Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF AKHLAKI,FALSAFI


DAN SYI’I

Mata kuliah: Akhlak Tasawuf

Di Susun Oleh :

1 .Kasyful Anwari

2.Wahid Komarudin

Dosen pengampu:Nur Kholis S.Pd

Prodi: PAI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MISBAHUL ULUM GUMAWANG


OGAN KOMERING ULU TIMUR

2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.
 Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya,
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW. yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat Penulis mengucapkan rasa syukur kepada
Allah SWT atas limpahan nikmat sehat jasmani maupun rohani, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah AHKLAK
TASAWUF yang diampu oleh NUR KHOLIS S.Pd dengan judul SEJARAH
PERKEMBANGAN TASAWUF AKHLAKI,FALSAFI DAN SYI’I.  Penulis
tentu menyadari tentunya banyak kekurangan pada penulisan makalah yang jauh dari
kata sempurna ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca supaya
kedepannya makalah ini menjadi lebih baik, dan penulis dalam membuat makalah
akan lebih berhati-hati dan lebih teliti lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Ilmu tasawuf yang merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat kontroversi
dikalangan para ahli sufi, dikarenakan di dalamnya mengandung berbagai
permasalahan yang menyangkut dengan aqidah dan keimanan seseorang.
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua,
yaitu tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku dan tasawuf yang mengarah
pada teori-teori yang rumit dan memerlukan pemahaman mendalam.
Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering disebut
sebagai tasawuf akhlaqi. Ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientasi ke arah kedua
disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf ini banyak dikembangkan para sufi yang
berlatar belakang sebagai filosof di samping sebagai sufi.
Perkembangan Tasawuf dan Islam telah mengalami beberapa fase. Pertama,
yaitu fase asketis (zuhud) yang tumbuh pada akad pertama dan kedua Hijriyah sikap
asketis ini dipandang sebagai pengantar tumbuhnya tasawuf. Tasawuf mempunyai
perkembangan tersendiri dalam sejarahnya. Tasawuf berasal dari gerakan zuhud yang
selanjutnya berkembang menjadi tasawuf. Meskipun tidak persis dan pasti, corak
tasawuf dapat dilihat dengan batasan- batasan waktu dalam rentang sejarah.
Corak-corak ilmu tasawuf yang berkembang menurut rentang waktu yang
sangat panjang, dengan berbagai motif dan konsep-konsep yang berbagai macam
tetapi dengan satu tujuan jua, yakni tentang keimanan dan tujuan hidup
seseorang.Tasawuf sebagai ajaran pembersihan hati dan jiwa memiliki sejarah
perkembangannya dari masa ke masa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut:
A.    Bagaimana sejarah perkembangan Tasawuf Salafi(akhlaki)?
B.     Bagaimana sejarah perkembangan Tasawuf Falsafi?
C.     Bagaimana sejarah perkembangan Tasawuf Syi’i?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
A.    Mengetahui sejarah perkembangan Tasawuf Salafi(akhlaki).
B.     Mengetahui sejarah perkembangan Tasawuf Falsafi.
C.    Mengetahui sejarah perkembangan Tasawuf Syi’i.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tasawuf Salafi (akhlaqi)/Sunni

