MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam
Dosen pengampu: Dr. Syarip Hidayat., MA., M.Pd.
Dr. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Assyifa Ainunnisa 1804485
Azis Muslim 1806061
Ian Andriana 1803944
Resah 1807083
Ria Khairani Rahmah 1804425
3 B PGSD
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah Islam dan Teknologi.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjunan alam
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
Syariah Agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Kami menyampaikan rasa terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Dr.
Syarip Hidayat.,MA., M.Pd dan Bapak Dr. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd serta
semua yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membimbing dan
membantu dalam hal apapun. Kami berharap agar makalah ini bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan serta wawasan terkait Isalam dan Teknologi.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini masih banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
membutuhkan kritik dan saran untuk kemudian dapat kami perbaiki, sebab kami
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai dengan saran
yang membangun.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
BAB II ............................................................................................................................3
PEMBAHASAN .............................................................................................................3
PENUTUP .................................................................................................................... 19
3.2 Saran................................................................................................................... 19
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
1
2
8. Apa Tantangannya?
9. Apa Sains dan Teknologi dalam Tradisi Islam?
10. Apa Dampak Teknologi terhadap Islam?
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Islam
1. Arti Epitimologis
Kata “Islam” berasal dari: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk
aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman
Allah SWT: “Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah,
sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati”
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim.
Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh
pada ajaran-Nya.
2. Arti Terminology
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan Islam adalah agama
wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi
seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia.
Terminologi Islam secara bahasa (secara lafaz) memiliki beberapa makna.
Makna-makna tersebut ada kaitannya dengan sumber kata dari "Islam" itu sendiri.
Islam terdiri dari huruf dasar (dalam bahasa Arab): "Sin", "Lam", dan "Mim".
Beberapa kata dalam bahasa Arab yang memiliki huruf dasar yang sama dengan
"Islam", memiliki kaitan makna dengan Islam. Dari situlah kita bisa mengetahui
makna Islam secara bahasa.
Jadi, makna-makna Islam secara bahasa antara lain: Al istislam (berserah
diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat dan sejahtera), As Silmu
(perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj).
3
4
Teknologi merupakan pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan
proses yang membantu manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktifitas
manusia, teknologi mulai sebelum sains dan teknik.
Kata teknologi penting menggambarkan penemuan dan alat yang
menggunakan prinsip dan proses penemuan sainsifik yang baru ditemukan,
penemuan yang sangat lama seperti roda dapat disebut teknologi.
4
5
5
6
kembali dari lalat itu, amat lemahlah (pulalah) yang disembah”. (Q.S. al-Hajj, 22:
73).
6
7
7
8
8
9
mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama
ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang
hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti
mengherankannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama
Islam bukanlah agma yang sempit? Allah SWT telah berfirman yang artinya “Di
sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan”.
Teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk
teknologi canggih seperti Radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-
barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua,
kaum muda, atau anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab
atas apa yang diakibatkannya. Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua
tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasi dan alatalat canggih
yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah
yang menentukan operasionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala
manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan
dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa
nafsu dan kesenangan semata.
Kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran juga patut untuk kita apresisai
secara kritis; proses cloning (bayi tabung) misalnya, telah mendapat tanggapan
beragam dari para ulama; Sebagian kelompok agamawan menolak fertilisasi in
vitro pada manusia karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya
mempermainkan Tuhan yang merupakan Sang Pencipta. Juga banyak kalangan
menganggap bahwa pengklonan manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini
dapat dianggap sebagai “intervensi” karya Ilahi.
