Anda di halaman 1dari 21

HAKIKAT IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III
Dosen Pengampu : Ubad Badrudin, M.Pd.I

Disusun oleh :
Ai Susi : E1914401011
Ajang Ade Sobar : E1914401016
Egis Srimulyati : E1914401013
Lusi Fitriani : E1914401010
Rena Amelia : E1914401012
Yeni Nuraeni : E1914401015

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Hakikat Ipteks Dalam
Pandangan Islam” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III.
Berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya pembuatan makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kami tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini dan juga kepada
sumber-sumber yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami umumnya bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu dikarenakan
kemampuan kami yang terbatas.Oleh karena itu, dengan senang hati kami akan menerima
segala masukan dan saran untuk lebih memperluas pengetahuan.

Tasikmalaya, 06 Maret 2021


DAPTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... I
DAPTAR ISI.................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAAN ............................................................................. 3
2.1 Pengertian IPTEK............................................................................... 3
2.2 Konsep IPTEK Dalam Islam.............................................................. 4
2.3 Faktor IPTEK Dalam Al-Qura’an...................................................... 5
2.4 Khazanah Kemajuan IPTEK dalam Sejarah Peradaban Islam........... 7
2.5 Arah Pengembangan IPTEK dalam Islam.......................................... 10
2.6 Menunjukan Sikap dan Perilaku Islam Dalam Menghadapi
Kemajuan IPTEK................................................................................ 14
BAB III PENUTUP....................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 17
3.2 Saran.................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua.
Pertama,menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma
inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang (Zuhdi, 2015). Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib
dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan (Ilmi,
2012).
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang
yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari (Ainiyah,2013). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau menghasilkan manfaat sesaat memenuhi kebutuhan
manusia(Arsyam, M. 2020).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia(Nahadi, M., Sarimaya, F., & Rosdianti, S. R. 2011). Kesejahteraan dan
kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern
membuat orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya(Zahro,
2015).Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan
menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian IPTEK ?
2. Konsep IPTEK Dalam Islam?
3. Faktor IPTEK Dalam Al-Qura’an ?
4. Khazanah Kemajuan IPTEK dalam Sejarah Peradaban Islam ?
5. Arah Pengembangan IPTEK dalam Islam ?
6. Menunjukan Sikap dan Perilaku Islam Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEK ?

1.3 Tujuan
Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK
2. Untuk memehami dampak positif dan negatif tentang perkembangan IPTEK
3. Untuk memehami tentang pentingnya umat beragam mengikuti IPTEK
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian IPTEKS


Mengenai kata Ipteks orang berbeda pendapat, ada yang menganggap
merupakan singkatan dari dua komponen yaitu “ilmu pengetahuan” dan “teknologi”
dan ada pula yang memasukkan unsur seni di dalamnya sehingga singkatannya

menjadi ipteks. Sedangkan kata teknologi berasal dari bahasa Yunani "teknikos"
berarti "teknik". Apabila ilmu bertujuan untuk berbuat sesuatu, maka teknologi
bertujuan untuk membuat sesuatu. Karena itu maka teknologi itu berarti suatu metode
penerapan ilmu untuk keperluan kehidupan manusia (Komaruddin,1987:275-276).
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang
diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Aji, 2017).
Sedang teknologi adalah pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan
ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah
hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan iptek.
Menurut Ali Syariatidalam buku Cakrawala Islam yang ditulis oleh Amin Rais,
Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang dunia fisik dan fenomenanya. Ilmu
merupakan imagi mental manusia mengenai hal yang kongkret. Ia bertugas
menemukan hubungan prinsip, kausalitas, karakteistik di dalam diri manusia, alam,
dan entitas-entitaslainnya (M.Amin Rais,1999: 108).
Menurut Zalbawi Soejati, teknologi adalah wujud dari upaya manusia yang
sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan / sains sehingga
dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat manusia (Zalbawi
Soejoeti, 1998: 150).
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan manusia tentangalam
empiris yang disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan Teknologi merupakan
penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang tujuan sebenarnya adalah untuk
kemaslahatan manusia.
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek (Hasibuan, 2014). Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek,
bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah
yang telah diharamkan syariah Islam.