1. Pengertian Tasawuf Suni


Abu al-Wafa’al-Ghanimi al-Taftazani dalam bukunya “Madkhal ila al-
Tasawuf al-Islam menjelaskan aliran Tasawuf sunni adalah aliran sufi yang
pendapat moderat dan ajaran tasawufnya selalu merujuk kepada Al-Qur’an
dan as-Sunnah atau denagn kata lain tasawuf aliran ini akan selalu berpatokan
syari’at. Aliran ini tumbuh dan berkembang pada abad kelima Hijriah.Aliran
tasawuf sunni ini mendapat sambutan seiring dengan berkembangnya aliran
teologi Ahlussunnah wal jamaah yang dilancarkan oleh Abu al-Hasan al-
Asya’ri atas aliran-aliran lainnya dengan kritiknya yang luras terhadap
keekstriman tasawuf Abu Yazid al-Busthami al-Halley dan para sufi lainnya.
Tasawuf Sunni mengadakan pembaharuan dengan mengembalikan
tasawuf ke landasan Al-Qur’an dan as-Sunnah dan mengaitkan keadaan dan
tingkatan rohaniah kepada kedua landasan tersebut. Tokoh yang paling
berpengaruh dalam aliran ini adalah al-Qusyairi, al-Harawi, dan al-Ghazali.
Dengan demikian pada abad kelima Hijriah, Tasawuf sunni berada dalam
posisi yang sangat menentukan dan memungkinkan tersebar luas di kalangan
masyarakat Islam sampai sekarang.1
Tasawuf sunni ialah aliran tasaawuf  yang berusaha memadukan
asapek hakekat dan syari’at,  yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan
mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-
sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah para
sahabat.2 Tasawuf Akhlaqi yaitu tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai
etis (moral).3 Tasawuf sunni banyak berkembang di dunia Islam, terutama di
1
Damanhuri, Akhlak Tasawuf, Banda Aceh: PENA, 2010

2
Tesa. Amienraka, “Sejarah perkembangan tasawuf”,
3
http://amienrakatesa.blogspot.com/2012/05/sejarah-perkembangan-tasawuf.html
Negara–Negara yang dominan bermazhab Syafi’i. Tasawuf ini sering
digandrungi orang karena paham atau ajaran – ajarannya tidak terlalu rumit.
Latar belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan
masalah aqidah yang  melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf lebih-lebih
pada abad  kelima hijriah aliran syi’ah al-islamiyah yang berusaha untuk
memngembalikan kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib. Dimana
syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam
yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang
gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat
Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang
tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in.
dengan ketegangan inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu
Imam Ghazali.4

2.Ciri-ciri dan karakteristik ajaran Tasawuf Sunni :


A. Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah.
B. Tidak menggunakan terminologi – terminology filsafat sebagaimana terdapat
pada ungkapan – ungkapan Syathahat.
C. Lebih bersifat mengajarkan dualism dalam hunganan antara Tuhan dan
manusia.
D. Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at.
E. Lebih terkonsentrasi pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan
jiwa dengan cara riyadhah (latihan – latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan
tajalli.
Tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem pembinaan akhlak disusun sebagai
berikut:

1.Takhalli: merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh seorang


sufi.Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela.

4
Tesa. Amienraka, Loc. Cit.
Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek
antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi.

2. Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan
diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum
sufi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan
menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) maupun
internal (dalam). Yang disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang
bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan adapun yang bersifat dalam
adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Tuhan. Sikap mental
dan perbuatan yang baik sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia akan
dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna,
antara lain sebagai berikut:

A.Taubat: Yaitu rasa penyesalan sungguh – sungguh dalam hati yang


disertai permohonan ampun serta berusaha meninggalkan perbuatan yang
menimbulkan dosa.

B .Cemas dan Harap (Khauf dan Raja’) : yaitu perasaan yang timbul karena
banyak berbuat salah dan seringkali lalai kepada Allah.

C. Zuhud:  Yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri


dari pengaruh materi.

D. Al-Faqr: Yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang
telah dipunyai dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga
tidak meminta sesuatu yang lain.

E. Al-Sabru: Yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen
dalam pendirian.

F. Ridha: Yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa
saja yang datang dari Allah.
G. Muraqabah: yaitu seseorang menyadari bahwa dirinya tidak pernah lepas
dari pengawasan Allah sehingga selalu membawanya pada sikap mawas diri
atau self correction

3.Tajalli Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah


diperoleh jiwa dan organ-organ tubuh –yang telah terisi dengan butir-butir
mutiara akhlak dan sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang
luhur- tidak berkurang, maka, maka rasa ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut.
Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan
yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-
Nya.5

