Anda di halaman 1dari 12

“CABANG - CABANG ILMU FILSAFAT UMUM”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah


Mata kuliah : Filsafat Umum
Dosen : Dra. Fauziah Nurdin, M.A.

Disusun Oleh :

M. Miqdad Ramadhan F (180503030)


Muhammad Nazir (180503078)
Rizqa Muntazia (180503053)

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


PRODI S1- ILMU PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY ACEH
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Cabang-Cabang Ilmu Filsafat Umum 2

BAB III PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA 10

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Upaya untuk mencari jawaban
kebenaran melalui pendekatan berfikir secara kritis, integral, reflektif, radikal,
sistimatis, dan universal.

Masih ada upaya lain untuk menjelaskan apa itu filsafat, yaitu dengan cara
mengetahui macam-macam pengetahuan manusia. Filsafat adalah salah satu
jenis pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat. Pengetahuan adalah
keadaan tahu; pengetahuan ialah semua yang diketahui. Ini bukan definisi
pengetahuan, tetapi sekedar menunjukkan apa kira-kira pengetahuan itu.

Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-


pengetahuan lainnya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang
dikaji oleh pengetahuan itu?(Ontologi), Bagaimana caranya mendapatkan
pengetahuan tersebut?(Epistemologi), Serta untuk apa pengetahuan termaksud
dipergunakan?(Aksiologi). Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan
ini maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan
yang terdapat dalam kahasanah kehidupan kita.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
1. Apa saja Cabang – Cabang Ilmu Filsafat Umum ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Ingin Mengetahui Cabang – Cabang Ilmu Filsafat Umum

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. CABANG- CABANG ILMU FILSAFAT UMUM


1. Ontologi Ilmu
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan pendidikan kefilsafatan
yang paling kuno.1 Ontologi berasal dari dua suku kata yakni ontos yang berarti
sesuatu yang berwujud dan logos yang berarti ilmu. Oleh karena itu ontologi
dapat diartikan ilmu atau teori tentang wujud hakeket yang ada.
Objek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat digapai
panca indra.2 Sehingga yang dinamakan dengan objek ilmu adalah pengalaman
indrawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika
semata.3
Dari teori ini muncullah beberapa aliran dalam filsafat, antara lain:
a. Filsafat Materialisme
Aliran ini beranggapan bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukanlah
rohani. Aliran ini juga sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya
bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.4
b. Filsafat Idealisme
Aliran ini sering disamakan dengan spiritualisme. Idealisme memiliki arti
serba cita. Sedangkan spiritualisme berarti sebuah ruh. Idealisme diambil
dari kata “Idea” yang berarti sesuatu yng hadir dalam jiwa. Idealisme
beranggapan hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal
dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu suatu yang tak berbentuk
dan menempati ruang. Materi atau zat hanyalah suatu jenis dari pada
penjelmaan rohani.

1 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali pers, 2012, hal. 131
2 Drs. H. Mohammad Adib, M.A., Filsafat Ilmu Ontologi, Epitesmologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hal. 69
3 Ibid, hal 69.
4 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali pers, 2012, hal. 134

2
c. Filsafat Dualisme
Di aliran ini mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini beranggapan
bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yakni
hakikat materi dan hakikat rohani.
d. Filsafat Skeptisisme
Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti
(meragukan, mencurigakan) contohnya; kesulitan itu telah banyak
menimbulkan skeptis-isme terhadap kesanggupan dalam menanggapi
gejolak hubungan internasional. Skeptis yaitu kurang percaya, ragu-ragu
(terhadap keberhasilan ajaran dsb) contohnya; penderitaan dan pengalaman
menjadikan orang bersifat sinis dan skeptis. Jadi secara umum skeptisisme
adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu yang
belum tentu kebenarannya.
e. Filsafat Agnositisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda. Baik hakikat materi maupun hakikat nurani. Kata Agnositisisme
berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. A artinya not,
gno artinya know.5

Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang


menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (benar-salah),
(b) etika (baik-buruk), dan (c) estetika (indah-jelek).6 Kemudian ditambah dua
lagi yakni yang pertama, teori tentang ada:tentang hakkikat keberadaan zat,
hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran antara semuanya terangkum
dalam metafisika. Kedua, kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang
ideal, terangkum dalam politik.kelima acabang tersebut berkembang menjadi
cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang lebih spesifik lagi yang disebut
filsafat ilmu.

5 Ibid, hal. 146


6 Drs. H. Mohammad Adib, M.A., Filsafat Ilmu Ontologi, Epitesmologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008hal.70.

3
Teori ini pertama kali diutarakan oleh Plato (428-348 M) dimana dalam
teorinya disebutkan bahwa tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada idenya.
Yang dimaksud ide disini adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu.
Ide manusia menurut Plato adalah badan hidup yang kita kenal dan dapat
berpikir. 7 Pendapat kedua dikemukakan bahwa manusia mengetahui dari
pengalaman hidupnya bahwa dalam alam iini ada kebenaran.

Louis O. Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontodologi itu


mencari ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh pemikiran
ontodologi adalah pemikiran Thales, yang berpenmdapat bahwa airlah yang
menjadi ultimate subtance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua
benda hanya satu saja yaitu air.8

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani yang membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh dari negara ini yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis yakni
Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masa itu banyak orang yang belum
mebedakan antara penampakan dengan kenyataan.

Hakikat kenyataan dapat didekati ontologi melalui dua cara. Cara yang
pertama yakni dengan cara kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan itu tunggal atau jamak. Kedua, kualitatif yaitu dengan
mempertanyakan apakah kenyataan tersebut memiliki kualitas tertentu.

Ontologi secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ilmu yang


mempelajari realitas atau kenyataan konkret kritis.9 Aspek ontologi dari ilmu
pengetahuan dapat diuraikan secara:

7 Ibid, hal.71
8 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali pers, 2012, hal. 132
9 Drs. H. Mohammad Adib, M.A., Filsafat Ilmu Ontologi, Epitesmologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hal.73

4
a. Metodis, menggunakan cara ilmiah.
b. Sitematis, saling berkaitan satu sma lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan
c. Koheren, nsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d. Rasional, harus berdasar pada kaidah yang benar (logis)
e. Komperehensif, melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan
f. Radikal, diuraikan sampai akar persoalannya
g. Universal, muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di
mana saja.

Aliran dalam ontologi:


a. Realisme
b. Naturalisme
c. Empirisme

Istilah penting yang terkait dengan ontologi adalah:


a. Yang ada (being)
b. Esensi (essence)
c. Substansi (subtance)
d. Perubahan (change)
e. Tunggal (singular,one)
f. Jamak (plural/many)

Karakterisitik ontologi ilmu pengetahuan antara lain:


a. Ilmu berasal dari riset (penelitian)
b. Tidak ada konsep wahyu
c. Adanya konsep pengetahuan empiris
d. Pengetahuan rasional bukan keyakinan
e. Pengetahuan objektif
f. Pengetahuan sistematik

5
g. Pengetahuan metodologis
h. Pengetahuan observative
i. Menghargai asas verifikasi
j. Menghargai asas eksplanatif (penjelasan)
k. Menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang Kembali
l. Menghargai asas skeptikisme yang radikal
m. Melakukan pembuktian bentuk kasualitas (casuality)
n. Mengakui pengetahuan dan konsep relatif (bukan absolut)
o. Mengakui adanya logika-logika ilmiah
p. Memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah
q. Memiliki konsep tentang hukum-hukum alam yang telah dibuktikan
r. Pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak
s. Menghargai berbagai metode eksperimen
t. Melakukan terapan ilm ilmu menjadi teknologi

2. Aksiologi
Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu, untuk mengetahui
kegunaan filsafat kita memulai dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama
filsafat sebagai kumpulan teori,kedua filsafat sebagai pandangan hidup,
dan ketiga filsafat sebagai metode pemecahan masalah.10

Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat digunakan untuk memahami dan


mereaksi dunia pemikiran. Filsafat sebagai philosophy of life juga penting
dipelajari fungsinya mirip sekali dengan agama. Singkatnya, filsafat sebagai
philoshopy of life gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.