2.2 Konsep IPTEK Dalam Islam


Sudah menjadi pemikiran yang umum bahwasanya agama yang identik
dengan kesakralan dan stagnasi tidak sejalan atau bahkanbertentangan dengan ipteks
yang notabene selalu berkembang dengan pesat. Namun pemikiran ini tidak berlaku
lagi ketika agama tidak hanya dilihat dari ritualitas-ritualitas belaka namun juga
melihat nilai-nilai spiritualitas yang hakiki.
Menurut Harun Nasution, tidak tepat anggapan yang mengatakan bahwa
semua ajaran agama bersifat mutlak benar dan kekal. disamping ajaran-ajaran yang
bersifatabsolut benar dan kekal itu terdapat ajaran-ajaran yang bersifat relatif dan
nisbi, yaitu yang dapat berubah dan boleh diubah. Dalam konteks Islam, agama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, memang terdapat dua kelompok ajaran tersebut,
yaitu ajaran dasar dan ajaran dalam bentuk penafsiran dan penjelasan tentang
perincian dan pelaksanaan ajaran-ajaran dasar itu (Harun Nasution, 1995: 292).
Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untu tiap
ciptaan itu sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk cair
mendidih bila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es bila
didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu
diciptakan dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri tersebut. Karakteristik
yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan “sunnatullah”. Dari Al
Qur‟an dapat diketahui banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk
memperhatikan alam semesta, mengkaji dan meneliti ciptaan Allah (Fuad Amsari,
1995: 70).
Disinilah sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu
pengkajian terhadap sunnatullah secara obyektif, memberi kemaslahatan kepada umat
manusia, dan yang terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-nilai keislaman.
Allah SWT. secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik
dalam bentukuraian maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu‟jizat para
Rasul. Manusia yang berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu menangkap
dan mengembangkan potensi itu, sehingga teknologi Ilahiyah yang transenden
ditransformasikan menjadi teknologi manusia yang imanen(Imam Mushoffa,
Aziz.Musbikin, 2001: XII).
Studi Al Qur‟an dan Sunnah menunjukkan bahwa karena dua alasan
fundamental, Islam mengakui signifikansi sains:
1. Peranan sains dalam mengenal Tuhan
2. Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam
(Mahdi Ghulsyani, 1998: 62).
Dari sini dapat dilihat bahwa dalam Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi
digunakan sebagai sarana untuk mengenal Allah dan juga untuk melaksanakan
perintah Allah sebagai khalifatullah fil Ardsehingga sains tersebut harus membawa
kemaslahatan kepada umat manusia umumnya dan umat Islam khususnya.
Melihat banyaknya jenis bentuk seni yang ada, maka ulama berbeda pendapat
dalam memberi penilaian. Dalam hal menyanyi adan alat musiksaja jumhur
mengatakan haram namun Abu Mansyur al Baghdadi menyatakan:"Abdullah bin
Ja'far berpendapat bahwa menyanyi dan alat musik itu tidak masalah. Dia sendiri
pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan"(Abdurrahman Al-
Baghdadi, 1991: 21).
Namun menurut Quraish Shihabdalam bukunya Lentera Hatimenyatakan
bahwa seniman dan budayawan bebas melukiskan apa saja selama karyanya tersebut
dinilai sebagai bernafaskan Islam.(M. Quraish Shihab, 1999: 371).
Melihat berkembangnya seni yang ada penulis memandang pendapat Quraish
Shihablebih araif dalam menyikapi perkembangan zaman yang mana kebutuhan masa
kini tentu saja lebih komplek sifatnya dibandingkan dengan kebutuhan pada masa