3. Tokoh-tokoh Tasawuf Sunni
Munculnya aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang
berperan di dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara
sufi yang berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni dengan antara lain sebagai
berikut:
a. Hasan al-Basri.
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat
taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-
Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura.
Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana
sampai ia meninggal tahun 110 H.
Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan
duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian
merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan
perintahNya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip
ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau

5
As. Zufr-Zie Ncek,”Makalah Ilmu Tasawuf, perkembangan tasawuf
muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan yang akan dating yaitu kehidupan
yang hakiki dan abadi
b. Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al
Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut
rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa sejak
masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat beribadah serta
hidup sederhana.
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang
pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Cinta
kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia
mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada
Allah telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia
ditanyai tentang cintanya kepad Rasulullah SAW, ia menjawab: “Sebenarnya aku
sangat mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq telah
melupakanku untuk mencintai siapa saja selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas
lagi olehnya lagi mealui syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam merenung
kekasih jiwa, Sirna segalanya selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan
murka”.
c. Dzu Al-Nun Al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-
Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Sedikit sekali
yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya
karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Namun
demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang
tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.
d. Abu Hamid Al-Ghazali
Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad
ibn Ahmad. Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi gelar Hujjatul
Islam.Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja sebagai pemintal wol.
Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini terkenal dengan al-Ghazzali (yang pemintal
wol),  menurut periwayatan al-Subki, dia serta saudaranya menerima pendidikan
mistisnya dirumah seorang sufi sahabat ayahnya, setelah ayahnya meninggal
dunia.
Di bidang tasawuf, karya-karya Al-Ghazali cukup banyak, yang paling
penting adalah Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan
secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh
maupun moral agama. Juga karya-karya lainnya, al-Munqidz min al-
Dhalal, dimana ia menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj
al-‘Abidin, Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar  dan sebagainya.

B. Tasawuf Falsafi

1.Pengertian Tasawuf Falsafi


Tasawuf filosofii adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistik dengan visi rasional. Berbada dengan tasawuf Sunni, seperti
tasawufal-Qusyairi dan al-Ghazali, tasawuf Filosofis menggunakan
terminologi filosofis dalam pengungkapannya.
Pemaduan antara unsur tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf
filosofis telah membuat ajaran tasawuf aliran ini bercampur dengan sejumlah
ajaran filsafat diluar Islam seperti Yunani, Persia, India, dan agama nasrani.
Meskipun demilian orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap terpelihara. Ciri
umum dari aliran filosofis antara lain banyak ungkapan dan istilah yang
digunakan samar-samar terkadang hanya dipahami oleh kalangan tertentu,
terutama yang memahami dan mendalami ajaran tasawuf jenis ini, sehingga
tasawuf filosofis tidak dapat dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan
metode didasarkan pada rasa (dzanq), begitu juga sebaliknya tidak dapat
dikatagorikan kepada tasawuf dalam pengertian murni, karena ajarannya
sering diungkapkan dalam bahasa filsafat.
Para sufi pendiri aliran tasawuf filosofis ini:
A. memahami ilmu agama dengan mendalami seperti Fiqh, Hadis, Tafsir,
dan Ilmu Kalam.
B. Mereka juga dikenal dengan baik filsafat Yunani dan berbagai aliran
filsafat lainnya. mereka juga mengkaji pemikiran para filosof Islam
seperti al-Farabi, Ibnu Sina dan lain-lain.
C. Selain itu mereka juga dipengaruhi oleh aliran bathiniah sekte
Islamiyah dan risalah ikhwan al-Shafa. Karena itu mereka sering
mendapat kritikan terutama dari kalangan para fuqaha karena pendapat
mereka tentang kesatuan wujud, kesatuan agama dan akibat yang
ditimbulkannua uang menurut para fuqaha bertentangan dengan akidah
Islam.
Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah menyimpulkan bahwa ada empat objek
utama yang menjadi perhatian para sufi filosofis yaitu:
A. Latihan rohaniah dengan ras, intuisi, serta introspeksi diri.
B. Iluminasi atau hakikat yang terungkap dari alam ghaib, misalnya sifat-sifat
Rabbani, arsy, kursi, malaikat, wahyu, kenabian, ruh, hakikat realitas
segala wujud yang ghaib maupun yang tampak dari susunan kosmos
terutama tentang penciptaan dan ciptaannya.
C. Peristiwa-peristiwa dalam alam yang berpengaruh terhadap berbagai
kekeramatan dan kekeluarbiasaan
D. Shathahiyat, ungkapan yang samar-samar yang telah melahirkan reaksi
masyarakat berupa pengingkaran dan penyatuan.
Tasawuf falsafi mempunyai beberapa karakteristik antara lain:
A.Tasawuf ini didasarkan pada latihan rohaniyah untuk peningkatan moral,
sedangkan ilmu iluminasi sebagai metode untuk mengetahui berbagai hakikat
realitas, yang menurut penganutnya dapat dicapai dengan fana.
B.Mereka juga sering menyamarkan ungkapan-ungkapan tentang hakikat
realitas ajaran mereka dengan berbagai simbol, sehingga ajaran mereka tidak
dapat dipahami begitu saja olehorang lain, dan sukar ditafsirkan, seperti
ungkapan Abu Yazid al-Busthami, dan al-Hallaj.6
Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan
tasawuf sunni. kalau tasawuf sunni lebih menonjol kepada segi praktis ,
sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas
rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke
dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa
dikatakan mustahil.7
Pemikiran Filsafat merasuki dan mempengaruhi pemikiran Islam secara
umum, dan tasawuf secara khusus, pada abad VI dan VII H. Pada abad
tersebut muncul mazhab wahdatul wujud dalam bentuknya yang paripurna di
tangan Sufi-Filosof Andalusia, Muhyiddin Ibnu Arabi (wafat 628 H). Mazhab
wahdatul wujud tersebar dari Barat ke Timur oleh Ibnu Arabi sendiri dan Ibnu
Sab’in.8

