sifat Kemahamuliaan, Kekuasaan, dan Keagungan-Nya.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat
mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain
Islam sangat mementingkan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Berbeda dengan pandangan barat yang melandasi pengembangan IPTEK nya
hanya untuk mementingkan duniawi, maka islam mementingkan penguasaan

3
IPTEK untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian umat muslim kepada
Allah SWT dan mengemban amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah
SWT) di muka bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan
rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Qur’an yang
mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan terhadap
berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah
SWT.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama islam yang menentang fakta
ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap
ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip
pokok ajaran agama islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau
paradigma materialisme yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern
tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan
ayat-ayat suci Allah SWT (Al-Quran) serta Sunnah Rasulullah SAW melalui
agama adalah sama-sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan) Allah SWT, maka
tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena
keduanya berasal dari satu sumber yang sama yaitu Allah SWT, Zat Yang Maha
Pencipta dan Yang memelihara seluruh Alam Semesta.
Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat
yang dilekatkan Allah SWT pada penciptaan jagat raya ini. Melalui kalam-Nya
di Al-Qur’an Allah SWT mengajak manusia memandang seluruh jagat raya
dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah SWT berfirman :
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana kamu meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya
sedikit pun retak-retak?” [Q.S Qaf/50:6]
Allah SWT itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan
Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan
bahwa Rasulullah Saw bersabda :
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong
walaupun sebesar biji sawi.” Seorang lelaki bertanya, “Sesungguhnya ada
orang yang senang jika pakaiannya bagus dan sandalnya pun bagus.”

4
Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai
keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan
sesama manusia.” (HR. Muslim)
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah,
sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah
berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya,
spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya
sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan
keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda:
"Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa'i,
Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi).
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai
keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan
manusia.
Namun, bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam
kehidupan sehari-hari, nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar
seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi
konsumsi orang-orang bahkan anak- anak. Sebaiknya di kembalikan kepada Al-
Qur'an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al- Qur'an disebutkan:
"Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang
tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka
itu memperoleh azab yang menghinakan." (QS. Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang
tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah SWT, maka haram
nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena,
mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram
hukumnya.

5
2.2 Integrasi iman, IPTEK, dan amal
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dalam pandangan islam ketiga hal tersebut terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi kedalam suatu sistem
yang disebut dinul islam. Didalamya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah,
syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu, amal shaleh. Sebagaimana
Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik (Dinu Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh
(menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu
mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu agar manusia selalu ingat” (Q.S
Ibrahim/14:24-25)
Ayat diatas mengibaratkan Dinu Islam bagikan sebatang pohon yang baik. Iman
dilambangkan sebagai akar dari sebuah pohon yang menompang tegaknya
ajaran islam, Ilmu dilambangkan sebagai batang pohon yang mengeluarkan
dahan dan cabangnya yang berupa ilmu pengetahuan. Sedangkan amal dapat
dilambangkan sebagai buah dari pohon yang identik dengan teknologi dan seni.
Oleh karena itu, IPTEK yang dikembangkan dengan nilai-nilai iman dan ilmu
akan menghasilkan amal shaleh. Perbuatan baik tidak akan bernilai amal shaleh
apabila dibangun tanpa nilai iman dam ilmu yang benar. IPTEK yang tidak
dibentengi dengan keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta
tidak aka menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam semesta,
Bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.
Selain itu konsep integrasi iman serta ilmu pada pendidikan Islam
mengandung makna bahwa dalam menyelenggarakan pendidikan, iman dan
ilmu harus selalu berjalan beriringan. Iman ialah kebenaran yang diucapkan
menggunakan verbal, dibuktikan dengan hati, dan dilakukan menggunakan
tindakan. Sedangkan ilmu adalah deretan ilmu yang dari berasal Kalamullah
serta diperoleh melalui proses pendidikan. Diantara keduanya terdapat konsep

6
pendidikan Islam yang mendukung nilai keimanan dan ketakwaan seseorang
menggunakan pembentukan manusia kamil menjadi tujuan akhir