awal Islam.
2.3 Fakta IPTEKS dalam al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan satu-satunya mu‟jizat yang tak lekang dimakan zaman.
Al-Qur’an ini bersifat universal untuk seluruh umat manusia. Salah satu sifat asli Al-
Qur‟an yang membedakannya dari bible adalah bahwa untuk mengilustrasikan
penegasan yang berulang-ulang tentang kemahakuasaan Tuhan, kitab tersebut
merujuk kepada suatu keragaman gejala alam(MauriceBucaille, 1998: 195).
Diantara aspek-aspek terpenting dari pemikiran ini, bahwa al-Qur'an berisi
informasi tentang fakta-fakta ilmiah yang amat sesuai dengan penemuan manusia,
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa seluruh kehidupan berasal dari air (QS. Al-Anbiya [21]: 30)
Artinya: “dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
2. Bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas (di dalam al-Qur'an disebut
dengan ad-Dukhan), (QS. Fushshilat [41]: 11)
Artinya:“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakanasap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa".
keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Selain fakta ilmiah yang disebutkan diatas juga tampak dari penamaan surat-
surat dalam Al Qur‟an antara lain: An-Nahl, An-Naml, Al-Hadid, Ad-Dukhan, An-
Najm, Al-Qomar dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari beberapa fakta ilmiah tersebut di dalam al-Qur'an, amatlah jelas bahwa al-
Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia tentang berbagai hal. Untuk mengetahui
secara detail dan seksama, maka manusialah yang harus berusaha untuk memecahkan
berbagai problematika keilmuan yang didapati dalam kehidupan ini dengan
berlandaskan pada ajaran al-Qur'an. Dengan berlandaskan kepada al-Qur'an,manusia
akan mengetahui hasil penelitiannya mengenai alam melalui "pengkomparasian
(pencocokan)" dengan al-Qur'an", apakah sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh
al-Qur'an atau sebaliknya(Nasim Butt, 2001: 60).
Disamping contoh fakta ilmiah tersebut di atas, terdapat pula ayat yang
mengisyaratkan tentang teknologi kepada umat manusia. Al-Qur'an tidak
menghidangkan teknologi suatu ilmu yang murni dan lengkap, tetapi hanya
menyinggung beberapa aspek penting dari hasil teknologi itu dengan menyebutkan
beberapa kasus atau peristiwa teknik. Perlu diingat bahwa al-Qur'an bukan buku teknik
sebagaimana juga ia bukan buku sejarah (walaupun banyak juga kisah di dalamnya),
buka buku astronomi, fisika dan lain-lain, melainkankitab suci yang berisi petunjuk dan
pedoman hidup bagi manusia.
Disamping banyak tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, Al-Qur'an juga
membahas tentang seni, hal ini dapat dilihat pada firman Allah. (QS. Asy-Syu‟ara‟
[26]: 149).
Artinya:“Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini”.
Ayat di atas menunjukkan seni pahat yang dilakukan oleh kaum nabi Shaleh
yaitu memahat gunung untuk dijadikan rumah.
Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala
sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa
dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan hati.
Selanjutnya dengan kelebihan akal dan hati, manusia mampu memahami fenomena-
fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya
kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk pengejawatahan tugas
manusia sebagai khalifah fil ardh.
Berikut beberapa urgensi pendidikan dalam Al-Qu’an :
1. Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai keutamaan, membiasakan
mereka dengan kesopanan yang tinggi.
2. Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat
3. Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Karena
manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
4. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kita dan orang-
orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
5. Serta mampu menjalankan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan
memiliki pengetahuan baik pengatahuan agama maupun pengetahuan umum.

2.4 Khazanah Kemajuan IPTEK dalam Sejarah Peradaban Islam

 Kejayaan Islam masa Dinasti Abbasiyah


Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat
(negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Dinamakan Dinasti
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas
(Bani Abbas), paman Nabi Muhammad saw. Pendiri dinasti ini Abdullah as-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.
Dalam zaman Daulah Abbasiyah, masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu
pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada
masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum,
ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Zaman ini
adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang
Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke
puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman
ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam
mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang
belum pernah ada dalam sejarah.
Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan merefleksikan terciptanya
beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam pemikiran Islam pada abad ke-8
M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan Yunani dan
Persia.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan
berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan
seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kebebasan
berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan
pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, hal mana menyebabkan
orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk
bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.

 Kegemilangan Iptek di Masa Khilafah Abasiyyah

Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517


M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan
diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku
yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan
pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam.

Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya


yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang
menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika,
Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer
udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai
Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon)
yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan al-
Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga
diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak
pernah 7 atau 9.

Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80%
nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari
sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen
gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di
Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1.

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan


sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di
Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-
Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville,
Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada.

Kekhilafahan Abbasiyah dengan kegemilangan ipteknya kini hanya tercatat


dalam buku usang sejarah Islam. Tapi jangan khawatir, someday Islam akan
kembali jaya dan tugas kita semua untuk mewujudkannya. Dinasti Abbasiyiah
membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai
oleh kekhalifahan Islam. Tradisi keilmuan berkembang pesat.

Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi,
kata Ketua Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia, Dr Muhammad Lutfi,
terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti
Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786. Saat itu, kata Lutfi, banyak lahir tokoh
dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya
adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan
nama Avicenna.

Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama ‘manzanik’,
sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam
mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya
terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat
Arab.
Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam
mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah
masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk dengan
membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli. Dinasti
Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya
diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain,
tradisi keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah. Tanggal 3
Maret 1924, khilafah Islamiyah resmi dihapus dari konstitusi Turki. Sejak saat itu
tidak ada lagi negara yang secara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi
gerakan sekularisasi yang dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang Zionis
Turki.