2. Karakteristik tasawuf falsafi


Adapun karakteristik tasawuf falsafi antara lain:
A. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari
dirinya.
B. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat
rabbani, ‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas
segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan yang
kosmos, terutama tentang penciptanya serta penciptaannya.
C. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh
terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.Penciptaan
ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar

6
Damanhuri,Op. Cit.hal. 128-130.
7
Tesa. Aminraka, “Sejarah perkembangan tasawuf”, http://amienrakatesa.blogspot.com

8
Fattah Sayyid Ahmad. Abdul, Tasawuf antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah, Jakarta: KHALIFA, 2005.
(syatahiyyat) yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat
berupa mengingkarinya, menyetujui atau menginterpretasikannya9

3. Tokoh-tokoh tasawuf falsafi


A.Al-hallaj
Al-hallaj menggunakan paham hulul. Hulul merupakan salah satu
konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara
kholiq dengan makhluk. Kata hulul berimplikasi kepada bersemayamnya
sifat-sifat ke-Tuhanan kedalam diri manusia atau masuk suatu zat kedalam zat
yang lainnya. Hulul adalah doktrin yang sangat menyimpang. Hulul ini telah
disalah artikan oleh manusia yang telah mengaku bersatu dengan Tuhan.
Sehingga dikatakan bahwa seorang budak tetaplah seorang budak dan seorang
raja tetaplah seorang raja. Tidak ada hubungan yang satu dengan yang lainnya
sehingga yang terjadi adalah hanyalah Allah yang mengetahui Allah dan
hanya Allah yang dapat melihat Allah dan hanya Allah yang menyembah
Allah.
B. Abu yazid al-bustami.
Ia mengembangkan faham ittihad, yang menurutnya manusia adalah
pancaran Nur Ilahi, oleh karena itu manusia hilang kesadaranya (sebagai
manusia) maka pada dasarnya ia telah menemukan asal mula yang
sebenarnya yaitu nur ilahi atau dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan.
Sebagaimana  Pengertian ittihad yang disebutkan dalam sufi terminologi
adalah penggabungan antara dua hal yang menjadi satu. Kata ini berasal dari
kata wahd atauwahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad artinya
bersatunya manusia dengan Tuhan.
C.Ibn Arabi
Ibn Arabi menggunakan bentuk pola akal yang bertingkat-tingkat,
seperti; akal pertama, kedua, ketiga dan sampai akal kesepuluh. Dimana ia
mencoba mengambarkan bahwa proses terjadinya sesuatu ini berasal dari
yang satu, kalau Bahasanya plotinus ialah the one. Beliau mengajarkan
9
Tesa. Aminraka, “Sejarah perkembangan tasawuf”, http://amienrakatesa.blogspot.com
faham Wahdatul-wujuddan Wahdatul-adyan. Wahdatul-adyan adalah
kesamaan agama, al-Arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu.
Karakteristik dari tasawuf ini adalah lebih mengedepankan akal dari pada al-
