“CORAK TASAWUF”
OLEH :
Segala puji penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan ridho
serta bantuan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Tanpa bantuan dan
pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu Menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul berjudul “Corak Tasawuf” ini disusun agar pembaca dapat
memebedakan corak tasawuf. Makalah ini disusun berdasarkan pengamatan penulis dari
berbagai sumber yang diperoleh, baik dari buku, artikel, jurnal, maupun pemahaman penulis
mengenai materi ini. Dengan kesabaran dan Kerjasama penulis serta pertolongan Allah SWT.,
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis berterima kasih kepada segala pihak yang turut mendukung penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu memperluas
khazanah keilmuan baik kepada penulis itu sendiri maupun kepada pembacanya. Makalah ini tak
luput dari kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritiknya
agar dapat lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
C. Tasawuf Syi’i 5
A. Kesimpulan 8
B. Kritik dan Saran8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf termasuk bagian ilmu keislaman yang dimensi serta aspek spiritual Islam
ditekankan. Secara etimologis, para ahli telah banyak mengartikan tasawuf, ada yang
menyatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaff yang berarti baris dalam salat, ada yang
mengatakan berasal dari kata shuf yang berarti wol, shafa yang berarti bersih atau jernih dan
shufanah yakni nama kayu yang bertahan di padang pasir.
Dalam perkembangannya, ahli membagi tasawuf kedalam dua bagian, yaitu tasawuf yang
berorientasi kea rah pertama yang biasa disebut dengan tasawuf ahlaqi dan tasawuf yang
berorientasi kearah kedua yang disebut sebagai tasawuf falsafi. Perkembangan tasawuf dan
Islam telah melewati beberapa fase, yaitu fase asketis (zuhud) yang tumbuh pada akad akad
pertama dan kedua Hijriyah sikap eksetis ini di pandang sebagai pengantar tumbuhnya tasawwuf.
Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya tasawuf berasal dari gerakan
zuhud yang kemudian berkembangan menjadi taswuf. meskipun tidak persis dan pasti, corak
tasawuf dapat di lihat dengan batasan-batasan waktu dalam rentan sejarah.
Pada mulanya, tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman tentang makna
institusi – institusi islam. Sejak zaman sahabat dan tabi’in kecenderungan pandangan pandangan
orang terhadap ajaran islam secara lebih analitis mulai muncul ,ajaran islam mereka dapat di
pandang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tasawuf falsafi, sunni dan syi’i?
2. Bagaimana karakteristik tasawuf falsafi, sunni dan syi’i?
3. Siapa saja tokoh tasawuf falsafi, sunni dan syi’i?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tasawuf falsafi, sunni dan syi’I;
2. Untuk mengetahui karakteristik tasawuf falsafi, sunni dan syi’I;
3. Untuk mengetahui tokoh tasawuf falsafi, sunni dan syi’i.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tasawuf Salafi (Akhlaqi atau Sunni)
1. Pengertian tasawuf Salafi
2. Karakteristik
Tasawuf akhlaqi mempuyai tahap sitem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
A. Takhalli adalah langkah awal yang mesti dilakukan oleh seorang Sufi. Takhalli merupakan
usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak yang paling
banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada duniawi.
b. Tahalli merupakan sebuah upaya mengiasi diri dengan cara membiasakan diri dengan
sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahap tahalli dilakukan kaum Sufi setelah mengosongkan
jiwa dari aklak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang berisfat
eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban
yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji, dll. Dan adapun yang berisfat dalam adalah
seperti keimanan, ketaatan, dan kecintaan terhdap Tuhan. Sikap mental dan perbuatan yang baik
sangat penting diisikan ke dalm jiwa manusia akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka
pembentukan manusia paripurna, antara lain sebagai berikut :
1) Taubat : yaitu rasa penyesalan sungguh-sungguh dalam hati yang disertai permohonan
ampun serta berusaha meninggalkan perbuautan yang menimbulkan dosa.