 Runtuhnya sebuah kejayaan

Jatuh itu memang menyakitkan. Apalagi ketika kita udah berada jauh di
puncak kesuksesan. Setelah berhasil membangun kejayaan selama 14 abad lebih,
akhirnya peradaban Islam jatuh tersungkur. Inilah kisah tragis yang dialami
peradaban Islam. Bukan tanpa sebab tentunya. Serangan pemikiran dan militer
dari Barat bertubi-tubi menguncang Islam. Akibatnya, kaum muslimin mulai
goyah. Puncaknya, adalah tergusurnya Khilafah Islamiyah di Turki dari pentas
perpolitikan dunia.

Jadi terakhir kaum muslimin hidup dalam naungan Islam adalah di tahun
1924, tepatnya tanggal 3 Maret tatkala Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di
Turki alias Konstantinopel diruntuhkan oleh kaki tangan Inggris keturunan
Yahudi, Musthafa Kemal Attaturk. Nah, dialah yang mengeluarkan perintah
untuk mengusir Khalifah Abdul Majid bin Abdul Aziz, Khalifah (pemimpin)
terakhir kaum muslimin ke Swiss, dengan cuma berbekal koper pakaian dan
secuil uang. Sebelumnya Kemal mengumumkan bahwa Majelis Nasional Turki
telah menyetujui penghapusan Khilafah.

2.5 Arah Pengembangan IPTEK dalam Islam


Allah telah menciptakan manusia dengan potensi akal untuk memahami elemen-
elemen alam, menyelidiki dan menggunakan benda-benda dalam bumi dan langit
demi kebutuhannya. Allah SWT dalam Q.S. 17(Al Isra’) 70 berfirman:

Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka didaratan dan dilautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan”.(Q.S. Al-isra’: 70)

Dalam ayat tersebut, Al-Qur’an sakhhara yang artinya menundukkan atau


merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang
dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya
berada di bawah manusia. Peran manusia sebagai khalifah dimuka bumi
menyebabkan alam semesta tunduk dalam kepemimpinan manusia yang sejalan
dengan maksud Allah SWT. Dalam QS. 13(Ar Ra’du) : 2)  

Artinya :”Allah lah Yang meninggikan langit tanpa tiang(sebagaimana) yang


kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, manundukkan matahari dan
bulan. Masing- masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur
urusan(makhluk Nya), menjelaskan tanda- tanda(kebesaranNya), supaya kamu
meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.”

Dengan kemampuan akal, ilmu, dan teknolginya manusia dapat meniru segala
kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet dapat terbang ke
udara seperti burung. Manusia dapat menembus bumi dengan teknologinya serta
menggali segala mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi.

Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam hendaknya


memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah untuk
memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari
keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah
berfirman dalam Q.S. Al Bayyinah 5:

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.”

Ayat pertama dalam Al-Qur’an adalah perintah iqra’bismirabikalladzi khalaq


(bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan). Hal ini bermakna ketundukan
manusia bukan kepada alam dan segala yang diciptakan, melainkan pada penguasa
Alam. Allama bil qalam ( yang mengajar dengan qalam). Makna qalam terus
berkembang sepanjang jalan, mulai dari alat tulis sederhana,sampai arti qalam di abad
modern ini, sepeti mesin tik,computer,mesin percetakan,cetak jarak jauh,internet, dan
handphone yang beraneka fungsinya yang terus berkembang. Qalam adalah alat tulis
dan alat perekam,sebagai lambing teknologi.

Dalam Islam segala amal perbuatan(manusia muslim) senantiasa di kaitkan


dengan keridhaan Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan petunjuk
dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus berkembang ini, manusia
diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk di kembangkan dengan memperhatikan
batasan-batasan yang telah di tentukan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus-menerus


berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang
kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi, banyak segi kehidupan manusia yang
dipermudah berpijak kepada dasar dan motif dalam pencarian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecanggihan teknologi bagi umat muslim taklain
untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk
mencari ke ridhaan Allah, sehingga dapat di capai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.