qur’an dan as-sunnah.
D.Al-jilli
Konsep al-jilli adalah insan kamil yaitu nukhsoh atau copy Tuhan,
Tuhan memiliki sifat pandai, berkehendak, mendengar, dan sebagainya.
Manusiapun memiliki sifat tersebut, dari konsep ini ia berusaha memberikan
pemahaman kepada kita bahwa manusia adalah insan kamil dengan segala
kesempurnaannya, sebab pada dirinya terdapat sifat dan nama illahi. Sama
dengan al-Arabi karekteristik ajarannya lebih mengedepankan akal.

E. Ibn Sabi’in
Ibn Sabi’in terkenal dengan fahamnya yaitu kesatuan mutlak yang
menempatkan ketuhanan pada tempat pertama, sebab wujud Allah
menurutnya adalah asal segala yang ada. Sementara wujud materi yang
tampak justru dia rujukkan pada wujud mutlak.
F.Ibnu-Massarah:
Ia menganut faham emanasi yaitu tingkatan-tingkatan wujud yang
memancar dari tuhan ,dalam fahamnya adalah materi pertama yang bersifat
rohaniah, kemudian akal universal, diikuti dengan jiwa yang bersifat
murakkab.10

C.    Tasawuf Syi’i


1. Pengertian Tasawuf Syi’i
Tasawuf Syi’i adalah tasawuf yang beranggapan bahwa manusia akan
manunggal dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya.
Hal ini sebagaimana tasawuf falsafi di mana al-Hallaj (adalah salah satu tokoh

10
Tesa. Aminraka, “Sejarah perkembangan tasawuf”, http://amienrakatesa.blogspot.com
dari tasawuf filsafat) memformulasikan teorinya dalam doktrin ‘Hulul’, yakni
perpaduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau makhluk dengan al-
khalik. Oleh karenanya tasawuf syi’i disebut-sebut mempunyai kesaman
dengan tasawuf falsafi.
Pada tasawuf Syi’i yang dengan penghormatan berlebihannya kepada
Ali Bin Abi Thalib dan sebagai imam pertama kaum Syi’ah, Ali
menggabungkan dua jenis otoritas di atas dalam satu pribadi, dan menurut
Syi’isme, aturan tepat segala sesuatu menuntut bahwa imam harus mengatur
dan memerintah secara spiritual dan temporal. Akan tetapi, sementara dalam
Syi’isme aspek esoteris Islam diproyeksikan ke masyakarat umum, sehingga
perbedaan antara eksoteris dan esoteris menjadi samar. Dalam pemahaman
sufi pada umumnya hierarki vertikal dan horizontal tidak perlu bercampur.
Hal inilah yang membedakannya dengan tasawuf Syi’i yang menggabungkan
dua unsur esoteris dan unsur eksoteris.
Selain itu tasawuf Syi’i atau yang di sebut juga tasawuf Syi’ah,
ajarannya adalah pemulyaan kepada imam secara berlebihan, bahkan tidak
sedikit dari mereka yang menuhankan imam. Hal ini merupakan perbedaan
yang cukup kontras dengan tasawuf lainnya umpamanya sunni, bahkan pada
masanya Syi’i dan Sunni adalah aliran atau tasawuf yang saling bertolak
belakang dalam kecintaan kepada Ali Bin Abi Thalib dan karena
keruhaniannya yang unggul. Di mana Syi’i karena kecintaannya yang
berlebihan pada Ali Bin Abi Thalib, sehingga membatalkan kekhalifaan
khalifah sebelum Ali Bin Abi Thalib, bahkan mengkafirkan mereka.