2) Cemas dan Harap (Khauf dan Raja’) : yaitu perasaan yang timbuk karena banyak berbuat
salah dan seringkali lalai kepada Allah.
3) Zuhud : yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
4) Al-Faqr : Yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dnegan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
5) Ridha : yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang
dari Allah.
6) Muraqabah : yaitu seseorang menyadari bahwa dirinya tidak pernah lepas dari pengawasan
Allah sehingga selalu membawanya pada sikap mawas diri atau self correction.
7) Tajalli : kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa
dan organ-organ tubuh – yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan sudah terbiasa
melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur – tidak berkurang, maka rasa ke-Tuhanan perlu
dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan
yang mendalam dnegan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindi kepada-Nya.
3. Tokoh
Hasan al-Basri (21 H – 110 H), al-Muhasibi (Tahun 165 – 243 H), Hujjatul Islam Abu
Hamid al-Gazali (Tahun 450 H – 505 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jailani
(470 H -561 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari, al-Qusyairi (376 H – 465 H) dan lain-lain.
B. Tasawuf Falsafi
1. Pengertian Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi merupakan corak tasawuf yang menekankan pada masalah pemikiran
mendalam atau metafisik. Para sufi falsafi seringkali menggunakan ungkapan samar yang
dikenal dengan istilah syathahat yaitu suatu ungkapan yang sulit dipahami yang seringkali
menyebabkan kesalahpahaman untuk mengungkapkan pengalamanan rohaniahnya.
Dari segi sejarah perkembangan tasawuf yang sangat Panjang dan kompleks, sangat sulit
untuk memformulasikan perenungan mereka tentang Tuhan secara konsepsional. Secara garis
besar, ada tiga konsepsi tentang Tuhan, yakni : konsep etika, konsep estetika dan konsep
kesatuan wujud.
Ada beberapa aliran-aliran yang berkembang dalam tasawuf falsafi, yakni : Al-Fana’ dan
Baqâ’, Al-Ittihâd, Al-Hulûl, Wahdatul Wujûd, Al-Isyrâq.
2. Karakteristik
a. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
b. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani,‘arasy,
kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib
maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang penciptanya serta
penciptaannya.
c. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
d. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat)
yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya,
menyetujui atau menginterpretasikannya
Tokoh-tokoh tasawuf ini antara lain, Abu Yazid al-Bustami, al-Halllaj, Ibnu Arabi,
Suhrawardi, al-Jilli, dan lain-lain.
C. Tasawuf Syi’i
1. Pengertian Tasawuf Syi’i
Tasawuf Syi’i merupakan aliran tasawuf menganggap bahwa manusia akan menjadi
satu/berpadu/manunggal dengan Tuhannya. Hal ini dikarena ada kesamaan hakikat atau esensi
antara keduanya. Hal ini sebagaimana tasawuf falsafi di mana al-Hallaj (salah satu tokoh dari
tasawuf filsafat) memformulasikan teorinya dalam doktrin‘Hulul’, yakni perpaduan insan dengan
Tuhan secara rohaniyah atau makhluk dengan al-khalik.Oleh karenanya tasawuf syi’i disebut-
sebut mempunyai kesaman dengan tasawuf falsafi.1
Pada tasawuf Syi’i yang dengan penghormatan berlebihannya kepada Ali Bin Abi Thalib
dan sebagai imam pertama kaum Syi’ah, Ali menggabungkan dua jenis otoritas di atas dalam
satu pribadi, dan menurut Syi’isme, aturan tepat segala sesuatu menuntut bahwa imam harus
1
Zulkifli, & Jamaluddin. Akhlak Tasawuf, (Pekanbaru: Kalimedia, 2018), hlm. 73.
mengatur dan memerintah secara spiritual dan temporal. Akan tetapi, sementara dalam Syi’isme
aspek esoteris Islam diproyeksikan ke masyakarat umum, sehingga perbedaan antara eksoteris
dan esoteris menjadi samar. Dalam pemahaman sufi pada umumnya hierarki vertikal dan
horizontal tidak perlu bercampur. Hal inilah yang membedakannya dengan tasawuf Syi’i yang
menggabungkan dua unsur esoteris dan unsur eksoteris.