Arah perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dibutuhkan agar dalam


perkembangannya tidak menyimpang dari ketentuan hukum-hukum syara’, dan hanya
mengikuti keinginan dan hawa nafsu manusia demi kepuasan intelektualitas. Dalam
sistem pendidikan islam, strategi dan arah perkembangan iptek dapat kita lihat dalam
kerangka berikut ini:

1. Tujuan utama ilmu yang dikuasai manusia adalah dalam rangka untuk mengenal
Allah swt. sebagai Al Khaliq, menyaksikan kehadirannya dalam berbagai
fenomena yang diamati, dan mengangungkan Allah swt, serta mensyukuri atas
seluruh nikmat yang telah diberikanNya.
2. Ilmu harus dikembangkan dalam rangka menciptakan manusia yang hanya takut
kepada Allah swt. semata sehingga setiap dimensi kebenaran dapat ditegakkan
terhadap siapapun juga tanpa pandang bulu.
3. Ilmu yang dipelajari berusaha untuk menemukan keteraturan sistem, hubungan
kausalitas, dan tujuan alam semesta.
4. Ilmu dikembangkan dalam rangka mengambil manfaat dalam rangka ibadah
kepada Allah swt., sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang, dan
segala hal yang terdapat di langit atau di bumi untuk kemaslahatan umat
manusia.
5. Ilmu dikembangkan dan teknologi yang diciptakan tidak ditujukan dalam rangka
menimbulkan kerusakan di muka bumi atau pada diri manusia itu sendiri.
6. Dengan demikian, agama dan aspek pendidikan menjadi satu titik yang sangat
penting, terutama untuk menciptakan SDM (Human Resources) yang handal dan
sekaligus memiliki komitmen yang tinggi dengan nilai keagamaannya.
7. Di samping itu hal yang harus diperhatikan pembentukan SDM berkualitas imani
bukan hanya tanggung jawab pendidik semata, tetapi juga para pembuat
keputusan politik, ekonomi, dan hukum sangat menentukan.
8. Perlu dicatat bahwa akar kriminalitas, termasuk KKN, terjadi adalah
akhlaq/perilaku manusianya yang teralienasi dengan ajaran agamanya. Revolusi
terhadap perilaku manusia merupakan basis dari gerakan pembaharuan yang
benar. Oleh sebab itu sangat diperlukan co-responsible for finding solutions.
Untuk melakukan revolusi tersebut maka musti diawali dengan revolusi
pemikiran (Taghyiir)

2.6 Menunjukan Sikap dan Perilaku Islam Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEKS
Bagi orang beriman, iman dan ilmu harus seimbang. Iman merupakan stir atau
kompas sehingga orang beriman tidak kehilangan arah, dan tidak akan melupakan
Tuhan Penciptanya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan pesatnya peradaban di dunia ini
bagi umat mukmin tidaklah akan melupakan dirinya untuk mempersiapkan bekal
kehidupan yanag kekal di akhirat. Dalam mengukur kemajuan, umat mukminin, tidak
melihat hanya pada sisi peradaban dunia belaka, tapi bagaimana kehidupan mereka
sekaligus dapat menjalankan ajaran agamanya (mengikuti Al Qur’an dan Sunnah).
Dalam rangka ini hendaklah kaum muslimin tidak tertinggal di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan upaya-upaya berikut :
1. Cekatan Menciptakan Alat
Al Qur’an menyebutkan ‘allama bil qalam (Tuhan mengajar manusia dengan
qalam) apa yang belum diketahuinya. Qalam artinya alat tulis. Bahwa Tuhan 
mengajar manusia tanpa qalam bisa saja, tapi Dia hendak mendidik manusia
untuk menulis dan membaca. Tulisan membantu manusia untuk menyimpan ilmu
dan mengembangkannya. Manusia dapat saja menghafal banyak ilmu, tapi
kemampuan daya ingat manusia terbatas, sehingga tanpa alat tulis, ilmu tidak
dapat disimpan lama dan tidak dapat cepat menyebar.
Sudahkah umat Islam menemukan dan menciptakan alat? Kemajuan zaman
ditandai dengan ditemukannya alat-alat yang kini dikenal dengan teknologi.
Siapapun masyarakat yang terus mencari dan menemukan alat-alat, akan hidup
lebih mudah dan maju pesat dalam peradaban.
2. Menghargai Waktu
Ibarat pedang, kalau tak pandai memakainya, bisa melukai diri sendiri.
Demikianlah pula waktu, kalau tak cerdas menggunakannya akan berbahaya.
Masyarakat maju adalah masyarakat yang pandai dan amat menghargai waktu.
Bagi pebisnis, waktu diibaratkan uang. Sedikit lengah menggunakan waktu, akan
mengakibatkan kerugian. Tapi waktu dapat menggilas siapa saja yang tak mau
menggunakannya dengan baik. Masyarakat yang santai, malas-malasan dan tak
pandai menggunakannya bukan saja takkan maju, tapi juga akan tertinggal dan
akan tergilas oleh zaman.
Untuk menghargai dan memberikan arti yang tinggi, Tuhan sering bersumpah
menggunakan ungkapan “Demi Waktu”. Demi Waktu Malam, Waktu Siang,
Waktu Subuh, Waktu Dhuha, Demi Waktu Ashar, dsb. Maka sebagai umat Islam,
sudahkah kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya? Jawabannya akan
dibuktikan oleh kemajuan yang telah dan akan kita capai.
3. Memiliki Etos Kerja yang Kuat
Orang-orang Islam, utamanya yang berada di wilayah-wilayah yang subur dan
makmur tidak suka bekerja keras, dan tak tahan menghadapi kesulitan. Buat apa
kerja keras kalau toh dapat hidup makmur. Di Indonesia, dimana penduduknya
mayoritas umat Islam memiliki tanah yang subur sehingga digambarkan tongkat
yang dilemparsaja ke tanah akan tumbuh sebagai tanaman. Jadi buat apa susah-
susah bekerja, kalau semua tersedia dengan hidup santai.
Di daerah-daerah berpenduduk muslim, seperti negeri Arab dan kawasan
Teluk yang makmur dengan petrodolarnya, masyarakatnya tidak maksimal
bekerja. Belum pernah kita mendengar akhir-akhir ini ada penemuan baru di
bidang teknologi yang dihasilkan oleh orang muslim disana. Negara-negara yang
maju di bidang iptek dan peradaban adalah Negara-negara di mana
masyarakatnya suka bekerja keras, memiliki etos kerja yang tinggi, tekun dan
sungguh-sungguh menghadapi berbagai kesulitan. Hasil dari bersulit-sulit
menciptakan berbagai alat adalah kemudahan-kemudahan, yang kini dinikmati
bukan saja oleh mereka yang menemukannya, melainkan untuk kemakmuran bagi
seluruh umat manusia. Al Qur’an mengatakan bahwa di samping kesulitan itu
pasti ada kemudahan. Dinyatakan dalam QS. 94 (Al-Nasyrah): 5-8. al Afkaar)
dan pemahaman manusia terhadap Islam.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan manusia


tentang alam empiris yang disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan Teknologi
merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang tujuan sebenarnya adalah
untuk kemaslahatan manusia.

Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek (Hasibuan, 2014). Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek,
bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah
yang telah diharamkan syariah Islam.

3.2 Saran
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya
Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat
memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
DAPTAR PUSTAKA

Al Baghdadi, Abdurrahman. Seni Dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik & Tari.
Gema Insani Press. Jakarta. 1991
Bucaille, Maurice. Asal Usul Manusia: Menurut Bibel AL-Quran Sain. Mizan Bandung.
1998.
Ghulsyani, Mahdi. Filsafat-Sains Menurut AL-Quran. Mizan. Bandung. 1998.
Komaruddin. Kamus Riset. Angkasa. Bandung. 1987.
Shihab, M. Quraish. Lentera Hati: kisah Hikmah Dan Kehidupan. Mizan. Bandung. 1999.
Soejoeti, Zalbawi, et.al.. Al-Islam & Iptek, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1998.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Dep Dik Bud. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka .Jalarta 1999.
Tim Penyusun Ensiklopedia Indonesia. Ensiklopedia Indonesia. PT.Ikhtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta. jilid V
Ahmad Warson Munawwir.Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia,Pustaka Progressif.
Surabaya, 2002.
Rahmat Taufiq Hidayat.Khazanah Istilah Al Quran, Mizan,Bandung, 1996.
Endang Saifuddin Anshari. Ilmu Filsafat dan Agama, PT. Bina Ilmu,Surabaya, 1981. M.
Dawam Rahardjo.Ensiklopedi al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci,Paramadina, Jakarta, 2002.
Achmad Baiquni.Al-Qur’an; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dana Bhakti Prima Yasa,
Yogyakarta, 1995
https://renaoktriyani.blog.institutpendidikan.ac.id/2018/06/19/makalah-islam-dibidang-
iptek/
JURNAL, Ir. Hj. Andi Ombong Sapada, M.Si, Muhammad Arsyam, S.Pd., M.Pd, Ilmu
Pengetahuan dan TeknologiMenurut Pandangan Islam, (Disampaikan Pada Ceramah
Jamaah Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa, 28 Mei 2020)

Anda mungkin juga menyukai