2. Karakteristik Tasawuf Syi’i


Jika berbicara tentang tasawuf syi’i, maka akan diikuti oleh tasawuf
sunni. Dimana dua macam tasawuf yang dibedakan berdasarkan “kedekatan”
atau “jarak” ini memiliki perbedaan. Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa
manusia dapat meninggal dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara
keduanya. Menurut ibnu Khaldun yang dikutip oleh Taftazani melihat
kedekatan antara tasawuf falsafi dan tasawuf syi’i. Syi’i memilki pandangan
hulul atau ketuhanan iman-iman mereka. Menurutnya dua kelompok itu
mempunyai dua kesamaan.
Sementara itu azzmardi azra tidak membedakan antar keduanya dalam
persoalan tasawuf,karena tidak dikenal dalam terminologi islam mengenai
tasawuf syi’i.
Karakteristik dari ajaran tasawuf ini adalah:
a.       Ajarannya lebih didasarkan atas ketajaman pemahaman dalam
menganalisis kedekatan manusia dengan tuhan,
b.       Lebih mengedepankan konsepsi keimanan

3. Tokoh-Tokoh Tasawuf Syi’i


a.       Ibnu khaldun, Ibnu kaldun mengambil konsep persoalan quthb
yang merupakan puncak iman dan ibdal yang merupakan perwakilan .
b.      Azyumardi azra, Ia tidak membedakan antara tasawuf syi’i dan
sunni .Ia lebih kepada konsep mahabbah,ma,rifah,hulul,wahdatul wujud
kesemuanya itu konsep dari tasawuf falsafi yang cenderung lebih spekulatif.
c.       Ath-thabathaba’I, Ia menjelaskan bahwa ilmu ma’rifat ,mula-
mula timbul dalam dunia sunnah kemudian dikalangan kaum syi’ah11

11
Tesa. Aminraka, “Sejarah perkembangan tasawuf”, http://amienrakatesa.blogspot.com
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan makalah tersebut dapat disimpulkan: Tasawuf sunni
ialah aliran tasaawuf  yang berusaha memadukan asapek hakekat dan syari’at,  yang
senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri
kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-
Qur’an, Sunnah dan Shirah para sahabat. Ciri-ciri dan karakteristik ajaran Tasawuf
Sunni: Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah; Tidak menggunakan
terminologi – terminology filsafat sebagaimana terdapat pada ungkapan – ungkapan
Syathahat; Lebih bersifat mengajarkan dualism dalam hunganan antara Tuhan dan
manusia; Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at; dan lebih terkonsentrasi
pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadhah
(latihan – latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Tasawuf filosofii adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara
visi mistik dengan visi rasional; Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam
gaib, misalnya sifat-sifat rabbani, ‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh,
hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan
yang kosmos; peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh
terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan; penciptaan ungkapan-
ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar.
Tasawuf Syi’i adalah tasawuf yang beranggapan bahwa manusia akan
manunggal dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya.
Karakteristik: ajarannya lebih didasarkan atas ketajaman pemahaman dalam
menganalisis kedekatan manusia dengan tuhan, dan lebih mengedepankan konsepsi
keimanan. Tokoh-Tokoh Tasawuf Syi’i: Ibnu khaldun, Azyumardi azra; Ath-
thabathaba’I.
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Akhlak Tasawuf, Banda Aceh: PENA, 2


Fattah Sayyid Ahmad. Abdul, Tasawuf antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah,
Jakarta: KHALIFA, 2005.

Anda mungkin juga menyukai