2.3 Tanggung jawab ilmuwan islam dalam menghadapi tantangan modernitas


Modernitas berasal dari kata “modern” yang memiliki makna umum adalah
segala sesuatu yang bersangkutan dengan kehidupan masa kini. Modernitas
sebagai pandangan dan sikap hidup yang bersangkutan dengan kebiasaan masa
kini, banyak dipengaruhi oleh peradaban modern. Sedangkan yang dimaksud
dengan peradaban modern, adalah peradaban yang dibentuk mula-mula dari
Eropa Barat, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Peradaban modern itu
terbentuk pada abad ke-16 melalui suatu perubahan yang penting di Eropa barat
dikenal dengan Renaisans. Peradaban Barat mempunyai pengaruh besar
terhadap modernitas, oleh karena peradaban Barat pada saat sekarang ini,
merupakan peradaban yang dominan di dunia, sebagaimana pula Islam pada
abad 6 sampai dengan abad 16 dimana pada saat masa kejayaan islam, Islam
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan peradaban Barat. Oleh
sebab itu, untuk mengenal dan mengembangkan modernitas, sangat tidak
mungkin tanpa mengetahui unsur-unsur utama peradaban Barat yang telah
terlebih dahulu terbentuk. (Suryohaniprojo, 1994).
Modern oleh para modernis Muslim seringkali dimengerti sebagai dorongan
untuk menguasai pendidikan, teknologi dan industri Barat, serta ide demokrasi
dan pemerintahan yang representatif. Oleh sebab itu, kebanyakan kaum
modernis berusaha melakukan sintesis atau penggabungan dan mencari
keselarasan antara posisi mereka dan posisi Eropa, sehingga yang menjadi isu
sentral dari modernisme adalah mengupayakan agar keyakinan agama sesuai
dengan pemikiran modern (Ahmed, 1988).
Zaman kebangkitan Islam dimulai ketika muncul kesadaran umat Islam
akan ketinggalan dan kemunduran kebudayaannya, dan mengakui kemajuan
dan kekuatan orang lain. Oleh karena itu timbullah apa yang disebut pemikiran
pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Modernitas yang dimaksud adalah
pembaharuan pemikiran, paham paham, adat istiadat dan institusi institusi lama

7
untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman, dan implikasi modernitas
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia , yaitu ekonomi, social politik dan
budaya (Nasution, 1985).
Menurut Nurcholis Madjid, ilmu pengetahuan dan agama mempunyai dua
wajah; sosial dan intelektual. Ilmu pengetahuan telah berinteraksi dengan
agama, menurut Nurcholis, umat Islam perlu melakukan pembaharuan, karena
lewat pembaharuan pemikiranlah, Islam dapat mengisi proses demokrasi yang
sedang berjalan, dan mampu menghadapi tantangan global.
Masalah agama dan pengetahuan, atau wahyu dan akal sebenarnya bukanlah
hal yang baru dalam pemikiran Islam. Berbagai cara telah dilakukan oleh
filosof-filosof Islam sebelumnya, seperti upaya yang telah dilakukan Ibnu
Rusyd, al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina untuk mempertemukan dan
menyelaraskan dua kutub ini. Golongan Mu'tazilah dari Mutakallimin juga telah
membahas ini. Bahkan sebelum Islam, masalah ini juga telah merupakan topik
pembahasan utama dalam kalangan ilmuwan Yahudi, Nasrani, dan Mazhab
Iskandariah.
Filosof Islam, Ibnu Rusyd telah mencoba membangun hubungan naql (teks)
dengan akal (penalaran rasional). Gagasan Ibnu Rusyd ini cukup dapat
dijadikan sebagai landasan kuat untuk paradigma baru dalam pengembangan
ilmu-ilmu Islam, karena di dalam dunia filsafat, Ibnu Rusyd adalah model bagi
independensi akal fikiran dan juga model bagi keberanian berfikir, khususnya
dalam melawan pemikiran yang terlembaga dalam institusi agama.
Islam sebagai agama yang universal mengajarkan kepada manusia untuk
selalu bertanggung jawab terhadap segala apa yang telah dilakukannya pada
masa lalu dan masa yang akan datang. Islam menganjurkan bahkan mewajibkan
setiap manusia untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena itu
semua akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebagai ilmuwan islam harus
paham sejauh mana tanggung jawab yang akan dipikul dengan berbagai
kemajuan ilmu pengetahuan saat ini.
Di era modernisasi ini ilmuwan islam bertanggung jawab menghidupkan
kembali semangat untuk membenahi kekurangan yang ada pada masa masa lalu