Sebaliknya, Sheikh Mohammad Hussein Fadlallah, seorang pemandu
spiritual muslim fundamentalis dari Lebanon berpendapat, adalah salah jika
menganggap kloning adalah suatu intervensi karya Ilahi.Peneliti dianggapnya tidak
menciptakan sesuatu yang baru. Mereka hanya menemukan suatu hukum yang baru
bagi ormanisme, sama seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in vitro dan
transplantasi organ. Professor Abdulaziz Sachedina dari Universitas Virginia
mengemukakan bahwa Allah adalah kreator terbaik. Manusia dapat saja melakukan
9
10
10
11
segolongan kecil umat yaitu mereka yang tetap teguh untuk menegakkan nilai-nilai
Islam.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menurut pandangan Al-Qur’an
mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara
tentang alam raya. Menurut ulama terdapat 750 ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang alam beserta fenomenanya dan memerintahkan manusia untuk mengetahui
dan memanfaatkannya. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 31 yang
artinya: “Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian
diperintahkan kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman “Sebutkan kepadaku
nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar”. Dari ayat di atas yang dimaksud
nama-nama adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi
mengetahui rahasia alam semesta. Adanya potensi tersebut, dan tersedianya lahan
yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam untuk membangkang pada
perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh
kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu menghantarkan
pada manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan buah dari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus
berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul
Allah Muhammad SAW pun diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu
ditambah pengetahuannya (QS Yusuf: 72).
11
12
dilakukan, agar manusia selalu melakukan observasi untuk mencari titik terang dari
apa yang telah Allah gambarkan, karena alam semesta dan proses-proses yang
terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai “ayat-ayat Allah”. Ahmad
Baiquni (1996. hal. 6). Maka, meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan
sebagai “membaca ayatullah”.
Allah telah menggambarkan tentang teknologi dalam Al-Qur’an, teknologi
bagi para pendahulu kita (para utusan Allah). Hal ini Allah gambarkan untuk kita
jadikan bahan pembelajaran dan motivasi dalam menguasai berbagai cabang ilmu.
Firman Allah yang berkaitan tenang teknologi di antaranya dalam surat al-Anbiya
80-81: “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud baju perisai untuk kamu, guna
memeliharamu dalam peperangan, maka tidakkah kamu bersyukur? Dan bagi
Sulaiman, angin yang kencang tiupannya yang menghembus ke negeri yang telah
Kami berkati, dan Kami mengetahui tentang segala sesuatu”.
Di dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa Nabi Daud as diberitahu oleh Allah
SWT tentang pembuatan baju pelindung yang dapat digunakan dalam pertempuran.
Dari pelajaran yang disampaikan Allah kepada Nabi Daud ini dapat kita lihat
perkembangan pembuatan baju besi yang dirancang khusus untuk para prajurit
dalam peperangan yang mereka hadapi baik itu berupa topi besi, rompi anti peluru
dan sebagainya, ini merupakan pengembangan dari teknologi yang telah berabad-
abad Allah ajarkan kepada nabi-Nya.
Begitu juga Nabi Sulaiman as, Allah telah menundukkan angin baginya,
hingga ia dapat melawat ke negeri sekitarnya. Dari gambaran yang Allah tunjukkan,
kita bisa melihat perkembangannya saat ini berapa banyak peralatan canggih yang
dikembangkan hampir dari semuannya menggunakan tenaga angin seperti kapal
layar, kincir angin dan alat-alat berat sejenisnya.
Kalau di abad yang lalu, umat Islam hanya bisa meraba dan menerka saja
jawaban dari teknologi. Maka dalam abad ini kita telah melihat dengan mata kepala
sendiri bagaimana teknologi roket dan pengendalian elektronik yang canggih telah
berhasil melontarkan manusia sampai ke permukaan bulan dan mengembalikannya
ke bumi serta mengirimkannya pesawat-pesawat antariksa, yang masingmasing
mempunyai misi tertntu. Al-Qur’an juga memberi tahu tentang sarana transportasi
12
13
tercanggih. Dalam Surat Yasin ayat 41-42 Allah berfirman: “Dan suatu tanda bagi
mereka adalah bahwa Kami angkat keturunan mereka dalam bahtera yang penuh
dengan muatan dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti
bahtera itu”.