Selain itu tasawuf Syi’i atau yang di sebut juga tasawuf Syi’ah, ajarannya adalah
pemulyaan kepada imam secara berlebihan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menuhankan
imam. Hal ini merupakan perbedaan yang cukup kontras dengan tasawuf lainnya umpamanya
sunni, bahkan pada masanya Syi’i dan Sunni adalah aliran atau tasawuf yang saling bertolak
belakang dalam kecintaan kepada Ali Bin Abi Thalib dan karena keruhaniannya yang unggul. Di
mana Syi’i karena kecintaannya yang berlebihan pada Ali Bin Abi Thalib, sehingga
membatalkan kekhalifaan khalifah sebelum Ali Bin Abi Thalib, bahkan mengkafirkan mereka.
Jika berbicara tentang tasawuf syi’i, maka akan diikuti oleh tasawuf sunni. Dimana dua
macam tasawuf yang dibedakan berdasarkan “kedekatan” atau “jarak” ini memiliki
perbedaan.Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa manusia dapat meninggal dengan tuhannya
karena ada kesamaan esensi antara keduanya.Menurut ibnu Khaldun yang dikutip oleh Taftazani
melihat kedekatan antara tasawuf falsafi dan tasawuf syi’i.Syi’i memilki pandangan hulul atau
ketuhanan iman-iman mereka.Menurutnya dua kelompok itu mempunyai dua kesamaan.
Sementara itu azyumardi azra tidak membedakan antar keduanya dalam persoalan
tasawuf,karena tidak dikenal dalam terminologi islam mengenai tasawuf syi’i. Karakteristik dari
ajaran tasawuf ini adalah:
a. Ajarannya lebih didasarkan atas ketajaman pemahaman dalam menganalisis kedekatan
manusia dengan tuhan,
b. Lebih mengedepankan konsepsi keimanan
A. Kesimpulan
Pada mulanya, perkembangan ilmu tasawuf terjadi karena ada perbedaan pendapat para
sufi. Timbul berbagai paham dalam dunia tasawuf. Paham-paham tersebut berlainan sehingga
dapat dilihat perbedaan yang cukup jeals antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa corak tasawuf daintaranya, tasawuf sunni, tasawuf falsafi dan tasawuf falsafi.
Tasawuf Sunni betul-betul menekankan pada nilai etis (moral) yang berusaha memberi perbaikan
pada akhlak dan berdasar pada Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Konsepsi ahli tasawuf tentang Tuhan merupakan perkembangan lanjut dari pemikiran
mutakallimin dan filosuf. Apabila pemikiran dan perenungan mutakallimin kelompok rasionalis
menyebabkan posisi Tuhan sebagai sesuatu kenisykilan yang logis tanpa isi yang positif, maka
kelompok tradisional menjadikan Tuhan sebagai penguasa “absolut” yang dapat berbuat
sekehendaknya. Tasawuf Falsafi merupakan sebuah ajaran yang memadukan antara visi mistik
dengan rasional.
Tasawuf Syi’I merupakan alairan tasawuf yang menganggap manusia akan manunggal
dengan Tuhannya karena memiliki kesamaan esensi antara keduanya. Tasawuf Syi’I dibagi
berdasarkan pemahaman kaum sufi dalam menganalisis kedekatan manusia dengan Tuhannya.
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2015). Buku Siswa Akidah Akhlak. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Madrasah.
Zulkifli, & Jamaluddin. (2018). Akhlak Tasawuf Jalan Lurus Menysucikan Diri. Pekanbaru:
Kalimedia.