8
yaitu pada masa kejayaan islam abad ke-16. Selain itu, bertanggung jawab
menjadikan al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman dalam mengatasi semua
persoalan. Hal itu dapat dapat dilakukan dengan menghidupkan kembali potensi
akal dengan catatan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama islam.
Ilmuwan islam juga bertanggung jawab membekali generasi muda dalam
mempelajari ilmu pengetahuan dengan mental yang Tangguh, intelektual yang
tinggi, terampil dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agam islam. Hal itu
bertujuan untuk menghindari penyalaguaan ilmu pengetahuan yang dapat
membahyakan masyarakat dan alam semesta.

9
BAB III
STUDI KASUS DAN SOLUSI

3.1 Degradasi Moral


Modernisasi merupakan suatu proses perubahan zaman menuju keadaan
yang lebih maju. Modernisasi erat kaitanya dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sosial media merupakan salah satu
contoh dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Tidak
dapat dipungkiri hal itu, dapat membawa dampak pada kemerosotan moral
(Degradasi Moral).
Dari survey yang telah dilakukan masih banyak dijumpai kasus degradasi
moral pada sosial media khususnya di kalangan remaja. Hal itu dapat dilihat
dengan semakin banyak remaja yang memposting foto atau video yang tidak
senonoh tanpa memperhatikan nilai-nilai agama, mengumbar aib sendiri dan
orang lain, saling menjelekan satu sama lain, dan melakukan tindakan lainnya
yang melanggar norma-norma agama maupun negara. Dampak negatif tersebut
kemudian diterapkan dalam dunia nyata akan menimbulkan banyaknya kasus
narkoba, pergaulan bebas, ujaran kebencian, berpakaian terbuka yang dianggap
sebagai tren dan meninggalkan nilai-nilai islami. Jika degradasi moral tersebut
dibiarkan terus menerus akan menjadi malapetaka bagi manusia bahkan
mengakibatkan kekacauan bangsa dan agama.
Oleh karena itu, agama lahir menjadi pedoman dan petunjuk manusia dalam
menyikapi hidup dan kehidupan yang ada. Solusi dari kasus diatas yaitu dengan
membentengi diri sendiri dengan iman, karena pada dasarnya melakuakan
apapun dengan keimanan dan ketakwaan tidak akan menyebabkan malapetaka
bahkan kemaslahatan akan tercapai. Dalam menghadapi derasnya pengaruh
modernisasi media sosial saat ini kita dituntut untuk bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang tidak baik.