Ayat tersebut menguraikan kekuasaan Allah yang mengingatkan manusia
tentang leluhurnya yang diselamatkan di atas perahu Nabi Nuh as. Dalam ayat 41
ini, Allah menerangkan tentang bahtera Nabi Nuh as yang juga memberi kepadanya
pengetahuan tentang cara pembuatan perahu itu hingga dapat digunakan.
Kemudian, dalam ayat 42 Allah juga menerangkan tentang informasi aneka alat
transformasi yang dapat digunakan manusia. Semua informasi Allah itu dapat kita
lihat dan kita rasakan keberadaannya. Quraish Shisab (2002 hal. 544).
2.8 Tantangan
1. Pemaksimalan pemanfaatan penggunaan ICT dalam Islam tentu menjadi PR
bersama umat Islam.
Beralih merujuk al-Qur’an yang berdasarkan web based tentu membutuhkan
waktu untuk pembiasaannya (habituasi), jadi personal bukan hanya transfer of
knowledge semata melainkan sudah masuk kepada wilayah budaya juga. Jadi
karena perubahan tersebut membutuhkan proses, maka dalam pelaksanaannya pun
membutuhkan kesabaran. Tidak semua orang ingin cepat beralih kepada
perkembangan teknologi baru. Masih banyak yang kerasan dan betah untuk
menggunakan sistem teknologi yang konvensional.
2. Persoalan lain yang tidak dapat diabaikan adalah kesiapan umat Islam sendiri
ketika menerima banjir informasi.
Setidaknya umat Islam harus bisa memilih dan memilah berbagai macam
informasi yang diterima, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika tidak,
maka teknologi informasi hanya akan menjadikan dan pendorong dari perpecahan
umat Islam itu sendiri. Sederhanyanya, kita perlu kedewasaan dan kebijaksanaan
dalam penggunaan ICT tersebut. Demikian yang harus menjadi catatan dalam
pengembangan ICT ke depannya.
13
14
3. Tantangan lainnya yang muncul yaitu dampak negatif dari teknologi digital
(termasuk ICT) sebagaimana yang berkembang saat ini.
Memang benar pada satu sisi memiliki dampak positif yang melimpah seperti
memudahkan seseorang untuk mencari informasi dan berkomunikasi juga kegiatan
ekonomi lainnya, seperti on-line shopping dan lain sebagainya. Pada saat yang
bersamaan muncul generasi yang tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya.
Mereka akrab di dunia maya akan tetapi tidak pada realitas sebenarnya. Kehidupan
yang sangat cepat tersebut melahirkan pribadi-pribadi yang kosong jiwanya. Untuk
itu, sikap bijak dalam pengembangan ICT sangat diperlukan, karena tanpa itu
manusia tidak lebih seperti robot yang diatur oleh sistem komputer itu sendiri.
14
15
Tulisan yang berjudul Kitab Mizân al-Hikmah ini kemudian menjadi rujukan
standar di Eropa Abad Pertengahan. (Rukmana, et al 2018).
Masyarakat Islam pada masa klasik terbukti dengan jelas telah memberikan
kontribusi besar bagi pengembangan teknologi. (Rukmana, et al 2018) Posisi
mereka pada masa itu jauh unggul di atas peradaban lainnya. Ibn Taymiyyah pernah
memberikan gambaran kondisi pada masa itu:
“Kaum Muslimin mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan baik yang
bersifat kenabian (agama) maupun rasional, yang juga pernah dikembangkan oleh
umat-umat sebelumnya. Tapi mereka, orang-orang Muslim itu, memiliki
keunggulan dengan ilmu pengetahuan yang tidak dipunyai oleh umat-umat yang
lain. Ilmu pengetahuan rasional dari umat-umat lain yang sampai ke tangan orang-
orang Muslim kemudian dikembangkan, baik pengungkapan maupun isinya,
sehingga menjadi lebih baik daripada yang ada pada umat-umat lain itu, kemudian
dibersihkan dari patokan-patokan yang palsu, dan ditambahkan kepadanya unsur
kebenaran sehingga orang-orang Muslim itu menjadi lebih unggul daripada orang-
orang lain”
15
16
Selain itu teknologi yang tidak dikendalikan dengan baik akan merusak
kehidupan manusia sendiri. Seperti yang sedang kita alami sekarang yaitu “Global
Warming”. Hal ini terjadi dikarenakan salah satu faktornya adalah ketidak sesuaian
antara sains dan teknologi. Mereka berjalan tidak beriringan. Teknologi yang
semakin maju dan sains (lingkungan) yang diabaikan. Baik buruknya teknologi, itu
tergantung dari kita yang memakainya. Hendaknya kita menghargai pula kreasi
para professor yang berusaha menciptakan alat – alat yang sesungguhnya
bermanfaat bagi kita.
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di pelbagai
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan
oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi
dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap
segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Peradaban Barat modern dan postmodern saat ini memang memperlihatkan
kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan
kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak
seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian
individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju (kelompok G-8) saja dengan
mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain
dan orang lain yang lebih lemah kekuatan iptek, ekonomi dan militernya, maka
kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan)
di Dunia Timur & Selatan.
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari
kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai
bencana alam: Tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat
pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju;
Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang
diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang
terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang.
Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi
16
17
dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi
akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju
yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya
adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara
ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan
dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang
masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan
dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut
buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai,
ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan
melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya
krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-
bangsa Muslim.
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita
bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan
kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak
bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-
bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi
keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan
Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila
diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan
Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat Ke-
Maha-Muliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Adapun dampak positif dari adanya teknologi adalah sebagai berikut:
1. Mampu meringankan masalah yang dihadapi manusia.
2. Mengurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka.
3. Membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat
4. Membawa manusia kearah lebih modern.
5. Menyadarkan kita akan ke-Esa-an-Nya
17
18
6. Menjawab pertanyaan yang dari dulu diajukan oleh nenek moyang kita melalui
penelitian ilmiah.
Dampak negatif dari adanya Teknologi adalah sebagai berikut:
1. Dengan segala sesuatunya yang semakin mudah, menyebabkan orang-orang
menjadi malas berusaha sendiri.
2. Menjadi tergantung pada alat yang dihasilkan oleh teknologi itu sendiri.
3. Melupakan keindahan alam.
4. Masyarakat lebih menyukai yang instan – instan.
5. Dengan memanipulasi makanan yang ada, menyebabkan masyarakat kurang
gizi.
6. Kekhawatiran masyarakat terhadap Teknologi yang semakin maju
menyebabkan peradaban baru.
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan Teknologi merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita
sanggup atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi
masing-masing. Perkembangan teknologi adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari
uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan
iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar
penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
(utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek.
3.2 Saran
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah.
Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat
memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman (Jakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996), hal. 6.
Ariyadi, A. (2018). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Sudut Pandang
Islam. Jurnal Sains Komputer Dan Teknologi Informasi, 1(1), 5-10.
Ilmi, Zainal. (2012). Islam sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan. XV (1). Hal. 9-101
Jamal Misbahuddin. (2011). Konsep Islam Dalam Al-Quran. Jurnal Al-Ulum. 11
(2) 283-310.
Kamaruddin Rahmat. (2012). Pengertan Islam. [online]. Diakses di
http://www.penaraka.com/2012/04/pengertian-islam.html
Mutia. (2007). Tekhnologi dalam Al-Quran. Jurnal: Islam Futura, VI (2),70-77.
Quraish Shisab, Tafsir al-Misbah volume II (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 544.
Rukmana. (2018). Peran Tekhnologi dalam Islam. Jurnal : Studi Al-Qur an dan
Keislaman. 2(1),111-120.
20