Filsafat juga sebagai methodology dalam memecahkan masalah. Sesuai


dengan sifat filsafat, ia akan menyelesaikan masalah secara mendalam dan
universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya menyelesaikan
masalah dengan cara pertama-tama mencari penyebab yang paling awal

10 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal.42

6
munculnya masalah. Universal artinya melihat masalah dalam hubungan seluas-
luasnya.

Aksiologi Scheler menampilkan konsep-konsep etiknya tentang


pengalaman nilai ,bedanya yang baik dengan yang mempunyai value .Scheler
menampilkan empat jenis values. Keempat jenis value yakni seperti berikut.
a. Value Sensual, dalam tampilan seperti menyenangkan dan tidak
menyenangkan.
b. Nilai hidup ,seperti agung atau bersahaja
c. Nilai kejiwaan, seperti nilai etis , nilai benar, nilai salah, dan nilai intriksi
ilmu, nilai religius , seperti yang suci dan yang sakral.

3. Epistimologi

Epistimologi adalah cabang-cabang filsafat yang bersangkut paut dengan


teori ilmu pengetahuan. Istilah epistimologi berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari kata, yaitu Episteme {pengetahuan}dan logos, {kata, pikiran,
pendapat, percakapan, ilmu}.jadi epistimologi berarti kata percakapan tentang
ilmu pengetahuan.

Metode ilmiyah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan


deduktif dan induktif. Sedangkan metode solving adalah memecahkan masalah
dengan cara menidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesi,
mengumpulkan data,mengorganisasikan dan menganalisis data ; menyimpulkan
dan kondision melakukan verifikasi, yakni pengujian hipotesis.tujuan utamanya
adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip ,generalisasi dan hukum-
hukum . temuan itu dapat dipakai sebagai basis bingkai atau kerangka pemikiran
untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau
meramalkan sesuatu kejadian secara lebih cepat.

Epistimologi terdiri atas epistimologi subjektif dan epistimologi pragmatik.


Epistimologi subjektif memberikan implikasi pada standar rasional tentang
yang diyakini. Menggunakan standar berarti bahwa sesuatu yang diyakini benar

7
itu, tentunya memiliki sifat reliabel. Apabila ajek sebagai standar, para reliabilis
itu pada hakikatnya adalah objektifitas. Sebaiknya, karena yang diyakini benar
tersebut perlulah terolah secara reflektif,maka sifatnya menjadi kembali
subjektif

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemikiran filosof dapat digolongkan ke dalam tiga bagian besar, yaitu
mengenai cara memperoleh pengetahuan (teori pengetahuan), mengetahui
hakikat (teori hakikat), dan mengenai kegunaan (ini yang disebut teori nilai).
Jadi sistematika filsafat itu adalah teori pengetahuan, teori hakikat dan teori
nilai. Di dalam cabang-cabang itu muncul isme-isme. Dikarnakan filsafat
adalah hasil pemikiran berupa sistem, sistem itu mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali pers, 2012

Banasuru Aripin , Filsafat dan Filsafat ilmu,Bandung:Alvabeta,cv,2013

http://babehmardiadi.blogspot.co.id/2012/01/filsafat-ilmu.html

http://devidevar.blogspot.co.id/2013/08/cabang-cabang-filsafat-dan-
prinsip.html

Mohammad Adib, Filsafat Ilmu Ontologi, Epitesmologi, Aksiologi, dan


Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008

Rohman abdur,Pengantar Filsafat Ilmu,Surabaya:Buku Pustaka Raja,2013

10

Anda mungkin juga menyukai