10
3.2 Melemahnya Semangat Dalam Mencari Ilmu Seperti Ilmuwan Islam
Terdahulu
Islam merupakan agama yang kaya akan ilmu pengetahuan, dibuktikan pada
sekitaran tahun 756 masehi Islam mengalami titik puncak kejayaannya dimana
sering kali disebut Islamic Golden Age atau masa kejayaan islam. Pada saaat
masa kejayaan islam inilah banyak sekali lahir tokoh ilmuwan muslim
diantaranya Abu Raihan Al Biruni, Ibnu Sina, Jabir Ibn Hayyan, Ibn Al Haytam,
dll. Islam yang dikenal khalayak umum memiliki sisi spiritualitas tinggi
membuat jarang orang mengetahui bahwa teknologi yang kita gunakan
sekarang ini merupakan hasil campur tangan ilmuwan muslim terdahulu.
sebagai umat islam seharusnya kita bangga terhadap hal tersebut dan berupaya
meningkatkan semangat kita dalam berbondong-bondong mencari ilmu.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan terhadap beberapa responden, dapat
diperoleh hasil berupa kurangnya pemahaman kaum muda terhadap peran
penting tokoh-tokoh muslim. Hal ini diperkuat menurut hasil survey bahwa
kurang kenalnya responden terhadap tokoh islam bahkan perihal Islamic
Golden Age sendiri.
Solusi yang dapat diterapkan yaitu memperkenalkan tokoh ilmuwan islam
dan penemuannya sejak dini disamping memperkenalkan dan mempelajari ilmu
agama. Hal ini dapat membentuk pola pikir kritis, semangat, dan suri tauladan
dalam menimba ilmu. disamping itu dapat juga membentuk rasa bangga dan
cinta tersendiri sebagai seorang muslim.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Di zaman modern saat ini, kemajuan IPTEK adalah hasil dari segala langkah
dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan IPTEK
dan seni. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa peran islam yang utama
dalam perkembangan IPTEK dan seni ada dua. Pertama, menjadikan Aqidah
Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam sebagai standar penggunaan IPTEK dan seni. Jadi bukan standar
manfaat (utilitarianisme) yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat islam
dalam mengaplikasikan IPTEK dan seni.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan
bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi manusia dan alam
semesta. Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagi alat bagi manusia
untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada
kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu dan amarah. Karena pada dasarnya
manusia mendapat amanah dari Allah sebagai khalifah untuk memelihara alam
agar terjaga kelestariannya dan potensinya untuk kepentingan umat manusia.
Oleh karena itu, perlu keimanan sebagai pelengkap ilmu dan penerapannya
bukan hanya menghasilkan keuntungan satu sisi saja.
Islam juga mengajarkan kepada manusia untuk selalu bertanggung jawab
terhadap segala sesuatu yang telah dilakukannya pada masa lalu ataupun masa
yang akan datang. Oleh karena itu, kita harus paham sejauh mana tanggung
jawab yang akan dipikul dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan saat ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ainiya, Q., & Karsiyah. (2017). Konsep Kesatuan Iman, Iptek, dan Amal Menuju
Terbentuknya Insan Kamil dalam Prespektif Islam. Istawa Jurnal
Pendidikan Islam, 2, No. 2, 79-114.
Azhar, S. (2017). Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Vol 4, No.
2, 235-244.
Dr. H. Choirul Mahfud, M. M. (2019). Tantangan Global Dan Lokal Islam Di
Indonesia. DI Yogyakarta: Samudra Biru (Anggota IKAPI).
Jailani, I. A. (2018). Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Perkembangan Sains
Modern. Jurnal Theologia, Vol 29, No. 1, 165-188.
Nurwardani, P., & dkk. (2016). Pendidikan Agama Islam . Jakarta : DIrektorat
Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi.
Prof. Azyumardi Azra, M. M. (2014). Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi
Di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: Kencana.
Sutarjo, J. (2014). Tanggung Jawab Cendekia Muslim Terhadap Perkembangan
Keilmuan Islam. Nizham, 3, No. 02, 153-165.
Taufik, A., Huda, M., & Maunah, B. (2005). Sejarah Pemikiran Dan Tokoh
Modernisme Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

13
LAMPIRAN
Biodata Anggota Kelompok :
Nama : Septya Nurmala Hayati
TTL : Jombang, 23 September 2003
NRP : 2035221048
Fakultas : Vokasi
Departemen : Teknik Infrastruktur Sipil
Alamat : jl. Raya dewi sartika K 25 Makarya
binangun Waru
Hobi : Mendengar musik
Motto : Punya uang banyak

Nama : Aiyatul Fitria


TTL : Pasuruan, 5 September 2003
NRP : 2035221073
Fakultas : Vokasi
Departemen : Teknik Infrastruktur Sipil
Alamat : Lingk. Krajan Timur, Pecalukan,
kec. Prigen, Kab. Pasuruan, 67157
Hobi : Mendengar musik
Motto : Jadilah Seperti Ilmu Padi

14
Nama : Muhammad Rafli Ardian
TTL : Boyolali, 11 Maret 2004
NRP : 2035221075
Fakultas : Vokasi
Departemen : Teknik Infrastruktur Sipil
Alamat : Kalikijing, Potronayan,
Nogosari, Boyolali
Hobi : Voli
Motto : "Khoirunnas anfauhum
linnas"

Nama : Samudro Luhur Trapsilo


TTL : Ponorogo, 3 Januari 2003
NRP : 2035221086
Fakultas : Vokasi
Departemen : Teknik Infrastruktur Sipil
Alamat : Jl. Cenderawasih, Desa
Manuk, Kec Siman,
Ponorogo, 63471
Hobi : Gaming
Motto : Sluman Slumun Slamet

15
PPT

16
Hasil Survey

17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai