Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT ILMU

KONSEP DAN DASAR KKAJIAN FILSAFAT

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mahasiswa

Mata Kuliah Filsafat Ilmu : Epistimologi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr., Nasiruddin, M.S.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

Chalvia Farra Jihan

(20204021018)

PROGRAM MAGISTER BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap aspek kehidupan, kita tidak akan terlepas dari apa yang
disebut dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan serta teknologi. Proses
pendidikan menuntut seseorang untuk memahami setiap bidang kajian ilmu
dengan lebih luas dan mendalam. Proses pembelajaran atau pendidikan ini akan
menuntun seseorang untuk latihan berfikir ilmiah, logis dan kritis. Sehingga
dibutuhkan ilmu filsafat untuk mendukung seseorang untuk memahami ilmu
pengetahuan secara lebih mendalam.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian, objek dan struktur
pembahasan filsafat yang akan dipelajari.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian filsafat
2. Apakah objek filsafat
3. Bagaimana struktur pembahasan filsafat
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian filsafat
2. Mengetahui objek filsafat
3. Memahami struktur pembahasan filsafat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat atau falsafah merupakan ucapan Arab yang ditransfer dari
bahasa Yunani “philosiphia”, yang terdiri dari dua suku kata “philo dan sophia”.
Philo artinya cinta, dan sophia artinya hikmah atau kebenaran. Dengan demikian,
“philosophia” kemudian disebut filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebenaran. 1
Filsafat secara harfiah berarti cinta akan kebijaksanaan. Inggris :
philosophy; Yunani : phyloshophia (cinta akan kebijaksanaan) ; philos (cinta) atau
philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (kebijaksanaan, pengetahuan,
ketrampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Nama itu sendiri menunjukkan
bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh
tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus
harus mengejarnya.2
Harold Titus berpendapat bahwa filsafat adalah “philosophy is an attitude
toward life the universe” artinya, filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan
alam semesta. “philosophy is method of reflective thinking and reasoned inquiry”
artinya, filsafat merupakan suatu metode berfikir reflektif dan penyelidikan
rasional. “philosophy is a group of system of thought” artinya, filsafat adalah suatu
perangkat teori atau sistem pemikiran. 3
Fuad Hasan mengartikan filsafat sebagai suatu ikhtiar manusia untuk
memahami berbagai manifestasi kenyataan melalui upaya berfikir sistematis,
kritis dan realistis yang dimulai dari akar persoalan, sehingga mencapai
kesimpulan yang universal. 4

1
Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1961), h. 14.
2
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.
242.
3
Harold H. Titus, Living Issues in Philosophy, IntroductoryText Book, (New York : 1959).
h. 8-9.
4
Fuan Hasan, Berkenalan dengan Filsafat Exstensialisme, (Jakarta : 1973), h. 7.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa
filsafat itu membahas secara radikal apa yang tidak dapat diselesaikan
menggunakan ilmu pengetahuan, yang merupakan hasil berfikir manusia
menggunakan akalnya untuk memahami secara radikal, sistematis, realistis dan
ilmiah tentang hakekat dan kehendak Tuhan, alam semesta dan manusia itu
sendiri.
B. Objek Kajian Filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang
dipikirkan oleh filosof ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, jadi luas
sekali. Objek yang diselidiki oleh filsafat ini disebut :
1. Objek materia

Objek materia adalah sesuatu yang ada dan mungkin ada. Tentang objek
materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains. Bedanya ialah
dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki objek materia yang empiris; filsafat
menyelidiki objek itu juga, tetapi bagian yang abstraknya. Kedua, ada objek
materia filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari
akhir, yaitu objek materia yang untuk selama-lamanya tidak empiris.5

Objek materia filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada. “Ada” disini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, ada
dalam pikiran dan ada dalam kemungkinan. 6 Menurut Ir. Poedjawijatna, objek
material filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. 7

2. Objek Forma
Objek forma, ialah penyelidikan yang mendalam, filsafat ingin tahu
bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak
empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai
batas objek itu dapat diteliti secara empiris. Objek penelitian sains ialah pada

5
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 21 – 22.
6
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 9.
7
Asmoro Achmadi, Ibid.
batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah tidak
dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Sains menyelidiki dengan
riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya. 8
Sebagai contoh, manusia adalah objek materia filsafat jika diselidiki dan
diamati dari kedudukannya sebagai manusia di muka bumi atau dari perannya
sebagai anggota masyarakat. Akan tetapi, jika ditinjau dari segi psikologi
bagaimana tingkah laku dan sikapnya kepada manusia yang lainnya, dan dari
segi ekonomi bagaimana dia mencukupi kebutuhannya adalah objek formanya.
Dapat disimpulkan bahwa objek material filsafat adalah objek yang
diselidiki, sedangkan objek forma adalah cara memandang manusia pada objek
yang diselidikinya.
Sebagai contoh lain dapat dilihat dari table berikut ini :
Segi Objek Material Objek Formal
Ekonomi Manusia Kondisi kehidupan
Sosiologi Manusia Hubungan social
Psikologi Manusia Tingkah laku

C. Struktur Pembahasan Filsafat


Pembidangan dan pembagian filsafat sejalan dengan akselerasi ilmu
pengetahuan, sifatnya selalu berkembang. Struktur pembahasannya mencangkup
tiga hal, yaitu Ontologi, Epistimologi dan Axiologi.
1. Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos : being,
dan Logos : logic. Jadi, ontologi adalah the theory of being qua being
(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau ilmu tentang yang ada.
Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang berhubungan
dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai
yang ada, sepanjang sesuatu itu ada.9

Ahmad Tafsir. Filsafat Umum (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 21 – 22.
8
9
Saihu, S. (2019). Pendidikan Pluralisme Agama : Kajian tentang Integrasi Budaya dan
Agama dalam Menyelesaikan Konflik Sosial Konntemporer. Jurnal Indo – Islamika, 9 (1), 67 –
90.
Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,” yaitu studi
tentang yang ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas,
termasuk Allah dan semua ciptaan, dan mendasari teologi serta fisika.
Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji oleh pengetahuan itu
(ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut
(epistemologi), dan apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi).10
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales, misalnya, melalui
perenungannya terhadap air yang ada di mana-mana, ia sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang merupakan
asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya
bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu,
melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal
dari satu substansi belaka.”
Menurut The Liang Gie, ontologi adalah bagian dari filsafat dasar
yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya
meliputi persoalan-persoalan berikut: (a) apakah artinya ada, hal yang
ada?; (b) apakah golongan-golongan dari hal yang ada?; (c) apakah sifat
dasar kenyataan dan hal ada? : (d) apakah cara-cara yang berbeda dalam
entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek
fisis, pengertian unuiversal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada?
Kemudian dalam Ensiklopedi Britannica dijelaskan bahwa
ontologi adalah teori atau studi tentang yang ada (being/wujud) seperti
karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan
metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli

10
Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan : The choice is yours, (Yogyakarta, Valia Pustaka,
2016), h. 141.
(real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip
benda tersebut.11
2. Epistimologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan “Logos”.
“Episteme” berarti pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan
demikian, epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan.
Epistemologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari mana
sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Dengan
menyederhanakan batasan tersebut, Brameld mendefinisikan epistimologi
sebagai “it is epistemologi that gives the teacher the assurance that he is
conveying the truth to his student”. Definisi tersebut dapat diterjemahkan
sebagai “epistemologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru
bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya”.12
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini, misalnya
‘kursi’ adalah cara kerja pikiran untuk menangkap substansi sebuah kursi.
Dalam realita konkret, kita selalu menemui bermacam kursi dalam jenis,
sifat, bentuk, dan perujudannya. Menurut jenis bentuk, posisi, dan
fungsinya ada kursi makan, kursi belajar, kursi goyang, kursi tamu, dan
sebagainya. Namun, terlepas dari hal itu semua ‘kursi’ adalah kursi bukan
‘meja’ meskipun bisa difungsikan sebagai meja atau sebagai alat (benda
buatan) dalam bentuk tertentu, yang berfungsi sebagai ‘tempat duduk’.
Sementara duduk adalah suatu kegiatan seseorang dalam posisi
meletakkan seluruh badan dengan macam jenis, sifat, bentuk hal atau
benda dalam keadaan seperti apapun, di mana, serta kapanpun berada dan
yang biasanya difungsikan sebagai tempat duduk.
3. Axiologi
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno,
yaitu “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi,

11
Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, (Jakarta, Prenadamedia, 2018), h. 49.
12
Yunus Abu Bakar, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya : Digilib uinsby, 2014), h. 19.
aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.13 Dengan
kata lain, aksiologi adalah teori nilai. Aksiologi dalam Kamus Bahasa
Indonesia (1995) adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Memperbincangkan aksiologi tentu membahas dan membedah
masalah nilai. Apasebenarnya nilai itu? Bertens menjelaskan nilai sebagai
sesuatu yang menarik bagi seseorang, sesuatu yang menyenangkan,
sesuatu yang dicari, sesuatu yang dicari, sesuatu yang disukai dan
diinginkan. 14 Pendeknya, nilai adalah sesuatu yang baik. Lawan dari nilai
adalah non-nilai atau disvalue. Ada yang mengatakan disvalue sebagai
nilai negatif. Sedangkan sesuatu yang baik adalah nilai positif. Hans Jonas,
seorang filsuf Jerman-Amerika, mengatakan nilai sebagai the addresse of
a yes. Sesuatu yang ditujukan dengan ya. Nilai adalah sesuatu yang kita
iya-kan atau yang kita aminkan. Nilai selalu memiliki konotasi yang
positif.15

13
Ibid., h. 99
14
Aziz, A., & Saihu, S. (2019). Interpretasi Humanistik Kebahasaan : Upaya
Kontekstualitas Kaidah Bahasa Arab. Arabiyatuna : Jurnal Bahasa Arab, 3 (2), 209 – 214.
15
Totok Wahyu Abadi, Aksiologi : Antara Etika, Moral dan Estetika, (Sidoarjo : Jurnal
Ilmu Komunikasi UMSIDA, 2016), h. 4 – 5.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah sikap tentang hidup dan alam semesta, filsafat merupakan
suatu metode berfikir reflektif dan penyelidikan rasional, filsafat adalah suatu
perangkat teori atau sistem pemikiran.
Objek filsafat ada dua, yaitu objek material dan oabjek forma. Menurut
Ir. Poedjawijatna, objek material filsafat adalah ada dan yang mungkin ada.
Objek forma, ialah penyelidikan yang mendalam, filsafat ingin tahu bagian
dalamnya.
Pembidangan dan pembagian filsafat sejalan dengan akselerasi ilmu
pengetahuan, sifatnya selalu berkembang. Struktur pembahasannya
mencangkup tiga hal, yaitu Ontologi, Epistimologi dan Axiologi. (1) Ontologi :
adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah
eksistensi. (2) Epistimologi : “it is epistemologi that gives the teacher the
assurance that he is conveying the truth to his student”. (3) Aksiologi : cabang
filsafat yang mempelajari nilai.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari banyak
kesalahan. Jadi, saran dan masukan yang mendukung sangat saya butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 2016. Filsafat Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


Ahmad Tafsir. 2010. Filsafat Umum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.Asmoro
Aziz, A., & Saihu, S. 2019. Interpretasi Humanistik Kebahasaan : Upaya
Kontekstualitas Kaidah Bahasa Arab. Arabiyatuna : Jurnal Bahasa Arab.
Harold H. Titus. 1973. Berkenalan dengan Filsafat Exstensialisme. Jakarta : tt.
Hoesin Oemar Amin. 1961. Filsafat Islam. Jakarta : Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.

Muhammad Kristiawan. 2016. Filsafat Pendidikan : The choice is yours,


Yogyakarta, Valia Pustaka.

Nunu Burhanuddin, 2018. Filsafat Ilmu, Jakarta, Prenadamedia.

Saihu, S. 2019. Pendidikan Pluralisme Agama : Kajian tentang Integrasi Budaya


dan Agama dalam Menyelesaikan Konflik Sosial Konntemporer. Jurnal Indo
– Islamika.

Totok Wahyu Abadi. 2016. Aksiologi : Antara Etika, Moral dan Estetika.
Sidoarjo : Jurnal Ilmu Komunikasi UMSIDA.

Yunus Abu Bakar. 2014. Filsafat Pendidikan Islam. (Surabaya : Digilib uinsby.

Anda mungkin juga menyukai